Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS KANKER


LIDAH PADA SISTEM PENGINDRAAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : OKTAVIONA
NIM : 2018.C.10a.0980

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Oktaviona
NIM : 2018.C.10a.0980
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y
Dengan Diagnosa Medis Kanker Lidah Pada Sistem
Pengindraan

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II (PPK II) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Pembimbing Akadmik

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Oktaviona
NIM : 2018.C.10a.0980
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y
Dengan Diagnosa Medis Kanker Lidah Pada Sistem
Pengindraan

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II (PPK II) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Ny. Y dengan Diagnosa Medis Kanker Lidah Pada Sistem Penginraan”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners., selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 05 November 2020

Oktaviona
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
2.1 Konsep Penyakit Kanker Lidah ..........................................................................
2.1.1 Anatomi Fisiologi ......................................................................................
2.1.2 Definisi Kanker Lidah ...............................................................................
2.1.3 Etiologi ......................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi..................................................................................................
2.1.5 Fatosiologi .................................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis ....................................................................................
2.1.7 Komplikasi ...............................................................................................
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ..........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ............................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan .....................................................................
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................
3.1 Pengkajian .......................................................................................................
3.2 Diagnosa .........................................................................................................
3.3 Intervensi .........................................................................................................
3.4 Implementasi ...................................................................................................
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................
BAB 4 PENUTUP ...................................................................................................
4.1 Kesimpulan .....................................................................................................
4.2 Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
SAP………………………………………………………………………………...
LEAFLET……………………………………………………………………….....
JURNAL…………………………………………………………………………...
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Kanker sering dikenal oleh
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor
adalah segala benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor di bagi dalam dua
golongan, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk
semua jenis tumor ganas atau yang disebut juga dengan karsinoma (Brunicardi, et
al, 2010). Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai alat
pengecap. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid. Lidah
berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Korpus lidah mengandung otot
intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat didalam tubuh (Irianto 2012).
Salah satu penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kanker. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian 8,2 juta orang. Kanker paru, hati,
perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat
kanker setiap tahunnya (Kemenkes, 2015). Secara nasional prevalensi penyakit
kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1.4% atau
diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit
dengan prevalensi tertinggi di Indonesia yakni 0,8%, sementara untuk kanker
payudara memiliki prevalensi sebesar 0,5% (Kemenkes, 2018). Secara geografis,
India menunjukkan tingkat kejadian kanker rongga mulut yang tinggi yaitu
sebesar 7,5 per 100.000 dengan progresifitas yang tinggi dengan prognosis yang
jelek sehingga angka kematian pada pasien yang dirawat akibat kanker lidah
sangat tinggi. Sedangkan di indonesia kanker lidah merupakan kasus yang jarang
terjadi, data dari Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS Kanker
Dharmais (2010-2013) Insiden kanker lidah termasuk masih jarang, kejadiannya
hanya sekitar 14% dari semua jenis kanker yang dirawat.
Sekitar 90% kanker rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa. Kanker
ini banyak ditemukan di negara berkembang, dan kebanyakan diderita oleh pria
dewasa dengan riwayat merokok tembakau, menyirih, maupun konsumsi alkohol
(Scully et al., 2012). Faktor utama yang berperan terhadap timbulnya karsinoma
lidah adalah penggunaan tembakau dan alkohol dalam jangka waktu lama. Faktor
lain adalah infeksi virus papiloma dan faktor kebersihan gigi serta mulut. Gejala
kanker lidah berupa bercak merah atau putih pada lidah yang tidak bisa hilang,
sakit tenggorokan yang lama, munculnya ulkus atau benjolan di lidah yang tidak
hilang, nyeri saat menelan dan mati rasa di mulut. Gejala yang sangat umum
menyebabkan penyakit ini terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga pilihan
pengobatan menjadi terbatas, prognosis jelek dan kelangsungan hidup relatif
singkat. Pengobatan untuk kanker lidah tergantung pada ukuran kanker.
Pengobatan untuk kanker lidah stadium dini adalah operasi. Untuk tumor yang
lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di leher, yaitu kombinasi
operasi dan radioterapi. Pengobatan yang dilakukan pada stadium dini dapat
meningkatkan kelangsungan hidup pasien mencapai 5 tahun dan angkan
kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun terjadi pada pasien dengan stadium
lanjut. Kanker lidah merupakan kanker paliatif adalah comfort care. Kenyamanan
merupakan titik pangkal dari berbagai kesembuhan yang akan dicapai oleh klien.
Perbaikan kondisi klien tidak akan dicapai jika kebutuhan akan rasa nyaman tidak
terpenuhi. Oleh karena itu rasa nyaman sifatnya holistik dan sangat individual
mencakup physical, psychospiritual, enviromental dan sociocultural Tugas
perawat untuk memenuhi kebutuhan akan rasa nyaman yang sifatnya holistik
tersebut. Seorang perawat spesialis harus dapat mengidentifikasi kebutuhan
kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, dan bersifat subyektif. Kondisi pasien
kanker yang sebagian besar mengalami nyeri dan ketidaknyaman, sehingga peran
tersebut dapat diaplikasikan dengan menggunakan comfort teory model.
Melihat negara Indonesia adalah negara yang berkembang yang sebagian
besar penduduk Indonesia umumnya berpendidikan rendah, penyakit tumor lidah
umumnya pada fase awal tidak menimbulkan keluhan, tenaga kesehatan yang
kurang teliti dan tidak mau berobat atau memeriksakan kesehatannya secara
berkala. Hal ini dikarenakan masyarakat masih belum menyadari akan kesehatan
pada mulut. Maka saya tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Kanker pada
Lidah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah :
“Bagaimana pemberian asuhan keperawatan dengan diagnosa medis Kanker
Lidah pada sistem pengindraan?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan diagnosa medis Kanker Lidah pada sistem pengindraan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Kanker Lidah.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Kanker Lidah.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Kanker Lidah.
1.3.2.4 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Kanker Lidah.
1.3.2.5 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Kanker Lidah.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2Bagi Institusi
3.4.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Kanker Lidah dan Asuhan Keperawatannya.
3.4.2.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan
Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnosa medis Kanker Lidah melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
1.4.3 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan Kanker Lidah yang berguna
bagi status kesembuhan klien.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Anatomi Fisiologi

Lidah adalah salah satu dari panca indera yang befungsi sebagai alat
pengecap. Lidah terletak didasar mulut dan melekat pada tulang hioid. Lidah
berwarna merah dan permukaannnya tidak rata. Korpus lidah mengandung otot
intrinsik dan ekstrinsik dan merupakan otot terkuat didalam tubuh (Irianto 2012).
Otot intrinsik berfungsi untuk melakukan semua gerakan lidah, otot
ekstrinsik berfungsi mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta
membantu melakukan gerakan menekan makanan pada langit-langit dan gigi,
kemudian mendorongnya masuk ke faring (Sufitni 2018).
Pada permukaan atas atau dorsal lidah terdapat alur berbentuk “V” yaitu
sulkus terminalis, ujung “V”nya mengarah ke posterior. Sulkus ini membagi lidah
menjadi bagian anterior dan bagian posterior. Sebagian besar lidah terdiri atas
serat serat otot rangka diliputi lendir dan kelenjar. Serat otot lidah yang intrinsik,
yaitu yang terdapat didalam lidah dan ekstrinsik yaitu yang lainnya yang berorigo
diluar terutama pada mandibula, tulang hioid, dan berinsersi pada lidah. Diantara
serat-serat otot, terdapat kelenjar. Kelenjar utama tersebut bersifat seperti mukosa
terdapat pada pangkal lidah, dengan saluran keluar bermuara di belakang sulkus
terminalis.
Kelenjar serosa terletak pada badan lidah, dengan saluran keluar bermuara di
depan sulkus, sedangkan asini campur terletak di ujung lidah, dengan salurannya
bermuara pada permukaan bawah lidah. Membran mukosa pada permukaan
bawah lidah sifatnya licin dan di bawahnya terdapat tunika submukosa. Pada
permukaan atas terlihat banyak tonjolan-tonjolan kecil disebut papila lidah.
Tonjolan tonjolan kecil pada permukaan lidah (papilla) terdapat sel-sel
reseptor (tunas pengecap). Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah
manusia, sel-sel ini tumbuh seminggu setelah itu digantikan oleh sel-sel yang
baru. Sel-sel inilah yang bisa membedakan rasa manis asam, pahit, dan asin
(Evelyn 2019).
Terdapat 4 jenis papilla pada manusia, yaitu :

1. Papilla filiformis
Terdapat di atas seluruh permukaan lidah, umumnya tersusun dalam barisan
barisan sejajar dengan sulkus terminalis (Jacob 2010). Papilla filiformis
bentuknya kurang lebih seperti kerucut, langsing dan tingginya 2-3 mm.
Bagian tengahnya terdiri atas jaringan ikat lamina propria. Jaringan ikat ini
juga membentuk papila sekunder. Epitel yang meliputi papila sebagian
mengalami pertandukan yang cukup keras sifat nya.
2. Papilla fungifornis
Letaknya tersebar di antara deretan papilla filiformis, dan jumlahnya makin
banyak ke arah ujung lidah, bentuknya seperti jamur dengan tangkai pendek,
dan bagian atas yang lebih lebar. Jaringan ikat di tengah-tengah papilla
membentuk papilla sekunder sedangkan epitel di atasnya tipis sehingga
pleksus pembuluh darah di dalam lamina propria menyebabkannya berwarna
merah atau merah muda. Taste buds terdapat di dalam epitel. Papila ini
diinervasi oleh nervus facial (N.VII) (Jacob 2010).
Sebuah penelitian di China mengungkapkan bahwa adanya hubungan antara
kepadatan papilla fungiform dengan pemeriksaan rasa manis menggunakan
larutan sukrosa pada pria dewasa muda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
anatomi papilla sangat erat hubungannya dengan ambang sensitivitas rasa
khususnya pada papilla fungiformis (Zhang Gen-H et al. 2018).
3. Papilla sirkumvalata (vallum = dinding)
Pada manusia jumlahnya hanya 10 sampai 14, dan letaknya di sepajang sulkus
terminalis. Papilla ini sensitif terhadap rasa asam dan pahit di 1/3 posterior
lidah yang diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Tiap
papilla menonjol sedikit di atas permukaan dan dibatasi oleh suatu parit
melingkar banyak taste buds pada epitel dinding lateralnya. Saluran keluar
kelenjar serosa (kelejar ebner) bermuara pada dasar alur itu. Kelenjarnya
sendiri terletak pada lapisan yang lebih dalam. Sekret serosa cair kelenjar
tersebur membersihkan parit dari sisa bahan makanan, sehingga
memungkinkan penerimaan rangsang kecap baru oleh taste buds.
4. Pipila foliata
Terletak pada bagian samping dan belakang lidah, berbentuk lipatan-lipatan
mirip daun, dengan taste buds di dalam epitel lekukan yang terdapat di lipatan.
Sama seperti pada papilla sirkumvalata, kelenjar-kelenjar serosa bermuara
pada dasar alur. Sensitivitas papila ini lebih dominan terhadap rasa asam yang
diinervasi oleh nervus glossopharyngeal (IX) (Jacob 2010). Semua papilla
mengandung banyak saraf sensorik untuk rasa sentuhan dan taste buds
terdapat pada semua papilla kecuali papilla filiformis.
Taste buds mengandung sel reseptor kecap (gustatoris), terletak di dalam
epitel mulut (berlapis gepeng), terutama pada papilla, tetapi dapat juga dijumpai
di tempat lain dalam rongga mulut, palatum, dan epiglotis. Taste buds memiliki
beberapa tipe reseptor rasa, setiap tipe ini akan mendeteksi satu jenis rasa dari 4
rasa dasar yaitu, asam, asin, manis, pahit. Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh
seluruh permukaan lidah, tetapi satu jenis rasa akan lebih sensitif pada daerah
tertentu (Jacewicz 2018).

Taste buds merupakan sel epitel yang telah dimodifikasi, beberapa


diantaranya disebut sebagai sel sustentakular dan lainnya disebut sebagai sel
reseptor. Sel-sel reseptor ini terusmenerus digantikan melalui pembelahan mitosis
dari sel-sel epitel di sekitarnya dengan waktu paruh sekitar sepuluh hari (Guyton
2019).
Taste buds terdapat tiga jenis sel epitel :
1. Sel penyokong atau sel sustentakular, terletak terutama di bagian perifer taste
buds.
2. Sel pengecap neuroepitel yang biasanya hanya berjumlah 10 sampai 14 sel
pada tiap taste buds.
3. Sel basal letaknya di perifer dekat lamina basal, dianggap sebagai sel induk
(stem) sel jenis lainnya.
Pergantian sel di dalam taste buds berlangsung relatif cepat, masa hidup
pada umumnya 10 hari, dan sel sustentakular mungkin merupakan suatu tahap
perantara dalam perkembangan diferensiasi sel sensorik. Rangsang kimiawi
sampai pada sel sensoris dan diteruskan oleh neurotransmiter ke ujung akhir saraf
yang berbentuk putik dan terletak diantara sel-sel. Akhir – akhir ini telah dapat
diperlihatkan bahwa satu kuncup kecap (satu papilla) dapat merasakan keempat
macam rasa dasar; tentunya tak ada perbedaan struktural yang ditemukan untuk
menjelaskan perbedaan dalam rasa dasar tersebut. Saraf dari taste buds yang
letaknya pada dua pertiga bagian depan lidah berjalan di dalam chorda thympani,
cabang saraf fasialis, sedangkan dari taste buds pada sepertiga bagian belakang
lidah berjalan dalam saraf glosofaringues yang membawa rasa kecap dari epiglotis
dan faring bawah berjalan dalam saraf vagus.

Vaskularisasi lidah berasal dari arteri carotis interna, arteri ini bercabang
menjadi arteri sublingualis yang akan memberi vaskularisasi pada musculus
mylohyoid, glandula sublingualis, dan mukosa membran mulut menuju vena
jugularis interna.
Terdapat tiga vena yang menjadi percabangan dari nervus hypoglossi yaitu
vena lingualis profundus, vena lingualis dorsalis dan vena comitantens. Vena
lingualis inilah yang mendampingi arteri lingualis menuju vena lingualis intern
(Irianto 2012).
Tergantung lokasinya pada lidah, taste buds dapat disarafi oleh akson
sensoris oleh nervus kranialis fasialis (N.VII), glossofaringeus (N.IX), atau vagus
(N.X). Persarafan sensoris umum lidah, anterior dari sulkus terminalis melalui
cabang lingual dari mandibularis (N.V), sementara sensasi gustatoris daerah ini,
kecuali untuk papilla sirkumvalata, adalah melalui cabang chorda thympani dari
nervus fasialis (N.VII), yang menyertai nervus lingualis. Taste buds pada papilla
sirkumvalata dan bagian faringeal lidah disarafi cabang lingual dari nervus
glossopharingeus (N.XI). Taste buds pada epiglottis dan bagian paling posterior
lidah disarafi oleh cabang laringeal superior dari nervus vagus (N.X) (Evelyn
2019).
Terdapat 4 tipe rasa dasar pada lidah yaitu asam, asin, manis, dan pahit.
Seluruh rasa ini dapat dirasakan oleh seluruh permukaan lidah. Rasa manis dan
rasa asin dirasakan pada ujung lidah, asam pada samping lidah dan pahit pada
daerah sekitar papilla sirkumvalata. Keempat rasa ini dikenal dengan istilah
sensasi rasa primer.
1. Rasa Manis
Gula atau pemanis buatan tidak langsung masuk sel rasa, tetapi memicu dulu
perubahan di dalam sel. Senyawa tersebut akan terikat reseptor pada
permukaan sel rasa yang digandeng dengan molekul Gprotein. Dinamakan G-
protein karena untuk aktivitasnya protein ini diatur oleh Guanin Trifosfat
(Irianto 2012).
Beberapa jenis zat kimia yang menyebabkan rasa ini meliputi gula, glikol,
alkohol, aldehida, keton, amida, ester, asam amino, asam sulfonat, asam
halogen, dan garam anorganik dari timah hitam dan berilium. Hampir semua
zat yang menyebabkan rasa manis merupakan zat kimia organik, satu-satunya
zat anorganik yang menimbulkan rasa manis merupakan garam-garam tertentu
dari timah hitam dan berillium (Guyton 2019).
2. Rasa Asam
Ion hidrogen dalam larutan dapat menyebabkan sensasi rasa asam. Ion ini
bereaksi terhadap sel rasa dalam tiga cara yaitu, dapat masuk ke dalam sel
secara langsung, memblokir kanal ion kalium pada mikrovili, dan mengikat
kanal bukaan di mikrovili, sehingga ion-ion positif dapat masuk dalam sel
rasa. Muatan positif ini akan berakumulasi dan mendorong terjadinya
depolarisasi yang dapat melepaskan neurotransmiter dan menyalurkan sinyal
ke otak (Irianto 2012).
3. Rasa Asin
Garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl) adalah satu contoh dari garam yang
dapat menimbulkan sensasi rasa asin. Ion natrium masuk melalui kanal ion
pada mikrovili bagian apikal, atau lewat kanal pada basolateral (sisi) sel rasa,
hal inilah yang akan membangunkan sel rasa tersebut (Irianto 2012).
Kualitas rasa asin sedikit berbeda dari satu garam dengan garam lainnya
karena beberapa jenis garam juga mengeluarkan rasa lain di samping rasa asin
(Guyton 2019).
4. Rasa Pahit
Seperti rasa manis, rasa pahit tidak disebabkan suatu jenis agen kimia.
Pembagian kelas zat yang sering menyebabkan rasa pahit adalah zat organik
rantai panjang yang berisi nitrogen dan alkaloid yang terdiri dari banyak obat
yang digunakan dalam kedokteran seperti kuinin, kafein, strikmin, dan nikotin
(Irianto 2012), misalnya kuinin, zat ini bereaksi melalui G-protein bersama
reseptor dan second messenger. Namun, hanya second messenger yang
mampu mendorong pelepasan ion kalsium dari retikulum endoplasma.
Depolarisasi pun terjadi akibat terakumulasinya ion kalsium, dan terjadi juga
pelepasan neurotransmiter.
2.1.2 Definisi Kanker Lidah

Kanker rongga mulut adalah keganasan yang terjadi di dalam rongga mulut
yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus anterior di
bagian belakang. Kanker lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut,
kadangkadang meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah.
Kanker lidah (2/3 anterior). Sebagian besar (40%) dari kanker rongga mulut
adalah kanker lidah. Lokasi tumor paling sering adalah tepi lateral pada
perbatasan antara bagian tengah dengan 1/3 belakang lidah. Kanker rongga mulut
meliputi kanker bibir, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus
anterior (Muttaqin, 2011).
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan
epitel mukosalidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel
gepeng berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker
ganas ini dapat menginfiltrasi kedaerah sekitarnya, disamping itu dapat
melakukan metastase secara limfogen dan hematogen (Suyatno, 2010).
Kanker lidah merupakan jenis kanker yang muncul di lidah dan dapat
menyebar ke rongga mulut, tenggorokan, hingga organ tubuh lainnya. Karena
gejalanya sulit terdeteksi, banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa
dirinya terserang kanker lidah (Baradero Mary, dkk. 2017. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Kanker. Jakarta : EGC)
Dari beberapa definisi di atas maka penyusun menyimpulkan definisi
Kanker Lidah adalah adanya daging atau benjolan yang tumbuh menempel pada
lidah. Untuk jenis inipun memiliki ragan jenis antara lain benjolan yang tumbuh
di lidah bagian atas dimana makin lama makin membesar, sehingga sulit untuk
mencerna makanan.
2.1.3 Etiologi
Beberapa faktor yang berperan terhadap timbulnya karsinoma lidah adalah
sebagai berikut :
a. Tembakau
Penggunaan tembakau dalam waktu lama merupakan faktor utama yang
penting dan berhubungan erat dengan timbulnya karsinoma lidah. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa hampir 90% penderita karsinoma lidah
mempunyai riwayat penggunan tembakau dan meningkat dengan kebiasaan
merokok. Insiden karsinoma lidah pada penderita yang merokok diperkirakan
6 kali lebih sering terjadi dibandingkan pada penderita yang tidak merokok.
Tembakau digunakan dengan cara dikunyah atau dihisap. Efek penggunaan
tembakau yang tidak dibakar ini erat hubungannya dengan timbulnya
leukoplakia dan lesi mulut lainnya termasuk lidah.
Tembakau mengandung banyak molekul karsinogenik seperti hidrokarbon
polisiklik, nitrosamin, nitrosodicthanolamine, nitrosoproline dan polonium.
Paparan tembakau menyebabkan perubahan yang progresif dari mukosa mulut
dan penggunaan dalam waktu lama menyebabkan transformasi keganasan
terutama perubahan dalam ekspresi mutasi p53.
Efek karsinogenik dari tembakau sebagian besar dirangsang oleh zat kimia
yang terdapat pada asap rokok. Asap rokok merangsang perubahan genetik
termasuk mutasi gen, gangguan kromosom, mikronuklei, perubahan kromatin,
rusaknya rantai DNA. Mutasi gen menyebabkan hiperaktif onkogen, gangguan
proliferasi, mencegah apoptosis dan gangguan kelangsungan hidup sel. Selain
itu juga mutasi gen akan menginaktifkan tumor supresor yang secara normal
berperan untuk mencegah perubahan sel-sel menjadi ganas.
Nitrosamin merupakan zat kimia utama yang bersifat mutagen dalam asap
rokok. Zat kimia yang lain adalah tobacco-specific nitrosamines (TSNAs)
yang berasal dari alkaloid utama tembakau, nikotin, nornikotin, anabasin dan
anatabin. Nitrosonomikotin dan 4-(N-methyl-N-nitrosamino)-I-(3-pyridyl)- I-
butanone berasal dari nikotin dan karsinogen poten. Asap rokok mengandung
berbagai mutagenik dan karsinogenik termasuk nitroso-compounds,
hidrokarbon aromatik polisiklik heterosiklik amin. Sebagian besar karsinogen
dan mutagen dimetabolisme menjadi bentuk yang lebih aktif dalam tubuh
manusia dan menyebabkan gangguan kromosom.
b. Alkohol
Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol yang
tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa lidah. Minuman alkohol
mengandung bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamin, urethane
contaminant. Alkohol merupakan zat pelarut yang dapat meningkatkan
permeabilitas sel terhadap bahan karsinogen dari tembakau. Alkohol
merupakan salah satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia karena
penggunaan alkohol dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.
Selain itu penggunaan alkohol dalam waktu lama dapat meningkatkan respon
enzim sitokrom p450 yang berfungsi untuk mengaktivasi protokarsinogen
menjadi karsinogen.
Kemungkinan mekanisme yang lain adalah rusaknya aktivitas makrofag dan
berkurangnya jumlah T limfosit. Alkohol juga menurunkan aktivitas enzim
yang berperan untuk perbaikan DNA sehingga terjadi peningkatan kerusakan
kromosom.
Kombinasi kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan efek sinergis
sehingga mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya karsinoma
lidah. Alkohol menyebabkan dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi
selaput lendir mulut. Peningkatan permeabilitas mukosa ini menimbulkan
rangsangan menahun dimana timbul proses kerusakan dan pemulihan jaringan
yang berulangulang sehingga mengganggu keseimbangan sel dan sel
mengalami displasia.
c. Infeksi virus
Virus dapat menyebabkan keganasan dengan mengubah struktur DNA dan
kromosom sel yang diinfeksinya. Virus human papilloma (HPV) berhubungan
dengan timbulnya karsinoma lidah. HPV subtipe 16, 18, 31 dan 33 merupakan
jenis yang dilaporkan paling sering berhubungan dengan timbulnya displasia
dan karsinoma sel skuamosa. Virus human papilloma merupakan virus DNA
rantai ganda yang menyerang sel pitel.
d. Faktor Gigi dan Mulut
Keadaan rongga mulut dengan hygiene yang jelek ikut berperan memicu
timbulnya karsinoma lidah. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dari
gigi yang kasar atau runcing, gigi yang karies, akar gigi dan gigi palsu yang
letaknya tidak sesuai akan dapat memicu terjadinya keganasan.
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi ca lidah terdiri dari :
a. Tumor primer
1. TIS adalah karsinoma in situ
2. T1 adalah tumor dengan penampang kurang kurang 2 cm.
3. T2 adalah tumor dengan penampang sama dengan 2 cm dengan infiltrasi
dangkal.
4. T3 adalah tumor dengan penampang lebih dari 2 cm dengan infiltrasi
dalam.
5. T4 adalah tumor dengan penampang lebih dari 4 cm dan tumor tersebut
sudah sudah meluas disekelilingnya.
b. Pembesaran kelenjar limfe
1. N0 : Kelenjar-kelenjar leher yang palpable tidak ada.
2. N1 : Sudah ada kelenjar leher yang palpable, mobile serta holmolateral.
3. N2 : Kelenjar leher yang palpable, mobile serta heterolateral/bilateral.
4. N3 : Kelenjar-kelenjar leher ini sudah fixed, baik holmolateral atau
bilateral.
c. Metastase
1. M0 = Metastase jauh tidak ada.
2. M1 = Metase jauh sudah ada.
2.1.5 Patofisiologi
Dasar lidah memainkan peran penting dalam berbicara dan menelan. Selama
fase faring menelan, makanan dan cairan yang mendorong ke arah oropharing dari
rongga mulut oleh lidah dan otot-otot pengunyahan. Laring terangkat, efektif
menekan katup tenggorok dan memaksa makanan, cair, dan air liur ke dalam
kerongkongan hypopharynx dan leher rahim.
Meskipun laring menghasilkan suara, lidah dan faring adalah organ utama
yang membentuk suara. Kerugian jaringan dari dasar daerah lidah mencegah
penutupan yang kedap air dengan laring selama tindakan menelan.
Ketidaksesuaian ini memungkinkan makanan dan cairan untuk melarikan diri ke
dalam faring dan laring, koreografer dengan hati-hati mengubah refleks menelan
dan sering mengakibatkan aspirasi. Baik neurologis penurunan dan perubahan
dalam tindakan terkoordinasi menelan dari penyakit berbahaya di daerah ini dapat
merusak mempengaruhi pada kemampuan berbicara dan menelan.
Squamous sel carcinoma pada lidah sering timbul pada daerah epithelium
yang tidak normal, tetapi selain keadaan tersebut dan mudahnya dilakukan
pemeriksaan mulut, lesi sering tumbuh menjadi lesi yang besar sebelum pasien
akhirnya datang ke dokter gigi. Secara histologis tumor terdiri dari lapisan atau
kelompok sel-sel eosinopilik yang sering disertai dengan kumparan keratinasi.
Menurut tanda histology, tumor termasuk dalam derajat I – IV (Broder). Lesi yang
agak jinak adalah kelompok pertama yang disebut carcinoma verukcus oleh
Ackerman. Pada kelompok ini, sel tumor masuk, membentuk massa papileferus
pada permukaan. Tumor bersifat pasif pada daerah permukaannya, tetapi jarang
meluas ke tulang dan tidak mempunyai anak sebar. Lidah mempunyai susunan
pembuluh limfe yang kaya, hal ini akan mempercepat metastase kelenjar getah
bening dan dimungkinkan oleh susunan pembuluh limfe yang saling berhubungan
kanan dan kiri.
Tumor yang agak jinak cenderung membentuk massa papiliferus dengan
penyebaran ringan kejaringan didekatnya. Tumor paling ganas menyebar cukup
dalam serta cepat ke jaringan didekatnya dengan penyebaran permukaan yang
kecil, terlihat sebagai ulser nekrotik yang dalam. Sebagian besar lesi yang terlihat
terletak diantara kedua batas tersebut dengan daerah nekrose yang dangkal pada
bagian tengah lesi tepi yang terlipat serta sedikit menonjol. Walaupun terdapat
penyebaran lokal yang besar, tetapi anak sebar tetap berjalan. Metastase
haematogenus terjadi pada tahap selanjutnya.
WOC KANKER LIDAH

Penggunaan tembakau dalam waktu lama konsumsi alkohol yang tinggi Virus Keadaan rongga mulut

Faktor utama yang penting dan Terjadinya karsinoma sel Virus dapat menyebabkan Hygiene yang jelek
berhubungan erat dengan skuamosa lidah keganasan dengan mengubah
timbulnya karsinoma lidah struktur DNA dan kromosom sel
yang diinfeksinya. Virus human
papilloma (HPV)

KANKER LIDAH

B1 B2 B3 B4 B5 B6
( BREATHING ) ( BLOOD ) ( BRAIN ) ( BLADDER ) ( BOWEL ) ( BONE )

Tumor ganas/jinak MK : Tidak ada Gangguan menelan Merusak sel normal


MK : Tidak ada MK : Tidak ada masalah
masalah masalah keperawatan
keperawatan keperawatan Penekanan jaringan Nafsu makan menurun Gangguan metabolisme
yang sehat akibat sel-
sel kanker
Intake kurang Asam laktat meningkat
Peradangan dan pH menurun
MK : Nyeri
Akut Banyak jaringan HCl meningkat
MK : Hipertermi nekrosis Mempengaruhi
imunosupieser
Mual, muntah
Pengobatan
Kanker pada
lidah pecah MK : Risiko
MK : Defisit
MK : Ansietas Kurang terpapar Nutrisi infeksi
informasi
MK : Gangguan
Komunikasi Verbal
MK : Defisit
Pengetahuan
1.1.6 Manifestasi Klinis

d. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekita yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno,
2010).
e. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga
proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat
menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM),
dasar lidah dan tonsil (Suyatno, 2010).
f. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan,
kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu
darah atau terjadi pembesaran nodus limfe servikal.
1.1.7 Komplikasi
a. Komplikasi akut yang mungkin terjadi :
1. Muskositis oral
Merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa eritema dan adanya ulser.
2. Muskositis oral
Disebabkan oleh jamur candida albicans dan ditemukan pada pasien yang
menerima radioterapi.
3. Dysgeusia
Merupakan respon awal hilangnya rasa pengecapan, dimana salah satunya
dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
4. Xerostomia atau mulut kering
Ditemukan pada pasien yang menerima radio terapi tergantung pada dosis
yang diterima kelenjar salifa dan volume jaringan kelenjar yang menerima
radiasi.
b. Komplikasi kronis yang dapat terjadi :
1. Karies gigi atau radiasi
Disebabkan oleh paparan radiasi dimana mempunyai onset dan progresi
yang cepat sampai mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi.
2. Osteordionekrosis atau ORN
Merupakan nekroseiskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang
menyebabkan rasa sakit karna kehilangan banyak struktur tulang.
3. Necrose pada jaringan lunak
Merupakan ulser yang terdapat pada jaringan yang teradiasi, tanpa adanya
proses keganasan. Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini
berhubungan dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang teratasi.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi
tumor primer.
b. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
c. Biopsi
1. FNAB ( Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer
yang metastasis ke kelenjar getah bening leher.
2. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm).
3. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang)
(Suyatno, 2010).
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Perawatan pemulihan setelah operasi :
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair,
setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien kanker
rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna hijau
keunguaan dan semakin memburuk, segera laporkan ke dokter.
c. Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat berbicara,
tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan, perlu secara
teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas, gelisah, tidak
tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan saluran pernafasan
lainnya pada kanker rongga mulut dan segera melaporkan kepada dokter.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Lesi kecil (T1, T2) terapi utama adalah pembedahan dan radioterapi.
Radioterapi mungkin dapat memberiikan hasil kuratif pada lesi T1 dan T2
dengan preservasi struktur anatomi dan fungsi yang normal. Namun
radioterapi sering menimbulkan kompllikasi berupa edema lidah yang
memerlukan trakeostomi, xerostomia, disgeusia dan osteoradionekrosis,
hal ini mengakibatkan tindakan kurang diminati (Suyatno, 2010).
b. Terapi pembedahan pada kanker lidah adalah eksisi luas dengan batas
sayatan bebas tumor (konfirmasi potong beku).
Tindakan ini memerlukan partial glosectomy dan umumnya pasca operasi
fungsi baik. Lokal kontrol untuk 5 tahun pada T1 adalah 85% dan T2
adalah 80%. Pada T3 dan T4 terapi utama adalah pembedahan. Hasil
kuratif hanya bisa dicapai dangan reseksi en bloc yang komplet daris emua
tumor dan jaringan sekitar dengan sayatan secara mikroskopis bebas
tumor. RND (Radical Neck Dissection) harus dilakukan pada klinis N
positif, RND adalah pengangkatan kelenjar getah bening leher level I
sampai V, musculus sternokleidomastoid, vena jugularis interna, dan
nervus assesoris (en bloc). Batas diseksi, superior adalah musculus
trapezius, anterior adalah tepi lateral musculus sternohiod dan batas bagian
dalam adalah fasia servikal yang menutupi musculus levator scapulae dan
scalenus. SND (selective neck dissection) level 1-3 dilakukan pada N0
SND harus dilakukan oleh tingginya insiden occult metastasis kelenjar
getah bening leher.
SND adalah pengangkatan kelenjar getah bening pada level tertentu yang
mempunyai risiko tinggi metastasis dengan mempertahankan nervus
assesorius, vena jugularis interna dan musculus sternokleidomastoid.
Pembedahan memberikan kuratifitas yang lebih baik dibandigkan
radioterapi dan memungkinkan untuk evaluasi patologi dari faktor
prognositik. Terkadang dibutuhkan rekonstruksi langsung (myocutaneous
flap atau vacular free flap) untuk mempertahankan fungsi dan kosmetik
(Suyatno, 2010).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Kanker Lidah
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang
mempermasalahkan keabsahan suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di
Indonesia. Asuhan keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang
perawat, walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit
berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan
merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk
asuhan keperawatan pada pasien, keluarga, kelompok, maupun komunitas.
Dokumentasi keperawatan adalah informasi tertulis tentang statusdan
perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Dermawan, 2012: 30).
Proses keperawatan adalah aktifitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan
proses keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif
untuk mengkaji status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana, dan
mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan,
menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai
hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012: 15).
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative dan preventif perawatan
kesehatan. Untuk sampai pada halaman ini, profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang menggabungkan elemen yang
paling diinginkan dari seni keperawtan dengan elemen yang paling relevan dari
system teori, dengan menggunakan metode ilmiah.
Proses keperawatan adalah cara sistematis yang dilakukan oleh perawat
bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnosa, merencanakan tindakan,
melaksnakan tindakan, serta mengevaluasi asuhan keperawatan.
2.2.1 Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
1. Breathing ( B1 )
Tidak ada masalah keperawatan
2. Blood ( B2)
Tidak ada masalah keperawatan
3. Brain ( B3 )
Sakit kepala, tinitus, tuli, juling.
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku
di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran.
4. Bladder
Tidak ada masalah keperawatan
5. Bowel ( B5 )
Kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia,
mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat
badan, perubahan kelembaban/turgor kulit.
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urin,
perubahan bising usus, distensi abdomen.
6. Bone ( B6 )
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya
faktorfaktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama /
berlebihan, demam, ruam kulit.
Pemeriksaan IPPA
1. Inspeksi
Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok diinspeksi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng parsial
untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum,
pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang
(penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi
lidah dan adanya abnormalitas.
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papila tipis, lapisan
putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal dorsal lidah. Selanjutnya
dibagian permukaan venteral lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada
mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah
terlihat. Spatel lidah digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan
visualisasi adekuat terhadap faring.
2. Palpasi
Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan
tenggorok di palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng parsial
untuk menjamin inspeksi menyeluruh terhadap gusi. Secara umum,
pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang
(penlight) dan depresor lidah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi
lidah dan adanya abnormalitas.
3. Perkusi
-
4. Auskultasi
-
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016).
Menurut SDKI, diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari
proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat terhadap permasalahan
kesehatan baik aktual maupun potensial. Adapun diagnosa keperawatan yang
dapat muncul pada klien dengan diagnosa medis Kanker Lidah adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit.
2. Defistit Nutrisi berhubungan ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
4. Gangguan Komunikasi Verbal berhubungan dengan penurunan neurologi dan
kemampuan menelan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit.
6. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan.
7. Ansietas berhubungan dengan koping penyakit akut.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI DPP PPNI, 2018 intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian krisis untuk mencapai luaran (outcome) yang di harapkan, sedangkan
tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimpementasikan intervensi keperawatan. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia menggunakan sistem klasifiksai yang sama dengan SDKI.
Sistem klasifikasi diadaptasi dari sistem klasifikasi international classification of
nursing precite (ICNP) yang dikembangkan oleh International Council of Nursing
(ICN) sejak tahun 1991.
Komponen ini merupakan rangkaian prilaku atau aktivitas yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, teraupetik, edukasi
dan kolaborasi (Berman et al, 2015: Potter dan Perry, 2013; Seba, 2007;
Wilkinson et al, 2016).
Dalam menentukan intervensi keperawatan, perawat perlu
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu: karakteristik diagnosis keperawatan,
luaran (outcome) keperawatan yang diharapkan, kemampulaksanaan intervensi
keperawatan, kemampuan perawat, penerimaan pasien, hasil penelitian.
Dengan adanya Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) maka
perawat dapat menentukan intervensi yang sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah terstandar sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang
tepat, seragam secara nasional, peka budaya, dan terukur mutu pelayanannya.
Adapun intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
berkaitan dengan diagnosa medis Kanker Lidah adalah :
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermi 1. Suhu tubuh dalam 1. Monitor suhu sesering
berhubungan dengan rentang normal. mungkin.
proses peradangan 2. Nadi dan pernafasan 2. Monitor IWL.
penyakit dalam rentang normal. 3. Monitor warna dan
3. Tidak ada perubahan suhu kulit.
warna kulit dan tidak 4. Monitor tekanan
ada pusing. darah, nadi dan RR. 5
5. Monitor penurunan
tingkat kesadaran.
6. Monitor WBC, Hb,
dan Hct.
7. Monitor intake dan
output.
8. Berikan anti piretik.
9. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam.
10. Selimuti pasien.
11. Lakukan tapid
sponge.
12. Kolaborasi pemberian
cairan intravena.
13. Berikan anti piretik
jika perlu.
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
2. Defisit nutrisi 1. Adanya peningkatan 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan berat badan sesuai makan .
ketidakmampuan dengan tujuan . 2. Kolaborasi dengan
mencerna makanan. 2. Berat badan ideal ahli gizi untuk
sesuai dengfan tinggi menentukan jumlah
badan . kalori dan nutrisi
3. Mampu yang dibutuhkan
mengidentifikasi pasien.
kebutuahan nutrisi . 3. Anjurkan pasien untuk
4. Tidak ada tanda- tanda meningkatkan intake.
malnutrisi. 4. Anjurkan pasien untuk
5. Menunjukkan meningkatkan protein
peningkatan fugsi dan vitamin .
pengecapan dari 5. Berikan subtansi gula.
menelan. 6. Yakinkan diet yang
6. Tidak terjadi dimakan mengandung
penurunan berat badan tinggi serat untuk
yang berarti mencegah konstipasi.
7. Berikan makanan
yang dipilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi ).
8. Ajarkan oasien
bagaimana membuat
catatan makan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori.
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkam nutrisi
yang dibutuhkan.
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
3. Nyeri berhubungan 1. Mampu mengontrol 1. Tentukan lokasi,
dengan agen cidera nyeri (tahu penyebab karateristik, kualitas,
fisik. nyeri, mampu dan derajat nyeri
menggunakan teknik sebelum pemberian
non farmakologi obat.
untuk mengurangi 2. Cek instruksi dokter
nyeri). tentang jenis obat,
2. Melaporkan bahwa dosis dan frekuensi.
nyeri berkurang 3. Cek riwayat alergi.
dengan menggunakan 4. Tentukan analgesik
manajemen nyeri. tergantung tipe dan
3. Mampu mengenali beratnya nyeri.
nyeri. 5. Tentukan analgesik
4. Menyatakan rasa pilihan, rute
nyaman nyeri setelah pemberian, dan dosis
nyeri berkurang. optimal.
6. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali.
7. Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat.
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
4. Gangguan 1. Komunikasi : 1. Gunakan penerjemah,
penerimaan, jika diperlukan.
komunikasi verbal
intrepretasi dan 2. Beri satu kalimat
berhubungan dengan ekspresi pesan lisan, simple setiap
tulisan, dan non bertemu, jika
penurunan neurologi
verbal meningkat. diperlukan.
2. Komunikasi ekspresif 3. Konsultasikan dengan
dan kemampuan (kesulitan berbicara) : dokter kebutuhan
ekspresi pesan verbal terapi bicara.
menelan.
dan atau non verbal 4. Dorong pasien untuk
yang bermakna. berkomunikasi secara
3. Komunikasi reseptif perlahan dan untuk
(kesutitan mendengar) mengulangi
: penerimaan permintaan.
komunikasi dan 5. Dengarkan dengan
intrepretasi pesan penuh perhatian.
verbal dan/atau non 6. Berdiri didepan
verbal. pasien ketika
4. Gerakan berbicara.
Terkoordinasi : 7. Gunakan kartu baca,
mampu kertas, pensil, bahasa
mengkoordinasi tubuh, gambar, daftar
gerakan dalam kosakata bahasa
menggunakan isyarat. asing, computer, dan
5. Pengolahan informasi lain-lain untuk
: klien mampu untuk memfasilitasi
memperoleh, komunikasi dua arah
mengatur, dan yang optimal.
menggunakan 8. Ajarkan bicara dari
informasi. esophagus, jika
6. Mampu mengontrol diperlukan.
respon ketakutan dan 9. Beri anjuran kepada
kecemasan terhadap pasien dan keluarga
ketidakmampuan tentang penggunaan
berbicara. alat bantu bicara
7. Mampu (misalnya, prostesi
memanajemen trakeoesofagus dan
kemampuan fisik laring buatan.
yang di miliki. 10. Berikan pujian
8. Mampu positive jika
mengkomunikasikan diperlukan.
kebutuhan dengan 11. Anjurkan pada
lingkungan sosial. pertemuan kelompok.
12. Anjurkan kunjungan
keluarga secara
teratur untuk memberi
stimulus komunikasi.
13. Anjurkan ekspresi diri
dengan cara lain
dalam menyampaikan
informasi (bahasa
isyarat).
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
5. Risiko infeksi 1. Klien bebas dari tanda 1. Bersihkan
berhubungan dengan dan gejala infeksi. lingkungan setelah
proses penyakit. 2. Mendekripsikan dipakai pasien lain.
proses penularan 2. Pertahankan teknik
penyakit, faktor yang isolasi.
mempengaruhi 3. Batasi pengunjung
penularan serta bila perlu.
penatalaksaannya . 4. Intruksikan pada
3. Menujukkan pengunjung untuk
kemampuan untuk mecuci tangan saat
menjegah timbulnya berkunjung dan
infeksi . setelah berkunjung
4. Jumlah leukosit dalam meningggalkan
batas normal. pasien.
5. Menunjukkan prilaku 5. Gunakan sabun anti
hidup sehat mikrobia untuk cuci
tangan.
6. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan.
7. Gunakan baju,
sarung tangan
sebagai alat
pelindung.
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
9. Tingkatkan intake
nutrusi.
10. Berikan terapi
antibiotik bila perlu.
11. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal.
12. Batasi pengunjung.
13. Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular.
14. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang berisiko.
15. Lakukan perawatan
luka..
16. Inpeksi kondisi luka/
insisi bedah.
17. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi.
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
6. Defisit pengetahuan 1. Familiar dengan 1. Menentukan tingkat
tentang proses proses penyakit. pengetahuan klien
penyakit dan rencana 2. Mendiskripsikan sebelumnya.
pengobatan proses penyakit. 2. Jelaskan
3. Mendiskripsikan patofisiologi
faktor penyebab. penyakit dan apa
4. Mendiskripsikan anatomi dan fisiologi
faktor resiko. yang sesuai.
5. Mendiskripsikan efek 3. Tentukan tanda dan
penyakit. gejala penyakit yang
6. Mendiskripsikan sesuai.
tanda dan gejala. 4. Gambarkan proses
7. Mendiskripsikan penyakit.
perjalanan penyakit. 5. Jelaskan informasi
8. Mendiskripsikan tentang kondisi
tindakan untuk pasien saat ini.
menurunkan 6. Diskusikan
progresifitas. perubahan gaya
9. Mendiskripsikan hidup yang bisa
komplikasi. untuk mencegah
10. Mendiskripsikan komplikasi atau
tanda dan gejala dari mengontrol proses
komplikasi. penyakit.
11. Mendiskripsikan 7. Diskusikan tentang
tindakan pencegahan pilihan terapi dan
untuk mencegah perawatan.
komplikasi.
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
7. Ansietas 1. Monitor intensitas 1. Terangkan klien
berhubungan dengan cemas. 2. Hilangkan dugaan
koping penyakit akut 2. Menyingkirkan tentang perilaku klien
tanda kecemasan. 3. Berusaha memahami
3. Menurunkan keadaan klien
stimulasi 4. Berikan informasi
lingkungan ketika tentang diagnosa,
cemas. prognosis dan
4. Mencari informasi tindakan
untuk menurunkan 5. Temani pasien untuk
kecemasan. mendukung
5. Merencanakan keamanan dan
strategi koping. menurunkan rasa
6. Menggunakan takut
strategi koping 6. Bantu klien
efektif. mengidentifikasi
7. Menggunakan situasi yang
tehnik relaksasi menciptakan cemas
untuk menurunkan 7. Dukung penggunaan
kecemasan. mekanisme definsif
8. Melaporkan dengan cara yang
penurunan durasi tepat
dari episode cemas. 8. Tentukan
9. Melaporkan kemampuan klien
peningkatan untuk mangambil
rentang waktu keputusan
antara episode 9. Instruksikan klien
cemas. untuk menggunakan
10. Mempertahankan tehnik relaksasi
penampila peran. 10. Berikan pengobatan
11. Mempertahankan untuk menurunkan
hubungan sosial. panas
12. Mempertahankan
konsentrasi.
13. Kontrol respon
cemas
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Sama seperti tujuan dan hasil yang ditentukan oleh data, intervensi
keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Vaughans,
2013).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
untuk menentukan apakah telah berhasil meningkatkan kondisi klien
(Potter&Perry,2009).
Pada langkah ini, adalah penilaian atas hasil dari asuhan keperawatan yang
telah di berikan oleh perawat. Memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi), dan pelaksanaan (implementasi).
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assesment, planing). Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana
perawat menemukan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan
tindakan keperawatan, O (Objektif) merupakan data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) merupakan
interprestasi dari data subjektif dan objektif, P (Planing) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari
rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Oktaviona


NIM : 2018.C.10a.0980
Ruang Praktek : Ruang X
Tanggal Praktek : 29 Oktober – 7 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 01 November 2020 pukul : 16:00 WIB

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : Tamat SD
Status Perkawinan : Janda
Alamat : Jl. B. Keminting Induk, Palangka Raya
Tgl MRS : 01 November 2020
Diagnosa Medis : Kanker Lidah
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adalah nyeri, : nyeri klien
dicetuskan akibat adanya benjolan pada lidah kira-kira sebesar biji kacang
tanah yang tampak memerah, : nyeri yang dirasakan seperti terbakar, : nyeri
pada bagian lidah, : skala nyeri 5 (1-10), : klien mengatakan nyerinya terasa
hilang timbul.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah melakukan operasi kelenjar
getah bening pada bulan Oktober tahun 2019 di Rumah Sakit. Keluarga
klien mengatakan bahwa saat setelah selesai operasi klien tidak ada nafsu
untuk makan sehingga menyebabkan klien mengalami penurunan badan.
Keluarga klien juga mengatakan bahwa saat di rumah sebelum masuk rumah
sakit bekas luka di leher klien pecah sehingga mengeluarkan darah dan
nanah. Lalu keluarga klien membawa klien ke Rumah Sakit. Klien masuk
Rumah Sakit diantar oleh keluarga melalui poli Bedah pada tanggal 01
November 2020 pada pukul 15.30 WIB dengan post kemoterapi 2 minggu
yang lalu. Klien juga mengatakan nyeri pada bagian bekas luka operasi di
leher. Luka klien sekitar ±4 cm. Klien mengatakan mual tapi muntah tidak
ada. Klien mengatakan susah untuk menelan makanan sehingga klien hanya
minum susu saja. Klien minum susu hanya ¼ gelas saja dalam sehari. Klien
juga mengatakan bahwa ia sulit untuk berbicara, kata-kata yang di ucapkan
tidak jelas dan sulit untuk di mengerti. Klien mengatakan sakit pada lidah
dan leher saat berbicara. Klien mengatakan bahwa ia belum mandi sejak 2
hari yang lalu. Dan klien juga mengatakan badannya berkeringat dan terasa
tidak nyaman.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah melakukan operasi kelenjar
getah bening pada bulan Oktober tahun 2019 di Rumah Sakit. Lalu keluarga
klien membawa klien ke rumah sakit dan tidak memiliki riwayat alergi obat.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Ny. Y mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti Ny. Y, dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
Genogram Keluarga

Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Klien tidak tampak sesak napas, pucat dan sakit sedang, kesadaran compos
menthis, posisi semi fowlers, dan pasien tampak gelisah, bentuk badan
simetris, klien tidak dapat berbicara dengan jelas, suasana sedih, dan dan
penampilan kurang rapi. Saat di rawat di rumah sakit tidak terpasang
kateter, dan terdapat luka pembedahan di leher klien pecah sehingga
mengeluarkan darah dan nanah akibat operasi kelenjar getah bening, tidak
ada edema.
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak gelisah,
bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien tidak
berbicara jelas, suasana hati klien sedih, penampilan klien kurang rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara
perawat dan keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah
sakit, insigt klien baik, dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 01 November 2020 pukul 16:20 WIB,
suhu tubuh klien/ S = 36,5°C, tempat pemeriksaan axilla, nadi/N =
80x/menit dan pernapasan/ RR = 20x/menit, tekanan darah TD = 120/70
mmHg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan merokok,
klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak mengalami sianosis
pada dada, tidak terdapat nyeri dada, sesak nafas, tipe pernapasanan klien
tampak menggunakan perut, irama pernapasan teratur dan suara nafas klien
normal (vesikuler).
Keluhan lainnya : Tidak ada.
Masalah Keperawatan : Tidak ada.
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien merasakan tidak nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak mengalami sianosis pada dada, tidak merasakan sakit kepala,
tidak palpitasi, tidak ada pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan
dilepaskan kembali dalam >2 detik, tidak ada oedema, lingkar perut klien 80
cm, ictus cordis klien tidak terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami
peningkatan, suara jantung klien (S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami
kelainan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
1.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
kurang baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal),
kesadaran klien compos menthis, klien tampak pucat, pupil tidak isokor,
reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, tidak vertigo, gelisah, tidak
aphasia, klien tidak merasakan kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria
dan tidak mengalami kejang. Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I
(Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan seperti : minyak kayu
putih atau alkohol, Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan
jelas orang yang ada disekitarnya. Nervus Kranial III (Okulomotor) :
Pupil klien dapat berkontraksi saat melihat cahaya. Nervus Kranial IV
(Trokeal) : Klien dapat menggerakan bola matanya ke atas dan ke bawah.
Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien kurang dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah. Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat
melihat kesamping kiri ataupun kanan. Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien
dapat tersenyum. Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya. Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) :
Klien dapat membedakan rasa pahit dan manis. Nervus Kranial X (Vagus)
: Klien kurang dapat berbicara dengan jelas. Nervus Kranial XI (Asesori) :
klien dapat mengangkat bahunya. Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien
dapat menjulurkan lidahnya. Uji Koordinasi : Ekstermitas atas klien dapat
menggerakan jari ke jari dan jari ke hidung. Ekstermitas bawah klien dapat
menggerakan tumit ke jempol kaki, kestabilan tubuh klien tampak baik,
refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala 1, trisep kanan dan kiri klien
baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik skla 1, patella kanan
kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik skla 1, serta
reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1.
Keluhan lainnya : Saat di lakukan pengkajian klien merasakan : nyeri klien
dicetuskan akibat adanya benjolan pada lidah kira-kira sebesar biji kacang
tanah yang tampak memerah, : nyeri yang dirasakan seperti terbakar, : nyeri
pada bagian lidah, : skala nyeri 5 (1-10), : klien mengatakan nyerinya terasa
hilang timbul.
Masalah keperawatatan : Nyeri Akut
3.1.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Tidak ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 250 ml, 7 x
24 jam (normal), dengan warna kuning, bau khas aroma ammonia, klien
tidak mengalami masalah oliguria, tidak menetes, tidak inkotinen, tidak
mengalami oliguria, tidak ada nyeri, tidak mengalami retensi, tidak
poliguri, tidak panas, tidak hematuria, tidak hematuria, tidak terpasang
kateter dan tidak pernah melakukan cytostomi.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap, tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan,
adanya benjolan pada lidah kira-kira sebesar biji kacang tanah yang tampak
memerah, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 1x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem, tidak konstipasi,
tidak kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 10 x/hari, dan
tidak terdapat nyeri tekan serta tidak terdapat benjolan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, klien tidak mengalami
kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran otot klien teraba
simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan ektermitas
bawah = 5 (normal). Tidak terdapat peradangan dan tidak ada patah tulang,
serta tulang belakang klien tampak teraba normal.
Keluhan lainnya : Tampak ada balutan pada leher klien. Luka bekas operasi
pada leher klien sekitar ±4 cm. Keluarga klien juga mengatakan bahwa saat
di rumah sebelum masuk rumah sakit bekas luka di leher klien pecah
sehingga mengeluarkan darah dan nanah.
Masalah keperawatan : Risiko Infeksi
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan, kosmetik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba hangat, warna kulit normal, turgor baik,
tekstur kulit halus, tidak ada lesi vesikula, tidak terdapat jaringan parut,
tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku
simetris.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan bahwa ia belum mandi sejak 2 hari
yang lalu. Dan klien juga mengatakan badannya berkeringat dan terasa tidak
nyaman. Wajah klien tampak kusam.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien baik, fungsi mata klien jelas, gerakan bola mata
klien tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan
mata kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva merah
muda, kornea jernih, menggunakan alat bantu penglihatan yaitu kaca mata,
tidak terjadi penonjolan, dan tidak terdapat stabismus.
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Fungsi pendengaran klien baik, tidak berdengung, dan tidak tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak
terdapat transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada
masalah, sekresi kuning lumayan kental, dan tidak ada polip.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher
klien bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Wanita
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada perdarahan, tidak ada flour albus, klitoris tidak menonjol,
labia normal, uretra normal, kebersihan baik, payudara teraba simetris,
putting menonjol, warna areola gelap.
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang
kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme
Program diet rendah protein tinggi karbohidrat, tidak merasa mual, tidak ada
muntah, tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada merasa haus.
TB : 163 Cm
BB sekarang : 35 Kg
BB Sebelum sakit : 65 Kg
IMT = 35
(1,63)²
= 35 = 13,2 (kurus/ berat badan ringan)
(2,65)²
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 1x/ hari 3x/ hari
Porsi 1 kecil 3 sedang

Nafsu makan Buruk Baik


Jenis Makanan ¼ gelas susu Nasi, lauk
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 jam 1600 cc 1700 cc
Kebiasaan makan siang Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Klien mengalami Tidak ada
penurunan berat
badan karena tidak
ada nafsu makan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi.
3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur
Klien tidak ada sulit tidur, ruangan terasa nyaman, ekpresi wajah klien
tampak gelisah, tidur sebelum sakit : siang 45 menit – 1 jam dan malam 6 -
7 jam, tidur sesudah sakit : tidur siang 30 menit, malam 6 - 7 jam.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : tidak ada.
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan
ingin cepat beraktivitas seperti biasanya”
Keluhan lainnya : Klien juga mengatakan kurang mengetahui tentang
penyakit yang di derita dan cara perawatan mandirinya.
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri,
peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini,
klien ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Klien adalah seorang
perempuan, klien orang yang ramah, klien adalah seorang anak dan juga
seorang ibu”.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat berktivitas secara bebas, sesudah sakit klien
mengatakan aktivitas di bantu oleh menantunya, dari makan, minum, mandi,
toileting, dan berpakaian.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah ia selalu bercerita dan meminta bantuan
kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Ny. Y
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada.
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan bahwa tidak tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut.
Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien kurang dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien kurang dapat
menceritakan keluhan yang dirasakan kepada orang tua dan perawat.
Keluhan Lainnya : tidak ada.
Masalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa dayak dan bahasa
Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap
saat selalu memperhatikan dan mendampingi Ny. Y selama diarawat di
rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat
berkomunikasi juga dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah orang tuanya,
anaknya, dan menantunya.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas di rumah
bersama kelurganya, sesudah sakit klien hanya bias berbaring di rumah
sakit.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Sebelum sakit klien selalu menjalan ibadah sholat 5 waktu bersama suami,
dan anaknya, sesudah sakit klien tidak bisa beribadah, hanya bisa berdoa
sambil berbaring.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 01 November 2020
Pemeriksaan laboratorium
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1. HGB 10,6 (g/dl) 12,0 -14,0 (g/dl)
2. RBC 3,73 (10^6/ul) 4,0 - 5,0 (10^6/ul)
3. HCT 31,3 (%) 37,0 - 43,0 (%)
4. WBC 5,68 (10^3/ul) 5,0 - 10,0 (10^3/ul)
5. PLT 222 (10^3/ul) 150 – 400 (10^3/ul)
6. KALIUM 2,13 mEq/l 3,5 - 5,5 mEq/l
7. NATRIUM 123,3 mEq/l 135 - 147 mEq/l
8. KHLORIDA 91,5 mEq/l 100 - 106 mEq/l
9. CREAT 2.86 mg/dL 0.60-1.20 mg/dL
10. Urea 95 mg/dL 15-43 mg/dL

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Hari, tanggal : Minggu, 01 November 2020
No Nama Obat Rute Dosis Indikasi
1. Cefoperazone IV 2x1 mg Cefoperazone di indikasikan pada
(06. 00, pasien yang mengalami infeksi
18. 00 bakteri.
WIB)
2. Ranitidine IV 2x1 mg Ranitidin, suatu obat golongan
(06. 00, antagonis H2, adalah obat yang
18. 00 menurunkan produksi asam
WIB) lambung. Obat ini umumnya
digunakan dalam pengobatan
penyakit ulkus peptikum, penyakit
refluks gastroesofagus, dan sindrom
Zollinger-Ellison. Terdapat juga
bukti tentatif manfaat untuk hives.

3. Infus Ringer IV 500 ml Per Ringer laktat adalah larutan steril


Laktat 8 Jam yang digunakan sebagai penambah
cairan dan elektrolit tubuh untuk
mengembalikan keseimbangannya.
Obat ini juga dapat bertindak
sebagai alkalisator yang
mengurangi keasaman. Di
Indonesia ringer laktat lebih dikenal
sebagai cairan infus.

Palangka Raya, 05 November2020


Mahasiswa

( Oktaviona )
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN


MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Kanker pada lidah Nyeri Akut
- Keluhan utama yang
di rasakan pasien Terdapat benjolan pada
adalah nyeri, lidah
- P : nyeri klien
dicetuskan akibat Nyeri Akut
adanya benjolan
pada lidah kira-kira
sebesar biji kacang
tanah yang tampak
memerah,
- Q : nyeri yang
dirasakan seperti
terbakar,
- R : nyeri pada
bagian lidah,
- T : klien mengatakan
nyerinya terasa
hilang timbul.

DO :
- S : skala nyeri 5 (1-
10)
- Klien tampak
meringis
- Klien gelisah
- Nafsu makan
berubah
- Bersikap protektif
(posisi menghindar
nyeri)
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,50C
RR : 20 x/menit
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Luka post operasi Risiko Infeksi
- Keluarga klien
mengatakan bahwa klien Klien gelisah dan
pernah melakukan meringis
operasi kelenjar getah
bening pada bulan
Risiko Infeksi
Oktober tahun 2019 di
Rumah Sakit.
- Keluarga klien juga
mengatakan bahwa saat
di rumah sebelum
masuk rumah sakit
bekas luka di leher klien
pecah sehingga
mengeluarkan darah dan
nanah. Lalu keluarga
klien membawa klien ke
Rumah Sakit.

DO :
- Tampak ada balutan
pada leher klien.
- Luka bekas operasi
pada leher klien
sekitar ±4 cm.
- WBC : 5,68 (10^3/ul)
- Nyeri pada bagian
bekas luka operasi di
leher
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Adanya benjolan pada Gangguan
- Klien juga mengatakan lidah kira-kira sebesar Komunikasi Verbal
bahwa ia sulit untuk biji kacang tanah yang
berbicara, kata-kata tampak memerah
yang di ucapkan tidak
jelas dan sulit untuk di Klien mengeluh sulit
mengerti. berbicara
- Klien mengatakan sakit
pada lidah dan leher Gangguan Komunikasi
saat berbicara. Verbal

DO :
- Klien sulit untuk
berbicara
- Klien menunjukkan
respon yang tidak
sesuai saat hendak
melakukan komunikasi
verbal
- Sulit memahami
komunikasi dari klien
- Verbalisasi verbal klien
kurang tepat
- Klien sulit
mengungkapkan kata –
kata
- adanya benjolan pada
lidah kira-kira sebesar
biji kacang tanah yang
tampak memerah
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Nafsu makan klien Defisit Nutrisi
- Keluarga klien menurun
mengatakan bahwa saat
setelah selesai operasi Berat badan menurun
klien tidak ada nafsu
untuk makan sehingga Defisit Nutrisi
menyebabkan klien
mengalami penurunan
badan.
- Klien mengatakan
susah untuk menelan
makanan sehingga
klien hanya minum
susu saja. Klien minum
susu hanya ¼ gelas saja
dalam sehari.

DO :
- Berat badan menurun
>10%
- BB sebelum sakit 65 kg
- BB setelah sakit 35 kg
- IMT : 13,2 (kurus/
berat badan ringan)
- adanya benjolan pada
lidah kira-kira sebesar
biji kacang tanah yang
tampak memerah
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengeluh kurang Defisit Pengetahuan
- Klien mengatakan memahami tentang
Klien juga mengatakan penyakit yang di derita
kurang mengetahui
tentang penyakit yang Perilaku menunjukkan
di derita dan cara ketidaktahuan tentang
perawatan mandirinya. penyakit yang di derita
-
DO : Defisit Pengetahuan
- Ny. Y menunjukkan
perilaku yang tidak
sesuai
- Saat di tanya Ny. Y
tidak mengetahui hal –
hal yang berkaitan
dengan penyakitnya
- Keluarga tidak tau
bagaimana cara
merawat klien
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit
1.2 Prioritas Masalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, yaitu kanker lidah yang
ditandai dengan keluhan utama yang di rasakan pasien adalah nyeri, P : nyeri
klien dicetuskan akibat adanya benjolan pada lidah kira-kira sebesar biji kacang
tanah yang tampak memerah, Q : nyeri yang dirasakan seperti terbakar, R : nyeri
pada bagian lidah, S : skala nyeri 5 (1-10), T : klien mengatakan nyerinya terasa
hilang timbul, Klien tampak meringis, klien gelisah, nafsu makan berubah,
ersikap protektif (posisi menghindar nyeri), dan TTV : TD : 120/70 mmHg, N
:80x/menit, S : 36,50C, dan RR : 20 x/menit.

2. Risiko infeksi yang ditandai dengan Keluarga klien mengatakan bahwa klien
pernah melakukan operasi kelenjar getah bening pada bulan Oktober tahun 2019
di Rumah Sakit. keluarga klien juga mengatakan bahwa saat di rumah sebelum
masuk rumah sakit bekas luka di leher klien pecah sehingga mengeluarkan darah
dan nanah, lalu keluarga klien membawa klien ke Rumah Sakit, tampak ada
balutan pada leher klien, luka bekas operasi pada leher klien sekitar ±4 cm,
WBC : 5,68 (10^3/ul), nyeri pada bagian bekas luka operasi di leher, dan TTV :
TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 36,5 0C, dan RR : 20 x/menit.

3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik yang di


tandai dengan klien juga mengatakan bahwa ia sulit untuk berbicara, kata-kata
yang di ucapkan tidak jelas dan sulit untuk di mengerti, klien mengatakan sakit
pada lidah dan leher saat berbicara, klien sulit untuk berbicara, klien
menunjukkan respon yang tidak sesuai saat hendak melakukan komunikasi
verbal, sulit memahami komunikasi dari klien, verbalisasi verbal klien kurang
tepat, klien sulit mengungkapkan kata – kata, adanya benjolan pada lidah kira-
kira sebesar biji kacang tanah yang tampak memerah, dan TTV : TD : 120/70
mmHg, N :80x/menit, S : 36,50C, dan RR : 20 x/menit.

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketiakmampuan menelan makanan yang


di tandai dengan keluarga klien mengatakan bahwa saat setelah selesai operasi
klien tidak ada nafsu untuk makan sehingga menyebabkan klien mengalami
penurunan badan, klien mengatakan susah untuk menelan makanan sehingga
klien hanya minum susu saja. Klien minum susu hanya ¼ gelas saja dalam
sehari, berat badan menurun >10%, BB sebelum sakit 65 kg, BB setelah sakit 35
kg, IMT : 13,2 (kurus/ berat badan ringan), adanya benjolan pada lidah kira-kira
sebesar biji kacang tanah yang tampak memerah, dan TTV : TD : 120/70
mmHg, N :80x/menit, S : 36,50C, dan RR : 20 x/menit.

5. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang di


tandai dengan saat dilakukan pengkajian, keluarga mengatakan mereka tidak
mengetahui cara merawat klien, Ny. Y menunjukkan perilaku yang tidak sesuai,
saat di tanya Ny. Y tidak mengetahui hal – hal yang berkaitan dengan
penyakitnya, keluarga tidak tau bagaimana cara merawat klien,, dan TTV : TD :
120/70 mmHg, N :80x/menit, S : 36,50C, dan RR : 20 x/menit.
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Ny. Y
Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi ( ONEC ) Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi faktor yang 1. Mengurangi faktor penyebab
dengan agen pencedera keperawatan 1x8 jam diharapkan memperberat dan 2. Terapi komplementer adalah
fisik, yaitu kanker lidah nyeri akut pada klien dapat memperingan nyeri terapi yang di berikan di luar
yang ditandai dengan teratasi, dengan kriteria hasil : 2. Monitor keberhasilan terapi tindakan dokter
keluhan utama yang di 1. Keluhan nyeri klien komplemeter yang sudah di 3. Salah satu teknk yang dapat di
rasakan pasien adalah menurun berikan berikan perawat secara mandiri
nyeri, P : nyeri klien 2. Meringis menurun 3. Berikan teknik 4. Lingkungan merupakan elemen
dicetuskan akibat adanya 3. Perasaan tertekan menurun nonfarmakologis untuk utama bagi klien
benjolan pada lidah kira- 4. Perilaku membaik mengurasi rasa nyeri 5. Menambah pengetahuan klien
kira sebesar biji kacang 5. TTV normal 4. Kontrol lingkungan yang 6. Kolaborasi di lakukan untuk
tanah yang tampak TD : 120/80 mmHg memperberat rasa nyeri mempercepat kesembuhan klien
memerah, Q : nyeri yang N : 80 x/menit 5. Jelaskan strategi meredakan
dirasakan seperti terbakar, S : 36,5 0C nyeri
R : nyeri pada bagian RR : 20 x/menit 6. Kolaborasi pemberian
lidah, S : skala nyeri 5 (1- analgetik
10), T : klien mengatakan
nyerinya terasa hilang
timbul, Klien tampak
meringis, klien gelisah,
nafsu makan berubah,
ersikap protektif (posisi
menghindar nyeri), dan
TTV : TD : 120/70 mmHg,
N :80x/menit, S :
0
36,5 C, dan RR : 20
x/menit.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi ( ONEC ) Rasional
2. Risiko infeksi yang Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Memperhatikan dengan baik
ditandai dengan Keluarga keperawatan 1x8jam diharapkan infeksi lokal dan sistemik tanda dan gejala infeksi
klien mengatakan bahwa masalah risiko infeksi pada klien 2. Berikan perawatan kulit pada 2. Perawatan yang baik untuk
klien pernah melakukan dapat teratasi, dengan kriteria area adema mencegah infeksi
operasi kelenjar getah hasil : 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Memperhatikan personal
bening pada bulan Oktober 1. Kebersihan badan meningkat sesudah kontak dengan pasien hygiene untuk klien dan juga
tahun 2019 di Rumah Sakit. 2. Nyeri menurun dan lingkungan untuk petugas kesehatan
keluarga klien juga 3. Kultur area luka membaik 4. Jelaskan tanda dan gejala 4. Mengedukasi klien tentang tanda
mengatakan bahwa saat di 4. TTV normal infeksi dan gejala infeksi
rumah sebelum masuk TD : 120/80 mmHg 5. Ajarkan cara memeriksa 5. Agar klien dapat melakukan
rumah sakit bekas luka di N : 80 x/menit kondisi luka atau luka operasi perawatan mandiri apabila sudah
leher klien pecah sehingga S : 36,5 0C 6. Anjurkan menigkatkan asupan pulang dari RS
mengeluarkan darah dan RR : 20 x/menit nutrisi 6. Asupan nutrisi yang baik dapat
nanah, lalu keluarga klien membantu mempercepat
membawa klien ke Rumah penyembuhan luka
Sakit, tampak ada balutan
pada leher klien, luka bekas
operasi pada leher klien
sekitar ±4 cm, dan TTV :
TD : 120/70 mmHg, N :
80x/menit, S : 36,50C, dan
RR : 20 x/menit.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi ( ONEC ) Rasional
3. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kecepatan, tekanan, 1. Mememantau komunikasi verbal
verbal berhubungan dengan keperawatan 1x8 jam diharapkan kuantitas, volume, dan diksi yang dapat di lakukan oleh klien
hambatan fisik yang di masalah gangguan komunikasi bicara 2. Metode komunikasi yang
tandai dengan klien juga verbal pada klien dapat teratasi, 2. Gunakan metode komunikasi sederhana sehingga dapat
mengatakan bahwa ia sulit dengan kriteria hasil : alternatif (menulis, mata membantu klien dalam
untuk berbicara, kata-kata 1. Kemampuan berbicara berkedip, papan komunikasi berkomunikas tanpa
yang di ucapkan tidak jelas meningkat dengan gambar dan huruf, menggunakan suara
dan sulit untuk di mengerti, 2. Gagap menurun isyarat tangan, dan komputer) 3. Memvalidasi hasil dari
klien mengatakan sakit pada 3. Kesesuaian ekspresi 3. Ulangi apa yang di sampaikan komunikasi verbal dari klien
lidah dan leher saat wajah/tubuh meningkat pasien 4. Dukungan psikologis dapat
berbicara, klien sulit untuk 4. Respon perilaku membaik 4. Berikan dukungan psikologis membantu keinginan klien untuk
berbicara, klien 5. Pemahaman komunikasi 5. Anjurkan bicara perlahan cepat sembuh
menunjukkan respon yang membaik 6. Ajarkan pasien dan keluarga 5. Bicara perlahan untuk kejelasan
tidak sesuai saat hendak 6. TTV normal proses kognitif, anatomis, dan informasi yang di sampaikan
melakukan komunikasi TD : 120/80 mmHg fisiologi yang berhubungan klien
verbal, sulit memahami N : 80 x/menit dengan kemampuan berbicara 6. Peran penting keluarga sangat di
komunikasi dari klien, S : 36,5 0C
butuhkan, sebagai bentuk
verbalisasi verbal klien RR : 20 x/menit
kurang tepat, klien sulit dukungan psikologis klien
mengungkapkan kata – kata,
adanya benjolan pada lidah
kira-kira sebesar biji kacang
tanah yang tampak
memerah, dan TTV : TD :
120/70 mmHg, N
:80x/menit, S : 36,50C,
dan RR : 20 x/menit.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi ( ONEC ) Rasional
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan 1. Indikasi makanan yang di sukai 1. Makanan yang di sukai dapat
berhubungan dengan keperawatan 1x8 jam diharapkan meningkatkan napsu makan
2. Monitor asupan makanan
ketiakmampuan menelan masalah defisit nutrisi dapat 2. Asupan makan yang baik dan
makanan yang di tandai teratasi, dengan kriteria hasil : 3. Sajikan makanan secara sesuai dapat membantu
dengan keluarga klien 1 Porsi makanan yang di menaikkan berat badan
menarik dan suhu yang sesuai
mengatakan bahwa saat habiskan meingkat 3. Makanan yang menarik
setelah selesai operasi klien 2 Berat badan membaik 4. Berikan suplemen makan meningkatkan keinginan untuk
tidak ada nafsu untuk 3 IMT membaik makan
5. Anjurkan posisi duduk saat
makan sehingga 4 Frekuensi makan membaik 4. Suplemen makan dapat
menyebabkan klien 5 TTV normal makan meningkatkan napsu makan
mengalami penurunan TD : 120/80 mmHg klien
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan, klien mengatakan N : 80 x/menit 5. Posisi yang aman dan baik untuk
susah untuk menelan S : 36,5 0C untuk menentukan jumlah makan
makanan sehingga klien RR : 20 x/menit 6. Ahli gizi adalah adalah seorang
kalori dan jenis nutrient jika
hanya minum susu saja. profesional medis yang
Klien minum susu hanya ¼ yang di butuhkan mengkhususkan diri dalam
gelas saja dalam sehari, dietetika, yaitu studi
berat badan menurun >10%, tentang gizi dan penggunaan diet
BB sebelum sakit 65 kg, BB khusus untuk mencegah dan
setelah sakit 35 kg, IMT : mengobati penyakit.
13,2 (kurus/ berat badan
ringan), adanya benjolan
pada lidah kira-kira sebesar
biji kacang tanah yang
tampak memerah, dan TTV
: TD : 120/70 mmHg, N
:80x/menit, S : 36,50C,
dan RR : 20 x/menit.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi ( ONEC ) Rasional
5. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Mengetahui lebih lanjut
berhubungan dengan kurang keperawatan 1x8 jam diharapkan kemampuan menerima kesiapan yang di rasakan oleh
terpapar informasi yang di masalah defisit pengetahuan dapat informasi orang tua klien
tandai dengan saat teratasi, dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor – faktor yang 2. Mengetahui faktor sebab akibat
dilakukan pengkajian, 1. Perilaku sesuai anjuran dapat meningkatkan dan 3. Materi yang di sampaikan harus
keluarga mengatakan meningkat menurunkan motivasi perilaku sesuai dengan kebutuhan, dan
mereka tidak mengetahui 2. Kemampuan menjelaskan hidup bersih dan sehat menggunakan media yang baik
cara merawat klien, Ny. Y pengetahuan tentang suatu 3. Sediakan materi dan media dan menarik
menunjukkan perilaku yang topik meningkat pendidikan kesehatan 4. Menjadwalan dapat
tidak sesuai, saat di tanya 3. Perilaku sesuai dengan 4. Jadwalkan pendidikan memudahkan terselenggaranya
Ny. Y tidak mengetahui hal pengetahuan meningkat kesehatan sesuai kesepakatan pendidikan kesehatan dengan
– hal yang berkaitan dengan 4. Pertanyaan tentang masalah 5. Berikan kesempatan untuk baik
penyakitnya, keluarga tidak yang di hadapi menurun bertanya 5. Agar orang tua klien dapat
tau bagaimana cara merawat 5. Persepsi yang keliru terhadap 6. Melaskan faktor risiko yang mendapatkan pengetahuan yang
klien,, dan TTV : TD : masalah menurun dapat mempengaruhi kesehatan lebih dan dapat menilai
120/70 mmHg, N 6. Verbalisasi minat dalam kepahaman
:80x/menit, S : 36,50C, belajar meningkat 6. Menambah pengetahuan orang
dan RR : 20 x/menit. tua klien atau peserta
pendidikan kesehatan
4.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanda tangan dan


Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Senin/02 1. Mengidentifikasi faktor yang memperberat S : Klien mengatakan masih merasakan
November dan memperingan nyeri nyeri
2020, Pukul 2. Memonitor keberhasilan terapi komplemeter O :
14.00 WIB yang sudah di berikan
- Keluhan nyeri klien menurun
3. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
- Skala nyeri 3 (1-10)
mengurasi rasa nyeri
- Meringis menurun
4. Mengontrol lingkungan yang memperberat
- TTV normal
rasa nyeri
TD : 120/80 mmHg
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
N : 80 x/menit
6. Mengkolaborasi pemberian analgetik
S : 36,5 0C Oktaviona
RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3, 4, dan 6.
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
2. Senin/02 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal S : Keluarga klien mengatakan luka
November 2020, dan sistemik bekas operasi masih belum sembuh
Pukul 14.30 WIB 2. Memberikan perawatan kulit pada area O :
adema
3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah - Kultur area luka masih belum
kontak dengan pasien dan lingkungan membaik
4. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - TTV
5. Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka TD : 120/80 mmHg
atau luka operasi N : 80x/menit
6. Menganjurkan menigkatkan asupan nutrisi S : 36,50C
RR : 20 x/menit Oktaviona
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 2, 3, dan 6.
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
1. Memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, S : Keluarga klien mengatakan
3. Senin/02
volume, dan diksi bicara
November 2020, kemampuan bicara klien masih kurang
2. Menggunakan metode komunikasi
Pukul 15.00 WIB
alternatif (menulis, mata berkedip, papan O:
komunikasi dengan gambar dan huruf,
isyarat tangan, dan komputer) - Kemampuan berbicara masih kurang
3. Mengulangi apa yang di sampaikan pasien - Masih gagap
4. Memberikan dukungan psikologis - Pemahaman komunikasi masih
5. Menganjurkan bicara perlahan kurang
6. Mengajarkan pasien dan keluarga proses - TTV
kognitif, anatomis, dan fisiologi yang TD : 120/80 mmHg
berhubungan dengan kemampuan N : 80x/menit
berbicara
S : 36,50C
RR : 20 x/menit Oktaviona
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
4. Senin/02 1. Mengindikasi makanan yang di sukai S : Keluarga klien mengatakan nafsu
November 2020, makan klien masih kurang
2. Memonitor asupan makanan
Pukul 15.30 WIB O:
3. Menyajikan makanan secara menarik dan
- Porsi makanan yang di habiskan
suhu yang sesuai masih kurang
- Berat badan masih kurang
4. Memberikan suplemen makan
- IMT masih kurang
5. Menganjurkan posisi duduk saat makan - TTV :
TD : 120/80 mmHg
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk
N : 80x/menit Oktaviona
menentukan jumlah kalori dan jenis S : 36,50C
RR : 22 x/menit
nutrient jika yang di butuhkan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Tanda tangan dan
Hari/Tanggal, Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat

5. Senin/02 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : Saat dilakukan evaluasi, klien


November 2020, mengatakan bahwa pengetahuannya
kemampuan menerima informasi
Pukul 16.00 WIB membaik.
2. Mengidentifikasi faktor – faktor yang O:
- Kemampuan menjelaskan
dapat meningkatkan dan menurunkan
pengetahuan tentang suatu topik
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat masih kurang baik
- Perilaku sesuai dengan pengetahuan
3. Menyediakan materi dan media pendidikan
meningkat
kesehatan - Pertanyaan tentang masalah yang di
hadapi menurun
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
- TTV
sesuai kesepakatan TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
S : 36,50C Oktaviona
6. Menjelaskan faktor risiko yang dapat RR : 20 x/menit
mempengaruhi kesehatan
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi no 2, 4 dan 5.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosalidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng berlapis),
juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi
kedaerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen (Suyatno, 2010).
Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara dan pemeriksaan fisik menggunakan
format pengkajian pada Ny. Y pada hari kamis, 02 November 2020 dengan diagnosa medis
Kanker Lidah.
1.1.2 Diagnosa keperawatan ditegakkan pada studi kasus asuhan keperawatan pada Ny. Y
sesuai dengan data subjektif dan objektif, serta berdasarkan buku SDKI.
1.1.3 Intervensi keperawatan yang direncanakan yaitu, pemberian tindakan mandiri
perawat, tindakan observasi, tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dan
tindakan pemberian pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien sesuai dengan
kriteria waktu yang telah ditetapkan pada tujuan jangka pendek, serta berdasarkan paduan
dari buku SIKI.
1.1.4 Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah disusun
berdasarkan kriteria waktu yang telah disusun berdsarkan kriteria jangka pendek, sesuai
dengan keadaan dan pedoman dari intervensi buku SIKI dan kriteria hasil dari SLKI.
1.1.5 Evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan evaluasi keperawatan
dimulai dari hari intervensi sampai implementasi.
4.2 Saran
Dalam melakukan perawatan perawat harus mampu mengetahui kondisi klien secara
keseluruhan sehingga intervensi yang diberikan bermanfaat untuk kemampuan fungsional
pasien, perawat harus mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan keluarga untuk
mendukung adanya proses keperawatan serta dalam pemberian asuhan keperawatan
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero Mary, dkk. 2017. Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker. Jakarta : EGC
Brunicardi, F.C., et al., 2015. Schwartzs Principles of Surgery, 10th ed. USA
:McGraw-Hill Education.
Herdman & Kamitsuru. 2015. DIAGNOSA KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi
2015- 2017 edisi 10. Jakarta : EGC
Irianto, Koes 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung. Alfabeta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta :
Mediaction
Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Setyohadi,NSally & Putu,2016. Gagal Ginjal. Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik (Edisi 1). 2016. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (Edisi 1, cetakan II). 2018. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus
Pusat
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Topik
Pendidikan kesehatan tentang “Pencegahan Infeksi Pasca Operasi Dirumah”.
B. Sasaran
Ny. Y dan Keluarga Ny. Y
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Pencegahan Infeksi Pasca Operasi Dirumah
diharapkan Ny. Y dan Keluarga Ny. Y dapat memahami perawatan luka pasca operasi
yang dapat di lakukan dirumah dengan baik.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
1. Untuk mampu memahami tentang Definisi Infeksi
2. Untuk mampu memahami tentang Penyebab Infeksi
3. Untuk mampu memahami Tanda dan Gejala Infeksi
4. Untuk mampu memahami Cara Pencegahan Infeksi
D. Materi
Pencegahan Infeksi Pasca Operasi Dirumah
E. Metode
Bimbingan penyuluhan kelompok kecil dan ceramah
F. Media
Leaflet
G. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/Tanggal : Senin, 02 November 2020
2. Pukul : 08.00 – Selesai
3. Alokasi Waktu
No Kegiatan Waktu Metode

1 Pembukaan (Mengucapkan salam 1 Menit Ceramah


oleh moderator)

2 Perkenalan (Perkenalan anggota 1 Menit Ceramah


penyuluhan)

3 Menyampaikan Kontrak 2 Menit Ceramah


(Menyampaikan tujuan, kesediaan
klien, lama penyuluhan)

4 Menyampaikan Materi Penyuluhan 5 Menit Ceramah


dan simulasi langsung

(Penyampaian oleh Leader)

5 Evaluasi (Tanya Jawab oleh 5 Menit Ceramah


moderator)

6 Penutupan (Penyuluhan ditutup oleh 1 Menit Ceramah


moderator)

7 Dokumentasi ( Foto bersama) 1 Menit Ceramah

H. Tugas Pengorganisasian
Moderator : Oktaviona
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
Leader : Oktaviona
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Fasilitator : Oktaviona
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
Dokumentator : Oktaviona
1. Mendokumentasikan setiap kegiatan
I. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

: Moderator

: Leader

: Klien

: Dokumentator

: Fasilitator

: Keluarga klien

J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Pencegahan Infeksi Pasca
Operasi Dirumah”.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Infeksi”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Penyebab Infeksi”.
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Tanda dan Gejala Infeksi”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Cara Pencegahan Infeksi”.
MATERI

1. DEFINISI INFEKSI
Infeksi adalah masuknya bakteri atau kuman ke dalam tubuh dan jaringan yang terjadi
pada individu. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Secara umum, pasien yang masuk
rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa
masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang
baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi
(Harrison, 2011).

2. PENYEBAB INFEKSI
1. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh.
2. Luka terbuka dan kotor.
3. Gizi buruk.
4. Daya tahan tubuh lemah.
5. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak.

3. TANDA DAN GEJALA INFEKSI


1. Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul
pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kimia,
prostaglandin, histamin).
2. Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma merembes
ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol,
meningkatna permeabilitas kapiler.
3. Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau
mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang
mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.
4. Dolor (nyeri), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediatir kimia.
5. Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada cidera
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang
terkena.
4. CARA PENCEGAHAN INFEKSI
1. Mandi 2 kali sehari, daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau
basah karena dapat meninkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus sehingga
dapat menjadi tempat berkembang biak kuman dan bakteri.
2. Makanan yang dibutuhkan makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori
tinggi protein (TKTP). Makanan yang mengandung protein misalnya : susu, telur,
madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan.
3. Ganti balutan minimal satu kali sehari :
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan,
- Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam
keadaan stril atau bersih,
- Minum obat sesuai anjuran misalnya obat antibiotic untuk mencegah infeksi.
Pengertian Infeksi Tanda dan Gejala Infeksi

Infeksi adalah masuknya bakteri atau


1. Rubor (kemerahan), terjadi pada
kuman ke dalam tubuh dan jaringan
tahap pertama dari infeksi. Darah
Pencegahan Infeksi Pasca yang terjadi pada individu.
berkumpul pada daerah cedera
Operasi Di Rumah jaringan akibat pelepasan mediator
kimia tubuh (kimia, prostaglandin,
histamin).

Penyebab Infeksi

1. Adanya benda asing atau jaringan


DISUSUN OLEH :
yang sudah mati di dalam tubuh.
OKTAVIONA
2. Luka terbuka dan kotor.
2018.C.10a.0980
3. Gizi buruk. 2. Tumor (pembengkakan), merupakan

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA 4. Daya tahan tubuh lemah. tahap kedua dari infeksi.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
5. Mobilisasi terbatas atau kurang
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020/2021 gerak.
Lanjutan Tanda dan Gejala Cara Pencegahan Infeksi
Infeksi
1. Mandi dua kali sehari
Waktu dan kesehatan adalah
dua aset berharga yang tidak
3. Kolor (panas), dapat disebabkan 2. Makan yang tinggi protein, kita kenali dan hargai
oleh bertambahnya pengumpulan misalnya susu, telur, madu, roti, sampai mereka habis.” –
darah yang menimbulkan demam, ikan, kacang – kacangan dan lain Denis Waitley
yang mengganggu pusat pengaturan sebagainya
panas pada hipotalamus.

4. Dolor (nyeri), disebabkan


pembengkakan pada pelepasan 3. Ganti balutan luka secara berkala
mediator-mediatir kimia. - Mencuci tangan sebelum dan
5. Functio Laesa (hilangya fungsi), sesudah mengganti balutan luka
disebabkan oleh penumpukan cairan - Alat dan bahan yang di gunakan
pada cidera jaringan dan karena rasa harus bersih atau steril
nyeri. - Minum antibiotik sesuai dengan
anjuran dokter
Vol.12 No.2 Oktober 2018: Hal. 88-94 p-ISSN: 1907-459X e-ISSN: 2527-7170

ANALISIS KASUS KANKER LIDAH DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN PENDEKATAN COMFORT THEORY MODEL

Analysis of inventory cancer case in context of nursing assessment


With comfort theory model approach

Dewi Nurviana Suharto


Poltekkes Kemenkes Palu
(dewinurviana.suharto@gmail.com, 0811459788)

ABSTRAK
Prevalensi pasien dengan kanker setiap tahun terus mengalami peningkatan. Kanker lidah merupakan
keganasan jenis karsinoma yang mengenai lidah dan hampir 95% berupa karsinoma sel skuamosa. Kanker
lidah merupakan kanker dengan progresifitas yang tinggi dengan prognosis jelek sehingga angka kematiannya
akibat kanker lidah sangat tinggi serta menimbulkan ketidaknyaman. Kenyamanan merupakan titik pangkal
dari berbagai kesembuhan yang akan dicapai oleh klien. Perbaikan kondisi klien tidak akan dicapai jika
kebutuhan akan rasa nyaman tidak terpenuhi. Dalam pemberian asuhan keperawatan masalah yang muncul
pada kanker lidah adalah nyeri kronis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
ketidakefektifan pola napas. Analisis proses praktik residensi menunjukkan bahwa comfort theory dapat
diterapkan pada pasien dengan kasus keganasan dalam pemberian asuhan keperawatan, karena mampu
mengidentifikasi ketidaknyaman pasien secara holistik dari aspek fisik, psikospiritual, sosiokultural dan
lingkungan.
Kata kunci : Comfort Theory, Kanker Lidah

ABSTRACT

The prevalence of patients with cancer increase every year. Tongue cancer is a type of malignancy of the
tongue, and almost 95% is squamous cell carcinoma. Tongue cancer is a cancer with high progression with
bad prognosis so that the mortality rate is very high and often causes discomfort. Comfort is the starting point
of various healing that will be achieved by the client. Improvements in client conditions will not be achieved if
the need of comfort is not fulfilled. In nursing care the problems that arise in tongue cancer are chronic pain,
nutrient imbalance: less than body needs, and ineffective breathing patterns. Analysis of residency practice
processes shows that comfort theory can be applied to patients with malignancy cases in nursing care, as it
can identify patients' holistic discomfort from the physical, psychospiritual, sociocultural and environmental
aspects.
Keyword : Comfort Theory, Tongue Cancer

mulut yang tinggi yaitu sebesar 7,5 per 100.000


PENDAHULUAN
penduduk dan menyebabkan beban
Kanker lidah merupakan keganasan kesehatan utama(2). Sedangkan di indonesia kanker
jenis karsinoma yang mengenai lidah dan hampir lidah merupakan kasus yang jarang terjadi, data dari
95% berupa karsinoma sel skuamosa. Insiden dan Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan RS
mortalitas kanker lidah bervariasi tergantung dari Kanker Dharmais (2010-2013) Insiden kanker lidah
(1)
area geografis . Secara geografis, India termasuk masih jarang, kejadiannya hanya sekitar
menunjukkan tingkat kejadian kanker rongga 14% dari semua jenis kanker yang dirawat(3). Namun
kanker lidah merupakan kanker
dengan progresifitas yang tinggi dengan prognosis paliatif adalah comfort care. Kenyamanan
yang jelek sehingga angka kematian pada pasien merupakan titik pangkal dari berbagai kesembuhan
yang dirawat akibat kanker lidah sangat tinggi. yang akan dicapai oleh klien. Perbaikan kondisi
Kanker lidah lebih sering terjadi pada klien tidak akan dicapai jika kebutuhan akan rasa
kelompok usia yang lebih tua yaitu usia 40 tahun nyaman tidak terpenuhi. Oleh karena itu rasa
ke atas, meskipun dapat ditemukan pada orang nyaman sifatnya holistik dan sangat individual
muda. Kanker ini dua kali lebih umum pada pria mencakup physical, psychospiritual, enviromental
dari pada wanita(2). Faktor utama yang berperan dan sociocultural(7). Tugas perawat untuk
terhadap timbulnya karsinoma lidah adalah memenuhi kebutuhan akan rasa nyaman yang
penggunaan tembakau dan alkohol dalam jangka sifatnya holistik tersebut. Seorang perawat
waktu lama. Faktor lain adalah infeksi virus spesialis harus dapat mengidentifikasi kebutuhan
papiloma dan faktor kebersihan gigi serta mulut (1). kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, dan
Gejala kanker lidah berupa bercak merah atau bersifat subyektif. Kondisi pasien kanker yang
putih pada lidah yang tidak bisa hilang, sakit sebagian besar mengalami nyeri dan
tenggorokan yang lama, munculnya ulkus atau ketidaknyaman, sehingga peran tersebut dapat
benjolan di lidah yang tidak hilang, nyeri saat diaplikasikan dengan menggunakan comfort teory
menelan dan mati rasa di mulut. Gejala yang model.
sangat umum menyebabkan penyakit ini
GAMBARAN KASUS
terdiagnosis pada stadium lanjut, sehingga pilihan
pengobatan menjadi terbatas, prognosis jelek dan Seorang pasien wanita (Ny. SJ) usia 25

kelangsungan hidup relatif singkat(4). tahun, agama islam, status menikah, pendidikan

Pengobatan untuk kanker lidah tergantung SLTA, pekerjaan karyawan swasta, dengan alamat

pada ukuran kanker. Pengobatan untuk kanker di jalan Bango, Tangerang, nomor medikal record

lidah stadium dini adalah operasi. Untuk tumor 219276. Diagnosa medis Pleomorphic high grade

yang lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar sarcoma, grade 3 (FNCLCC) karsinoma lidah

getah bening di leher, yaitu kombinasi operasi dan berdiferesiasi buruk.Pengkajian dilakukan tanggal

radioterapi5. Pengobatan yang dilakukan pada 15 Februari 2017 klien nampak sangat lemah,

stadium dini dapat meningkatkan kelangsungan pucat dan tidak bertenaga. Sejak 2 bulan yang lalu

hidup pasien mencapai 5 tahun dan angkan klien sudah tidak bisa bicara kanker kanker lidah

kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun terjadi sudah memenuhi rongga mulut klien. Klien

pada pasien dengan stadium lanjut(6). Pada stadium terpasang trakheostomi, produksi lendir banyak,

lanjut pengobatan bukan lagi ditujukkan untuk batuk, terpasang oksigen melalui trakheostomi 5

menyembuhkan tapi lebih kepada pengobatan liter permenit (LPM). Terpasang gastrostomi pada

untuk mengurangi gejala dan meningkatkan perut sebelah kiri, intake nutrisi melalui

kualitas hidup pasien(2). gastrostomi, klien mengalami penurunan berat

Salah satu peran perawat spesialis dalam badan dalam 6 bulan terakhir sekitar 25 Kg. BB

pengelolaan kasus dan sesuai dengan perawatan klien sebelumnya 65 Kg, BB saat ini 40 Kg, TB
158 CM, IMT : 16 Kg/m2 (Underweight). Mukosa Klien juga mendapatkan terapi nebulizer jika
bibir kering dan pecah-pecah, terdapat luka invasi dibutuhkan.
kanker pada dagu tertutup kasa, terdapat rembesan
METODE PENELITIAN
pada kasa, luka diganti setiap pagi dan sore.
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan
Dileher kiri klien terdapat luka kanker yang
metode studi kasus, yaitu analisis penerapan
mengeluarkan cairan berwarna kekuningan, luka
asuhan keperawatan pada kasus kanker lidah.
tertutup kasa tebal, terlihat rembesan pada kasa.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
Klien nampak meringis karena merasa nyeri pada
meliputi wawancara, observasi, catatan individu,
luka setiap diganti balutan, nyeri skala 5, nyeri
atau rekam medik dan perawatan. Data yang telah
hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-tusuk.
terkumpul dianalisis untuk melihat masalah
Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah
keperawatan yang dialami klien serta meninjau
140/90 mmHg, frekuensi nadi 68 kali per menit,
keefektifan intervensi yang telah dilakukan untuk
nadi lemah dan teratur, frekuensi napas 24 kali per
menyelesaikan masalah keperawatan pasien.
menit, irama tidak teratur. Konjungtiva terlihat
anemis dan mukosa bibir kering. Klien HASIL
menggunakan otot bantu napas, vokal fremitus kiri Pengkajian yang dilakukan ditemukan
menurun, trill (+), perkusi paru pekak pada lapang beberapa masalah keperawatan yang terjadi
paru kiri, suara napas menurun pada lapang paru diantaranya nyeri kronis, ketidakseimbangan
kiri, terdengar bunyi ronki. Capillary refill time 3 nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
detik, turgor kulit sedang, kulit nampak kering dan ketidakefektifan pola napas.
terkelupas, pada area lengan bawah sebelah kanan Nyeri kronik. Data yang berhubungan
dan kiri terdapat petekie. Klien terlihat kurus, yaitu keluhan nyeri pada area luka invasi massa
intake nutrisi melalui gastrostomi diet cair 1200 kanker di area dagu dan leher sebelah kiri, nampak
Kkal dengan pemberian 6 X 200cc. Hasil menonjol keluar. Skala nyeri 5, nyeri hilang timbul,
pemeriksaan laboratorium diperoleh hemoglobin nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan sejak 6
10.9 g/dL (normal/N= 13-18), leukosit 16.95 bulan yang lalu, nyeri memberat jika balutan
103/uL (N= 5-10), trombosit 143 103/uL (N= 150- diganti. Tindakan yang diberikan pada pasien
6
440), eritosit 3.91 10 /uL (N= 4,6-6,2), hematokrit adalah manajemen nyeri yang bertujuan untuk
31.4 % (N= 40-45), MCV 80.3 fL (N=90-100), mengontrol nyeri pasien.
Absolute Neutrofil Count 16.13 103/uL (2.50-7.00). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Klien mendapatkan terapi herbeser 13 mikro tiap kebutuhan tubuh. Data yang berhubungan sejak 2
12 jam secara intravena melalui syringe pump, bulan terakhir klien tidak bisa lagi makan dan
vitamin K 10 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc tiap 8 minum melalui oral, terpasang gastrostomi diperut
jam, KCL 12,5 mg dalam Nacl 0,9% tiap 6 jam sebelah kiri, BB klien sebelumnya 65 Kg, BB saat
secara intravena, infus aminofluid + soluvn + ini 40 Kg, TB 158 CM, IMT : 16 Kg/m2
vitalipid tiap 24 jam, MO 15 mg dalam NaCl 0,9% (Underweight). Tindakan yang diberikan pada
50 cc tiap 6 jam menggunakan syringe pump.
pasien adalah manajemen nutrisi yang bertujuan lidah terbanyak adalah pada bagian lateral
untuk meningkatkan intake nutrisi makanan dan termasuk pada pasien yang awal mula munculnya
minuman serta status mikro nutrien lesi pada bagian lateral. Hasil studi juga
Ketidakefektifan pola nafas. Data yang melaporkan bahwa sebagian besar kanker lidah
berhubungan batuk berlendir, produksi sekret muncul pada bagian lateral sebesar 85%, pada
banyak, terpasang trakheostomi, terpasang oksigen bagian dorsum sebesar 5%, permukaan lidah
5 LPM. Klien menggunakan otot bantu napas, sebesar 5% dan ujung lidah sebesar 5%12. Hasil
vokal fremitus kiri menurun, trill (+), perkusi paru pemeriksaan juga menunjukkan adanya
pekak pada lapang paru kiri, suara napas menurun keterlibatan kelenjar getah bening regional dan
pada lapang paru kiri, terdengar bunyi ronki. infiltrasi dengan gambaran MSCT scan yaitu
Tindakan yang diberikan pada pasien adalah limfadenopati multiple perijugular bilateral dan
Respiratory Monitoring dan Oxygen Therapy yang submandibula bilateral dengan kecurigaan adanya
bertujuan untuk meningkatkan status respirasi infiltrasi ke vena jungularis kiri. Studi yang
pasien. dilakukan pada 57 pasien kanker lidah
menggambarkan bahwa kanker lidah memiliki
PEMBAHASAN
prognosis yang buruk karena tingginya angka
Hasil pengkajian pasien diketahui faktor (13,14)
metastasis ke kelenjar getah bening regional ,
resiko penyebab munculnya kanker lidah adalah (15)
serta invasi tumor ke area lokal .
inflamasi atau iritasi kronis pada rongga mulut.
Nyeri. Pengkajian keperawatan
Kanker ganas lidah timbul pada tempat yang
berdasarkan comfort theory, dilakukan untuk
sesuai dengan sumber iritasi kronik seperti caries
mengidentifikasi ketidaknyamanan yang muncul.
gigi atau gigi busuk dengan calculus yang banyak,
Pengkajian pada tahap relief ditemukan nyeri
dan juga karena pemasangan gigi palsu atau
kronis berada pada skala sedang, nyeri memberat
prothesa yang posisinya tidak cocok(8,9,10).
saat ganti balutan. Nyeri yang dirasakan pasien
Penelitian lain juga melaporkan bahwa pada pasien
merupakan efek dari kerusakan jaringan yang
kanker lidah yang dirawat memiliki riwayat
aktual sehingga menyebabkan munculnya sensori
kebersihan mulut yang buruk, pemakaian behel
dan emosional yang tidak menyenangkan(16,17).
gigi yang lama, caries gigi dan penggunaan gigi
Perubahan pada vital sign akibat nyeri yaitu TD
palsu(11) Dari hasil pengkajian pasien tidak
140/90 mmHg, RR : 28x/mnt dan nadi 100x/mnt.
memiliki riwayat merokok dan minum alkohol.
Nyeri merupakan respon subyektif, sehingga
Gejala ketidaknyamanan yang pertama
pengkajian berfokus pada respon subyektif serta
kali dirasakan oleh NY. SJ adalah munculnya lesi
fisik yang terlihat dari pasien. Pada tahap ease,
dilidah yang terus menerus dan tidak sembuh-
pasien diharapkan mampu untuk mengontrol nyeri
sembuh sampai akhirnya berubah menjadi ulkus.
yang dirasakan atau yang muncul. Kondisi pasien
Dari hasil pemeriksaan MSCT Scan Nasofaring,
dengan perawatan paliatif dan dengan kanker
terdapat lesi lingual kiri sisi posterior yang
stadium lanjut akan menimbulkan nyeri yang hebat
melibatkan orofaring sugestif maligna. Kanker
akibat invasi kanker, sehingga dalam mengontrol
nyeri membutuhkan penanganan kolaborasi setiap hari, dengan pemberian diet cair 200cc
dengan memberikan analgesik untuk mengurangi sebanyak 5 kali permberian setiap hari. Pada tahap
nyeri yaitu pemberian MO 15 mg pada pasien. transcendece, tindakan yang diberikan untuk
Pada tahap transcendence, perawat menyiapakan meningkatkan kenyamanan yaitu kolaborasi untuk
untuk meningkatkan kenyamanan pasien. pasien tindakan gastrostomy, mengingat intake nutrisi
dengan kanker lidah akan menimbulkan berbagai tidak bisa melalui orang dan beresiko perdarahan
ketidaknyamanan akibat nyeri. terlihat pada pasien jika menggunakan NGT karena kanker hampir
nyeri menyebabkan pasien takut untuk bergerak, menutupi area esofagus. Untuk pemberian nutrisi
pasien kesulitan tidur dan pasien merasa kelelahan. melalui gastrostomy, perawat melakukan edukasi
Tindakan yang diberikan yaitu dengan membantu dan mengajar cara pemberian nutrisi melalui
pasien untuk merubah posisi serta memberikan gastrostomy pada keluarga selama perawatan
posisi yang nyaman untuk mengurangi nyeri, pasien, hal ini bertujuan untuk memandirikan
memberikan massage ringan pada area ekstremitas keluarga saat perawatan tidak lagi dilakukan di
untuk memberikan kenyamanan agar rumah sakit. Selain itu hal penting yang perlu
meningkatkan fase istirahat dan mengurangi diperhatikan juga adalah perawatan gastrostomy
kelelahan. untuk menghindari terjadinya infeksi. Perawatan
Ketidakseimbangan nutrisi. Nutrisi gastrostomy dilakukan dengan mengganti balutan
merupakan masalah keperawatan yang erat setiap 3 hari sekali, mengatur posisi gastrostomy
kaitannya dengan kanker, manajemen nutrisi yang untuk menghindari gastrostomy terlipat atau
baik sangat penting untuk kelangsungan hidup tertarik. Tindakan kenyamanan yang kongkrit dan
pasien kanker. Pengkajian pada tahap relief sesuai dengan kondisi pasien dapat meningkatkan
ditemukan klien mengalami penurunan berat badan kenyamanan pasien kanker lidah.
dalam 6 bulan terakhir sekitar 25 Kg. BB klien Ketidakefektifan pola nafas adalah
sebelumnya 65 Kg, BB saat ini 40 Kg, TB 158 CM, pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
(18)
IMT : 16 Kg/m2 (Underweight), klien terlihat adekuat . Pengkajian pada tahap relief,
kurus dan nilai hemoglobin 10.9 g/dL. Nutrisi ditemukan sesak napas, pernapasan 28x/mnt, batuk
merupakan masalah ketidaknyamanan yang paling berlendir, terdapat bunyi ronchi, penggunaan otot
sering muncul pada pasien kanker rongga mulut bantu pernapasan, Sa02 98% dan capilary refilling
terutama kanker lidah. Perkembangan kanker lidah time 3 detik. Kondisi ini sesuai dengan gambaran
yang progresif, cepat dan berdiferensiasi buruk penyakit pasien dimana telah terjadi metastasis ke
menyebabkan kanker ini menutup akses makanan paru. Gambaran foto toraks Ny. SJ (Tgl 27-01-
melalui oral, kondisi ini yang menyebabkan 2017) ditemukan efusi pleura kiri dan nodul
terjadinya kaheksia pada pasien dengan kanker multiple pada paru kanan. Efusi pleura muncul
lidah. Pada tahap ease, perawat diharapkan mampu sebagai efek dari metastasis tersebut. Efusi pleura
untuk menghitung kebutuhan kalori harian yang secara akan menyebabkan pasien sesak dan
diperlukan pasien untuk memenuhi nutrisinya. kesulitan bernapas. Hal ini akan memunculkan
Hasil perhitungan pasien membutuhkan 2000 kkal ketidaknyamanan pada pasien kanker lidah yang
akan mempengaruhi outcame pasien. Pada tahap ketidaknyamanan yang tidak terlihat, mengurangi
ease, perawat berusaha untuk mengurangi ketidaknyamanan dan meningkatkan kenyamanan
ketidaknyamanan pasien dengan melakukan dengan menggunakan comfort theory. Pemberian
suction pada trakheostomi untuk mengurangi asuhan keperawatan yang holistik dan
akumulasi lendir pada jalan napas, mengganti komprehensif dapat membantu pasien dengan
balutan trakheostomi setiap hari, mempertahankan kanker lidah untuk meningkatkan kenyamanan,
kelembapan udara melalui trakheostomi dan mengontrol atau mengurangi nyeri serta
mengganti kanul trakheostomi jika setiap hari. meningkatkan kualitas hidup
Tahap transcendece dipenuhi untuk meningkatkan
UCAPAN TERIMA KASIH
kenyamanan pasien kanker lidah,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ketidaknyamanan muncul akibat sesak napas,
semua pihak yang memberikan bantuan serta
maka dilakukan tindakan kolaborasi pemberian
dukungan sehingga studi kasus ini dapat
oksigen 5 ltr/mnt melalui trakheostomi untuk
diselesaikan.
mencukupi kebutuhan oksigen pasien. Terapi
oksigen sangat penting diberikan untuk menjamin DAFTAR PUSTAKA
kecukupan oksigen terutama pada pasien kanker 1. Satyan, Breitbart W, Jaramillo J, Chochinov
HM. Palliative and terminal care. In: Holland
lidah. Namun, pada pasein kanker dengan stadium
JC (Ed). Textbook of psycho-oncology. New
lanjut dan metastasis paru terapi oksigen hanya York: Oxford University Press, 2006 : 437–49.
2. Consensus Document For Management Of
merupakan terapi pendukung untuk mengurangi
Tongue Cancer. Anxiety and cancer: the
kenyamanan pasien, karena masalah utama patient and the family. J Clin Psychiatry 2014;
50: 20–25.
bersumber dari paru, dan memerlukan tindakan
3. Kemenkes RI, 2015. Prevalensi penderita
kolaborasi sebagai penanganan utama. kanker lidah di Indonesia.
4. Mangold, Togerson A, Rogers EM, , et al.
KESIMPULAN DAN SARAN Role of human papilloma virus in oral tongue
squamous cell carcinoma. Asian Pac J Cancer
Kanker lidah merupakan kanker dengan
Prev. 2016; 12(4):889-96.
prognosis yang jelek dengan angka kematian yang 5. Claudia, Yavuz AA, Ozyilkan O. Cancer
cachexia: Pathophysiologic aspects and
tinggi, sehingga kanker ini akan menimbulkan
treatment options. Asia Pacific J Cancer Prev.
banyak masalah terutama ketidaknyamanan. 2013;8:445-51.
6. Zhang, Couch M, Lai V, Cannon T, Guttridge
Ketidaknyamanan secara langsung akan
D, Zanation A, George J, et al. Cancer
menurunkan kualitas hidup pasien kanker lidah cachexia syndrome in head and neck cancer
patients: Part I. diagnosis, impact on quality
sehingga perlu mendapatkan perhatian utama.
of life and survival, and treatment. Head Neck
Penerapan comfort theory model dapat membantu 2012;29:401-11.
7. Mangol, Kelly, Desport JC, Gory-Delabaere
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
G, Blanc-Vincent MP, Bachmann P, Beal J,
yang holistik dan komprehensif. Pendekatan Benamouzig R, et al. Practice guideline:
Standards, options and recommendations for
comfort theory berfokus pada 3 tahap yaitu relief,
the use of appetite stimulants in oncology. Br
ease dan transcendence. Perawat spesialis J Cancer 2016;89:S98-100.
8. Desen, Stone, P, Hardy, J, Broadley, K,
dituntung untuk mampu mengidentifikasi
Tookman, AJ, Kurowska, A, A’Hern, R.
Fatigue in advanced cancer: a prospective
controlled cross-sectional study. Br J Can- cer
2011; 79: 1479–1486
9. Cancer research. Quality of life in terminal
care-with special reference to age, gender and
marital status. Support Care Cancer 2017; 14:
320–328
10. Cancer treatment centre of america.
Multidimensional fatigue and its correlates in
hospitalised advanced cancer patients. Eur J
Cancer 2017; 43:1030–1036
11. Kimura, Sumi, Sumi T. Fatigue in patients
with advanced cancer: a review. Int J Cancer
2012; 12: 424–428
12. Hibbert, watkinson, gaze wilson, LeGrand,
SB. Cancer fatigue–more data, less informa-
tion? Curr Oncol Rep 2010; 4: 275–279.
13. Rodriguez, Isovsky, C, Schneider, SM.
Cancer-related fatigue. Online J Issues Nurs
2003; 8:8. 18 Sood, A, Moynihan, TJ. Cancer-
related fatigue: an update. Curr Oncol Rep
2014; 7: 277–282.
14. Suslu, Prue, G, Rankin, J, Allen, J, Gracey, J,
Cramp, F. Cancer-related fatigue: a critical
appraisal. Eur J Cancer 2013; 42: 846–863.
15. Alves, Bagheri, Shahrokh C., 2011. Cinical
Review of Oral and Maxillofacial Surgery,
Mosby, Elsevier, Atlanta, Georgia. Hal. 10-12
16. International Association for the Study of
Pain. (2017, August 6). IASP Taxonomy.
http://www.iasppain.org/Taxonomy
17. Black, Joyce M., & Hawks, Jane Hokanson.
(2014). Keperawatan Mediakl Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan edisi 8 buku 3. Jakarta: salemba
medika.
18. Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Shigemi
Kamitsuru. Jakarta: EGC.

95
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Oktaviona


NIM : 2018.C.10a.0980
Tingkat / Prodi : III-B / S1 Keperawatan
Pembimbing : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners.,

Dokumentasi
No Hari/Tanggal Catatan Bimbingan
Pembimbing Mahasiswa
1. Selasa, 03 1. Bimbingan Pre Conference
November 2. Perhatikan sistematika penulisan
3. Buat Lembar Persetujuan
2020 (Pre- 4. Perbaiki Urutan susunan Sub tema
Converence) tinjauan pustaka
5. Perbaiki WOC
6. Perbaiki Dafatr Pustka 10 tahun
terakhir
7. Masukkan jurnal terkait minimal 1
Sarjana Keperawatan Ners Reguler
is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Bimbingan Pre Conference
PPK II kel. 3 Kelas 3B sistem
pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti, S. Kep.,Ners
Time: Nov 3, 2020 04:00 PM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/8714798
4709?pwd=dFQ1UkwvSUtNS0Iw
RWZCMjdOTkRBQT09
Meeting ID: 871 4798 4709
Passcode: htz46p

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/8714
7984709

96
97
2. Kamis, 05 1. Bimbingan Askep
November 2. Perhatikan diagnosa keperawatan
3. Tambahkan DO pada diagnosa
2020 risiko infeksi
(Converence) 4. Tambahkan diagnosa defisit
pengetahuan
5. Pendidikan kesehatan berasarkan
patofisiologi
6. Diagnosa defisit perawatan diri
tidak perlu di masukkan
Link Zoom :
Sarjana Keperawatan Ners Reguler
is inviting you to a scheduled
Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Askep PPK II


Kel. 3 Kelas 3B Sistem
Pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti
Time: Nov 5, 2020 02:00 PM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/4425675
464?pwd=YlVoR0QyWVJSZnph
WGltandZMXBJQT09

Meeting ID: 442 567 5464


Passcode: good1

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/4
425675464

98
3. Jumat, 06 1. Bimbingan Post Konference
November 2. Perhatikan sistematika penulisan
3. Perbaiki implementasi dan evaluai
2020 (Post- 4. Perbaikan leaflet
Converence)
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.

Topic: Bimbingan Post Konference


PPK II Kel. 3 Kelas 3B Sistem
Pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti, S.Kep.,Ners
Time: Nov 6, 2020 11:15 AM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/894817921
26?pwd=K3hyNFZDMUtRUTl3cFZ
YUU5sVXVvUT09

Meeting ID: 894 8179 2126


Passcode: a53pNP

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/894
81792126

99

Anda mungkin juga menyukai