Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GADAR GRITIS

DENGAN DIAGNOSA CAD (CORONARY ARTERY DISEASI) DIRUANG CICU

RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajuakan untuk memenuhi tugas praktek keperawatan gawat darurat yang diampu oleh

Bapak Septa Permana, M.Kep

oleh :
Syahriel Fasha
322084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2023
1. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot
jantung kekurangan darah karena penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh
darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (Aterosklerosis)
(Winda Sintya, 2021)
Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu gangguan fungsi jantung yang
disebabkan karena adanya penyempitan dan tersumbatnya pembuluh darah jantung.
Kondisi ini dapat mengakibatkan perubahan pada berbagai aspek, baik fisik,
psikologis, maupun sosial yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional
jantung dan kenyamanan (Mutarobin,2019).
2. Anatomi Penyakit
Lapisan jantung terdiri atas perikardiun (lapisan pembungkus jantung,
miokardium ( lapisan otot jantung) dan endokardium (permukaan dalam jantung). Di
dalam miokardium, lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria. Arteri
koroner kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri
koroner kanan memberikan darah untuk sino atrial node, ventriker kanan, permukaan
diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah kesinus kemudian
bersikulasi langsung kedalam paru (Syaifudin, 2020).
Peredaran darah jantung
1. Arteri koroner kanan
2. Arteri koroner kiri
3. Vena jantung
3. Etiologi
Menurut Lemone (2016) penyebab terjadinya penyakit jantung koroner pada
prinsipnya disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1) Aterosklerosis
Aterosklerosis paling sering ditemukan sebagai sebab terjadinya penyakit arteri
koroneria. Salah satu yang diakibatkan Aterosklerosis adalah penimbunan
jaringan fibrosa dan lipid didalan arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen
pembuluh darah secara progresif. Akan membahayakan alirah darah miokardium
jika lumen menyempeit karena restensi terhadap aliran darah meningkat.

1
2) Trombosis
Gumpalan darah pada mulanya berguna untuk pencegahan pendarahan berlanjut
pada saat terjadi luka karena merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh.
Lama kelamaan dinding pembuluh darah akan robek akibat dari pengerasan
pembuluh darah yang terganggu dan endapan lemak. Berkumpulnya gumpalan
darah dibagian robek tersebut yang bersatu dengan keping-kepingan darah
menjadi trombus. Trombosis dapat menyebabkan serangan jantung mendadak dan
stroke.
4. Tanda dan gejala / Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada
b. Sesak nafas
c. Pusing
d. Denyut jantung lebih cepat
e. Mual
f. Berdebar-debar
g. Kelemahan yang luar biasa
5. Patofisiologi

Menurut LeMone, Priscilla, dkk (2019) penyakit jantung koroner disebabkan


oleh faktor resiko yang tidak bisa dirubah (umur,jenis kelamin, dan riwayat keluarga)
dan faktor resiko yang bisa dirubah (hioertensu, hiperlipidemia,diabetes melitus,
merokok, obesitas, stress, dan kurang aktifitas fisik). Paling utama penyebab penyakit
jantung koroner adalah aterosklerosis. Aterosklerosis disebabkan oleh faktor pemicu
yang tidak diketahui yang dapat menyebabkan jaringan fibrosa dan lipoprotein
menumpuk di dinding arteri. Pada aliran darah lemak diangkut dengan menempel
pada protein yang disebut apoprotein. Keadaan hiperlipedemia dapat merusak
endotelium artero. Mekanisme potensial yang lain cedera pembuluh darah mencakup
kelebihan tekanan darah dalam sisterm arteri. Kerusalan endotel itu sendiri dapat
meningkatkan pelekatan dan agregasi trombosit serta menarik leukosit ke area
tersebut. Hal ini mengakibatkan Low Density Lipoprotein (LDL) atau biasanya
disebut dengan lemak jahat yang ada didalam darah. Semakin banyak LDL yang
menumpuk maka akan mengalami proses oksidasi.

Plak dapat mengurangi ukuran lumen yang terdapat pada arteri yang
terangsang dan mengganggu aliran darah. Plak juga dapat meyebabkan ulkus

2
penyebab terbentuknya trombus, trombus akan terbentuk pada pemukaan plak, dan
penimbunan lipid terus menerus yang dapat menyumbat pembuluh darah

Lesi yang kaya lipid biasnya tidak stabil dan cenderung robek serta terbuka.
Apabila fibrosa pembungkus plak pecah (ruptur plak), maka akan menyebabkan
debris lipid terhanyut dalam aliran darah dan dapat menyumbat arteri serta kapiler di
sebelah distal plak yang pecah. Akibatnya otot jantung pada daerah tersebut
mengalami gangguan aliran darah dan bisa menimbulkan aliran oksigen ke otot
jantung berkurang. Peristiwa tersebut mengakibatkan sel miokardium menjadi
iskemik sehingga hipoksia. Mengakibatkan proses pada miokardium berpindah ke
metabolisme anaerobik yang menghasilkan asam laktat sehingga merangsang ujung
saraf otot yang menyebabkan nyeri. Jaringan ini menjadi iskemik dan akhirnya mati
(infark) disebabkan karena suplai darah ke area miokardium terganggu. Ketika sel
miokardium mati, sel hancyr dan melepaskan beberapa iso enzim jantung ke dalam
sirkulasi. Kenikan kadar kreatinin kinase (creatinine kinase), serum dan troponin
spesifik jantung adalah indikatir infark miokardium.

3
6. Pathways

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiogram mencerminkan aktivitas listrik jantung yang disadap
dari berbagia sudut pada permukaan kulit. Perubahan pada elektrokardiografi
secara konsisten akibat iskemia atau infark akan nampak pada lead tertentu.

4
c. Foto Rontgen Dada
Rontgen dada atau rontgen thoraks adalah pemeriksaan dengan
menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik untuk menampilkan
gambaran bagian dalam dada. Melalui pemeriksaan ini, kamu dapat melihat
gambaran jantung, paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh darah dan nodus
limfa
d. Echocardiography
Digunakan untuk mengkaji fraksi ejeksi (normalnya > 50 % ), gerakan
segmen dinding, volume sistolik dan diastolik ventrikel, regurgitasi katup
mitral karena disfungsi otot papiler dan untuk mendeteksi adanya thrombus
mural, vegetasi katup, atau cairan pericardial.
e. Treadmill
Treadmill Jantung atau exercise stress adalah jenis pemeriksaan yang
bertujuan mengukur fungsi kerja jantung saat menjalankan aktivitas fisik.
Jenis tes ini biasanya sangat efektif dalam mendeteksi penyakit kardiovaskular
dan mengevaluasi risiko atau kemungkinan seseorang terkena penyakit
jantung kronis.

f. Kateterisasi jantung (Angiography )

Kateterisasi jantung adalah prosedur diagnostik invasif dimana satu


atau lebih kateter dimasukkan ke jantung dan pembuluh darah tertentu
untuk mengecek aliran darah dan oksigen di berbagai ruang jantung. Saat
kateterisasi jantung, dapat juga dilakukan angiografi koroner
menggunakan pewarna khusus dalam pembuluh darah dan X-ray untuk
menunjukkan bagian dalam pembuluh darah. Hal ini dilakukan untuk
mengkaji patensi arteri koronaria dan mengetahui apakah terdapat
gangguan atau penyempitan pada arteri koroner pasien. Pemeriksaan ini
juga dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang diperlukan mis.
Percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA) atau
pembedahan bypass koroner maupun Percutaneous Coronary
Intervention (PCI) bila ada aterosklerosis.

5
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan meliputi :
1) Pengobatan Farmakologi
a. Nitrat
Nitrat adalah obat-obatan untuk mencegah dan meredakan nyeri dada
(angina) pada penderita penyakit jantung koroner. Obat ini juga bisa digunakan
dalam pengobatan gagal jantung dan serangan jantung.
b. Aspirin
Aspirin adalah obat untuk meredakan nyeri, demam, dan peradangan. Obat
yang juga dikenal dengan nama asam asetisalisilat ini juga digunakan untuk
mencegah terbentuknya gumpalan darah sehingga menurunkan risiko
terjadinya serangan jantung atau stroke pada penderita penyakit kardiovaskula
c. Penyekat beta ( beta bloker )
Beta-blockers (BB) atau penyekat beta dikenal sebagai golongan obat untuk
menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang bekerja dengan
menghambat reseptor beta adrenergik di jantung, pembuluh darah tepi,
bronkus, pankreas, dan liver. Golongan ini seringkali digunakan sebagai
pengobatan penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung, gangguan irama
jantung, dan penyakit jantung koroner (PJK) contohnya Losartan, amplodipin
d. Anti kolestrol
Contoh obat Lipitor adalah obat generik penurun kadar kolesterol dalam
darah.
2) Pengobatan Non Farmakologi
a. Memodifikasi pola hidup yang sehat dengan cara olahraga ringan
b. Mengontrol faktor resiko yang menyebabkab terjadinya PJK, seperti pola
makan
c. Mengelola stress dengan relaksasi nafas dalam
9. Komplikasi
a. Gagal jantung kongestif
b. Syok kardiogenik
c. Edema paru
d. Pericarditis Akut

6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
CAD (CORONARY ARTERY DISEASI)
1. Pengkajian
1) Identitas
Usia kurang lebih 40 tahun beresiko terkena penyakit jantung koroner dan lebih
banual terjadi pada laki-laki dari pada perempuan
2) Keluhan utama
Keluhan yang paling sering dijadikan alasan pasien nyeri pada dada, jantung
berdebar-debar sampai sesak nafas
3) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji mulai dari keluhan yang dirasakan pasien,
sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan perawatan di rumah sakit sampai
dilakukannya pengkajian. Pada pasien penyakit jantung koroner biasanya
didapatkan adanya keluhan seperti nyeri pada dada. Keluhan nyeri dikaji
menggunakan PQRST sebagai berikut:
a. P (Provocatif) : Nyri timbul pada saat beraktivitas
b. Q (Quality) Nyeri dirasakan seperti ditekan, rasa terbakar, di tindih benda
berat, seperti ditusuk-tusuk, rasa seperti diperas dan dipelintir
c. R (Region) Nyeri dirasakan didada dan bisa menyebar ke bahu
d. S (Serverety) Skala nyeri di ukur dengan rentang nyeri 1-10 atau bisa dilihat
dengan ekspresi wajah
e. T (Time) nyeri timbul hilang dengan durasi kurang lebih 30 menit
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam hal yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien tentang penyakit apa
saja yang pernah di deritas seperti nyeri dada, hipertensi, DM dan hiperlipidemia
dan sudah berapa lama menderita penyakit yang dideritanya, tanyakan apakah
pernah masuk rumah sakit sebelumnya.
5) Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga tanyakan pada pasien mengenai


riwayat penyakit yang dialami keluarganya. Seperti penyakit keturunan (diabetes
melitus, hipertensi, asma, jantung) dan penyakit menular (TBC, hepatitis).

6) Riwayat Psikososial

7
Pada pasien penyakit jantung koroner didapatkan perubahan ego yaitu pasrah
dengan keadaan, merasa tidak berdaya, takut akan perubahan gaya hidup dan fungsi
peran, ketakutan akan kematian, menjalani operasi, dan komplikasi yang timbul.
Kondisi ini ditandai dengan menghindari kontak mata, insomnia, sangat kelemahan,
perubahan tekanan darah dan pola nafas, cemas dan gelisah.
7) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Pada pasien penyakit jantung korner mengalami nafsu makan menurun dan
porsi majan menjadi berkurang (Nurhidayat, 2011).
b. Istirahat
Pola tidur dapat terganggu, tergantung bagaimana persepsi klien terhadap nyeri
yang dirasakannya.
c. Elminasi
BAK : normal biasanya berkemih sehari 4-6 x dengan konsisitensi cair
BAB : normal seperti biasanya sehari 1-2 x dengan konsistensi padat
d. Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang
e. Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari berkurang bahkan berhenti melakukan
aktivitas yang berat
8) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien juga diamati apakah kompos merintis (GCS : 14-15 = E4, V5,
M6), apatis (GCS : 12-13), delirium (GCS : 10-11), samnolen (GCS : 7-9),
sopor (GCS : 5-6), semi koma (GCS : 4) atau koma (GCS : 3 = E1, V1, M1).
b. Tanda-tanda vital
Pasien mengalami peningkatan pada tekanan darah, nadi, dan respirasinya.
Tekanan darah sekitar antara 124/91 mmHg, RR sekitar 16-20 x/menit, nadi
seperkisar 100-112 x/menit. Terjadi perubahan sesuai dengan aktivitas dan rasa
nyeri yang timbul (Nurhidayat, 2011)
c. Kepala dan muka
Inpeksi : bentuk kepala bulat/lonjong, wajah simetris/tidak, rambut bersih/tidak,
muka edema/tidak, lesi pada muka ada/tidak, ekspresi wajah
meringis/menangis/tersenyum.

8
Palpasi : rambut, rontok/tidak, benjolan pada kepala ada/tidak
d. Mata
Inpeksi : mata kanan dan kiri simetris/tidak, mata juling ada/tidak, konjungtiva
merah muda/anemia, sklera ikterik/putih, pupil kanan dan kiri isokor (normal),
reflek pupil terhadap cahaya miosis (mengecil)/ midriasis (melebar)
Palpasi : nyeri/tidak, peningkatan tekanan intraokuler pada kedua bola
mata/tidak
e. Telinga
Inpeksi : telinga kanan dan kiri simetris/tidak, menggunakan alat
pendengaran/tidak, warna telingan dengan daerah merata/tidak, lesi ada/tidak,
pendarahan ada/tidak, serumenada/tidak
f. Hidung
Inpeksi : keberadaan septum tepat di tengah/tidak, secret ada/tidak
Palpasi : fraktur ada/tidak dan nyeri ada/tidak
g. Mulut
Inpeksi : bibir aada kelainan kogenital (bibir sumbing)/tidak, warna bibir
hitam/merah muda, mukosa bibir lembab/kering, sianosis/tidak, oceme/tidak,
lesi/tidak, stomatitis ada/tidak, gigi berlubang/tidak, warna gigi putih/kuning,
lidah bersih/kotor
h. Leher
Inpeksi : luka/tidak
Palpasi : ada pembesaran vena jugularis/tidak, ada pembesaran kelenjar
tiroid/tidak
i. Payudara & ketiak
Inpeksi : payudara kanan kiri simetris/tidak, ketiak bersih/tidak, ada luka/tidak
Palpasi : ada nyeri saat ditekan pada ketiak/tidak
j. Thorak
a) Paru-paru
Inpeksi : dada simetris/tidak, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi
naik/turun, irama normal/abnormal, kedalaman, dan upaya
pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan/tidak), warna kulit
merata/tidak lesi/tidak, edema, pembengkakan/penjolan, RR mengalami
peningkatan.

9
Palpasi : getaran vocal fremitus kanan dan kiri sama/tidak, ada faktur pada
castae/tidak
Perkusi : normalnya berbunyi sonor
Auskultasi : normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru dan ada suara
tambahan/tidak
b) Jantung
Inpeksi : ictus codis tampak atau tidak
Palpasi : teraba atau tidaknya ICS
Perkusi : normalnya terdengar pekak
Auskultasi : S3/S4 murmur
k. Abdomen
Inpeksi : luka/tidak, jaringan parut ada/tidak, umbilikus menonjol/masuk ke
dalam, amati warna kulit merata/tidak
Auskultasi : bising usus normal atau tidak (5-20x/menit)
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen/tidak
Perkusi : suara timpani atau hipertimpani
l. Intrergumen
Inpeksi : warna kulit hitam/sawo matang, lembap/tidak, amati turgor kulit
baik/menurun
Palpasi : akral hangat/dingin, CRT (Capilary Feril Time) pada jari normalnya
<2 detik
m. Ekstermitas
Inpeksi : tonus otot kuat/tidak, jari-jari lengkap/tidak, fraktur/tidak
Palpasi : odema/tidak
n. Genetalia
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia akibat
ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen ke miokardium) (D.0077).
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
muokardium (D.0008)
3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
(D.0022)
4) Ansietas berhubungan dengan rasa ketakutan akan ancaman atau kematian
(D.0080)

10
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
Nyeri akut Tujuan : Manajemen Nyeri (1082338)
berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan agen asuhan keperawatan 1. Identifikasi lokasi,
pencedera selama 1x24 jam nyeri karakteristik, durasi,
fisiologis (iskemia berkurang atau hilang frekuensi, kualitas, intensitas
akibat Kriteria Hasil : atau berat nyeri, dan faktor
ketidakseimbanga Tingkat nyeri pencetus
n suplai darah dan (L.08066) 2. Identifikasi skala nyeri
oksigen ke 1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respons nyeri
miokardium) menurun 2-0 non verbal
(D.0077). 2. Tidak terlihat 4. Identifikasi faktor yang
meringis dapat memperberat dan
3. Ekspresi memperingan nyeri
tenang 5. Monitor efek samping
4. Tidak gelisah penggunaan analgetik
5. Tidak ada Edukasi :
kesulitan tidur 1. Ajarkan teknik
6. Tidak mual nonfarmakologi untuk
dan muntah mengurangi rasa nyeri
7. Frekuensi nadi 2. Jelaskan strategi
membaik (60- meredakan nyeri
100x/menit) 3. Anjurkan menggunakan
8. Pola nafas analgetik secara tepat
membaik (12- Kolaborasi :
20x/menit) 1. Kolaborasi
9. Tekanan darah pemberian analgetik
membaik
(sistole 80-
120mmHg,

11
diastole 60-80
mmHg)
Penurunan curah Tujuan : Perawatan Jantung (1.02075)
jantung Kriteria Hasil : Observasi
berhubungan Curah jantung 1. Identitas tanda gejala primer
dengan perubahan (L.02008) penurunan jantung (dispneu,
kontraktilitas 1. Takikardia kelelahan, edema)
miokardium menurun 60- 2. Identifikasi peningkatan
(D.0008) 100 x/menit gejala sekunder penurunan
2. Gambar EKG curah jantung (peningkatan
normal BB,distensi vena jugularis)
3. Lemah 3. Monitor tekanan darah
menurun 4. Monitor keluhan nyeri
4. Dipsneu 5. Monitor EKG
menurun RR 6. Monitor nilai elektrolit
12-20x/menit 7. Monitor aritmia
5. Takanan darah 8. Monitor nilai elektrolit
membaik 80- 9. Monitor tekanan darah
120 mmHg frekuensi nadi sebelum dan
setelah aktivitas
Teraputik
1. Posisikan pasien semi fowler
2. Berikan diet jantung yang
sesuai
Edukasi
1. Anjurkan klien dan keluarga
mengukur intake ouput
carian harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

Perfusi perifer Tujuan : Perawatan Sirkulasi

12
tidak efektif (1.02079) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi perifer
dengan penurunan intervensi (mis.nadi perifer, edema,
aliran arteri keperawatan selama pengisian kapiler, warna,
dan/atau vena 1x8 jam diharapkan suhu)
ditandai dengan perfusi perifer 2. Monitor panas, kemerahan
CRT >3 detik, meningkat, dengan nyeri, atau bengkak pada
akral dingin, kriteria hasil ekstermitas
turgor kulit sebagai berikut Terapeutik
menurun dll Kriteria Hasil : 3. Hindari pemasangan infus atau
(D.0009). Perfusi perifer pengambilan darah di area
(L.02011) keterbatasan perfusi
1. Denyut nadi 4. Hindari pengukuran tekanan
perifer darah pada ektermitas
meningkat (60- dengan keterbatasan perfusi
100 x/mnt) 5. Hindari penekanan dan
2. Sianosis pemasangan torniquet pada
menurun area yang cedera
3. Edema perifer 6. Lakukan pencegahan infeksi
menurun 7. Lakukan perawatan kaki dan
4. CRT membaik ≤ kuku
2 8. Lakukan hidrasi
Akral membaik Edukasi
(Hangat, Kering, 9. Anjurkan
Merah) mengkonsumsi obat
penurun tekanan darah
secara teratur
Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat. Luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

4.Implementasi Keperawatan
13
Diagnosa Implementasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen 1. Mengkaji nyeri
pencedera fisiologis (iskemia) 2. Monitor TTV
3. Menentukan pengalaman nyeri
terhadap nafsu makan, tidur,
perasaan hubungan dan aktivitas
sehari hari
4. Mengajarkan manajemen nyeri
dengan relaksasi tarik nafas
dalam dan distraksi
5. Kolaborasi memberikan obat
analgetik
Penurunan curah jantung 1. Mengevaluasi adanya nyeri dada
berhubungan dengan perubahan 2. Mencatat adanya diasaritmia
kontraktilitas 3. Mencatat tanda dan gejala
penurunan cadiac
4. Memonitor balance cairan
5. Memonitor perubahan tekanan
darah
Perfusi perifer tidak efektif 1. Mengidentifikasi tanda gejala
primer penurunan curah jantung
2. Memonitor tekanan darah
3. Memonitor intake output cairan
4. Memonitor tekanan darah dan
frekuensi sebelum dan sesudah
aktivitas
5. Memposisikan pasien semi
fowler
6. Memonitor nilai laboratorium
7. Memposisikan pasien semi
fowler

14
8. Memfasilitasi keluarga dan
pasien agar hidup sehat
9. Memberikan dukungan
emosional dan spiritual
10. Menganjurkan berhenti merokok
11. Mengajarkan pasien mengukur
intake dan output harian
Merujuk ke program
rehabilitasi jantung

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan yaitu proses membandingkan efek atau hasil sebuahtindakan
keperawatan secara normal atau sesuai tujuan yang telah dibuat merupakan tahap untuk
proses dari keperawatan evaluasi terdiri dari:
1. Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa oleh perawat terhadaprespon segera
pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif: Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisastatus
kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatanperkembangan.
Sedangkan evaluasi keperawatan yang diharapkanpadaklien dengan NSTEMI yaitu :
a. Tidak ada penurunan cardiac output
b. Bisa melakukan aktifitas secara mandiri
c. Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan
d. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
e. Memahami tentang kondisi dan program pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

15
Winda Sintya Naomi, Intje Picauly, S. M. T. (2021). Faktor Risiko Kejadian Penyaki

Brunner & Suddart. (2012). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta: ECG

Brunner & Suddart. (2012). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta: ECG

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
indikator Diagnosis. Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definis dan
indikator Diagnosis. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Wicaksono, Saputro Mukti. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Penyakit Jantung Koroner
Dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukoharjo Ponorogo. Ponorogo: Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan Prodi D III Keperawatan.

16

Anda mungkin juga menyukai