Anda di halaman 1dari 24

REVIEW JURNAL KEPERAWATAN KRITIS

PENGARUH SUCTION TERHADAP KADAR SATURASI OKSIGEN


PADA PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT

OLEH :

WAHYU MURDIFIN NIM 04021381821010


INTANIA NOVRIDHATAMI NIM 04021381821011
PITRI HASANAH NIM 04021381821012
DESI PURNAMA SARI NIM 04021381821013
DIAN PUTRI PERMATA SARI NIM 04021381821014
RISKI DWI PUTRI NIM 04021381821015
RISKI SAPURTA NIM 04021381821016

DOSEN PEMBIMBING :
Dhona Andhini, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah analisa jurnal keperawatan kritis. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas pelajaran Keperawatan Kritis.

Penyelesaian makalah ini saya memperoleh dukungan, bimbingan, serta


pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dhona Andhini, S.Kep, Ns, M.Kep yang telah meluangkan banyak
waktunya untuk membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini
2. Teman-teman seperjuangan yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammu’alaikum. Wr. Wb.

Indralaya, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan ..................................................................................................................... 6
D. Metode .................................................................................................................... 6
BAB II................................................................................................................................. 7
JURNAL REVIEW ............................................................................................................. 7
BAB III ............................................................................................................................. 20
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 20
BAB IV ............................................................................................................................. 23
PENUTUP ........................................................................................................................ 23
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf
dan perlengkapan khusus, ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakir,
trauma, atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di Intensive
Care Unit (ICU) meliputi ventilasi mekanik untuk membantu usaha bernafas
melalui Endotrakeal Tube (ETT) atau trakeostomi. Salah satu indikasi klinik
pemasangan alat ventilasi mekanik adalah gagal nafas (Musliha, 2010).
Gagal napas masih merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang
tinggi di instalasi perawatan intensif. Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan
gagal napas adalah obstruksi jalan napas, termasuk obstruksi pada Endotracheal
Tube (ETT). Hasil studi di Jerman dan Swedia melaporkan bahwa insidensi gagal
napas akut pada dewasa 77,6-88,6 kasus/100.000 penduduk/tahun. The American
European Consesus on ARDS menemukan insidensi Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) antara 12,6-28,0 kasus/100.000 penduduk/tahun serta
kematian akibat gagal napas dilaprokan sekitar 40% (Kozier et al, 2007 dalam
Marlisa 2013).
Berdasarkan data 10 peringkat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terfatal
menyebakan kematian bedasarkan Case Fatality Rate (CFR) pada rawat inap
rumah sakit pada tahun 2010, angka kejadian gagal napas menempati peringkat
kedua yaitu sebesar 20,98% (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan data
yang diperoleh dari buku registrasi pasien ICU RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou
Manado mulai bulan Januari-Oktober 2013, total pasien yang dirawat di ICU
adalah sebanyak 411 pasien dan yang mengalami kejadian gagal napas sebanyak
132 pasien (32,1%) (Kitong, 2014).
Rata- rata pasien yang dirawat di ICU adalah 41-42 pasien/bulan dan rata-
rata yang mengalami kejadian gagal napas adalah 13-14 pasien/bulan serta 10-11
pasien meninggal akibat gagal napas. Penanganan untuk obstruksi jalan napas
akibat akumulasi sekresi pada Endotracheal Tube (ETT) pada pasien kritis adalah
dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction )dengan memasukkan
selang catheter suction melalui hidung/mulut/Endotracheal Tube (ETT) yang
bertujuan untuk membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan
mencegah infeksi paru. Secara umum, pasien yang terpasang ETT memiliki
respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing, sehingga sangat
diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction) (Hidayat dalam Septimar, 2018).
Menurut Wiyoto (2010) dalam Berty (2014), apabila tindakan suction tidak
dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas maka pasien tersebut
akan mengalami kekurangan suplai O2(hipoksemia), dan apabila suplai O2 tidak
terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Cara yang mudah untuk mengetahui hipoksemia adalah dengan
pemantauan kadar saturasi oksigen (SpO2) yang dapat mengukur seberapa banyak
prosentase O2 yang mampu dibawa oleh hemoglobin. Pemantauan kadar saturasi
oksigenadalah dengan menggunakan alat oksimetri nadi (pulse oxymetri). Dengan
pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar dan tepatsaat pelaksanaan tindakan
penghisapan lendir, maka kasus hipoksemia yang dapat menyebabkan gagal nafas
hingga mengancam nyawa bahkan berujung pada kematian bisa dicegah lebih
dini.
Penelitian yang dilakukan Betty, dkk di ICU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
manado tahun 2013 pada 16 pasien yang terpasang ETT dan terdapat lendir.
Setelah dilakukan tindakan suction mengalami penurunan saturasi oksigen.
Tindakan suction ETT dapat memberikan efek samping antara lain terjadi
penurunan kadar saturasi oksigen > 5%. Sebagian besar responden yang
mengalami penurunan kadar saturasi oksigen secara signifikan pada saat
dilakukan tindakan penghisapan lendir yaitu terdiagnosis dengan penyakit pada
sistem pernapasan. Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghispaan
lendir salah satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Sehingga pasien yang menderita
penyakit pada sistem pernapasan akan sangat rentan mengalami penurunan nilai
kadar saturasi oksigen yang signifikan pada saat dilakukan tindakan penghisapan
lendir, hal tersebut sangat berbahaya karena bisa menyebabkan gagal napas.
Mengingat pentingnya suctioning pada pasien gagal nafas yang mempunyai
masalah bersihan jalan nafas inefektif mempunyai dampak hipoksemia sesaat
yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen, hal inilah yang telah
mendorong penulis untuk melakukan telaah literatur tentang bagimanakah
pengaruh suctioning terhadap saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ICU.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh suction terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien


yang dirawat di ICU?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah literatur, artikel dan dokumen hasil
penelitian terkait yang memuat dan mengidentifikasi Pengaruh suction terhadap
kadar saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ICU.

D. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian sekunder berjenis literature review yang


berarti analisis berupa kritik (membangun/menjatuhkan) dari penelitian yang telah
dilakukan terhadap suatu topik khusus atau pertanyaan terhadap suatu bagian dari
keilmuan tertentu (Agusta, 2008).
Strategi pencarian artikel penelitian berbahasa Indonesia yang relevan
dengan topik penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kata kunci: “Suction”
“Tindakan Penghisapan Lendir” “Saturasi Oksigen” “Pasien ICU” ke beberapa
database mayor seperti PubMed, Proquest, Ebsco dan Google Scholar, dengan
pembatasan waktu yaitu sejak Januari 2014 hingga Agustus 2019. Artikel full–text
ditelaah untuk memilih jurnal hasil penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi
sampel. Pada awalnya di database diperoleh 205 artikel yang relevan dengan
topik, namun hanya 5 artikel yang memenuhi kriteria inklusi sampel.
BAB II
JURNAL REVIEW

NAMA
NEGARA/
PENULIS
NO ALAMAT JUDUL PROBLEM INTERVENSI COMPARE OUTCOME
DAN
JURNAL
TAHUN
1 Zahrah Jurnal Ilmu Pengaruh Gagal napas Penanganan untuk Penelitian yang Dari hasil
Maulidia Kesehatan Tindakan masih obstruksi jalan napas dilakukan Berty penelitian yang
Septimar, Masyarakat, Penghisapan merupakan akibat akumulasi sekresi mengenai pengaruh telah dilakukan,
Arki Vol. 07 No. 01, Lendir penyebab pada Endotracheal Tube tindakan nilai mean yang
Rosina Maret 2018. (Suction) kesakitan dan (ETT) pada pasien kritis penghisapan lendir didapat adalah
Novita terhadap kematian yang adalah dengan melakukan endotrakeal tube 1,475 dengan
(2018) Perubahan tinggi di tindakan penghisapan (ETT) terhadap standar deviasi
Kadar Saturasi instalasi lendir (suction )dengan kadar saturasi sebesar 1,358 dan
Oksigen pada perawatan memasukkan selang oksigen pada pasien standar error mean
Pasien kritis di intensif. Salah catheter suction melalui yang dirawat di sebesar 0,215.
ICU satu kondisi hidung/mulut/Endotracheal ruang ICU RSUP Nilai P value yang
yang dapat Tube (ETT) yang Prof. Dr. R. D. didapat dalam
menyebabkan bertujuan untuk Kandou Manado, 12 penelitian ini
gagal napas membebaskan jalan napas, orang pasien atau adalah 0,000 (≤
adalah obstruksi mengurangi retensi sekitar 75% pasien
0,05), maka dapat
jalan napas, sputum dan mencegah memiliki jenis
disimpulkan
termasuk infeksi paru. Secara kelamin laki-laki dan
terdapat pengaruh
obstruksi pada umum, pasien yang 7 orang (44%)
tindakan
Endotracheal terpasang ETT memiliki berusia antara 44-45
penghisapan lendir
Tube (ETT). respon tubuh yang kurang tahun. Sedangkan
(suction) terhadap
baik untuk mengeluarkan dari hasil penelitian
perubahan kadar
benda asing, sehingga yang dilakukan
saturasi oksigen
sangat diperlukan tindakan Irawan mengenai
pada pasien kritis
penghisapanlendir pengaruh tindakan
yang dirawat di
(suction). penghisapan lendir
ruang ICU rumah
endotrakeal tube
Sakit AnNisa
(ETT) terhadap
Tangerang.
kadar saturasi
oksigen pada pasien
yang dirawat di
ruang ICU RSUP
Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado, 12
orang pasien atau
sekitar 75% pasien
memiliki jenis
kelamin laki-laki dan
7 orang (44%)
berusia antara 44-45
tahun.
2. Afif Jurnal Pengaruh Koma adalah Tindakan penghisapan Hasil penelitian dari Berdasarkan hasil
Muhamad Keperawatan Suction penuruanan lendir perlu dilakukan Purwoko (2009) penelitian
Nizar, Dwi Global, Volume Terhadap Kadar kesadaran dan pada pasien yang dengan judul terhadap 40
Susi 2, No 2, Saturasi respon yang mengalami penurunan “Pengaruh Terapi responden di
Haryati Desember 2017 Oksigen sangat dalam. kesadaran karena kurang Musik Terhadap ruang ICU RSUD
2015 hlm 62-111 Pada Pasien Pasien koma responsif atau yang Tingkat Kesadaran Dr. Moewardi
Koma Di sering memerlukan pembuangan berdasarkan Nilai dapat disimpulkan
Ruang Icu Rsud mengalami sekret oral. Dengan Glasgow Coma bahwa :
Dr. Moewardi permasalahan dilakukan tindakan suction Scale (GCS) Pada Karakteristik
Surakarta terutama diharapkan saturasi Pasien Koma”, responden
Tahun 2015 penumpukan oksigen pasien dalam batas menjelaskan jumlah terbanyak
sekret yang normal (>95 %). responden dengan berdasarkan jenis
dikarenakan keadaan koma kelamin yaitu laki-
pasien koma didominasi oleh laki sebesar 26
mengalami perempuan dengan responden (65%),
penurunan reflek jumlah 15 responden sedangkan
batuk. Sehingga (75%). responden
pasien perlu Penelitian dari Asrin, terbanyak
dilakukan Mardiyono dan berdasarkan usia
suction untuk Saryono (2007) adalah usia > 61
membebaskan mengenai pengaruh tahun sebesar 17
jalan napas dari terapi musik responden
sekret terhadap (42,5%). Hasil uji
peningkatan paired samples t
kesadaran test nilai
menunjukan signifikasi (p)
responden dengan adalah 0.00,
usia >60 tahun dimana nilai
mempunyai tersebut p<0.05.
prevelensi terbanyak Artinya ada beda
sebesar 55% atau 11 rata-rata nilai
responden. saturasi oksigen
sebelum tindakan
suction dengan
setelah tindakan
suction. Selisih
rata-rata nilai
saturasi oksigen
sebelum dan
setelah tindakan
suction adalah
1.79% yang
artinya rata-rata
nilai saturasi
oksigen sebelum
dilakukan suction
lebih kecil
dibanding nilai
saturasi oksigen
sesudah dilakukan
suction.
3. Berty Jurnal Pengaruh Hambatan yang Tindakan suction ETT Penelitian dari Setelah dilakukan
Irwan, Keperawatan Tindakan terjadi adalah dapat memberikan efek Maggiore et al tindakan
Muryadi, Universitas Penghisapan tidak adanya samping seperti terjadi (2013) tentang penghisapan lendir
Reginus Sam Ratulangi Lendir Endo keseragaman penurunan kadar saturasi Decreasing the didaptkan hasil
Malara Manado. trakeal Tube dalam mengguna oksigen >5% Adverse Effects of dari uji statisik t-
(2014) (ETT) terhadap kan ukuran Endotracheal test pada
Kadar Saturasi kanul suction, Suctioning During responden yaitu
Oksigen pada sebab ukuran Mechanical terdapat pengaruh
Pasien yang dapat Ventilation by yang signifikan
dirawat di mempengaruhi Changing Practice, dimana nilai p-
ruang ICU dan memberikan dimana 46,8% value = 0,000
RSUP Prof. perbedaan pada responden (α<0,05)
DR.R.D nilai saturasi mengalami
Kandou oksigen pada penurunan saturasi
Manado pasien yang oksigen sebesar dan
dilakukan 6,5% disebabkan
tindakan karena tindakan
suctioning. suction dapat
menyebabkan terjadi
Selain hambatan penurunan kadar
tersebut ada saturasi oksigen
hambatan lain
mengenai
tingkat
pendidikan dan
masa kerja
perawat yang
melakukan
tindakan
suctioning tidak
memiliki
keseragaman.
Sebab hal
tersebut bisa
memberikan
pengaruh secara
tidak langsung
terhadap
keterampilan
perawat dalam
melakukan suatu
tindakan
4. Safirudin MOTORIK Pengaruh isap Gagal nafas Perawat melaksanakan Peneliti menemukan Ada perbedaan
Zukhri, Jurnal Ilmu lendir (suction) merupakan isap lendir endotrakeal satu responden yang pengaruh isap
Fitri Kesehatan 13 system terbuka ketidakmampuan berdasarkan SOP isap mengalami lendir selang
Suciana, (26), 2018. terhadapsaturasi untuk lendir umum karena belum penurunan saturasi endotrakeal
Agus oksigen pada mempertahankan ada SOP khusus untuk isap perifer oksigen yang system terbuka
Herianto pasien pH, PaCO2, dan lendir endotrakeal. Dalam cukup ekstrim (7%) menggunakan
terpasang PaO2 yang SOP isap lendir secara baik pada saat SOP isap lendir
ventilator adekuat. umum tersebut belum ada menjadi kelompol secara umum di
Adekuat berarti ketentuan perbandingan kontol maupun ICU RSUPdr.
pH lebih besar ukuran kanul isap dan kelompok perlakuan. Soeradji
dari 7,25, ETT, hiperoksigenasi Responden tersebut Tirtonegoro
PaCO2 kurang sebelum isap lendir, dan dengan diagnosa dengan isap lendir
dari 50 mmHg, ketentuan besarnya pneumonia, TB usus, selangendotrakeal
dan PaO2 lebih tekanan isap yang dipakai. riwayat TB paru sistem terbuka
besar dari 50 dengan pengobatan menggunakan
mmHg pada sudah selesai. Dari prosedur isap
pasien yang rontgen thorax lendir metode
diberikan menunjukkan Credlandterhadap
oksigen (Hudak kerusakan paru yang saturasi perifer
& Gallo, 2010). luas dan parah. oksigen pasien
Gagal nafas Dengan kondisi yang terpasang
terjadi ketika tersebut proses ventilator.
pertukaran pertukaran gas dan
oksigen terhadap difusi oksigen
karbondioksida mengalami
dalam paru-paru hambatan yang
tidak dapat serius sehingga
melebihi laju oksigen cukup
konsumsi banyak saat
oksigen dan dilakukan isap
pembentukan lendir.
karbondioksida
dalam sel-sel
tubuh.
5. Superdana, Program studi Efektifitas Ventilator intervensi untuk masalah Hasil penelitian ini Hasil penelitian
G, M, ners fakultas hiporeksigenasi mekanik tersebut adalah didapatkan hasil PH dan teori pasien
Retno ilmu kesehatan pada proses merupakan salah dilakukannya tindakan darah 17 pasien 7,3- dengan alat bantu
Sumara universitas suctioning satu alat yang suction, Namun pada 7.4 dan 3 pasien ventilator mekanik
muhammadiyah terhadap relatif sering proses dilakukan alkalosis yaitu 7,5. yang dilakukan
Surabaya. saturasi oksigen digunakan di suctiontidak hanya lendir PCO2 tinggi hiperoksigenasi
Jurnal THE pasien dengan unit perawatan yang terhisap, suplai (asidosisrespiratorik) pada proses
SUN Vol. 2(4) ventilator intensif. Masalah oksigenyang masuk ke mengaki-batkan suctioning terbukti
Desember mekanik di utama pasien saluran pernafasan juga penurunan afinitas mampu bertahan
2015. intensive care dengan alat ikut terhisap, sehingga Hb Sebaliknya dan juga
unit bantu nafas atau memung kinkan untuk PCO2 rendah meningkat.
ventilator terjadi hipoksemia sesaat (alkalosis Mengingat
mekanik yang yang ditandai dengan respiratorik) tindakan suction
sering muncul penurunan saturasi oksigen menyebabkan ini dapat
adalah bersihan (SpO2). afinitas Hb terhadap menyebabkan
jalan nafas O2 meningkat dan bahaya, maka
inefektif, salah lebih sedikit O2 sangat diperlukan
satu intervensi berikatan dengan kewaspadaan dini,
untuk masalah plasma. Dalam hal kepatuhan
tersebut adalah ini masih banyak melakukan
dilakukannya pasien yang PH tindakan
tindakan suction dalam darahnya suctioningsesuai
normal. 4)2-3- dengan SPO yang
diphosphoglycrate(2- benar dan
3-DPG) adalah keterampilan yang
subtansi sel darah baik bagi petugas
merah yang kesehatan yang
mempengaruhi daya melakukan
ikat Hb terhadap tindakan tersebut,
oksigen. Keadaan terlebih khusus
yang dapat menye- bagi tenaga
babkan peningkatan perawat. Selain itu
2-3-DPG juga melihat data
diantaranya hipoksia penunjang lain
kronis, anemia dan sperti Po2, Suhu
hipertiroid. Tubuh, Asam
Basa, dan 2-3
DPG dimana
apakah pasien ada
riwayat hipoksia
kronis,
anemia,hipertiroid,
hipotirois dan
transfuse darah
yang multiple.
Sebab tanpa
adanya hal-hal
tersebut, dapat
memberikan
dampak yang
buruk bagi pasien
yang dirawat.
Salah satunya bisa
terjadi penurunan
kadar oksigen dan
jika petugas
kesehatan/perawat
tidak peka
terhadap masalah
yang muncul bisa
mengakibatkan
pasien mengalami
gagal nafas
bahkan sampai
kepada kematian.
BAB III
PEMBAHASAN

Masalah utama pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator mekanik yang
sering muncul adalah bersihan jalan nafas inefektif, salah satu intervensi untuk
masalah tersebut adalah dilakukannya tindakan suction. Namun pada proses
dilakukan suction dapat terjadi penurunan ataupun kenaikan saturasi oksigen
(SpO2). Dari lima jurnal yang telah direview, terdapat perbedaan hasil dari
pengaruh suction terhadap saturasi oksigen.
Berdasarkan hasil penelitian Kitong B.I (2014), terdapat penurunan kadar
saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ruang ICU setelah dilakukan
tindakan suction. Pasien yang mengalami masalah pada sistem pernapasan
terutama iritasi kronis pada saluran pernapasan dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan jumlah sel-sel globet penghasil mucus/lendir sehingga dapat
meningkatkan jumlah mucus. Pada pasien dengan alat bantu nafas atau ventilator
mekanik biasanya terjadi penumpukan mucus di daerah bronkus dan alveoli,
intervensi yang efektif adalah dilakukannya suctioning. Suctioning mempunyai
dampak menurunkan saturasi oksigen, karena pada proses penghisapan bukan
hanya lendir saja yang terhisap namun suplai oksigen yang ada disaluran
pernafasan juga ikut terhisap (Maggiore, et.al, 2013).
Sejalan dengan hasil penelitian Kitong B.I (2014), menurut Zukhri (2018)
tindakan suction dapat menurunkan kadar saturasi oksigen, Hal ini karena pada
saat suction endotracheal dapat terjadi tekanan negatif di trakea sehingga
menimbulkan risiko kerusakan paru parsial yang dapat menyebabkan penurunan
saturasi oksigen dan hilangnya volume paru-paru (Almgren, dkk., 2004).
Komplikasi yang paling sering terjadi akibat tindakan suction adalah terjadinya
hipoksemia. Pengaruh dari kejadian hipoksemia akan menyebabkan terjadinya
keadaan hipoksia, di mana pasien yang sedang dalam kondisi kritis ditambah
dengan kejadian hipoksia akan memperburuk kondisi pasien (Lindgren, 2007).
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan penghisapan lendir salah
satunya adalah hipoksemia/hipoksia. Dalam hal ini diperlukan tindakan
hiperoksigenasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan suction,
hiperoksigenasi diberikan dengan cara menggunakan kantong resusitasi manual
atau melalui ventilator dan dilakukan dengan meningkatkan aliran oksigen,
biasanya sampai 100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap
penghisapan (Kozier & Erb, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Superdana
(2015), hiperoksigenasi dapat meningkatkan kembali kadar saturasi oksigen
setelah tindakan suction. Hiperoksigenasi mampu meningkatkan saturasi oksigen
atau bisa membuat saturasi oksigen tersebut stabil atau berada pada nilai yang
sama pada proses sebelum penghisapan.
Namun berbeda dengan hasil penelitian Nizar A.M (2017) yang menyatakan
bahwa tindakan suction dapat meningkatkan kadar saturasi oksigen pada pasien
yang dirawat di ICU. Nilai rata-rata saturasi oksigen sebelum tindakan suction
pada penelitian ini menunjukan lebih kecil dari pada nilai saturasi oksigen setelah
suction. Hal tersebut dikarenakan adanya sumbatan jalan napas yang menghambat
oksigen masuk kedalam paru-paru. Oleh karena itu dilakukannya suction sesuai
dengan standar operasional prosedur supaya jalan napas bersih sehingga oksigen
efektif masuk ke dalam paru-paru sehingga saturasi oksigen naik.
Setelah dilakukan tindakan suction pasien menunjukan adanya peningkatan
dari kadar saturasi oksigen. Hal tersebut dikarenakan terbebasnya jalan napas
terhadap akumulasi sekret menjadikan perpindahan oksigen dari atmosfer ke
dalam paru-paru menjadi efektif.
Hasil penelitian Zahrah (2018) juga menunjukkan adanya peningkatan kadar
saturasi oksigen setelah tindakan suction. Nilai rata-rata saturasi oksigen setelah
tindakan suction pada penelitian ini menunjukan lebih besar dari pada nilai
saturasi oksigen sebelum suction. Hal tersebut dikarenakan sumbatan jalan napas
yang menghambat oksigen masuk kedalam paru-paru sudah dikeluarkan dengan
tindakan suction.
Tindakan suction endotracheal yang dilakukan pada pasien yang dirawat
dengan menggunakan ventilator diperlukan untuk menghilangkan sekresi untuk
mencegah obstruksi pada saluran endotracheal dan saluran udara lebih rendah.
Prosedur ini sangat umum menciptakan berbagai macam gangguan jantung-paru.
Sistem tertutup memungkinkan ventilasi selama pelaksanaan prosedur pengisapan
lendir (suction), menghindari pemutusan dari ventilator. Dengan demikian, efek
samping yang kurang dari sistem suction tertutup telah dievaluasi secara
menyeluruh ketimbang efektivitas penghilangan sekresi (Lindgren, 2007 dalam
Marlisa, 2013).
Mengingat tindakan suction ini dapat menyebabkan bahaya, maka sangat
diperlukan kewaspadaan yang dini, kepatuhan untuk melakukan tindakan sesuai
dengan SPO yang benar dan ketrampilan yang baik bagi petugas kesehatan yang
akan melakukan tindakan tersebut, terlebih khusus bagi tenaga perawat. Sebab
tanpa hal-hal tersebut dapat memberikan dampak yang buruk bagi pasien yang
sementara dirawat. Salah satunya bisa terjadi penurunan kadar oksigen dan jika
petugas kesehatan/ perawat tidak peka terhadap masalah yang muncul bisa
mengakibatkan pasien mengalami gagal napas bahkan sampai kepada kematian.
Hal ini dapat terlihat dari telaah jurnal hasil penelitian yang dilakukan
dimana semua tindakan penghisapan lendir telah dilakukan sesuai dengan SPO
yang berlaku namun tetap terjadi penurunan kadar saturasi oksigen yang
signifikan, apalagi ketika petugas kesehatan/ perawat tidak melakukan tindakan
sesuai dengan SPO, tentunya bisa sangat membahayakan nyawa pasien.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu intervensi untuk masalah pada pasien yang dirawat di ICU dengan alat
bantu nafas atau ventilator mekanik adalah dilakukannya tindakan suction. Tujuan
dari tindakan ini adalah untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas inefektif.
Namun berdasarkan hasil studi kasus, telaah jurnal dan beberapa penelitian dapat
disimpulkan secara garis besar bahwa tindakan suction dapat mempengaruhi
kadar saturasi oksigen pada pasien yang dirawat di ICU.

B. Saran
Bagi sesama profesi, diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan terutama
dalam pemberian tindakan keperawatan kritis untuk meningkatkan saturasi
oksigen khususnya pada pasien yang dirawat di ICU. Bagi peneliti lanjut,
diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih kompleks baik dalam variabel,
jumlah sampel, menentukan kriteria sampel maupun metode penelitian yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Kitong, B.I., Mulyadi., & Malara, R. (2014). Pengaruh Tindakan Penghisapan
Lendir Endotrakeal Tube (Ett) Terhadap Kadar Saturasi Oksigen Pada
Pasien Yang Dirawat Di Ruang Icu Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal Keperawatan Universitas Sam Ratulangi Manado.

Marlisa., Idjradinata, P.S., & Kosasih, C.E. (2013). Efek Suction Melalui Catheter
Mouth terhadap Saturasi Oksigen Pasien Cedera Kepala. Jurnal
Keperawatan Padjajaran vol. 1 No. 3, 2013.

Maggiore, S.M. et al,. 2013. Decreasing the Adverse Effects of Endotracheal


Suctioning During Mechanical Ventilation by Changing Practice.
Continuing Respiratory Care Education, Vol 58, 1588-1597.

Musliha. (2010). Buku Ajar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Numed

Nizar, A.M., & Haryati, D.S. (2017). Pengaruh Suction Terhadap Kadar Saturasi
Oksigen Pada Pasien Koma Di Ruang ICU Rsud Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2015. Jurnal Keperawatan Global, Volume 2, No 2, Desember 2017
hlm 62-111.

Septima, Z.M., & Novita, A.R. (2018). Pengaruh Tindakan Suction terhadap
Perubahan Kadar Saturasi Oksigen pada Pasien kritis di ICU. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat Vol. 07, No. 01, Maret 2018.

Superdana, G.M., & Sumara, R. (2015). Efektifitas Hiperoksigenasi Pada Proses


Suctioning Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Dengan Ventilator Mekanik
Di Intensive Care Unit. Jurnal THE SUN Vol. 2(4) Desember 2015.

Zukhri, S., Suciana, F., & Herinto, A. (2018).Pengaruh Isap Lendir (Suction)
Sistem Terbuka Terhadap Saturasi Oksigen Pada Pasien Terpasang
Ventilator. MOTORIK Jurnal Ilmu Kesehatan 13 (26), 2018.

Anda mungkin juga menyukai