Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GLAUKOMA DI SITEM
PENGINDRAAN

Di Susun Oleh:

Nama: OCTAVIA MARETANSE


NIM: 2018.C.10a.0979

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Diagnosa MedIS Gla
ukoma Di Ruang Gardenia Rs Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti,S.Kep. Ners

Mengetahui
Ketua Unit Pengelola (KUP)
Program Studi S-1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny.N Dengan Diagnosa medis glaukoma di Ruang Aster Rs.Palangka
Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 27 oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL …..............................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN….................................................................................
KATA PENGANTA….............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan…...........................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…...........................................................................
2.1 Konsep Penyakit Glaukoma................................................................................
2.1.1 Definisi glaukoma.....................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisologi.......................................................................................
2.1.3 Etiologi......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi (WOC) ...................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa ..........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebirauan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan
mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi saraf
optikus, dan menciutnya lapang pandang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat
sejumalah 0,40% penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan
pada 0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di Indonesia adalah kelainan
refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%, konjungtivitis 1,74%, parut
kornea 0,34%, glaucoma 0,40%, retinopati 0,17%, strabismus 0,12%. Prevalensi
dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02%, glaukom dan saraf kedua
0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina 0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%,
prevalensi total 1,47%. (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika Serikat
ada 2 juta orang yang menderita glaucoma. Diantaranya mereka hamper
setenganya mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar
buta, bertambah sebanyak 5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis
memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C.
smeltzer.2001).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah Di Atas Maka Penulis Membatasi
Penelitian Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Diagn
osa Medis glaukoma Di Ruang gardenia Rs Palangka Raya.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menerapkan Asuhan Kep
erawatan Pada Ny.N Dengan Diagnosa medis glaukoma.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
2) Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3) Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti asuhan keperawatan pada pasien degan glaukoma
1.4.2 Untuk Pasien Dan Keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawatan yang tepat pada glaukoma
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) dapat mengembangkan pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma
1.4.4 Untuk IPTEK
Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi di bidang kesehatan
tentang glaukoma.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih
tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan
(Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaikan tekanan intra okuler
yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993). Glaukoma adalah sekelompok
kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intra okuler.( Long Barbara,
1996)
Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009),bahwa Glaukoma
merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler
(TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf optik
sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan.
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009)
Glukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi. (Mansjoer, Arif : 2001)
Glukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola
mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. (Mansjoer,
Arif : 2001).
Jadi kesimpulannya menurut saya berdasarkan beberapa definisi diatas
glaukoma adalah suatu penyakit mata dimana meningkatnya tekanan intra okuler baik
akut atau kronis, sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.

7
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu:


1. Aqueus humor
Cairan ini berada di depan lensa.

2. Vitreus humor
Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada
dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini
ciran yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah
aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik
anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut
antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluran schlemm.
( Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan
abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier
sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-
70 mmHg.

2.1.3 Etiologi
Glaukoma primer terdiri dari :
1. Akut:
dapat disebabkan karena trauma.
2. Kronik :
dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: diabetes mellitus,
arterisklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, myopia tiggi dan progresif.
3. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain, seperti: katarak, perubahan lensa kelainan uvea
pembedahan.

8
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari glaukoma dalah sebagai berikut ( Sidarta Ilyas, 2003) :

1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada
kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) ,
yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang Disebut sudut
terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem,
dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal
biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior
normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semut (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang
anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlemm.
Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan
diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari
penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,

9
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni
akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam
bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut /peningkatan volume cairan dari
dalam mata . Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi / sub laksasi
lensa, katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.

3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata sistemik jarang ( 0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya
pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi.

4. Glaukoma absolut

10
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada
glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan
siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah
tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
3. Berdasarkan lamanya glaukoma dibedakan menjadi:
a. Glaukoma akut
penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat
mendadak sangat tinggi.
b. Glaukoma kronik
Penyakit mata dengan gejalah peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi
kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.

2.1.5 Patofisiologi ( Patway )


Rongga anterior mata berada didepan dan sedikit kesamping dari lensa, terdapat/
bermuara aqueous humor, merupakan caira bening yang menunjukan lympha. Aqueous
humor diproduksi secara terus-menerus dalam badan silianis yang terdapat dibagian
posterior irisdan mengalir melewatipupil kedalam cameraokuli anterior. Aqueous
humordisalurkan melalui canal Schlemm disekitar mata dan berada pada bagian sudut
camera okuli anterior dimana terjadi pertemuan iris perifer dan kornea dalam keadaan
normal terjadi keseimbangan antara produksi dan penyerapanaqueous humor, akan
menyebabkan atau menjadikan tekanan intra okuli relative konstan. TIO berkisar 10-
20mmHg dan rata-rata 16mmHg. Tekanan intra okuler beavariasi dan naik sampai
5mmHg. Glaukoma terjadi dimana adanya peningkatan TIO yang dapat menimbulkan
kerusakan dari saraf-saraf optic. Peningkatan tekanan disebabkan abstruksi/sumbatan
dari penyerapan aqueous humor.

11
12
Etiologi

WOC GLAUKOMA  Primer  Sekunder


- Akut
∞ Obat-obatan midriatik
– Katarak 
∞ Berdiam lama ditempat gelap – Perubahan lensa 
∞ Gangguan emosional – Kelainan uvea
- Kronis – Trauma
∞ Keturunan
∞ Diabetes mellitus  – Pembedahan
∞ Hipertensi
∞ Arterosklerosis 
∞ Pemakaian kortikosteroid jangka
panjang.
∞ Miopia tinggi dan progresif

GLAUKOMA

B1 B2 B4 B5 B6
B3

13
Iritasi saraf vagus Iritasi saraf Tekanan pada saraf Iritasi saraf Iskemia retina Penipisan lapisan serat
trigeminus dan vagus optik dan retina vagus saraf dan inti bagian
dalam retina

Nyeri
Bronkokontriksi
Mual, muntah
Reflek okulokardiak Kerusakan saraf optik
dan retina
Merangsang N. Visus menurun
trigeminus
Suplai O2 menurun
Bradikardia Kehilangan
Berkurangnya akson di cairan
saraf optik Penglihatan kabur

Peningkatan kerja Nyeri menyebar ke


MK : pelipis, rahang
napas
Ketidakefektifan
MK :
perfusi jaringan perifer Imobilisasi kurang
Atrofi optik Kekurangan volume
cairan
Anoreksia
Dyspnea
MK :
Hilangnya pandangan perifer Hambatan mobilitas
fisik
MK:
MK : Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan pola MK : nutrisi kurang dari
napas Risiko trauma kebutuhan tubuh

14
2.1.6 Manifestasi Klinis
Glaukoma primer
a.   Glaukoma sudut terbuka
1. Kerusakan visus yang serius
2. Lapang pandang mengecil dengan maca-macam skottoma yang khas
3. Perjalanan penyakit progresif lambat
b.   Glaukoma sudut tertutup
1. Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
2. Timbulnya halo/pelangi disekitar cahaya
3. Pandangan kabur
4. Sakit kepala
5. Mual, muntah
6. Kedinginan
7. Demam baahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang sangat
sedemikian kuatnya keluhan mata ( gangguan penglihatan, fotofobia dan
lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.
1. Glaukoma sekunder
2. Pembesaran bola mata
3. Gangguan lapang pandang
4. Nyeri didalam mata
Glaukoma kongential
1. Gangguan penglihatan

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi glaukoma pada umumya adalah kebutaan total akibat tekanan bola
mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Kondisi mata pada kebutan yaitu kornea
terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atropi dengan ekskavasi (penggaungan)
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutaan
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskularisasi pada iris yang dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Pengobatan
kebutaan ini dapat dilakukan dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk
menekan fungsi badan siliar, alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata sudah tidak bisa berfungsi dan memberikan rasa sakit.

15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
1.Nama nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
2.Umur
3.Jenis kelamin
4.Agama
5.Pendidikan
6.Pekerjaan Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita efusi
pleura.
7.Status kawin
2. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit
seperti katarak,  Miopi atau hipermetropi, hiperlipidemia trauma, dan sebagainya. Hal
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
a. Riwayat Kesehatan sekarang Pada pasien Pasien dengan glaukoma biasanya
akan diawali dengan adanya tanda -tanda seperti Penglihatan kabur,Terdapat
lingkaran seperti pelangi ketika melihat ke arah cahaya terang,Memiliki sudut
buta (blind spot),Kelainan pada pupil mata, seperti ukuran pupil mata tidak
sama.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit glaukoma Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab glaukoma seperti
katarak,  Miopi atau hipermetropi, hiperlipidemia.dan lain sebagainya.
3. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran

16
Saat pasien sadar dari anastesi umum tingkat kesadaran Glasgow Coma
Scale (GCS) yaitu Composmentis. Rasa nyeri menjadi sangat terasa. Nyeri
terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh  (Mutaqin, 2013, hal. 140).
2) Tanda-tanda vital
Pada pasca operasi nyeri akut menyebabakan pasien gelisah dan menyebabkan
tanda-tanda vital berubah, masalah yang sering terjadi adalah perdarahan , dari
perdarahan dapat mengakibatkan tekanan dara h menurun, meningkatnya
kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyut nadi lemah, suhu menurun
(Mutaqin, 2013, hal. 138).
1. Pemeriksaan Body system
a. Sistem pernapasan
1) Sistem penglihatan
Inspeks: Sistim pengelihatan tidak mengalami gangguan seperti konjungtiva
tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan (Rosyidi, 2013, hal. 52).
2) Sistem pendengaran
Inspeksi: tidak terdapat kelainan pada telinga, telinga simetris
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal (Rosyidi, 2013, hal. 52).
3) Sistem pernafasan
Inspeksi: Pernafasan meningkat, regular atau tidak regular tergantung pada
riwayat penyakit pasien yang berhubungan dengan paru
Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, focal fremitus teraba sama.
Perkusi: Suara ketok sonor, tidak ada redup atau suara tambahan lainya.
Auskultasi: suaranafas normal, tidak ada whezzing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi (Rosyidi k, 2013, hal. 52).
4) Sistem kardiovaskular
Inspeksi: tidak tampak iktus jantung
Palpasi: nadi meningkat
Perkusi: batas jantung normal, batas atas ICS ke 2, batas bawah ICS ke 5,
batas kiri ICS ke 5 mid klavikula sinistra, dan batas kanan ICS ke 4 mid
sternalis dextra (Haswita, 2017, hal. 192)

17
Auskultasi: suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur (Rosyidi k, 2013,
hal. 52).
5) Sistem pencernaan-eleminasi alvi
Inspeksi: Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Auskultasi: Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit
Palpasi: Tugor baik, tidak ad defans muskular (nyeri tekan pada seluruh
abdomen), hepar tidak teraba.
6) Sistem Perkemihan-eleminasi urin
Inspeksi: warna urin, bau, serta frekuensi dalam batas normal
Palpasi: tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan dan biasanya
tidak di jumpai distensi kandung kemih
Perkusi: pada waktu 6-8 jam setelah anastesi pasien akan mendapatkan
kontrol fungsi miksi (Mutaqin, 2013, hal. 140).
7) Sistem muskuloskeletal
Inspeksi:tidak terdapat fiksasi seperti gips atau spalk pada kaki post operasi,
kemerahan, bengkak, terdapat bekas luka insisi, terdapat nyeri gerak,
Palpasi: suhu sekitar trauma hangat dan gerakan tonus otot menurun
(Rosyidi, 2013, hal. 54).
8) Sistem endokrin
Penderita post operasi terjadi hipoglikemia karena efek anastesi
menyebabkan asupan karbohidrat tidak adekuat (Mutaqin, 2013, hal. 85).
9) Sistem reproduksi
Dampak pada paien efusi pleura yaitu pasien tidak bisa melakuakn hubungan
seksual karena harus mengalami rawat inap dan keterbatasan gerak serta
nyeri yang dirasakan pasien (Rosyidi, 2013, hal. 50).
2. Pola aktivitas
1. Kebersihan diri
Pola efusi pleura akan mengalami perubahan atau gangguan pada
personal higine, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan
BAK (Putri, 2013, hal. 245).
2. Istirahat dan aktivitas

18
Aktivitas mengalami perubahan atau gangguan akibat dari post operasi
sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh perawat atau keluarga.
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang disebabkan
oleh nyeri efusi pleura (Putri, 2013, hal. 245).
3. Psiko sosial
1. Sosial interaksi
Hubungan interaksi antara pasien dengan keluarga, pasien dengan pasien
serta tenaga medis terjalin dengan baik (Rosyidi, 2013, hal. 48).
2. Spiritual
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien meminta
perlindungan atau mendekatkan diri pada Tuhan (Putri, 2013, hal. 246).

4. Pengkajian Fisika
a. Kulit:Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala:Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata:Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3mm,
reflek cahaya (+/+).
d.Telinga:Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
e.Hidung:simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
f.Mulut:gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
g.Leher:trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid
tidakmembesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
h.Thorax :Jantung:Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam
batasnormal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.Paru-paru:Tidak ada
ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidakada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
i. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomenPalpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba, tidak teraba massa.

19
j.Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot
cukup.Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema(-),tonus otot
cukup
2.2.2 Diangnosa Keperawatan
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
b. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut
saraf oleh karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :  
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
2. Post operasi
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi
iriodektomi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi
2.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Kaji Pasien dapat mengenali awitan nyeri
2. Pasien dapat mengontrol nyeri
3. Pasien mengetahui tingkatan nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
4. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan
5. Kaji kebutuhan belajar pasien
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter
& Perry, 2011).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
(Meirisa, 2013).

20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan
tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang
pandang dan penurunan tajam pengelihatan.
Adapun Tandan dan gejala glukoma yaitu : Nyeri pada mata.
 Sakit kepala.
 Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya.
 Mata memerah.
 Mual atau muntah.
 Mata berkabut (khususnya pada bayi).
 Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek
sama sekali.
4.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep glukoma serta ASKEPnya diharapkan
kepada pembaca untuk dapat memahami tentang Konsep glukoma serta ASKEPnya
tersebut, sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa
saja yang berkaitan dengan hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuannya mengenai Konsep glukoma serta ASKEPnya tersebut, dan diharapkan
dapat menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan bersungguh-sungguh
menjadi perawat yang professional nantinya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Hartono. 2007. Ringkasan Anatomi dan Fisiologi Mata. UGM. Yogyakarta.


2. Ilyas H Sidarta. 2014. Kelainan kelopak dan kelainan jaringan orbita. Ilmu
Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
3. Wijaya, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Semarang. Universitas
Diponegoro.
4. Muchatuta M. A, 2018. Iritis and Uveitis. Medscape Reference
https://emedicine.medscape.com/article/798323-overview Diakses pada tanggal
8 November 2018.

5. Rumelt, S. 2013. Uveitic glaukoma. Glaucoma basic and clinical aspects.


InTech.
6. Kanski J, Bowling B. 2016. Clinical Ophthalmology: a systematic approach.
Edisi ke-8. Australia: Elsevier.
7. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. 2000. Oftalmologi umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya medika.
8. Agrawal RV, Murty S, Sangwan V,Biswas J. 2010 Current approach in
diagnosis and management of anterior uveitis. Indian J Ophtalmol.
9. Eva, P.R., and Whitcher, J.P. 2007. Vaughan and Asbury’s General
Ophthalmology 17th Edition. USA: McGrawHill
10. Kanski, Jack J; Bowling B. 2016. Clinical Ophthalmology: A Systematic
Approach, 8th edition. UK: Elveiser.
11. Khurana A. 2007. Comprehensive Ophtalmology 4th Edition. India: New Age
International Limited Publisher.
12. Sitompul, Ratna. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Uveitis dalam Upaya
Mencegah Kebutaan. Jurnal Kedokteran Indonesia, vol.4, No.1, April
2016.Hidayat, S.; Himawan, M.; Baswara, N.; Anita, Y.; Fatmawati, N.K.; 2015.
Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/SMF Mata RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda, Edisi VII.

22
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI
Nama Mahasiswa : Octavia Maretanse
NIM : 2018.C.10a.0979
Tingkat / Prodi : II-B / S1 Keperawatan
Pembimbing : Kristinawati, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
N Hari/Tangg
Catatan Bimbingan Mahasisw Pembimbin
o al
a g

23
1. Selasa, 02 1. Pre Conference
Novevembe 2. Perbaiki Pathway
r 2020
Sarjana Keperawatan Ners Reguler
is Inviting you to a scheduled Zoom
meeting
Topic: Bimbingan Pre Conference PPK II
kel. 3 Kelas 3B Sistem pengindraan
Pembimbing Rimba Aprianti, S. Kep.,Ners
Time: Nov 3, 2020 04:00 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/87147984709
? pwd=dFQ1UkwvSUtNS0Iw
RWZCMjdOTkRBQT09
Meeting ID: 871 4798 4709
Passcode: htz46p
Join by Skype for Business
https://us02web.zoom.us/skype/871479
84709

24

Anda mungkin juga menyukai