DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU
Ns. Nurhusna S.Kep ., M.Kep
Ns. Andika Sulistiawan S.Kep., M.Kep
PEMBIMBING KLINIK
Ns. EKO SUTRISNO, S.Kep
A. DEFINISI STROKE
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2002 dalam ekspresiku-blogspot 2008). Stroke adalah gangguan peredaran darah
otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau
hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Menurut (Marilyn E,Doenges:2000) stroke/penyakit serebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun
structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
atau dari seluruh system pembuluh darah otak.
B. ETIOLOGI
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya
berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
C. PATOFISIOLOGI
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke
otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di
sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal„ jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat .
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih
vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan
tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak
di nukleus kaudatus, talamus, dan pons . Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih
dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
D. PATHWAY
sirkulasi serebral.
merusak
sirkulasi cerebral.
2. Stroke Haemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun.
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit
neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke
antara lain :
1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi
pada sesi otak yang berlawanan,hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuh.
2. Kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia
(bicara deektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
3. Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual
spasial,kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5. Disfungsi kandung kemih.
Asosiasi pemulihan stroke di New South Wales tampil dengan suatu
akronim untuk membuat orang tahu bila mereka dalam bahaya akan terkena
serangan stroke, atau telah mengalaminya tanpa menyadarinya yaitu DANGER
(Henderson,2002:10)
a. Dizziness or unsteadiness (rasa pening atau rasa tidak tetap pada tangan atau
pada tangan dan atau pandangan mata).
b. A change in mental abilities (suatu perubahan dalam kemampuan-
kemampuan mental).
c. Numbness,weakness,or paralisys in the face,arm or leg on one side of the
body (mati rasa, rasa lemah,atau lumpuh wajah, atau tungkai pada satu sisi
tubuh).
d. Garbled speech or inability to speak (bicaranya kacau, atau kata katanya
terbolak-balik,atau ketidakmampuan untuk berbicara).
e. Eye problem (masalah-masalah mata) penglihatan suram yang tiba-tiba pada
satu mata atau terjadi penglihatan ganda.
f. Report to your doctor immediately (laporkan pada dokter dengan segera)
karena gejala-gejala ini pulih dengan cepat dan barangkali tidak akan ada
peringatan kedua.
G. KOMPLIKASI
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat
paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan
darah ke paru.
b. Dekubitus
sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
pneumoni.
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
sebagai berikut :
1. Laboratorium
- Waktu protrombin
- APTT
- Kadar fibrinogen
- D-dimer
- INR
- Viskositas plasma
3. Foto Thorax
4. Angiografi serebral
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
5. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal
pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu
hari-hari pertama.
6. CT scan.
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
8. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
9. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
I. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat
lain dalam sistem kardiovaskuler.
Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.
2. KEPERAWATAN
a. Phase Akut :
Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.
b. Post phase akut :
Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
Program fisiotherapi
Penanganan masalah psikososial
KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Serangan stroke berlangsuung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri
kepala, mual, muntah,bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung,anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan anti kougulan, aspirin, vasodilatator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan.
c. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat
operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan
dalam memotar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan
bola mata kelateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus
olfaktorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
- Inspeksi : Bentuk simetris
- Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
- Perkusi : Nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
- Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara
jantung I dan II mur-mur atau gallop.
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
- Auskultasi : Bisisng usus agak lemah.
- Perkusi : Nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke hemoragik biasnya ditemukan hemiplegi
paralisa atau hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga
dilakukan pengukuran kekuatan otot, normal : 5. Pengukuran kekuatan otot
menurut (Arif mutaqqin,2008):
1) Nilai 0 : Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2) Nilai 1 : Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
3) Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
4) Nilai 3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
5) Nilai 4 : Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
6) Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
1) CT scan (Computer Tomografi Scan) : Pembidaian ini memperlihatkan
secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang pemadatan terlihat
di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2) MRI (Magnatik Resonan Imaging) untuk menunjukkan area yang
mengalami infark, hemoragik.
3) Angiografi serebral : Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
4) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke.
5) Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
6) Elektro Encephalografi (EEG) mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
3) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
4) Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian
berangsur-rangsur turun kembali.
5) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan.dengan terputusnya aliran
darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema
serebral, suplai darah dan O2 ke otak menurun.
Definisi : keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami suatu
penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler disebabkan suatu
penurunan suplai darah kapiler .
Batasan karakteristik (Doenges,ME:2000) Mayor :perubahan tingkat
kesadaran, kehilangan memori, perubahan respon motorik/sensori, emosi,
defisit sensori, bahasa, intelektual dan emosi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler,
kelemahan, parestesia, flaksid/ paralysis hipotonik, paralysis spastis.
Definisi :keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik tapi bukan imobilisasi.
Batasan karakteristik (Carppenito,L.J:2000)
Mayor :penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja keterbatasan
rentang gerak
Minor :pembatasan gerak yang dipaksakan,enggan untuk bergerak.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
serebral,neuromuskuler,kehilangan tonus/kontrol otot fasia/oral.
Definisi :keadaan dimana seorang individu mengalami/dapat mengalami
penurunan kemampuan atau ketidakmampuan untuk berbicara tetapi dapat di
mengerti orang lain.(Carpeniti,L.J,2000)
Batasan karakteristik: kerusakan artikulasi, disatria, ketidakmampuan
berbicara, menyebutkan kata-kata.
4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori,trauma neurologis.
Definisi :keadan dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko
mengalami suatu perubahan dalam jumlah,pola atau interpretasi stimulius
yang datang. Batasan karakteristik
- Disorientasi waktu,tempat,orang
- Perubahan pola perilaku/respon
- Konsentrasi menurun
- Halusinasi
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
C. RENCANA TINDAKAN
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan.dengan terputusnya aliran
darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema
serebral
Tujuan dan kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
- Peningkatan fungsi kognitif, motorik, sensorik
- Tingkat kesadaran membaik
Intervensi:
Intervensi
Intervensi
D. PELAKSANAAN
Implementasi Keperawatan adalah pengolahan dan perwujutan dari recana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu :
1. Tepat waktu.
2. Pelaksaan tindakan keperawatan sesuai dengan program terapi.
3. Dalam pelaksanaan tindakan privasi pasien harus dijaga.
E. EVALUASI
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian
dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala sesuai
dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. F
2. Umur : 65 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Buddha
5. Suku/Bangsa : Tionghoa / Indonesia
6. Pendidikan : (Tidak Dilampirkan)
7. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Alamat : Kampung Baru RT. 06 / RW 02
9. Penangung Jawab : Nn. Desi
10. Hubungan dengan Pasien : Anak
b. Minum
Pengkajian Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi ± 8 gelas sehari 6 – 7 x per hari
Jumlah (cc) ± 3 Liter/hari 1 liter / hari
Jenis Air putih air putih
Data Tambahan lain tidak ada tidak ada
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : ± 65
Saat sakit : ± 63
Tinggi Badan : ± 165
Keterangan:
BB Ideal = BB/TB – 100 x 100%
>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2
<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%
BB sblm skt
3.Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jml jam tidur siang 30 menit sekitar 1- 2 jam
Jml jam tidur malam ± 7-8 jam 4 – 5 jam
Pengantar tidur Tidak ada tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada tidak ada
Masalah Keperawatan:
4.Pola aktivitas latihan
Tidak ada masalah
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Masalah Keperawatan:
6.Pola Eliminasi
Pemeriksaan Eliminasi Urin Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekuensi/hari 6-8x/hari 6 – 7x perhari
Pancaran (Kuat, lemah, Kuat kuat
menetes)
Jumlah/BAK ± 250 cc ± 250 cc
Bau Khas BAK bau obat
Warna Bening kekuning kuningan kuning kekuningan
Perasaan stlh BAK Normal tidak ada nyeri normal tidak ada nyeri
Total Produksi urin/hari (cc) ± 1300 cc 1250 cc
Kesulitan BAK Tidak ada tidak ada
Balance Cairan
Pemeriksaan Jenis (cc) Total
Intake Makan: 200 cc 4200 cc
Minum: 2500 cc
Infus: 1500 cc
Transfusi: -
Output Urine: 1250 3820 cc
Feses: 2000
Muntah: - -
Drainage: -
Pendarahan : -
IWL: 10cc x 57 kg = 570 cc
Balance Cairan Total intake-total output 380
9. Pola koping
. a. Pola koping : Klien mengatakan bahwa dia menyerahkan kesehatannya ke tangan
Tuhan dan petugas kesehatan yang ada
b. Pola peran dan berhubungan : Hubungan dengan keluarga masih terjalan dengan
baik
Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi : 80 x/m
b. Suhu : 36.6 C
c. RR : 20 x/m
d. Tekanan Darah : 140 / 94 mmHg
e.Nyeri : Tidak ada
-Palliative/Profokatif : tidak terkaji
- Quality : tidak ada
- Region : tidak ada
- scale : tidak ada
- Time : tidak ada
Depan Belakang
3. Kepala :
Kulit : bersih, tidak ada lesi
Rambut : rambut berwarna putih dan lebat
Muka : bersih
5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi : kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi maupun masa
b. Palpasi : kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi ataupun masa
Tractil Fremitus : teraba kiri dan kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler (+/+)
Suara Nafas tambahan: tidak ada
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : normal, tidak terdapat lesi
b. Palpasi
Iktus Cordis : terdapat iktus cordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midclavikula kiri
c. Perkusi
Batas Jantung : - Batas atas ICS II linea parasternalis
- Batas bawah ICS IV linea parasternalis
- Batas kiri ICS II parasternal kiri
- Batas kanan ICS IV parasternal kanan
Pembesaran Jantung : Tidak ada pem besaran jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal BJ I : lup
BJ II : dup
BJ III : -
BJ IV : -
Bunyi tambahan : tidak ada
e. Cappilary Refill : < 2 detik
b. Sistem sensorik
Tajam : klien dapat merasakan ketajaman
Tumpul : klien dapat merasakan benda tumpul
Halus : klien dapat merasakan benda halus
Kasar : klien dapat merasakan benda kasar
c. Sistem motorik
Keseimbangan : tidk dikaji
Koordinasi gerak : tidak dikaji
d. Reflek
Bisep : tidak dikaji
Trisep : tidak dikaj
Patella : normal
Meningeal : normal
Babinsky : normal, terjadi pergerakan fleksi jari jari kaki dan
pergerakan tungkai
Chaddock : reflek chaddock negative
Jenis
Saraf Kranials Fungsi Fungsi
Pasien dapat membedakan bau minyak wangi dan
I Olfaktorius Sensorik bauk teh
II Optikus Sensorik ada gangguan penglihatan
Dilatasi reaksi pupil n o r m a l terjadi pengecilan
III Okulomotor Motorik pupil ketika ada pantulan cahaya.
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk : normal
Tepi Perut : tidak ada pembengkakan
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada penumpukan cairan
b. Auskultasi
Peristaltik : bising usus terdengar 10 x
c. Palpasi
Massa : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Pembesaran hepar : tidak ada
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : tidak ada nyeri
d. Perkusi : terdengar suara tympani di semua kuadran abdomen
e. Rektum : tidak dikaji
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : - gerakan saraf pasif terutama anggota gerak
kanan
b. Keseimbangan : lemah
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra :2
Masalah keperawatan :
Masalah keperawatan :
0 – 24 resiko rendah
25 – 44 resiko jatuh sedang
> 45 resiko jatuh tinggi
Masalah keperawatan :
Resiko Jatuh
13. Terapi
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
ANALISA DATA
No Symptomp Etiologi Problem
1 DS : Keluarga pasien mengatakan pasien Kurangnya Ketidakefektifan
sering sakit kepala, dan tiba – tiba tubuh
suplai oksigen perfusi jaringan
pasien bagian kanan susah digerakkan,
bicara parau, keluarga pasien juga dan darah ke cerebral
mengatakan memiliki riwayat hipertensi
otak
dan hiperkolesterol
DO : (Domain 4,
- Hemiparese dextra aktivitas/istirahat,
- kedua tungkai oedema,
kelas 2,
- kesulitan bicara,
- Nadi : 80 x/m aktivitas/olahraga,
- Suhu : 36.6 C
kode 00201)
RR : 20 x/m
- Tekanan Darah : 140 / 94
mmHg
2. DS : penurunan Gangguan
- Pasien mengatakan tangan dan kekuatan otot Mobilitas Fisik
kaki kanan mengalami kelemah
- Pasien mengatakan kebutuhannya
dibantu oleh keluarga
DO :
- Ku : sedang
- composmentis
- TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC - RR= 20 x/menit
- Kekuatan skala otot 4 5 4 5
- Segala aktifitas pasien dibantu
seperti makan minum mobilisasi
berpakaian dll
- Pasien terdapat gangguan pada
anggota badan sebelah kanan
tangan kanan hanya bisa
melakukan fleksi ekstensi
sedangkan kaki kanan hanya
abduksi dan adduksi
- Pasien tampak bedrest total
- Pasien terpasang kateter
3 DS : Risiko Jatuh
pasien mengatakan lemah anggota gerak
DO:
- Pada saat pemeriksaan
fisik, musculoskeletal
pasien mengalami
motoric slight
hemiparese
- Nilai MORSE FALL
SCALE yaitu 70, yang
artinya memiliki tinggi
resiko jatuh
- Tampak Segala
aktifitas pasien dibantu
seperti makan minum
mobilisasi berpakaian
dll
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. F Nama Mahasiswa : Safira A.S
Ruang : Tribrata Nim : G1B221025
No RM : 09-12-95
No Tanggal dan Diagnosa Keperawatan TTD
Jam
1. 20/09/2021 Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral SAFIRA
08:00 WIB
b/d Kurangnya suplai oksigen dan darah
ke otak
IMPLEMENTASI KEPERWATAN
Tanggal Diagnosa Implementasi TTD
dan Waktu
20/09/2021 Ketidakefektifan 1. Mengidentifikasi penyebab
pukul 08:00 TIK
perfusi jaringan
WIB 2. Melakukan monitor TTV
cerebral b/d
3. Memberikan gerak kepala dan
Kurangnya suplai leher
P:
- Lanjutkan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeh.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa
Tim Penerbit PSIK UNPAD.Jakarta: EGC.
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh
Sembilan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.