KEPERAWATAN DEWASA 1
TENTANG
CHF
DOSEN PEMBIMBING :
NS IDA SURYATI M.KEP
OLEH KELOMPOK :
SURYA NINGSIH
YENITA GUSTI
LOLA GUSENDANG
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia_Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang membantu memberikan
semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini, yaitu makalah Keperawatan
dewasa 1 ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih kurang sempurna.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.Dan kami
berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................................5
2.2 Etiologi ...................................................................................................................5
2.3 Klasifikasi .................................................................................................................5
2.4 Manifestasi klinis.......................................................................................................5
BAB 111 ASKEP TEORITIS
3.1 Pengkajian .. ...........................................................................................................6
3.2 Diagnosa .................................................................................................................6
3.3 intervensi.................................................................................................................6
3.4 Implementasi...........................................................................................................6
3.5 Evaluasi...................................................................................................................6
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................7
4.2 Saran .....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Heart Failure (CHF) atau yang biasa dikenal dengan gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
yang cukup sehingga menyebabkan curah jantung yang seharusnya normal
mengalami penurunan dan menimbulkan nyeri dada. Gagal jantung
menyebabkan curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofi ventrikel,
pemendekan miokard pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke
jantung dan otak, menyebabkan risiko tinggi penurun curah jantung,
kemudian penurunan suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan hipoksia
jaringan miokardium, dan menyebabkan perubahan metabolisme
miokardium sehingga menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada seringkali
dikeluhkan pasien Congestive Heart Failure (Purba, 2016).Data World
Health Organization (WHO) tahun 2013, menunjukan 17,3 juta orang
meninggal akibat gangguan kardiovaskular . WHO menyampaikan bahwa
lebih dari 23 juta orang meninggal setiap tahun dengan gangguan
kadiovaskular (WHO, 2013). Di indonesia sendiri prevalensi penyakit
gagal jantung tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696
orang. Jumlah penderita terbanyak berdasarkan diagnosis dokter terdapat
di provinsi jawa timur sebanyak 54.826 orang (0,19%), sedangkan jumlah
penderita paling sedikit ditemukan di provinsi Maluku yaitu sebanyak 144
orang (0,02%). Di provinsi daerah istimewa sumatra utara berdasar
diagnosis/gejala, estimitas jumlah penderita gagal jantung sebanyak
26.819 orang (0,3%) (Riset Kesehatan Dasar, 2016).Selain itu, hasil
survey yang dilakukan Khasanah (2019), kejadian CHF pada tanggal 20
Desember 2017 di RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto
diperoleh informasi bahwa pada tahun 2015 terdapat 1647 kasus dan pada
tahun 2016 tercatat 1524 kasu dan dan tahun 2017 terdapat 1493 pasien.
Bila dilihat dari tahun 2015 sampai 2017 terdapat penurunan jumlah
pasien CHF di RSUD Prof DR. Margono Soekarjo Purwokerto. Namun
jumlah pasien yang di rawat di ICCU mengalami peningkatan yaitu
sebagai berikut: tahun 2015 sebanyak 43 kasus, tahun 2016 sebanyak 58
kasus, dan sampai Nopember 2017 tercatat 52 kasus. Hasiltersebut
menunjukan bahwa semakin meningkat jumlah pasien yang mengalami
tanda gejala CHF yang dapat mengancam jiwa.Dampak yang dialami klien
gagal jantung kongestif atau Congestive Heart Failure adalah mengalami
kelelahan dan dyspnea yang berkontribusi memperburuk kualitas hidupnya
(Akhmad, 2018). Selain itu apabila nyeri pada pasien congestive heart
failure tidak segera di tangani akan mengakibatkan pasien mengalami
gelisah, imobilisasi, menghindari penurunan rentang tentang perhatian,
stress dan ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis
(Pratintya, 2017).Berdasarkan uraian di atas bagaimana pentingnya
memberikan rasa nyaman pada pasien yang mengalami nyeri, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian/studi kasus tentang penyakit
chf
Tujuan umum : Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Congestive Heart Failure (CHF) dengan masalah keperawatan Nyeri.
Tujuan khusus : Setelah melakukan penelitian dan pembelajaran tentang
kemasukan benda asing pada telinga. Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :
Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami
Masalah
Nyeri dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF)
Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami
Masalah Nyeri dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure
(CHF)
Menyusun rencana keperawatan pada klien yang mengalami
Masalah Nyeri
dengan diagnosa medis Congestive Heart Failure (CHF)
Melaksanakan pelaksanaan keperawatan tentang chf
melakukan evaluasi pada pasien chf
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau
mengembangkan
ilmu keperawatan medikal bedah khususnya asuhan keperawatan pada
pasien Congestive Heart Failure
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien.Gagal jantung kongestif adalah keadaan
patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi
gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan.
B. ETIOLOGI
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang
mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis
koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2) Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)
biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan
penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3) Hipertensi sistemik atau pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.4
4) Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.4
5) Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk
jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk
mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau
stenosis AV), peningkatan mendadak afterload.4
6) Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju
metabolisme (misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen
sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen
ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas
elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
C. KOMPLIKASI CHF
1) Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena
dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP) dan
emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa diturunkan
dengan pemberian warfarin.
2) Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi pemantauan
denyut jantung (dengan digoxin atau blocker dan pemberian
warfarin).
3) Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik
dengan dosis ditinggikan.
4) Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau
sudden cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang
berhasil diresusitasi, amiodaron, blocker, dan vebrilator yang ditanam
mungkin turut mempunyai peranan.
D MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur
pasien, beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang
jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta
derajat gangguan penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung
kongestif, hampir selalu ditemukan :
1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi,
mual, muntah, asites, hepatomegali, dan edema perifer.
E PATOFISIOLOGI
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya
melibatkan satu sistem tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat
kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu memompa memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan satu respon
hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan
patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon
hemodinamik yang tidak normal adalah peningkatan tekanan pengisian
(filling pressure) dari jantung atau preload. Respon terhadap jantung
menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan untuk
meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh
darah perifer dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan
aktivasi dari mekanisme kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan
air dan garam oleh ginjal dan aktivasi system saraf adrenergik. Penting
dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump function)
dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function).
Pada beberapa keadaan ditemukan beban berlebihan sehingga
timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat depresi pada otot
jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung
intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena
beban jantung yang ringan. Pada awal gagal jantung akibat CO yang
rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas saraf simpatis dan
sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin
yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas
ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi
penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang efektif.
Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral.
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan
tekanan darah sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan
kontraktilitas jantung melalui hukum Starling. Apabila keadaan ini tidak
segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi
dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi. Dilatasi ventrikel menyebabkan
disfungsi sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensi cairan
meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi tidak
efisien secara mekanis (hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas
(misal pada penyakit koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan
kontraktilitas.Selain itu kekakuan ventrikel akan menyebabkan terjadinya
disfungsi ventrikel.Pada gagal jantung kongestif terjadi stagnasi aliran
darah, embolisasi sistemik dari trombus mural, dan disritmia ventrikel
refrakter.Disamping itu keadaan penyakit jantung koroner sebagai salah
satu etiologi CHF akan menurunkan aliran darah ke miokard yang akan
menyebabkan iskemik miokard dengan komplikasi gangguan irama dan
sistem konduksi kelistrikan jantung.Beberapa data menyebutkan
bradiaritmia dan penurunan aktivitas listrik menunjukan peningkatan
presentase kematian jantung mendadak, karena frekuensi takikardi
ventrikel dan fibrilasi ventrikel menurun.11 WHO menyebutkan kematian
jantung mendadak bisa terjadi akibat penurunan fungsi mekanis jantung,
seperti penurunan aktivitas listrik, ataupun keadaan seperti emboli
sistemik (emboli pulmo, jantung) dan keadaan yang telah disebutkan
diatas.Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik
dijelaskan dengan persamaan CO= HR X SV dimana curah jantung adalah
fungsi frekuensi jantung X volume sekuncup. Curah jantung yang
berkurang mengakibatkan sistem saraf simpatis akan mempercepat
frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung, bila mekanisme
kompensasi untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka
volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Tapi pada gagal jantung dengan masalah
utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup
berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankn.
Volume sekuncup, jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung
pada tiga faktor yaitu:
1) Preload: setara dengan isi diastolik akhir yaitu jumlah darah yang
mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang
ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
2) Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang
serabut jantung dan kadar kalsium.
3) Afterload: mengacu pada besarnya ventrikel yang harus di hasilkan
untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di timbulkan
oleh tekanan arteriole.
F PENATALAKSAAN CHF
Penatalaksanaan CHF Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:
1) Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2) Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahanbahan farmakologis.
3) Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.
G TERAPI FARMAKOLOGI
1) Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik)
Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala
volume berlebihan seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal,
menurunkan volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk
mengurangi beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga
menurunkan afterload agar tekanan darah menurun.
2) Antagonis aldosteron
3) Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai
berat.
4) Obat inotropik
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung.3
5) Glikosida digitalis
Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung menyebabkan
penurunan volume distribusi.
6) Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat)
Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh
darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan
meningkatkan kapasitas vena.
7) Inhibitor ACE
Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan mengurangi
sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi natrium
dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan
tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung
Terapi non farmakologi
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya
keluhan seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan,
mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari rokok,
olahraga teratur.
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. I
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin :L
Pendidikan : sma
Pekerjaan : petani
Status perkawina : kawin
Alamat : padang
Suku/bangsa : Indonesia
Tanggal MRS : 3 Desember 2022
Tanggal Pengkajian : 3 Desember 2022
Jam Masuk : 12 : 31 WIB
No.RM : 00-32-12-27
Diagnosa Masuk : gagal jantung (chf)
Identitas keluarga
Nama :Ny.t
Umur :48 tahun
Hubungan :Istri
A. RIWAYAT PASIEN
Keluhan Utama :
Klien mengatakan sesak
Riwayat penyakit sekarang :
Klien masuk melalui IGD RSUP DR.M Djamil Padang
padang tanggal 3 desember pukul 15:30 WIB,saat dilakukan
pengkajian kesehatan meraskan sesak napas sejak 3 hari yang
lalu,klien mengatakan sesak saat berakifitas,nyeri pada dada
kiri,durasi 30x/menit,skala nyeri yang dirasakan skala 6,tubuh
terasa lemah,hasil pemeriksaan tanda tanda vital
Td:140/70 mmhg
Nadi 59x/i
R:27x/menit
Suhu :36c
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 3 desember 2022 jam
17:00 WIB pasien mengeluh sesak napas,sesak dirasakan dan
bertambah saat melakukan aktifitas,tubuh terasa
lemah,lelah,terlihat pucat,lesu
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit sebelumya
dengan penyakit stroke .
Riwayat Penyakit Keluarga :
klien mengatakan jika anggota keluarga dari bapak ibu tidak
mempunyai riwayat penyakit seperti klien.
1. Tanda-tanda vital
a. Nadi : 59x/i
b. Td : 140/70 mmhg
c. Pernafasan : 27x/i
d. Suhu : 36℃
2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran :composmentis
b. Kepala :bentuk kepala normal,rambut sebagian memutih
terlihat bersih tidak ada ketombe
c. Mata :simetris kiri dan kanan,mata bersih,palpepra tidak
edema,konjungtiva anemis,sklera tidak ikterik
d. Hidung :simetris kiri dan kanan,tidak ada kotoran,tidak ada
pembengkakkan dan poilp
e. Mulut :mukosa bibir kering
f. Telinga :simetris kiri dan kanan,tidak ada
serumen,pendengaran masih masih
g. Leher :tidak ada pembengkakkan kelenjar getah bening,tidak ada
pembesaran vena jugularis
Jantung :
Inspeksi: simetris kiri kanan
Palpasi : Tidak dilakukan palpasi
Perkusi : Tidak dilakukan perkusi
Auskultasi : tidak dilakukan
h. Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri, RR 59 x/menit
Palpasi : tidak dilakukan
Perkusi: Tidak dilakukan perkusi.
Auskultas: Terdapat bunyi stidor pada paru sinistra dan
wheezing pada paru dextra.
i. Abdomen :
Inspeksi: Tidak ada psikatrik, tidak tampak distensi abdomen
Auskultasi: Tidak dilakukan auskultasi
Palpasi : Tidak dilakukan palpasi
Perkusi : Tidak dilakukan perkusi
j. Genetalia : Bersih, terpasang kateter
k. Rektal : Bersih.
l. Ekstremitas
Atas : Bagian kiri lemah, bagian kanan dapat digerakkan
Bawah : tidak sianosis
m. Aktivitas :klien tidak dapat mealkukan aktivitas sehari-hari
n. Pola eiminasi : klien mengatakan Bab 1-2 kali dalam sehari
Bak 5 kali sehari,bau khas urin,warna
kuning keruh
O Riwayat psikologi: klien sangat teganggu dengan keadaanya
sekarang dan klien sangat memikirkan mengenai penyakitnya.
B. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Intervensi Keperawatan
Dx. keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
hasil
1. Gangguan Tujuan : (Pemantauan Respirasi I.01014)
pertukaran gas Setelah dilakukan 1.1 Monitor frekuensi irama, kedalaman
b.d perubahan tindakan keperawatan dan upaya nafas
membran diharapkan pertukaran 1.2 Monitor pola nafas
alveolus- gas meningkat. 1.3 Monitor kemampuan batuk efektif
kapiler 1.4 Monitor nilai AGD
Kriterian hasil : 1.5 Monitor saturasi oksigen
(Pertukaran gas 1.6 Auskultasi bunyi nafas
L.01003) 1.7 Dokumentasikan hasil pemantauan
1.Dipsnea menurun 1.8 Jelaskan tujuan dan
2.bunyi nafas prosedur pemantauan
tambahan menurun 1.9 Informasikan hasil pemantauan, jika
3.pola nafas membaik perlu
4. PCO2 dan O2 1.10 Kolaborasi penggunaan oksigen saat
membaik aktifitas dan/atau tidur
2. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses
keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
(Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan
Asuhan Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).
Menurut (Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah
SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan
pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkai
pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir
layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian
tujuan keperawatan, yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Heart Failure (CHF) atau yang biasa dikenal dengan gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi
yang cukup sehingga menyebabkan curah jantung yang seharusnya normal
mengalami penurunan dan menimbulkan nyeri dada. Gagal jantung
menyebabkan curah jantung menurun, menyebabkan hipertrofi ventrikel,
pemendekan miokard pengisian LV menurun, aliran tidak adekuat ke
jantung dan otak, menyebabkan risiko tinggi penurun curah jantung,
kemudian penurunan suplai O2 ke miokard, terjadi peningkatan hipoksia
jaringan miokardium, dan menyebabkan perubahan metabolisme
miokardium sehingga menimbulkan nyeri dada.
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien.Gagal jantung kongestif adalah
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal.
B. SARAN
1. Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawataNsempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu
adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta
pentingnya kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Boies Higler. 2017 .Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC.Brunner &
Suddart. 2017
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1. Jakarta : EGC.Pearce,
Evelyn C. 2015.
Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis.Jakarta : GramediaPustaka
Utama.Price, Sylvia A. 2016
Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edis 4.Jakarta :
EGC.Soepardi, Efiaty Assyad dkk.
Jakarta. BalaiPenerbit FKUI.Syaifuddin. 1997.Anatomi Fisiologi untuk siswa
Perawat edisi 2.Jakarta : EG.