Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan Hodgkin Limfoma

A. Anatomi dan Fisiologi

Limfe adalah cairan jaringan yang masuk kedalam pembuluh limfe.


Pembuluh limfe berbentuk seperti tasbih karena mempunyai banyak katub sepanjang
perjalanannya pembuluh limfe dimulai dari: kapiler limfe pembuluh limfe kecil
pembuluh limfe besar masuk ke aliran darah. Limfe sebelum masuk aliran darah,
melalui satu atau banyak kelenjar limfe, Pembuluh limfe aferen adalah pembuluh
limfe yang membawa limfe masuk kelenjar limfe. Pembuluh limfe eferen adalah
pembuluh limfe yang membawa limfe keluar kelenjar limfe, Limfe masuk
aliran pada pangkal leher melalui: Ductus Limphaticus dexter dan Ductus thoracicus
(Ductus Limphaticus sinister). Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem
sirkulasi darah. Darah meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui
vena. Sebagian cairan darah yang meninggalkan sirkulasi dikembalikan masuk
pembuluh darah melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-ruang jaringan.
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan
kelebihan cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian
antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer,
endomisium otot, dan tulang. Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein
yang lebih kecil. Kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah
sel itu sangat besar di dalam saluran limfe. Limfe dalam pembuluh limfe digerakkan

1
oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dibantu oleh katup yang terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.
1) Fungsi Limfe
a) Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.
b) Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.
c) Membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah.
Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal (di mukosa
usus halus)
d) Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu ke dalam jaringan, dan bagian lain
tubuh.
e) Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme

2) Saluran Limfe
a) Terdapat dua saluran limfe utama, ductus thoracicus dan ductus limfaticus
dextra.
b) Ductus thoracicus atau ductus limfaticus sinister, mengumpulkan cairan limfe
dari tubuh bagian tungkai bawah (kanan kiri), abdomen (kanan kiri), dada kiri,
kepala kiri, lengan kiri, kemudian masuk ke sirkulasi darah lewat vena
subclavia sinistra.
c) Ductus Limphaticus Dexter ialah saluran yang jauh lebih kecil dan
mengumpulkan limfe dari kepala kanan, leher kanan, lengan kanan dan dada
sebelah kanan, dan menuangkan isinya ke dalam vena subklavia dextra yang
berada di sebelah bawah kanan leher.
d) Jika terjadi infeksi, kelenjar limfe dapat meradang (kelenjar limfe bengkak,
merah dan sakit), proses ini biasa disebut nglanjer (limfadenitis)
e) Limfadenitis menunjukan adanya infeksi pada pembuluh limfe (jaringan)
diatasnya.

3) Pembuluh Limfe
a) Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih
banyak katup sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan
atau tasbih.

2
b) Pembuluh limfe yang terkecil atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah
dan terdiri hanya atas selapis endotelium.
c) Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau
sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.
d) Pembuluh limfe khusus di vili usus halus yang berfungsi sebagai absorpsi
lemak (kilomikron), disebut lacteal villi.

4) Kelenjar Limfe / Limfonodi


a) Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang
pembuluh limfe.
b) Kerjanya sebagai penyaring limfe dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya
limfosit.
c) Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan
lipatan paha.

5) Tonsil
a) Tonsil merupakan kelenjar limfe yang terdapat cavum oris dan faring (tonsila
faringialis, tonsila palatina, tonsila lingualis).
b) Tonsil merupakan garis depan pertahanan infeksi yang terjadi di mulut, hidung
dan tenggorokan.
c) Tonsil yang gagal menahan infeksi akan meradang yang disebut: tonsillitis

6) Limpa / Lien
a) Lien adalah kelenjar yang terletak di regio hipogastrium sinistra,
didalamnya berisi banyak jaringan limfe dan sel darah
Fungsi lien:
Membentuk eritrosit (terutama saat janin)
Memisahkan eritrosit mati dari sirkulasi darah
Menghasilkan limfosit, antibody
Menghancurkan leukosit dan trombosit

7) RES (Retikulo Endotelial Sitema)


Sistem didalam jaringan dan organ yang berfungsi memakan (fagosit) benda
asing dan bakteri yang masuk tubuh

3
Yang termasuk RES adalah:
Kelenjar limfe
Limpa
Hati
Sumsum tulang

B. Definisi
Penyakit Hodgkin adalah suatu penyakit klonal, yang berasal dari suatu sel yang
abnormal. Populasi sel abnormal tidak diketahui tetapi tampaknya berasal dari sel B
atau T, atau suatu monosit. Sel-sel neoplastik pada penyakit Hodgkin disebut sel
Reed-Steinberg. Sel-sel ini terselip diantara jaringan limfoid normal yang terdapat di
organ-organ limfoid. (Elizabeth j. Corwin:135)
Penyakit Hodgkin (Limfoma Hodgkin) adalah suatu jenis limfoma yang
dibedakan berdasarkan jenis sel kanker tertentu yang disebut sel Reed-Steinberg, yang
memiliki tampilan yang khas dibawah mikroskop. Sel Reed-Steinberg memiliki
limfositosis besar yang ganas yang lebih besar dari satu inti sel. Sel-sel tersebut dapat
dilihat pada biopsi yang diambil dari jaringan kelenjar getah bening, yang kemudian
diperiksa dibawah mikroskop. (Medicastore, 2009)
Penyakit Hodgkin (Hodgkin Disease) atau Limfoma Hodgkin ialah limfoma
maligna yang khas ditandai oleh adanya sel Reed Steinberg dengan latar belakang sel
rad ang pleomorf (limfosit, eosinofil, sel plasma dan histiosit). (Hematologi Klinik
Ringkas, 2007).
C. Klasifikasi
Secara umum Hodgkin Limfoma dapat diklasifikasikan menjadi 4 stage :
Stage I : ditandai dengan adanya satu pembesaran kelenjar limfa.
Stage II : ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar limfa pada 2 tempat yang
berdekatan.
Stage III : ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar limfa di leher, dada, dan
abdomen.
Stage IV : ditandai dengan penyebaran limfoma di kelenjar getah bening dan
bagian tubuh lainnya seperti paru, hati dan tulang.

4
Klasifikasi menurut WHO :
Nodular lymphocyte predominance Hodgkin lymphoma (nodular LPHL) : tipe
ini mempunyai sel limfosit dan histiocyte, CD-20 positif tetapi tidak
memberikan gambaran RS-cell.
Classic Hodgkin Lymphoma : Lymphocyte rich, nodular sclerosis, mixed
cellularity, lymphocyte depleted.

D. Etiologi
Penyebab pasti limfoma Hodgkin masih belum diketahui. Namun, orang yang
mengidap penyakit ini atau yang sudah mengalami remisi memperlihatkan mengalami
penurunan imunitas yang diperantarai oleh sel T. selain itu kelompok kelompok
kasus sporadic mengisyaratkan bahwa suatu virus, mungkin dari kelompok herpes,
ikut berperan. Mungkin terdapat kecenderungan genetic untuk mengidap penyakit ini.
Diperkirakan aktivasi gen abnormal tertentu mempunyai peran dalam timbulnya
semua jenis kanker, termasuk limfoma. Penyebabnya tidak diketahui, walaupun
beberapa ahli menduga bahwa penyebabnya adalah virus, seperti virus Epstein Barr
dan penyakit ini tampaknya tidak menular.
E. Manifestasi Klinik
Pasien dengan limfoma Hodgkin dapat hadir dengan gejala berikut:
Malam berkeringat
Unexplained berat badan
Kelenjar getah bening: gejala yang paling umum dari Hodgkin adalah pembesaran
menyakitkan dari satu atau lebih kelenjar getah bening. Node juga mungkin
merasa lemas dan bengkak saat diperiksa. Node pada leher dan bahu (leher rahim
dan supraklavikula) yang paling sering terlibat (80-90% dari waktu, rata-rata).
Kelenjar getah bening dada sering terpengaruh, dan ini mungkin melihat pada
sebuah radiograf dada.
Splenomegali: pembesaran limpa terjadi pada sekitar 30% orang dengan limfoma
Hodgkin. Pembesaran, bagaimanapun, jarang besar dan ukuran limpa dapat
berfluktuasi selama pengobatan.
Hepatomegali: pembesaran hati, karena keterlibatan hati, hadir dalam sekitar 5%
kasus.

5
Hepatosplenomegali: pembesaran baik hati dan limpa disebabkan oleh penyakit
yang sama.
Nyeri: Nyeri konsumsi alkohol berikut: klasik, node yang terlibat adalah
menyakitkan setelah konsumsi alkohol, meskipun fenomena ini sangat jarang.
Kembali sakit: nyeri punggung nonspesifik (rasa nyeri yang tidak dapat lokal atau
penyebabnya ditentukan oleh pemeriksaan atau teknik pemindaian) telah
dilaporkan dalam beberapa kasus limfoma Hodgkin. Punggung bawah yang paling
sering terkena.
Tambalan berwarna merah pada kulit, perdarahan yang mudah dan petechiae
karena jumlah platelet rendah (sebagai akibat infiltrasi sumsum tulang,
meningkatkan menjebak dalam limpa dll - yaitu penurunan produksi, penghapusan
meningkat).
Kesimpulan dari uraian diatas adalah sekitar sepertiga pasien dengan penyakit
Hodgkin juga dapat hadir dengan gejala sistemik, termasuk demam, berkeringat di
malam hari; berat badan yang tidak dapat dijelaskan setidaknya 10% dari total
masa tubuh pasien dalam enam bulan atau kurang, kulit gatal (pruritus) karena
meningkatnya kadar eosinofil dalam aliran darah, atau kelelahan (kelesuan).
Gejala-gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan penurunan berat badan
yang dikenal sebagai gejala B, dengan demikian, adanya demam, penurunan berat
badan, dan berkeringat di malam menunjukkan bahwa panggung pasien, misalnya,
2B 2A bukan siklus demam: pasien mungkin juga hadir dengan demam tinggi
kelas siklis dikenal sebagai demam Pel-Ebstein, atau lebih sederhana "demam
PE". Namun, ada perdebatan mengenai apakah atau tidak demam PE benar-benar
ada.
F. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa penjalaran penyakit LNH terjadi secara limfogen
dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling berhubungan dan
merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan. Walaupun demikian,
hubungan antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan daerah aorta pada LNH
jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat pada LNH jenis difus.
Rosenberg melaporkan bahwa pada semua penderita dengan jangkitan pada
sum-sum tulang juga didapati jangkitan pada kelenjar getah bening para aorta yang
terjadi sebelum atau bersamaan dengan terjadinya jangkitan pada sum-sum tulang.

6
Tetapi bila sum-sum tulang terkena lebih dahulu, didapatkan bahwa 25 % penderita
LNH folikular tidak menunjukkan terjadinya jangkitan pada kelenjar getah bening
aorta.
Chabner melaporkan bahwa penyebaran ke kelenjar mesentrium, portal dan ke
organ-organ lain di bawah diafragma terjadi 80 % pada penderita dengan
limfangiogram positif dan 18 % pada penderita dengan limfangiogram negatif.
Chabner juga menunjukkan bahwa hasil limfagiogram negatif akan menyisihkan
adanya jangkitan penyakit pada hati.
Walaupun pada LNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam, penurunan
berat badan, berkeringat pada malam hari) insidensnya lebih rendah daripada penyakit
Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, dapat menyerang
satu atau seleuruh kelenjar limfe perifer. Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan
tetapi sering ditemukan adanya efusi pleura. Kira-kira 20 % atau lebih penderita
menunjukkan adanya gejala-gejala yang berkaitan dengan pembesaran kelenjar limfe
retroperitoneal atau mesentrium dan timbul bersama nyeri abdomen atau defekasi
yang tidak teratur. Sering didapatkan dapat menyerang lambung dan usus halus yang
ditandai dengan gejala yang mirip dengan gejala tukak lambung, anoreksia,
penurunan berat badan, nausea, hematemesis dan melena. Pada limfoma histiositik
difus, limfe tonsil pada orofaring dan nasofaring (cincin Waldeyer) juga dapat
terserang, yaitu sekitar 15 % sampai 30 % (Johnson, 2011). Penyakit-penyakit
susunan saraf pusat walaupun jarang terjadi tetap dapat timbul pada limfoma histisitik
difus (imunoblastik sel besar).
G. Pathway
Terlampir
H. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa prosedur digunakan untuk menentukan stadium dan menilai penyakit
Hodgkin:
1. Pemeriksaan rontgen dada membantu menemukan adanya pembesaran
kelenjar di dekat jantung.
2. Limfangiogram bisa menggambarkan kelenjar getah bening yang jauh di
dalam perut dan panggul.
3. CT scan lebih akurat dalam menemukan pembesaran kelenjar getah bening
atau penyebaran limfoma ke hati dan organ lainnya.

7
4. Skening gallium bisa digunakan untuk menentukan stadium dan menilai efek
dari pengobatan.
5. Laparatomi (pembedahan untuk memeriksa perut) kadang diperlukan untuk
melihat penyebaran limfoma ke perut.

Pemeriksaan darah dapat bervariasi dari secara lengkap normal sampai abnormal.
Pada tahap I sedikit klien mengalami abnormalitas hasil pemeriksaan darah.
SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin
ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht : menurun.
Pemeriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang,
anemia normokromik (hiperplenisme).
LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi klien pada perbaikan dan untuk mendeteksi
bukti dini pada berulangnya penyakit.
Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat
Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan
oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil
negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan TIBC : menurun.
Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan
keterlibatan hati dan ginjal.
BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi
keterlibatan organ.
Hipergamaglobulinemia umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.
Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,
nodulus atau efusi pleural

8
Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area
tulang nyeri tekan : menentukan area yang terkena dan membantu dalam
pentahapan.
Tomografi paru secara keseluruhan atau scan CT dada : dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.
CT scan abdominal : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan
fisik.
Ultrasound abdominal : mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa
retroperitoneal.
Scan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya
penyakit nodul, khususnya diatas diagfragma.
Biopsi sumsum tulang : menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi
sumsum tulang terlihat pada tahap luas.
Biopsi nodus limfa : membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada
adanya sel Reed-Steinberg.
Mediastinoskopi : mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
Laparatomi pentahapan : mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen
nodus retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi
adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang
tidak biasa dilakukan kecuali klien mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil
spesimen.
I. Penatalaksanaan Medis
Limfoma ditangani oleh dokter spesialis hematologi-onkologi dan mungkin
dirujuk ke dokter spesialis lainnya jika dibutuhkan.
a. Penyakit Hodgkin
Terapi
Limfoma Hodgkin. Terapi penyakit ini tergantung beberapa
faktor, seperti stadium penyakit, jumlah dan daerah mana saja kelenjar getah
bening yang terlibat, usia, gejala yang dirasakan, hamil/tidak, dan status

9
kesehatan secara umum. Tujuan terapi adalah menghancurkan sel kanker
sebanyak mungkin dan mencapai remisi. Dengan penanganan yang optimal,
sekitar 95% pasien limfoma Hodgkin stadium I atau II dapat bertahan hidup
hingga 5 tahun atau lebih. Jika penyakit ini sudah meluas, maka angka
ketahanan hdup 5 tahun sebesar 60-70%. Pilihan terapinya adalah :
Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area
tubuh tertentu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal,
namun umumnya diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah
radiasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan kemoterapi. Beberapa
jenis terapi radiasi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker yang lain,
seperti kanker payudara atau kanker paru, terutama jika pasien berusia
kurang dari 30 tahun. Umumnya pasien anak diterapi dengan kemoterapi
kombinasi, tapi mungkin juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
Kemoterapi. Jika penyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan
kelenjar getah bening yang lebih banyak atau organ lainnya, maka
kemoterapi menjadi pilihan utama. Regimen kemoterapi yang umum
diberikan adalah ABVD, BEACOPP, COPP, Stanford V, dan MOPP.
Regimen MOPP (terdiri dari mechlorethamine, Oncovin, procarazine, dan
prednisone) merupakan regimen standar, namun bersifat sangat toksik,
sedangkan regimen ABVD (terdiri dari doxorubicin/Adriamycin,
bleomycin, vinblastine, dan dacarbazine) merupakan regimen yang lebih
baru dengan efek samping yang lebih sedikit dan merupakan regimen
pilihan saat ini. Kemoterapi diberikan dalam beberapa siklus, umumnya
sela beberapa minggu. Lamanya kemoterapi diberikan sekitar 6-10 bulan.
Transplantasi sumsum tulang. Jika penyakit kembali kambuh setelah
remisi dicapai dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi
dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer autologus (dari diri
sendiri) dapat membantu memperpanjang masa remisi penyakit. Karena
kemoterapi dosis tinggi akan merusak sumsum tulang, maka sebelumnya
dikumpulkan dulu sel induk darah perifer atau sumsum tulang.
Therapy Medik
1) Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah therapy

10
utama untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
misalnya : obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi intermitten
dengan siklofosfamid
dosis :
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg, m2 tiap hari atau
- 1000 mg/m2 iv selang 3 4 minggu
2) Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin
(oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m2 iv hari I
O: Oncovin 1,4 mg/m2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m2 po hari 1 5
Diulangi selang 3 minggu
3) Ideal : Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,
prednison (MOPP).
Therapy Radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli yang bersangkutan Sebaiknya melalui tim onkology
(biasanya di RS type A dan B).
J. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang terjadi adalah :
Ketidakmampuan untuk memiliki keturunan (infertilitas)
Gagal fungsi hati
Gangguan pada paru-paru
Penyakit-penyakit kanker
Efek samping dari radiasi (seperti nausea, disfagia, esofagitis, dan hipotiroid)
dan kemoterapi (seperti penurunan jumlah sel darah, dapat menyebabkan
meningkatnya risiko pendarahan, infeksi, dan anemia).

11
Konsep Asuhan Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan ini penulis akan membahas dari pengkajian, diagnosa dan
rencana tindakan/ implementasi yang dapat timbul dari penyakit Hodgkin itu sendiri
(Doengos, 1993: 605).
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala:
a) Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum
b) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c) Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
2) Tanda:
a) Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda yang
lain yang menunjukkan kelelahan.
b. Sirkulasi
1) Gejala:
a) Palpitasi, angina/ nyeri dada
2) Tanda:
a) Takikardia, disritmia
b) Sianosis wajah dan leher
c) Iterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan
hati dan obstruksi duktus empedu oleh pembesaran nodus limfe
d) Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
e) Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan
f) Edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena
kava inferior dari pembesaran nodus limfa intraabdomial (non-
hodgkin).
g) Asites

c. Integritas ego
1) Gejala:
a) Faktor stress, misalnya: sekolah, pekerjaan, keluarga.
b) Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan
takut mati

12
c) Ansietas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas
pengobatan (kemoterapi dan terapi radiasi)
d) Masalah finansial: biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut
kehilangan pekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu kerja
e) Status hubungan: takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi
orang yang tergantung pada keluarga.
2) Tanda:
a) Berbagai perilaku, misalnya: marah, menarik diri, pasif
d. Eleminasi
1) Gejala:
a) Perubahan karakteristik urine dan/atau feses
b) Riwayat obtruksi usus, contoh intususpensi atau sindrom
malabsorpsi (infiltrasi dan nodus limfa retroperitoneal)
2) Tanda:
a) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi (hepatomegali)
b) Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c) Penurunan keluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi
uretral/gagal ginjal)
d) Disfungsi usus dan kandung kemih
3) Makanan/cairan
1) Gejala:
a) Anoreksia/kehilangan nafsu makan
b) Disfagia (tekanan pada esofagus)
c) Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama
dengan 10% atau lebih dari berat badan 6 bulan sebelumnya
dengan tanpa upaya diet.
2) Tanda:
a) Membran mukosa dan konjungtiva pucat
b) Kelemahan otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan

f. Neurosensori
1) Gejala:

13
a) Nyeri saraf (neuralgia) menunjukkan kompresi akar saraf oleh
pembesaran nodus limfa pada brakhial, lumbar dan pleksus sakral
b) Kelemahan otot, parastesia
2) Tanda:
a) Status mental: letargi, menarik diri, kurang minat umum terhadap
sekitar
b) Paraplegia.
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala:
a) Nyeri tekan/nyeri pada nodus limfa yang terkena, misalnya pada
sekitar mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi
vertebral); nyeri tulang umum (keterlibatan tulang limfomatus).
2) Tanda:
a) Fokus pada diri sendiri; perilaku berhati-hati
h. Pernapasan
1) Gejala:
a) Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada
2) Tanda:
a) Dispnea: takikardia
b) Batuk kering non-produktif
c) Tanda distres pernapasan
d) Parau/paralisis laringeal
i. Keamanan
1) Gejala:
a) Riwayat sering/adanya infeksi
b) Riwayat mononukleus (risiko tinggi penyakit hodgkin pada
pasien dengan titer tinggi virus Epstein-Barr). Riwayat
ulkus/perforasi pendarahan gaster
c) Kemerahan/pruritus umum
2) Tanda:
a) Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38C
tanpa gejala infeksi
b) Nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar

14
c) Nodus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat
digerakkan
d) Pembesran tonsil
e) Pruritus umum
f) Sebagaian area kehilangan pigmentasi melanin
j. Seksualitas
1) Gejala:
a) Majalah tentang fertilitas/kehamilan
b) Penurunan libido
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peradangan ( inflamasi ) sistemik sekunder
terhadap penurunan sistem kekebalan tubuh (sistem imun).
2) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang
salah.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peradangan ( inflamasi ) sistemik sekunder
terhadap penurunan sistem kekebalan tubuh (sistem imun).
Factor yang berubungan

Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolism
Obat atau anastesia
Terpajan pada lingkungan yang panas
Aktivitas yang berlebihan

Batasan karakteristik
Subjektif

Klien mengatakan badannya panas


15
Objektif

Kulit merah
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Frakuansi napas meningkat
Kejang atau konfulsi
Kulit teraba hangat
Takikardi
tachipnea

Hasil & NOC

NOC:

termoregulasi; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas dan


kehilangan panas
termoregulais: neonates; keseimbangan antara produksi panas, peningkatan panas dan
kehilangan panas selama 28 hari pertama kehidupan
tanda-tanda vital; nilai suhu, nadi, pernapasan dan TD dalam rentang normal

Tujuan dan criteria hasil

pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator sebagai


berikut:

1. ganguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

16
Indicator 1 2 3 4 5
Peningkatan suhu kulit
Hipertermia
Dehidrasi
Mengantuk
Berkeringat saat panas
Denyut nadi radialis
Frekuensi pernapasan
Contoh lain:
Pasien akan menunjukkan:

menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu


menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
melaporkan tanda dan gejala dini hipertermiabayi akan:

tidak mengalami gawat napas, gelisah atau letargi


menggunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi panas

Intervensi NIC
Baca juga aktivitas keperawatan untuk resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
Pengkajian

pantau aktivitas kejang


pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)
pantau TD, Nadi dan pernapasan
kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan
untuk pasien bedah:
dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca
bedah pada indivudu atau keluarga
pantau tanda hipertermi maligna
regulasi suhu:
pantau suhu minima setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan
pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinuou, jika perlu

17
pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali
secara dini hipertermi
regulasi suhu (NIC); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan
yang diperlukan , jika perlu.

Aktivitas kolaboratif

regulasi suhu:
berikan obat antipiretik, jika perlu
gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh
jika perlu.

Aktivitas lain

lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja
gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha
anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan selama
aktivitas berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas
gunakan kipas yang berputar diruangan pasien
gunakan selimut pendingin
untuk hipertermi maligna:
lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol
sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan protocol

Perawatan dirumah

banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah


ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer
kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau AC jika perlu

18
Untuk bayi dan anak-anak

ajarkan orang tua agar tidak memberikan aspirin untuk demam pada anak-anak
dibawah usia 18 thun
ajarkan orang tua bahwa tidak perlu selalu mengobati semua jenis demam pada anak-
anak. Sebagai pedoman, demam pada anak yang tidak memiliki riwayat kejang tidak
perlu diobati, kecuali mencapai suhu lebih dari 40 derajat selsius.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengatasi demam, tetapi dapat meningkatkan
rasa tidak nyaman anak dan dapat menyebabkan anak menangis dan gelisah dan
menghambat efek pendinginan dari kompres tersebut

Untuk lansia

Ajarkan pasien dan keluarga bahwa lansia lebih berisiko mengalami hipertermi dan
dehidrasi
Ajarkan pasien dan pemberi asuhan/keluarga tanda awal hipertermia atau sangat
panas
Instruksikan untuk menghindari alcohol dan kafein dalam cuaca panas
Pertimbangkan suhu oral yang lebih tinggi dari 37,2 C atau peningkatan 0,8-1,1
sebagai demam pada lansia
Jangan melakukan pemeriksaan suhu rectum pada klien yang mengalami dimensia
karena dapat mengundang rasa marah
Ajarkan klien lansia untuk menghubungi dokter perawatan primer jika mereka
mengalami demam

2) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler


yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

Factor yang berhubungan

Perubahan afinitas hemoglobin terhadap oksigen


Penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah
Keracunan enzim
Gangguan pertukaran

19
Hipervolemia
Hipoventilasi
Hipovolemia
Gangguan transport oksigen melalui alveoli dan membrane kapiler
Gangguan aliran arteri atau vena
Ketidak sesuaian antara ventilasi dan alirn darah

Batasan karakteristik
Subjektif

Perubahan sensasi

Objektif

Perubahan karakteristik kulit


Bruit
Perubahan tekanan darah pada ekstremitas
Klaudikasi
Kelambatan penyembuhan
Nadi arteri lemah
Edema
Tanda human positif
Kulit pucat saat elevasi, dan tidak kembali saat diturunkan
Diskolorasi kulit
Perubahan suhu kulit
Nadi lemah atau tidak teraba

Hasil & NOC

NOC:

Status sirkulasi; aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah, pada tekanan yang
sesuai melalui pembuluh darah besar sirkulasi pulmonal dan sistemik
Keparahan kelebihan beban cairan; keparahan kelebihan cairan didalam kompartemen
intrasel dan ekstrasel tubuh

20
Fungsi sensori kutaneus; tingkat stimulasi kulit dirasakan denga tepat
Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa; keutuhan structural dan fungsi
fisiologis normal kulit dan membrane mukosa
Perfusi jaringan: perifer; keadekuatan aliran darah melalui pembuluh darah kecil
ekstremitas untuk mempertahankan fungsi jaringan

Tujuan dan criteria hasil

Menunjukkan keseimbangan cairan, integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa


dan perfusi jaringan perifer yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1. gangguan eksterm
2. berat
3. sedang
4. ringan
5. tidak ada gangguan

Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan darah
Nadi perifer
Turgor kulit
Suhu, sensasi, elastisitas, hidrasi, keutuhan, dan
ketebalan kulit
Pengisian ulang kapiler
Warna kulit
Integritas kulit

pasien akan mendeskripsikan rencana perawatan dirumah


ekstremitas bebas dari lesi

Intervensi NIC
Pengkajian

21
Kaji ulkus statis dan gejala selulitis
Perawatan sirkulasi (NIC):

1. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer


2. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan latihan fisik
3. Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran

Manajemen sensasi perifer (NIC):

1. Pantau perbedaan ketajaman atau ketumpulan, panas atau dingin


2. Pantau parestesia, kebas, kesemutan, hiperestesia dan hipoestesia
3. Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena profunda
4. Pantau kesesuaian alat penyangga, prosthesis, sepatu dan pakaian

Penuluhan untuk pasien dan keluarga

Ajarkan pasien dan keluarga tentang:


Menghindari suhu yang eksterm pada ekstremitas
Pentingnya mematuhi program diet dan program pengobatan
Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan pada dokter
Perawatan sirkulasi (NIC): ajarkan pasien untuk melakukan perawatan kaki yang tepat
Pentingnya pencegahan ststis vena
Manajemen sensasi perifer (NIC):

1. Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian tubuh saat pasien
mandi, duduk, berbaring atau mengubah posisi
2. Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap hari untuk mengetahui
perubahan integritas kulit

Aktivitas kolaboratif

Beri obat nyeri, beritahu dokter jika neri tidak kunjung reda
Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau antikoagulan, jika perlu

Aktivitas lain

Hindari trauma kimia, mekanik, atau panas yang melibatkan ekstremitas

22
Kurangi rokok dan penggunaan stimulan
Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri (NIC): letakkan ekstremitas pada posisi
menggantung, jika perlu
Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena (NIC):

1. Lakukan modaitas terapi kompresi, jika perlu


2. Evaluasi ekstremitas yang terkena 20 derajat atau lebih diatas jantung jika perlu
3. Dorong latihan rentang pergrakan sendi aktif dan pasif, terutama pada ekstremitas
bawah, saat tirah baring

Penatalaksanaan sensasi perifer (NIC):

1. Hindari atau pantau penggunaan alat yang panas atau dingin


2. Letakkan ayunan diatas bagian tubuh yang terkena dan tidak menyentuh linen tempat
tidur
3. Diskusikan dan identifikasi penyebab sensasi tidak normal atau perubahan sensasi

3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah


Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik :

Memverbalisasikan adanya masalah


Ketidakakuratan mengikuti instruksi
Perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan :

Keterbatasan kognitif
Interpretasi terhadap informasi yang salah
Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
Tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

23
NOC :

Kowlwdge : disease process


Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

NIC :
Teaching : disease Process

Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat

24
Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

25
Daftar Pustaka
Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Departemen Ilmu Penyakit
dalam FKUI.
Watson,Roger.2002.Anatomi & Fisisologi untuk Perawat.Jakarta:EGC
Mansjoer,Arif dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius
Reeves,Charlene J,dkk.Keperawatan Medikal Bedah.2001.Jakarta:SalembaMedika
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakarta: EGC
Long,Barbara C.1996.Perawatan Medikal Bedah Suatu pendekatan Proses
keperawatan.Bandung:IAPK
Robbins,Stanley L,dkk.1996.Dasar Patologi Penyakit Edisi 5:EGC
Sodeman.1995.Mekanisme Penyakit (Pithologic Physiology) mechanisms of
disease.Jakarta:Hipokrates
Price,Sylvia A dan Lorraine M Wilson.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta:EGC
http://healthycaus.blogspot.com/2009/08/penyakit-hodgkin.html
http://askep-kesehatan.blogspot.com/2008/08/limfoma-non-hodgkin.html
http://medicastore.com/penyakit/308/Limfoma_Non-Hodgkin.html
http://ilmu-ilmukeperawatan.blogspot.com/2009/03/download-asuhan-keperawatan-
gawat.html
http://www.urangcijati.blogspot.com

26

Anda mungkin juga menyukai