Anda di halaman 1dari 14

Universitas faletehan

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

HIPERTENSI

WIYAH

1018031132

PSIK 4 C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

TAHUN2021/2022
A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi didefinisisan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 140 mmhg dan teknan diastolic di atas 90 mmhg. Penderita hipertensi mengalami
peningkatan tekanan darah melebihi batas normal. Dimana tekanan darah normal sebesar
110/90 mmhg. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, tehanan perifer pada
pembuluh darah,volume atau isi darah yang bersirkulasi. Hipertensi dapat menyebabkan
komplikasi seperti penyakit jantung coroner, left ventricle hypertrophy, dan store yang
merupakan pembawa kematian tinggi.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
factor resiko yang dimiliki seseorang. Fsktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Serta factor yang
dapat dikontrol seperti gaya hidup meliputi obesitas, aktivitas fisik, merokok, konsumsi
alcohol, kebiasaan tidur, dan lain sebagainya. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi kebeberapa organ vital
seperti janung (infark miokard, jantung coroner, gagal jantung kongestif ) otak (stroke,
ensolopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis, ) mata ( retinopati hipertensif).
Hipertensi merupakan factor resiko utama penyebab kematian di dunia. Hipertensi
sangat dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang yang sering disebut sebaga
the killer disease karena penderita tidak mengetahui jika dirinya mengidap hipertensi.
Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat hipertensi. Hipertensi juga
dikenal sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang setiap orang dari
berbagai kelompok umur, social, dan ekonomi (WHO, 2015).
WHO menyatakan bahwa hipertensi merupakan salah satu contributor paling
peting untuk penyakit jantung dan stroke yang bersama-sama membentuk penyebab
nomro satu kematian dini dan kecatatan dunia (WHO,2018).
Data word health organization (WHO) menunjukan bahwa hipertensi diperirakan
menyebabkan 7,5 juta kematian atau 12,8 % dari total kematian tahunan. Sseorang
dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah
diastolic 90 mhg tingginya angka mortalitas disebabkan oleh factor resiko utama, yaitu
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan
resiko tekanan stroke dan penyakit jantung coroner (WHO, 2017).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedaka menjadi 2 kelompok :
a. Hiprtensi esensial/ hipertensi primer
Hipertensi esensia adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik). Terjadi pada sekitar 95% penderita hipertensi. Hipertensi primer sering
turun menurun dalam suatu keluarga. Hal ini setidaknya menunjukan bahwa factor
genetic memegang peranan penting pada pathogenesis hiper tensi primer. Banyak
factor yang mempengaruhi selain genetic, seperti lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatis, dan factor-fakto yang meningkatkan resiko, sepeerti obesitas,
konsumsi alcohol, serta meroko.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%penderia hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit gijal, pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (missal pil KB).

Klasifikasi hipertensi menurut AHA 2019

kategori Tekanan darah sistol Tekanan darah diastole


(mmhg) (mmhg)
Optimal normal normal- <120 <80
tinggi <130 <85
130-139 85-89
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan ) sub- group : 140-149 90-94
perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥180 ≥110
Hipertensi sistol terisolasi ≥140 <90
(isolated systolic
hypertension)
Sub-group : perbatasan 140-149 <90
(sumber: sani,2008)

C. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer tanpa penyebab yang diketahui, kondisi in
bersifat poligenik. Ada sekitar 95% kasus. Genetika, lingkungan, peningkatan stimulasi
simpati akibat meningkatnya resistensi perifer atau perubahan curah jantung, peningkatan
reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin- aldosteron,
penurunan vasodilatasi arteriol atau resistensi terhadap kerja insulin dan faktor-faktor
peningkat risiko, seperti obesitas, diabetes, alkohol, merokok, gaya hidup yang buruk,
olahraga dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Sekitar 5% kasus. Penyebab spesifik yang diketahui, seperti
penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim renal, hiper-aldosteronisme (hipertensi
mineralokortikoid), medikasi tertentu, hipertensi terkait kehamilan dan koarktasio aorta.
Hipertensi juga dapat bersifat akut, yang menandakan adanya gangguan yang
menyebabkan perubahan resistensi perifer atau perubahan curah jantung.

D. PATOFISIOLOGI
Pada dasarnya, tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan teknan perifer.
Berbagai factor yang mempengaruhi curah jantung dan tekanan perifer akan
mempengaruhi tekanan darah seperti asupan garam yang tinggi , factor genetic, stress,
obesitas, factor endotel. Selain curah jantung dan tekanan perifer sebenarnya tekanan
darah dipengaruhi juga oleh tebalnya atrium kanan, tetapi tidak mempunya banyak
pengaruh. Dalam tubuh terdapat sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian
tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem yang bereaksi dengan
cepat misalnya reflek kardiovaskuler melalui sistem saraf reflek kemoreseptor. Respon
iskemia, susunan pengendalian yang bereaksi sangat cepat diikuti oleh sistem
pengendalan yang bereaksi kurang cepat, misalnya perpindahan cairan antara sirkulasi
kapiler dan rongga intersisial yang dikontrol hormone angiotension dan vasopressin.
Kemudian dilanjutkan sistem yang poten dan berlangsung dalam jangka panjang
misalnya kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ. Peningkatan
tekanan darah pada hipertensi primer dipengaruhi oleh beberapa faktor genetik yang
menimbulkan perubahan pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis
dan renin, angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan
natrium dan metabolisme natrium dalam ginjal serta obesitas dan faktor endotel. Akibat
yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi antara lain penyempitan arteri
yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan karena jaringan
otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah
otak dan akan mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian
dapat menimbulkan stroke. Komplikasi lain yaitu rasa sakit ketika berjalan
kerusakan pada ginjal dan kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan
kebutaan, sakit kepala, Jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban kerja, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari
telingga berdering (tinnitus) dan dunia terasa berputar,

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut infodatin kemenkes RI (2014), hipertensi merupakan silent killer yang gejalanya
dapat berfariasi pada masing-masing individu dan hamper sama dengan gejala penyakit
lainya. Gejala- gejala itu adalah :
 Sakit kepala / rasa berat di tengkuk
 Vertigo
 Jantung berdebar- debar
 Mudah lelah
 Pengkihatan kabur
 Telinga berdenging (tinnitus)
 Mimisan
Sedangkan menurut Krisnanda (2017), gambaran klinis pasien hipertensi
meliputi nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan
kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak
mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Gejala lain yang umumnya
terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

F. PENATA LAKSANAN
Terapi Farmakologi
Obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi menurunkan resistensi perifer,
volume darah, atau kekuatan dan kecepatan kontraksi miokard. Untuk pasien dengan
hipertensi tanpa komplikasi dan tidak ada indikasi khusus untuk pengobatan lain,
pengobatan awal yang direkomendasikan termasuk diuretik, beta-blocker, atau keduanya.
Pasien pertama-tama diberikan obat dosis rendah. Jika tekanan darah tidak turun hingga
kurang dari 140/90 mm Hg, dosis dinaikkan secara bertahap, dan obat tambahan
dimasukkan seperlunya untuk mencapai kontrol. Tabel 32-4 menjelaskan berbagai agen
farmakologis yang direkomendasikan untuk pengobatan hipertensi. Bila tekanan darah
kurang dari 140/90 mm Hg selama minimal 1 tahun, pengurangan jenis dan dosis
pengobatan secara bertahap diindikasikan. Untuk meningkatkan kepatuhan, dokter
mencoba untuk meresepkan jadwal pengobatan yang paling sederhana, idealnya satu pil
sekali setiap hari (Schroeder, Fahey & Ebrahim, 2004).

Terapi Non Farmakologi


Hipertensi, terutama peningkatan tekanan darah sistolik, meningkatkan risiko
kematian, stroke, dan gagal jantung pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun dan
pengobatan mengurangi risiko ini (Chobanian, et al., 2003). Seperti pasien yang lebih
muda, pasien yang lebih tua harus memulai pengobatan dengan modifikasi gaya hidup.
Jika obat-obatan diperlukan untuk mencapai tujuan tekanan darah kurang dari 140/90 mm
Hg, dosis awal harus setengah dari yang digunakan pada pasien yang lebih muda.
Dibandingkan dengan orang yang berusia antara 50 dan 80, penelitian tentang
pengobatan hipertensi dan tujuan yang tepat pada orang berusia di atas 80 tahun jauh
lebih sedikit. Hasil dari uji coba terkontrol secara acak pada peserta

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada hipertensi

Tujuan utama dari penanganan krisis hipertensi adalah mencegah progresifitas kerusakan
organ target. Obat – obatan yang ideal digunakan pada kondisi pasien dengan hipertensi
emergensi bersifat: memberikan efek penurunan tekanan darah yang cepat, reversible dan
mudah dititrasi tanpa menimbulkan efek samping. Pengendalian penurunan tekanan darah
tersebut harus benar – benar terkontrol dengan baik dengan mempertimbangkan manfaat
yang dicapai dan efek hipoperfusi yang mungkin terjadi. Target penurunan tekanan darah
sistolik dalam satu jam pertama sebesar 10 – 15% dari takanan darah sistolik awal dan
tidak melebihi 25 %. Jika kondisi pasien cukup stabil maka target tekanan darah dalam 2
sampai 6 jam selanjutnya sekitar 160 /100 – 110 mmHg. Selanjutnya hingga 24 jam
kedepan tekanan darah dapat diturunkan hingga tekanan sistoliknya 140 mmHg
(Chobanian, et all, 2003).

1) Primary survey meliputi Airway, Breathing, Circulation


2) Meminimalisir rasa nyeri
3) Mencegah cedera iskemia-reperfusi
4) Menghilangkan dan mencegah sumber-sumber potensial kontaminasi
5) Secondary survey

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk pasien hipertensi sebenarnya cukup dengan menggunakan
tensi meter tetapi untuk melihat komplikasi akibat hipertensi, maka diperlukan
pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Hemoglobin/hematocrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor- factor resiko seperti hipokogulbilitis,
anemia.
2. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemia (disbetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hypokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum: peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
hipertensi.
8. Kadar aldosterone urine dan serum : untuk menguji aldosteroidisme primer
(penyebab)
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin ) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma ( penyebab) : VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai factor resiko terjadinya
hipertensi
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma
atau disfungsi ptuitari, sindrom cushing’s, kadar renin dapat juga meningkat
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal atau ureter.
14. Fato dada : dapat menunjukan obstruksi kalsifikasi pada area katub,defosit pada
dan /EKG atau takik aorta, pembesaran jantung
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, enselofalopati, atau feokromositoma.
16. EKG : dapat menunjukan pembesaran jantung pola regangan, gangguan konduksi ,
catatan: luas, peninggian gelombang p adalah salah satu tanda diri penykit jantung
hipertensi.
H. PATWAY

Factor predisposisi:
- Umur
- Obesitas
- Jeis kelamin
- Gaya hidup

Hipertensi

Otak
Emboli/gelembung ginjal
gas tersangkut/udara

Vasokontriksi
pmbuluh darah Suplai O2 ke Resistensi
ginjal otak pembuluh darah
otak

Aliran darah Resiko perfusi


serebral tidak Tekanan pembuluh
efektif darah otak
Respon rennin
angiotension dan
aldostero
Nyeri tekan

Aldosterone
Nyeri akut

Retensi Na

edema

hipervolemi
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
A. Pengkajian Primer
Mengkaji ABCD
1) Airway + Control servical
- Bersihan jalan napas, ada tidaknya sumbatan jalan napas (gurgling, snoring,
stridor)
- Kaji indikasi curiga fraktur servical (multiple trauma, jejas/luka diatas
klavikula, trauma kepala disertai penurunan kesadaran, biomekanika trauma
mendukung)
2) Breathing + Control ventilasi
- Frekuensi napas, saturasi oksigen
- Inspeksi: kesimetrisan dada kanan dan kiri, adanya deviasi trakea, pelebaran
vena jugularis, luka atau jejas
- Auskultasi: suara paru (vasikuler, terdengar menjauh, tidak terdengar)
- Perkusi: dada 10 titik (sonor, hipersonor, redup)
- Palpasi: adanya krepitasi klavikula, sternum, kosta
3) Circulation
- Hentikan perdarahan dengan balut tekan/bidai
- Kaji tanda syok (suhu, nadi, tekanan darah, warna kulit, akral, CRT)
- Jika ada tanda-tanda syok berikan infus 2 jalur
4) Dissability
- Tingkat kesadaran pasien menggunakan GCS
- Nilai lateralisasi pupil (isokor/an isokor, motoric)
5) Exposure
- Buka pakaian pasien
- Selimuti untuk mencegah hipotermia
- Kaji apakah ada luka/perdarahan yang tidak terlihat
 PEMERIKSAAN FISIK
1) Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemerksaan fisik dengan BTLS (Bentuk, Tumor, Luka, Sakit) meliputi:
- Kranium (Kepala)
- Servical (Leher)
- Thorax (Dada)
- Abdomen (Perut)
- Pelvis (Panggul)
- Femur (Paha)
- Ekstremitas atas
- Ekstremitas bawah

2) Anamnesa KOMPAK
a. Keluhan
b. Obat yang terakhir dikonsumsi
c. Makanan yang terakhir dimakan
d. Penyakit penyerta
e. Alergi
f. Kejadian

No Masalah keperawatan Tujuan & kreteria hasil Intervensi


1 Nyari akut Tingkat nyeri Menejemen nyeri
. berhubugan dengan Setelah dilakukuan intervensi Observasi
agen pencedera selama 1x24 jam diharapkan - Identifikasi
fisologis tingkat nyeri menurun degan lokasi ,
kreteria hasil : karakteristik ,
- Keluhan nyeri : durasi , frekuensi ,
menurun kualitas , intensitas
- Mengiris : menurun nyeri
- Kesukitan tidur : - Identifikasi skala
menurun nyeri
- Ketegagangan otak : - Identifikasi factor
menurun yang
- Frekuensi nadi : memeperberat
membaik nyeri
- Pola nafas : membaik Teraupeutik
- Tekanan darah : - Berikan terapi
membaik komplementer
untuk menguragi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolabiorasi
pemberian
analgetik
2. Penurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan perubahan salama 1x24 jam diharapkan - identifikasi tanda
frekuensi jantung curah jantung meningkat dengan gejala penurunan
kreteria hasil : curah jantung
- Lelah : menurun - monitor tekanan
- Dipsnea : menurun darah
- Pucar / sianosis : - perioksa tekanan
menurun darah dan
- berat badan : frekuensi nadi
menurun sebelum dan
- tekanan darah ; sesudah aktifitas
membaik Teraupetik
- Posisikan semi
fowler atau fowler
- Berikan terapi
relakasasi untuk
mengurangi stress,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan
beraktifitas fisik
secara bertahap
- Anjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
- Kolabirasi
pemberian oksigen
3. Intoleransi aktifitas Manajemen energi
berhubugan dengan Setelah dilakukan intervensi Obervasi
ketidakseimbanagn salama 1x24 jam diharapkan - Identifikasi
anatara suplai dan toleransi aktifitas meningkat gangguan fungsi
kebutuhan oksigen dengan kreteria hasil : tubuh yang
- Keluhan Lelah : mengakibatkan
menurun kelemahan
- Sianosis : menurun - Monitor lokasi dan
- Tekanan darah : ketidaknyamanan
membaik selaa melakukan
aktifitas
Teruapetik
- Anjurkan
melakukan
aktifitas secara
bertahap
- Berikan aktivitas
distraksiyang
menenangkan
Edukasi
- Ajarkan strategi
kopibg untuik
menguirangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan

Anda mungkin juga menyukai