A
DENGAN ARTERY CORONARY SYNDROME
(ACS) DI RUANGAN INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RSUD ARIFIN
ACHMAD
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pengembangan
Profesi Keperawatan di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru
Disusun Oleh :
Ns. Mahdalena, S.Kep
NIP: 19770623 200604 2 018
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Artery
Coronary Syndrome (ACS) di Ruangan Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD Arifin Achmad”. Tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik secara materi maupun pikirannya.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Kepala Bagian
Pendidikan dan Penelitian
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A. Konsep Teori ACS.............................................................................. 5
1. Definisi........................................................................................... 5
2. Anatomi Jantung............................................................................ 6
3. Klasifikasi Artery Coronary Syndrome............................................. 9
4. Etiologi Artery Coronary Syndrome................................................. 10
5. Manifestasi Klinis.......................................................................... 10
6. Komplikasi Artery Coronary Syndrome............................................... 11
7. Pemeriksaan penunjang Artery Coronary Syndrome........................ 12
8. Penatalaksanaan Artery Coronary Syndrome....................................... 14
B. Asuhan Keperawatan.......................................................................... 15
1. Pengkajian Keperawatan................................................................ 16
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 20
BAB III PEMBAHASAN KASUS................................................................. 21
A. Gambaran Kasus................................................................................. 21
B. Analisa Data....................................................................................... 28
C. Intervensi Keperawatan...................................................................... 30
D. Implementasi Keperawatan................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 36
BAB V PENUTUP......................................................................................... 42
A. Kesimpulan......................................................................................... 42
............................................................................................................
............................................................................................................
B. Saran................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau sindrom coroner akut (SKA)
merupakan suatu masalah kardiovaskuler yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak atheroma
pembuluh darah coroner yang pecah akibat perubahan komposisi plak
dan penipisan tulang fibrosa yang menutupi plak tersebut (PERKI, 2018).
Sindrom Koroner Akut (SKA) terjadi terutama disebabkan karena
penyempitan arteri koronaria akibat dari proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. Menurut statistik dari Dpertemen
Kesehatan, kematian akibat sindrom coroner akut mencapai 66% dari
semua kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO)
mengungkapkan bahwa 70% kematian didunia disebabkan oleh penyakit
tidak menular (PTM), 45% disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian. WHO juga
memperkirakan bahwa per tahun 2019, sekitar 17,9 juta orang meninggal
akibat penyakit kardiovaskuler, 85% kematian yang diakibatkan oleh
penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke
(WHO, 2021). Setiap tahunnya, sekitar 915.000 orang Amerika akan
mengalami serangan jantung dan lebih dari 30% akan mengalami
peristiwa kedua dan berpotensi fatal(Dwiputra, B, 2018).
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia
setiap tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdes (2018)
prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
sebesar 1,5% dari total penduduk dan tiga provinsi dengan penyakit
jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2% Gorontalo 2%
dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2%. Kematian akibat penyakit jantung
di Indonesia juga cukup tinggi. Data dari PERKI (2019) Mmenyebutkan
1
2
bahwa sebesar 26,4% kematian akibat penyakit jantung, angka ini empat
kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker 6%.
Salah satu penyakit jantung yang sering yaitu Artery Coronary
Syndrome (ACS). Artery Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah coroner
akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (ateroklerosis). Arteri
coroner merupakan system pembuluh darah yang memasukkan oksigen
dan nutrisi ke otot jantung untuk menjaga fungsinya. Jika arteri coroner
menyempit atau tersumbat, maka aliran darah kejantung akan berkurang
dan pasokan oksigen ke otot-otot janatung akan berkurang bahkan
berhenti sehingga pasien akan merasakan nyeri didada hingga mengalami
serangan jantung (Anies, 2015).
ACS merupakan penyakit jantung coroner yang menjadi penyebab
utama kematian di dunia, dimana terdapat lebih dari 4,5 juta penduduk
meninggal karena ACS. Klasifikasi dari ACS adalah ST Elevasi Miocard
Infark(STEMI), Non ST Elevasi Miocard infark (NSTEMI) dan Unstable
Angina Pectoris (UAP) (Mutarobin, 2018). Manifestasi klinis ACS yaitu
penderita merasa nyeri dan tidak nyaman yang tidak spesifik dibagian
dada kiki menjalar keleher , bahu kiri serta tangan dan punggung
kemudian di sertai keringat dingin, mual, muntah, lemas dan pusing serta
bisa pingsan yang terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi
(Wahidah &Harahap 2021). Pasien dengan tanda dan gejala klinis
sindrom coroner akut akan menunjukkan masalah keperawatan actual
maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar
manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola
nafas tidak efektif , perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas dan
hypervolemia (Aspaiani, 2016).
Penderita membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Perawat sebagai educator yang berperan dalam memberikan informasi
tentang pembatasan aktivitas pada pasien ACS yang mengalami
3
B. Rumusan Masalah
Salah satu penyakit jantung yang sering yaitu Artery Coronary
Syndrome (ACS). Artery Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner
akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (ateroklerosis). Arteri
coroner merupakan system pembuluh darah yang memasukkan oksigen
dan nutrisi ke otot jantung untuk menjaga fungsinya. Jika arteri coroner
menyempit atau tersumbat, maka aliran darah kejantung akan berkurang
dan pasokan oksigen ke otot-otot janatung akan berkurang bahkan
berhenti sehingga pasien akan merasakan nyeri didada hingga mengalami
serangan jantung. Sehingga perlunya melakukan tindakan medis dalam
proses keperawatannya agar pasien dapat pulih dari penyakit, meliputi
pengkajian, menegakan diagnosa keperawatan, perencanaan dan
implementasi yang sudah direncanakan, lalu melakukan evaluasi
berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengetahui “bagaimanakah
Asuhan Keperawatan yang dilakukan dengan pasien ACS?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
4
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep teori Acute Coronary Syndrome (ACS)
b. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Acute
Coronary Syndrome (ACS)
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi perkembangan Ilmu Keperawatan
Makalah ini dapat menambah wawasan ilmiah tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS).
2. Manfaat bagi instansi tempat bekerja
Makalah ini dapat menambah informasi dan bahan pertimbangan
program kerja dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
5
6
2. Anatomi Jantung
4. Etiologi
5. Manifestasi Klinis
a. Infark miokard
b. Aritmia
d. Syok Kardiogenik
a. EKG
1) STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard
Akut, meliputi: hiperakut T, elevasi segmen ST yang
diikuti dengan terbentuknya Q pathologis, terbentuknya
bundle branch block / yang dianggap baru. Perubahan
EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
13
b. Enzim Jantung
c. Ekokardiografi
h. Primary PCI ( pada pasien dengan akut STEMI onset > 3 jam)
15
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airways
2) Breathing
c) Ronchi, krekles
3) Circulation
b) Takikardi
c) TD meningkat / menurun
d) Edema
e) Gelisah
f) Akral dingin
a) Kelemahan
b) Kelelahan
f) Takikardi
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan manifestasi klinis, riwayat penyakit dan pengkajian data
diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang bisa timbul adalah
a. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan demand aliran miokard.
b. Aktual atau risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial; perubahan frekuensi,
irama, konduksi listrik; perubahan structural (misal kelainan
katup, aneurisme ventrikular)
c. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidak seimbangan suply dan
deman.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Gambaran Kasus
B. Hasil Pengkajian
1. Informasi Umum
2. Keluhan Utama
Tn. A mengeluhkan sesak napas dan disertai nyeri dada yang menjalar
hingga ke punggung belakang. Nyeri dada yang dirasakan seperti
ditimpa oleh benda berat dan tertusuk. Sesak dan nyeri dada terasa
memberat jika pasien berbaring telentang. nyeri dada terus menerus
dirasakan. Skala nyeri 6 (VAS). Demam (-), batuk (-), udema (-), dan
pasien tampak gelisah.
21
22
C. PENGKAJIAN PRIMER
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe
2 ± sudah 4 tahun, memiliki riwayat merokok sejak pasien berusia
remaja dan baru berhenti merokok sekitar 1 tahun belakangan dan
penyakit jantung yang diderita pasien baru diketahui sejak 6 bulan
belakangan.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien. Keluarga mengatakan ibu dari
pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2.
3. Pemeriksaan Fisik Tanda-Tanda Vital:
TD : 118/86 mmHg Suhu :36.6℃
Nadi : 92x/menit Pernapasan :30 x/menit
Tinggi Badan : 163 cm Berat Badan : 57 kg
23
I. Kepala
a. Rambut
Kondisi rambut pendek ± 4 cm, sedikit beruban dan rambut
terlihat bersih
b. Mata
Mata tampak simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, reflek cahaya (+), pupil isokor diameter 2 cm kiri
dan kanan.
c. Hidung
Tidak terdapat perdarahan, tidak terpasang NGT, terpasang nasal
kanul 5lpm
d. Mulut
Bibir tampak pucat dan kering, mulut tampak kotor.
e. Gigi
Kondisi gigi tidak lengkap pada gigi tengah bagian bawah,
tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat perdarahan, tampak
kotor dan gigi berwarna kuning.
f. Telinga
Telinga tampak bersih, tidak terdapat perdarahan, tidak ada
gangguan pendengaran.
II. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, terdapat kaku
kuduk (-).
III. Dada
V. Abdomen
Inspeksi : tidak terlihat adanya pembengkakan atau adanya
massa
VI. Genitalia
Tidak terpasang kateter urine, tidak terdapat perdarahan.
VII. Kaki
Tidak terdapat edema, tidak ada lesi, teraba dingin.
VIII. Punggung
Bentuk punggung normal, tidak terdapat luka dekubitus
4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium .
a. Hasil Pemeriksaan Analisa gas darah
Tanggal: 28 September 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
Ph 7.41 7.35 – 7.45
pCO2 34 MmHg 34 – 35
pO2 H 119 MmHg 80 – 100
HCO3 22 mmol/L 22 – 26
TC02 L 23 mmol/L 24 – 30
BE -2 (-2) – (+2)
S02C 99 % > 95
Elektrolit
25
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin L 13,8 g/Dl 14.0 – 16.0
Leukosit 9,48 10^3/𝜇L 4.80 – 10.80
Trombosit 266 10^3/𝜇L 150 – 450
Eritrosit 5,23 10^6/𝜇L 4.70 – 6,10
Hematokrit L 41,5 % 42.0 – 52.0
MCV 79.3 fL 79.0 – 99.0
MCH L 26.4 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 33.3 g/dL 33.0 – 37.0
RDW-CV H 18,9 % 11.5 – 14.5
RDW-SD H 51,8 fL 35.0 – 47.0
PDW L 8,7 fL 9.0 – 13.0
MPV 8.9 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 16.4 % 15.0 – 25.0
Hitung Jenis
Basofil 0.8 % 0–1
Eosinofil 2,2 % 1.0 – 3.0
Neutrofil 57,1 % 40.0 – 70.0
Limfosit 32,6 % 20.0 40.0
Monosit 7,3 % 2.0 -8.0
Screening Covid-19
Neutrofil limfosit 1.75 10^3/𝜇L < 3.13
ratio
Absolut limfosit count 10^3/𝜇L < 1.5
Hemostasis
PT INR
PT H 15.2 Detik 11.6-14.5
INR 1.07 < 1.2
APTT L 25.7 Detik 28.6 – 42.2
Kimia Klinik
Albumin 4.0 g/Dl 3.2 – 4.6
AST 31 U/L 10 – 40
ALT 5 U/L 10 – 40
GDS 151 mg/dL Bukan DM : <
100
Belum pasti
DM : 100-199
Dm : >= 200
Ureum H 64.0 mg/dL 17.1 - 49.2
Kreatinin 0.88 mg/dL 0.60 – 1.30
Elektrolit
Na+ 142 Mmol/L 135 – 145
K+ 4.5 Mmol/L 3.5 – 5.5
Chlorida H 108 Mmol/L 97 – 107
IMUNOLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Arteriosclerosis
pasien mengatakan Trombosis koroner
nafas terasa sesak, Pola Nafas Tidak Efektif
dan dada terasa Aliran darah ke jantung (D. 0005)
ditimpa benda
berat O2 dan nutrisi
DO:
RR : 30 X/i Jar. Miokard iskemik
Pasien tampak
sesak
Pasien tampak Nekrosis (jika > 30 menit)
terpasang nasal
kanul (5 lpm) Infark miokardium
Infark transmural
Pasien tampak
Infark subendokardial
lemah
Pola napas cepat
dan dangkal
Suplai O2 ke miokard
Terdapat otot bantu
napas
Tarikan dinding
Selular hipoksia
dada (+)
Cuping hidung (+)
saO2 : 98%
Integritas membran sel berubah
pasien tampak
gelisah
Kontraktilitas jantung
Beban jantung
backware failure
tekanan onkotik
Transudasi cairan
29
Edema paru
Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b. d hambatan upaya napas (nyeri)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
C. Intervensi Keperawatan
30
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Pola napas tidak Ekspektasi: Pola Manajemen jalan napas:
efektif b.d napas membaik a. Observasi
hambatan upaya Kriteria Hasil: - Monitor pola napas
napas (nyeri) 1. Dipsnea (frekuensi, kedalaman,
menurun usaha napas)
2. Penggunaan otot - Monitor bunyi napas
bantu napas tambahan (mis. Gurgling,
menurun mengi, wheezing, ronkhi)
3. Pemanjangan - Monitor sputum (jumlah,
fase ekspirasi warna, aroma)
menurun b. Terapeutik
4. Pernapasan - Pertahankan kepatenan
cuping hidung jalan napas dengan head-
menurun tilt dan chin- lift
5. Frekuensi napas - Posisikan pasien semi
membaik fowler
6. Kedalaman napas - Berikan minum hangat
membaik - Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan penghisapan
lender (suction) selama
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
Endotrakeal
- Berikan oksigen
c. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
Pemantauan Respirasi
a. Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
- Monitor pola napas (mis:
bradipnea, takipnea,
kusmaul, dll)
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya sputum
- Palpasi kesimetrisan
31
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray torax
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantaun
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Nyeri akut b.d Ekspektasi: nyeri Manajemen nyeri:
agen pencedera berkurang / hilang a. Observasi
fisiologis Kriteria Hasil: - Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri
4. Kesulitan tidur non verbal
menurun - Identifikasi hal yang
5. Frekuensi nadi memperberat dan
membaik memperingankan nyeri
- Identifikasi keyakinan dan
pengetahuan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgesik
b. Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri (mis:
hipnosis, kompres
hangat/dingin, terapi
musik, akupresur, terapi
32
- Pasien tampak
10.20 - Identifikasi sudah mulai
15.30 pengaruh nyeri tenang
pada kualitas
- RR : 28 x/i
hidup
- Pasien tampak
13.00 - Monitor terapi sudah bisa tidur
17.50 komplementer - Pasien tampak
yang sudah mampu melakukan
diberikan teknik relaksasi
napas dalam yang
10.30 - Berikan teknik diberikan
non farmakologi A: Masalah belum
untuk mengurangi teratasi
nyeri (relaksasi P: Intervensi
napas dalam) dilanjutkan
11.00 - Kontrol - Identifikasi lokasi,
16.20 lingkungan yang karakteristik,
memperberat rasa durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas
11.00 - Fasilitasi istirahat nyeri
dan tidur - Identifikasi skala
nyeri
10.00 - Pertimbangkan - Identifikasi respon
jenis dan sumber nyeri non verbal
nyeri dalam - Identifikasi hal
pemilihan strategi yang memperberat
meredakan nyeri dan memperingan
- Jelaskan nyeri
penyebab, periode, - Berikan teknik
dan pemicu nyeri relaksasi napas
dalam
10.10 - Jelaskan strategi
- Kontrol
meredakan nyeri
lingkungan yang
11.30 - Anjurkan memperberat rasa
17.20 memonitor nyeri - Fasilitasi istirahat
secara mandiri dan tidur
12.30 - Ajarkan teknik - Jelaskan
nonfarmakologi penyebab, periode,
17.30 untuk mengurangi dan pemicu nyeri
nyeri (relaksasi - Jelaskan strategi
napas dalam) meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan ACS (Acute Coronary
Syndrome) yang telah dilakukan sejak tanggal 28 September 2022 di ruang IGD
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, mendeskripsikan implementasi dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Carpet & Moyet 2007) Pengkajian adalah merupakan
tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu keluarga
dan kelompok. Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan
dari klien beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.
1. Keluhan Utama
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Tn. A didapatkan
keluhan pasien mengeluhkan sesak napas disertai dengan nyeri dada,
keluhan tersebut memberat dalam 1 hari terakhir. Nyeri dirasakan
menjalar hingga kepunggung belakang. Keluhan dada seperti rasa
ditimpa dan tertusuk. Skala nyeri 6 dimana frekuensi nyeri sering
dirasakan, demam (-).
Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
hasil temuan. Sesuai dengan penelitian Satoto (2014) yang mengatakan
bahwa pasien dengan ACS akan menunjukkan tanda gejala berupa
tekanan di dada seperti serangan jantung, sesak saat sedang beristirahat
atau melakukan aktivitas fisik ringan, keringat yang berlebihan secara
tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di bagian tubuh lain seperti
lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak (cardiac
arrest).
Sindrom koroner akut adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa
meliputi spektrum lengkap dengan himpunan gejala klinis yang
36
37
pernapasan dan cuping hidung (+), reflek batuk (-), dan pasien
terpasang oksigen dengan NC 6 L/m. Data pemeriksaan tanda tanda
vital yaitu TD: 118/86 mmHg, nadi: 92 x/menit, RR: 30 x/menit, suhu:
36,1 ℃, SpO2: 98%. pasien mengeluhkan sesak napas disertai dengan
nyeri dada, keluhan tersebut memberat disebelah kiri dalam 1 hari
terakhir. Nyeri dirasakan menjalar hingga kepunggung belakang.
Keluhan dada seperti rasa ditimpa dan tertusuk. Skala nyeri 6 dimana
frekuensi nyeri sering dirasakan, demam (-). Pasien direncanakan akan
dilakukan pemasangan PCI pada bulan maret 2023.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut (Potter Perry, 2005) perencanaan adalah kegiatan dalam
keperawatan yang meliputi: meletakan pusat tujuan pada klien,
menetapakan hasil yang ingin dicapai dan memilih intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan. Dalam menyusun rencana tindakan
keparawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan
tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakan pada tinjauan
kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan
keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengakajian. Penulis
menetapkan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018).
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kerja otot pernafasan.
Intervensi yang dapat diberikan dengan Pola nafas tidak efektif
adalah dengan manajemen jalan nafas. Monitor pola nafas, monitor
saturasi oksigen Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Monitor adanya sumbatan jalan nafas, berikan posisi semi fowler,
Pertahankan kepatenan jalan napas Berikan oksigen.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri.
Intervensi yang dapat diberikan dengan Nyeri akut yaitu
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi), Identifikasi riwayat alergi obat,
40
B. Saran
1. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dibidang ilmu
keperawatan yang berfokus pada asuhan keperawatan pada pasien
dengan Acute Coronary Syndrome (ACS).
42
43
44
45