Disusun oleh :
NIM : 1820161074
Alamat : Jl. Ganesha I Purwosari Telp./Faks. (0291) 442993 / 437218 Kudus 59316
1.2 ETIOLOGI
Pneumonia pada pasien lansia dapat mucul sebagai diagnosis primer atau sebagai
komplikasi dari penyakit kronis. Infeksi primer pada lansia seringkali sulit di obati dan
menyebabkan angka mortalitas yang tinggi pada individu yang lebih muda. Perburukan
umum, kelemahan, gejala abdomen, anoreksia, konfulsi, takikardi, dan takipnea dapat
menandai awitan pneumonia. Diagnosis pneumonia mungkin terabaikan karena gejala
klasik seperti batuk, nyeri dada, produksi sputum, dan demam mungkin tidak ada atau
tersamarkan pada pasien lansia. Selain itu, munculnya sejumlah gejala juga dapat
menyesatkan. Bunyi nafas abnormal, misalnya, mungkin disebabkan oleh
mikroatelektasis yang terjadi akibat penurunan mobilitas, penurunan volume paru, atau
perubahan fungsi pernafasan lain. Foto ronsen dada mungkin diperlukan untuk
membedakan gagal jantung kronis dan pneumonia sebagai penyebab atau tanda gejala
klinis. (Brunner & Suddarth, 2014 :458)
1.4 PATOFISIOLOGI
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi
yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukopenia
menunjukkan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman Gram
negatif atau S. aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal
hati mungkin terganggu.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi
jarum transtorakal, torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi. Untuk tujuan terapi
empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test dan Z. Nielsen.
4. Pemeriksaan Khusus
Titer antibodi terhadap virus, legionela, dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila
titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai
tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen.
1.7 KOMPLIKASI
1.8 PENATALAKSANAAN
A. Identitas Klien
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi kronologis kejadian s/d pasien masuk ICCU
C. Pengkajian Fokus/Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi, whezing, sonor,
stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa
pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri atau
atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera yang
mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
# Domain 11 Keamanan/Perlindungan hal. 406
Kelas 2 Cedera Fisik (Buku NANDA Diagnosis Keperawatan 2017)
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi
# Domain 4 Aktivitas/ Istirahat hal. 243
Kelas 4 Respon kardiovaskular/ Pulmonal (Buku NANDA Diagnosis Keperawatan
2017)
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
# Domain 3 Eliminasi dan Pertukaran hal. 220
Kelas 4 Fungsi Respirasi (Buku NANDA Diagnosis Keperawatan 2017)
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor status 1. Mengkaji status
an bersihan keperawatan selama proses pernafasan dan pernapasan klien
jalan nafas b.d keperawatan diharapkan oksigenasi
sekresi yang kepatenan jalan nafas. 2. Posisikan pasien untuk 2. Memperlancar jalan
tertahan Kriteria hasil : meringankan sesak nafas nafas pasien
1. Frekuensi pernafasan dan memaksimalkan
normal (16-20x/mnt) ventilasi
3. Mempertahankan
2. Irama pernafasan 3. Ajarkan keluarga
keefektifan pola
normal memposisikan pasien
nafas pasien
3. Kedalam inspirasi tidak kepala deflekasi dan
terlalu dangkal bahu di ganjal 2-3cm
4. Mempercepat proses
4. Pernapasan cuping 4. Kolaborasi pemberian
penyembuhan.
hidung alat bantu nafas nasal
5. Tidak ada suara nafas kanul (advis dokter)
tambahan
Pola nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan 1. untuk membersihkan
tidak efektif keperawatan selama proses jalan nafas dengan jalan nafas
b.d keperawatan diharapkan melakukan pengisapan 2. guna meningkatkan
hiperventilasi. pola nafas menjadi efektif. lendir. kadar oksigen yang
Kriteria hasil : 2. Pantau status bersirkulasi dan
1. Pasien menunjukkan pernafasan dan memperbaiki status
pola nafas yang efektif. oksigenasi sesuai kesehatan
2. Ekspansi dada simetris. dengan kebutuhan. 3. membantu
3. Tidak ada bunyi nafas 3. Auskultasi jalan nafas mengevaluasi
tambahan. untuk mengetahui keefektifan upaya
4. Kecepatan dan irama adanya penurunan batuk klien
respirasi dalam batas ventilasi. 4. Terapi oksigen dapat
normal. 4. Berikan terapi nafas ex. membantu mencegah
Nebulizer ( advis gelisah bila klien
dokter) menjadi dispneu,
dan ini juga
membantu
mencegahedema paru.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Brunner & Suddarth. 2014. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-2017 (10th
Moorhead, S., Johnson, M. Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes Classsifcation