Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PPOM


Dosen Pembimbing : Purnomo, S.Kep., M.H.Kes.

Disusun oleh :
1. Zainatun Ni’mah (7201530)
2. Dana Indah Wulan S (720153056)
3. Desti Kumalasari (720153057)
4. Dewi Kusuma W (720153058)
5. Dewi Laila H (720153059)
6. Dinar Arisanti (720153060)
7. Esa Zulfia (720153061)
8. Evita Maya Y (720153062)
9. Fittia Oktaviani (720153063)

SI Keperawatan IB

1
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya Saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan PPOM“.

Penulisan makalah ini dimaksud untuk memenuhi salah satu penugasan Sistem
Kardiovaskuler program pendidikan Strata I jurusan keperawatan STIKES Muhammadiyah
Kudus.

Pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan, partisipasi, dan
bimbinganya, kepada :

1. Bapak Purnomo
2. Staf Perpustakaan STIKES Muhammadiyah Kudus
3. Seluruh rekan-rekan yang telah membantu pembuatan makalah ini.

Atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
Saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari seluruh pembaca
sekalian demi kesempurnaan Makalah ini.

Saya mengharapkan kiranya Makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
seluruh rekan-rekan Mahasiswa- Mahasiswi STIKES Muhammadiyah Kudus.

Kudus, 28 Januari 2017

Penyusun

3
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................2
A. Definisi.....................................................................................................................................2
B. Etiologi.....................................................................................................................................2
C. Tanda dan Gejala....................................................................................................................2
D. Patofisiologi.............................................................................................................................1
E. Pathway...................................................................................................................................2
F. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................1
G. Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................................................1
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................................3
A. Pengkajian................................................................................................................................3
B. Diagnosa...................................................................................................................................4
C. Intervensi Keperawatan............................................................................................................4
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................................6
Kesimpulan........................................................................................................................................6
Saran..................................................................................................................................................6
References.........................................................................................................................................6

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang
sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis,
Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Penderita dengan tipe emfisematosa yang
mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa
riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat
penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor
pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa
tahun sesudah timbulnya penyakit.
PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun) adalah istilah dan kumpulan
beberapa kondisi yang ditandai dengan kekebalan yang meningkat terus pada aliran
darah ekspirasi, PPOM meliputi Kronis dari jalan nafas bawah yang berlanjut pada
penyempitan dan obstruksi jalan napas. Empisema adalah adanya Pembesaran ruang
udara distral pada bronkiolus terminal.

B. Tujuan

a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOM
(Penyakit Paru Obstruksi Menahun).

b. Tujuan khusus
 Mengetahui tentang definisi dari PPOM.
 Mengetahui etiologi, tanda dan gejala dari PPOM.
 Mengetahui patofisiologi dan pathway dari PPOM.
 Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada
PPOM.
 Mengetahui pengkajian, diagnosa, dan intervensi pada PPOM.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun) adalah istilah dan kumpulan beberapa
kondisi yang ditandai dengan kekebalan yang meningkat terus pada aliran darah
ekspirasi, PPOM meliputi Kronis dari jalan nafas bawah yang berlanjut pada
penyempitan dan obstruksi jalan napas. Empisema adalah adanya Pembesaran ruang
udara distral pada bronkiolus terminal.

PPOM merupakan suatu istilah yang sering digunkan untuk sekelompk penyakit
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
Udara, Bronkitis Kronik, Empisema paru dan asam bronkial membentuk kesatuan
yang disebut PPOM/PPOK

B. Etiologi
1. Merokok
2. Polusi udara
3. Pemajaman okupasi
4. Alergi Autoimun
5. Infeksi
6. Predisposisi genetik
7. Penuaan

C. Tanda dan Gejala

Akan dijumpai dari kedua penyakit, emfisema dan bronkitis kronis, serta
gejala lain :

 Gejala bronkiris kronis :


 Batuk produktif berakhir setidaknya 3 bulan selama 1 tahun.
 Sputum gelatin dan kental
 Dispnea dan wheezing
 Gejala emfisema
 Dispnea, toleransi latihan menurun (Lemah)
 Batuk
Penggunaan obat aksesoris pernapasan dan otot abdomen selama ekspirasi
penurunan/tidak adanya bunyi napas, krekels, penurunan bunyi jantung.

D. Patofisiologi
Bronkitis kronis dan emfisema merupakan 2 proses yang berbeda, tapi kedua
penyakit ini sering ditemukan bersama-sama pada penderita PPOM, Temuan patologis
utama pada bronkitis kronik adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah dan ukuran sel globet. Pembentukan mukus yang meningkat
2
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Faktor etiologi utama adalah
merokok dan polusi udara, polusi udara yang terus menerus merupakan predissilia dan
fagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat.
Emfisema merupakan penyakit obstrukif kronis dengan karakteristik
penurunan elastisitas paru dan luas permukaan alveolus yang berakibat destruksi
dinding alveolus, penyebab pasti emfisema belum jelas, tapi penyakit muncul setelah
bertahun-tahun merokok. Komponen dalam asap rokok diduga mengubah secara
langsungstruktur melalui elastik, sebagai akibatnya elastisitas jalan nafas hilang dan
kolaps alveoli, menurunkan ventilasi. Dinding diantara alveolus dapat mengalami
kerusakan, keadaan ini menyababkan luas permukaan-permukaan alveolus untuk
petukaran gas berkurang dan menurunkan kecepatan difusi.

E. Pathway

3
4
F. Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar X (Rontgen) dada mendeteksi hiperinflasi,diafragma datar, peningkatan


runag retrostenal penanda vasikule.

2. Test fungsi pulmonal (PFI) untuk menunjukan obstruksi aliran udara,penurunan


volume ekspirasi kuat dalam 1 detik (FEV) terhadap rasio kapasitas vital kuat
(FVC), peningkata volume residu terhadap rasio kapasitas paru total (TLC) .

3. Gas darah arteri (GDA) untuk mendeteksi tekanan arterial (PaO 2) PH dan
peningkatan CO2 dan assay antri tripsin alpa untuk mendeteksi predisposisi
genetik pada emfisema.

4. Usam sputum dan kultur untuk mengidentifikasi patogen.

G. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Medis

a. Long-Acting beta agonist (LABA)/ Agonist beta 2 yang bisa bekerja lebih lama
dibandingkan agonist beta 2 yang bekerja lebih cepat, punya potensi untuk
memperbaiki bersihan mukosiliaris dan bisa bekerja sebagai bronkodilator.
Terapi kombinasi terdiri dari LABA dan kortikosteroid inhalasi memberi
aktivitas anti inflamasi dan memperbaiki bersihan mukosiliaris.

b. Menghindari zat-zat yang mengiritasi bronkus dengan menghentikan merokok.

c. Mencegah/memperlambat hipertensi pulmonal dan korpulmonal dengan


pengobatan O2 aliran rendah yang terus menerus.

d. Meningkatkan keefektifan pernafasan dengan latihan pernafasan.

e. Mengeluarkan sekresi bronkus dengan perkusi dan postural drainage.


f. Meringankan bronkospasme dengan obat bronkodilator seperti, Alkoutenal,
Tarbutalin, Vantin.

2. Keperawatan

 Pengkajian

 Data subjektif

 Ansietas

 Ketakutan (sufokasi mati)

 Keletihan

 Data obyektif

 Mengekspirasi yang terdengar

 Purse Lip breating

 Penggunaan obat bantu pernafasan

 Meningkatkan diameter A-P dada

 Bunyi nafas

 Nafas berkurang

 Krekel

 ronchi

 Jantung

 Hipotensia
 Takikardi

 Distritmia

 Retensi

 Konfunsi

 Samnolen

 Kehilangan memori

 Bronkospasme

 Anoreksia

 Gelisah

 BB turun

 Batuk produktif, dangkal dan pendek

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan
sehari – hari. Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga
mengidentifikasi faktor sosial dan lingkungan yang merupakan faktor pendukung
terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi type dari gejala yang muncul antara
lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi lainnya antara lain perjalanan
penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory
Rate dan Pola pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga
warna, jumlah, kekentalan dan bau sputum.
Palpasi dan perfusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap
peningkatan gerakan Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma.
Ketika mengauskultasi dinding dada pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup
waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas dalam tanpa adanya rasa pusing
(dizzy) (Loukenaffe, M.A, 2000).
Hal-hal yang juga perlu dikaji adalah :
1. Aktifitas / istirahat
Keletihan, kelemahan, malaise, ketidak mampuan melakukan aktifitas sehari-hari
karena sulit bernafas.
2. Sirkulasi
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, peningkatan tekanan darah, takikardi.
3. Integritas ego
Perubahan pola hidup, ansietas, ketakutan, peka rangsang.
4. Makanan/cairan
Mual/muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernafasan, turgor kulit buruk, berkeringat.
5. Higiene
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas
sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan.
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat atau faktor lingkungan.
8. Seksualitas
Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, keterbatasan mobilitas fisik.
(Doengoes, 2000)

B. Diagnosa

a. Ketidak efektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum.

b. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2


c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia

d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum

C. Intervensi Keperawatan

1. Ketidak efektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum.

Tujuan dan KH : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas


menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas.

Misal : batuk efektif

Intervensi :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat bila ada krekel, ronkhi, mengi.
R : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi napas dan
ditandai dengan krekel.
2. Kaji frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
R : Takipnea biasanya diderajat tertentu, ditemukan diinfeksi akut.
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya : peninggian kepala di
tempat tidur.
R : Untuk mempermudah fungsi pernafasan dengan gunakan gritsi.
4. Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi.
R : Menurunkan spasme jalan napas (epinefrin,albuterol,tertabutalin)
Menurunkan inflasi jalan napas lokal (kromatin,glunisolida)
Bantu pengobatan pernapasan, misalnya : IPPA, fisioterapi dada,
postural drainage, dan perkusi bagian penting lainnya.

2. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai O2

Tujuan : Memperbaiki ventilasi dan oksigenisasi jaringan.

KH :

 Bebas gejala distress pernafasan

 GDA normal rentangnya


Intervensi
1. Kaji frekuensi, kedalaman pasien, catat penggunaan obat aksesorisn obat
bibir.
R : Berguna dalam evaluasi distress pernapasan dan kronisnya proses
penyakit.
2. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan tambahan.
R : Bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara, bunyi mungkin redup
karena aliran udara turun.
3. Awasi ttv dan irama jantung.
R : Takikardi, disritmia, perubahan TD dapat menunjukan efek hipoksia
sistemik.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia

Tujuan : Menurunkan Peningkatan BB.

KH : Menunjukkan perilaku untukk mempertahankan berat yang tepat.

Intervensi
1. Kaji kebiasaan diet. Catat kesulitan makan.
R : Pasien distress pernapasan akut anoreksia karena dispnea.
2. Auskultasi bunyi usus.
R : Hiperaktif bunyi usus menunjukan penurunan mobilitas ganten dan
kontipasi.
3. Beri keperawatan oral saring, bunag sekret.
R : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama terhadap nafsu makan,
dapat disebabkan mual.

4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum

Tujuan : Mampu melakukan Aktifitas Normal

KH : Menunjukkan perilaku peningkatan toleransi.

Intervensi
1. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat laporan dispnea.
R : Menetapkan kebutuhan pasien.
2. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
R : Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan.
3. Bantu pasien untuk posisi nyaman dan istirahat.
R : Pasien mungkin lebih nyaman dalam posisi tinggi.
4. Bantu aktivitas perawatan diri.
R : Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai
oksigen.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
PPOM (Penyakit Paru Obstruksi Menahun) adalah istilah dan kumpulan beberapa
kondisi yang ditandai dengan kekebalan yang meningkat terus pada aliran darah ekspirasi,
PPOM meliputi Kronis dari jalan nafas bawah yang berlanjut pada penyempitan dan
obstruksi jalan napas. Empisema adalah adanya Pembesaran ruang udara distral pada
bronkiolus terminal.
PPOM merupakan suatu istilah yang sering digunkan untuk sekelompk penyakit paru
yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran Udara,
Bronkitis Kronik, Empisema paru dan asam bronkial membentuk kesatuan yang disebut
PPOM/PPOK.
Etiologi penyakit PPOM antara lain, merokok, polusi udara, penuaan, pemajanan
okupasi, predisposisi genetik.

Saran
Dengan ditulisnya makalah ini, semoga dapat menurunkan resiko PPOM. Pasien yang
menderita PPOM hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu,
melakukan pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan
kebutuhan dan lain-lain.

References

Corwin, E. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dongoes, M. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nettina. (2002). Pedoman Praktek Keperawatan. Jakarta: EGC.

Prince, S. (2003). Patologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai