2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik
yaitu (Khairunnisa, 2019) :
4 Hipertensi
3. Etiologi Hipertensi
3) Kebiasaan hidup
Suatu kebiasaan dan gaya hidup yang serba instan sering menyebabkan
timbulnya hipertensi. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Konsumsi garam yang tinggi
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Tingginya konsumsi garam
mengakibatkan tekanan darah meningkat. Penelitian telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan
tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik akan
menurunkan tekanan darah.
b) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu perbandingan
antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan
erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi
langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20- 33%
memiliki berat badan lebih (overweight).
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi
hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita
hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).
4) Stres atau Ketegangan Jiwa.
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
5) Pengaruh Lain
a) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses
artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya
artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai
ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri
.
b) Olah Raga
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui
mekanisme penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus
simpatis, meningkatkan diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi
pembuluh darah, meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein) dan
menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui kegiatan
olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Olahraga yang
teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan
olahraga aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah tanpa
perlu sampai berat badan turun.
c) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum
jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam
menaikkan tekanan darah.
b. Hipertensi Sekunder
4. Patofisiologi Hipertensi
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi dua yaitu: (Abu ardianto,
2018):
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekana darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terjadi jika tekanan arteri tidak
teratur.
b. Gejala yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala yang terlazim yang menyertai hipertensi
antara lain nyeri kepala, dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala yang terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pemeriksaan medis.
Tanda dan gejala dari beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu
(Ibrahim, 2011):
1) Mengeluh sakit kepala, pusing.
2) Lemas, kelelahan.
3) Sesak napas.
4) Gelisah.
5) Mual, Muntah.
6) Epistaksis.
7) Kesadaran menurun.
a) Deuretik
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu (Abu Ardianto, 2018):
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
3) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
ginjal.
4) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan.
5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien .
9. Komplikasi
Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan komplikasi pada organ-organ
tubuh yaitu sebagai berikut (Sumaryati, 2018):
a. Komplikasi pada otak (Stroke).
Aliran darah di arteri terganggu dengan mekanisme yang mirip dengan
gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan jantung atau angina.
Apabila otak kekurangan oksigen dan nutrisi akibat pembuluh darah di otak
tersumbat, maka akan mengakibatkan terjadinya stroke.
b. Komplikasi pada Mata.
Hipertensi dapat mempersempit dan menyumbat arteri dimata, sehingga
menyebabkan kerusakkan pada retina. Keadan ini disebut penyakit vaskuler
retina. Jika berkepanjangan dapat menyebabkan retinopati dan berdampak
kebutaan.
c. Komplikasi pada Jantung.
.
a. Data Dasar
Persepsi klien tentang kesehatan; upaya yang biasa dilakukan untuk
mempertahankan hidup sehat; alasan pasien masuk Puskesmas (keluhan
utama) yang dialami pasien; faktor pencetus dan lamanya keluhan;
timbulnya keluhan (mendadak atau bertahap); upaya yang dilakukan
untuk mengatasi keluhan. Pola nutrisi: frekuensi; jenis; pantangan; nafsu
makan. Pola eliminasi : BAB dan BAK. Pola aktivitas dan latihan. Pola
tidur dan istirahat. Pola pikir. Persepsi; persepsi diri; mekanisme koping;
sistem nilai kepercayaan. Pengakajian fisik yang meliputi: keadaan umu
pasien; sakit (ringan; sedang; berat). Kesadaran: komposmentis; apatis;
somnolen; soporus; koma; refleks; sensibilitas; nilai Glasgow cOma
Scale (GCS). Tanda-tanda vital: suhu; tekanan
3. Fokus Intervensi
a. Nyeri (akut), sakit kepala
Tujuan:
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak (Putri, 2021).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan) (Putri, 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Febrianti, D., Hamid, A. Y. S., & Wardani, I. Y. (2015). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Klien Hipertensi Dengan Ansietas Menggunakan Pendekatan Uncertainty in Illness
Dan Comfort Theory. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 113-118.
Putri, N. A. S., Diana, M., Wijayanti, D. P., & Riesmiyatiningdyah, R. (2021). KTI ASUHAN
KEPERAWATAN PADA LANSIA TN. P DENGAN MASALAH KEPERWATAN
NYERI AKUT DENGA DIAGNOSA HIPERTENSI DI DESA TONGAS WETAN
KECAMATAN TONGAS PROBOLINGGO (Doctoral dissertation, Politeknik
Kesehatan Kerta Cendekia).
Sumaryati, M. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga Ny” M”
Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota
Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 7(2), 205-209.
Sumadi, A. R., & Sarifah, S. (2020). Pemanfaatan Teknik Relaksasi Massase Punggung Dalam
Penurunan Nyeri Pada Asuhan Keperawatan Pasien Hipertensi. IJMS-Indonesian
Journal on Medical Science, 7(1).