Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

A
DENGAN ARTERY CORONARY SYNDROME
(ACS) DI RUANGAN INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RSUD ARIFIN
ACHMAD

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pengembangan
Profesi Keperawatan di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru

Disusun Oleh :
Ns. Mahdalena, S.Kep
NIP: 19770623 200604 2 018

RSUD ARIFIN ACHMAD


PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A dengan Artery
Coronary Syndrome (ACS) di Ruangan Instalasi Gawat Darurat
(IGD) RSUD Arifin Achmad”. Tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik secara materi maupun pikirannya.

Makalah ini saya susun untuk memenuhi persyaratan


pengembangan profesi keperawatan di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


bagi para pembaca dan pengalaman bagi saya, semoga untuk kedepannya
saya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh


karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Desember 2023

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. A DENGAN ARTERY


CORONARY SYNDROME (ACS) DI RUANGAN INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD) RSUD ARIFIN ACHMAD

Telah Diterima Sebagai Bacaan Di Perpustakaan


RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

Kepala Bidang Keperawatan Penulis

Wan Muharyati, S. Kp. MKM Ns. Mahdalena, S.Kep


NIP. 19700321 199303 2 003 NIP. 19770623 200604 2 018

Kepala Bagian
Pendidikan dan Penelitian

Amir Azan, SKM, M.Si


NIP. 19700224 199503 1 001

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5
A. Konsep Teori ACS.............................................................................. 5
1. Definisi........................................................................................... 5
2. Anatomi Jantung............................................................................ 6
3. Klasifikasi Artery Coronary Syndrome............................................. 9
4. Etiologi Artery Coronary Syndrome................................................. 10
5. Manifestasi Klinis.......................................................................... 10
6. Komplikasi Artery Coronary Syndrome............................................... 11
7. Pemeriksaan penunjang Artery Coronary Syndrome........................ 12
8. Penatalaksanaan Artery Coronary Syndrome....................................... 14
B. Asuhan Keperawatan.......................................................................... 15
1. Pengkajian Keperawatan................................................................ 16
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 20
BAB III PEMBAHASAN KASUS................................................................. 21
A. Gambaran Kasus................................................................................. 21
B. Analisa Data....................................................................................... 28
C. Intervensi Keperawatan...................................................................... 30
D. Implementasi Keperawatan................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 36
BAB V PENUTUP......................................................................................... 42
A. Kesimpulan......................................................................................... 42
............................................................................................................
............................................................................................................
B. Saran................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Coronary Syndrome (ACS) atau sindrom coroner akut (SKA)
merupakan suatu masalah kardiovaskuler yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang
tinggi. Sebagian besar ACS adalah manifestasi akut dari plak atheroma
pembuluh darah coroner yang pecah akibat perubahan komposisi plak
dan penipisan tulang fibrosa yang menutupi plak tersebut (PERKI, 2018).
Sindrom Koroner Akut (SKA) terjadi terutama disebabkan karena
penyempitan arteri koronaria akibat dari proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. Menurut statistik dari Dpertemen
Kesehatan, kematian akibat sindrom coroner akut mencapai 66% dari
semua kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, World Health Organization (WHO)
mengungkapkan bahwa 70% kematian didunia disebabkan oleh penyakit
tidak menular (PTM), 45% disebabkan oleh penyakit jantung dan
pembuluh darah yaitu 17,7 juta dari 39,5 juta kematian. WHO juga
memperkirakan bahwa per tahun 2019, sekitar 17,9 juta orang meninggal
akibat penyakit kardiovaskuler, 85% kematian yang diakibatkan oleh
penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh serangan jantung dan stroke
(WHO, 2021). Setiap tahunnya, sekitar 915.000 orang Amerika akan
mengalami serangan jantung dan lebih dari 30% akan mengalami
peristiwa kedua dan berpotensi fatal(Dwiputra, B, 2018).
Angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia
setiap tahun semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdes (2018)
prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia
sebesar 1,5% dari total penduduk dan tiga provinsi dengan penyakit
jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2% Gorontalo 2%
dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2%. Kematian akibat penyakit jantung
di Indonesia juga cukup tinggi. Data dari PERKI (2019) Mmenyebutkan

1
2

bahwa sebesar 26,4% kematian akibat penyakit jantung, angka ini empat
kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker 6%.
Salah satu penyakit jantung yang sering yaitu Artery Coronary
Syndrome (ACS). Artery Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah coroner
akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (ateroklerosis). Arteri
coroner merupakan system pembuluh darah yang memasukkan oksigen
dan nutrisi ke otot jantung untuk menjaga fungsinya. Jika arteri coroner
menyempit atau tersumbat, maka aliran darah kejantung akan berkurang
dan pasokan oksigen ke otot-otot janatung akan berkurang bahkan
berhenti sehingga pasien akan merasakan nyeri didada hingga mengalami
serangan jantung (Anies, 2015).
ACS merupakan penyakit jantung coroner yang menjadi penyebab
utama kematian di dunia, dimana terdapat lebih dari 4,5 juta penduduk
meninggal karena ACS. Klasifikasi dari ACS adalah ST Elevasi Miocard
Infark(STEMI), Non ST Elevasi Miocard infark (NSTEMI) dan Unstable
Angina Pectoris (UAP) (Mutarobin, 2018). Manifestasi klinis ACS yaitu
penderita merasa nyeri dan tidak nyaman yang tidak spesifik dibagian
dada kiki menjalar keleher , bahu kiri serta tangan dan punggung
kemudian di sertai keringat dingin, mual, muntah, lemas dan pusing serta
bisa pingsan yang terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi
(Wahidah &Harahap 2021). Pasien dengan tanda dan gejala klinis
sindrom coroner akut akan menunjukkan masalah keperawatan actual
maupun resiko yang berdampak pada penyimpangan kebutuhan dasar
manusia seperti penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, pola
nafas tidak efektif , perfusi perifer tidak efektif, intoleransi aktivitas dan
hypervolemia (Aspaiani, 2016).
Penderita membutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Perawat sebagai educator yang berperan dalam memberikan informasi
tentang pembatasan aktivitas pada pasien ACS yang mengalami
3

penurunan curah jantung serta perawat juga berperan sebagai pemberi


pelayanan kepada penderita ACS dalam meningkatkan status
Haemodinamik . Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kasus ACS merupakan kasus yang menakutkan dan menjadi salah satu
jenis penyakit yang mematikan. Maka penulis tertarik untuk menulis
tugas makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A
dengan Artery Coronary Syndrome (ACS) di Ruangan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Arifin Achmad”.

B. Rumusan Masalah
Salah satu penyakit jantung yang sering yaitu Artery Coronary
Syndrome (ACS). Artery Coronary Syndrome (ACS) merupakan suatu
gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena
adanya penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh darah koroner
akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh darah (ateroklerosis). Arteri
coroner merupakan system pembuluh darah yang memasukkan oksigen
dan nutrisi ke otot jantung untuk menjaga fungsinya. Jika arteri coroner
menyempit atau tersumbat, maka aliran darah kejantung akan berkurang
dan pasokan oksigen ke otot-otot janatung akan berkurang bahkan
berhenti sehingga pasien akan merasakan nyeri didada hingga mengalami
serangan jantung. Sehingga perlunya melakukan tindakan medis dalam
proses keperawatannya agar pasien dapat pulih dari penyakit, meliputi
pengkajian, menegakan diagnosa keperawatan, perencanaan dan
implementasi yang sudah direncanakan, lalu melakukan evaluasi
berdasarkan uraian tersebut penulis ingin mengetahui “bagaimanakah
Asuhan Keperawatan yang dilakukan dengan pasien ACS?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
4

2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep teori Acute Coronary Syndrome (ACS)
b. Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan Acute
Coronary Syndrome (ACS)

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi perkembangan Ilmu Keperawatan
Makalah ini dapat menambah wawasan ilmiah tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS).
2. Manfaat bagi instansi tempat bekerja
Makalah ini dapat menambah informasi dan bahan pertimbangan
program kerja dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori ACS

1. Definisi

Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom


Koroner Akut (SKA) adalah suatu kumpulan gejala klinis
iskemia miokard yang terjadi akibat kurangnya aliran darah ke
miokardium dengan gejala berupa nyeri dada, perubahan segmen
ST pada electrokardiogram (EKG) dan perubahan biomarker
jantung. (Sanjani, 2018). Penyakit pembuluh darah arteri coroner
adalah gangguan fungsi sistem kardiovaskuler yang disebabkan
karena otot jantung kekurangan darah akibat adanya oklusi
pembuluh darah arteri coroner dan tersumbatnya pembuluh darah
jantung (AHA, 2017).
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan penumpukan
plak baik total maupun sebagian yang disebabkan oleh
terbentuknya bekuan darah yang menutupi dinding pembuluh
darah yang sudah pecah, plak ini mengurangi ruang gerak dari
aliran darah (Badriyah, 2013). ACS merupakan sekumpulan
sindrom koroner pada jantung yang awalnya bermula dengan
adanya suatu akibat dari proses atherotrombosis yang terdiri dari
aterosklerosis dan thrombosis, dimana aterosklerosis merupakan
proses pembentukan plak akibat berkumpulnya beberapa bahan
seperti lipid-filled macrophages (foam cells), massive
ectracellular lipid dan plak fibrous yang mengandung sel otot
polos dan kolagen (Ainiyah, 2016).
SKA adalah suatu kondisi iskemia atau infark yang
menyebabkan penurunan aliran darah koroner secara tiba-tiba
yang biasanya disebabkan oleh adanya thrombus dari plak

5
6

atheroma pembuluh darah koroner yang robek dan pecah yang


akan menyumbat liang pembuluh darah koroner baik secara total
ataupun parsial (Pranatalia, et al, 2020). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ACS adalah
penurunan aliran darah pada arteri koroner secara sebagian
maupun total sehingga otot jantung tidak dapat berfungsi dengan
baik atau mati.

2. Anatomi Jantung

Jantung merupakan organ vital tubuh yang berfungsi


memompa darah keseluruh tubuh untuk membawa oksigen dan
bahan pokok yang diburuhkan sel untuk kelangsungan hidupnya.
Secara anatomi, ukuran jantung manusia mendekati ukuran
kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 12 cm
dan lebar sekitar 9 cm. Jantung terletak di belakang tulang
sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua paru-
paru dan bersentuhan dengan diafragma. Apeksnya (puncaknya)
miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-kira 300 gram.
7

a. Lapisan Pembungkus Jantung

Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan yang disebut


lapisan perikardium, dimana lapisan perikardium di bagi
menjadi 3 lapisan, yaitu:
1) Lapisan fibrosa yaitu lapisan paling luar pembungkus
jantung yang bersifat sangat keras dan bersentuhan
langsung dengan bagian dinding dalam sternum thorax

2) Lapisan parietal yaitu bagian dalam dari dinding lapisan


fibrosa

3) Lapisan visceral yaitu lapisan pericardium yang


bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau
epikardium

b. Lapisan Otot Jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu :


1) Epicardium yaitu bagian luar otot jantung atau
pericardium visceral.
2) Miocardium yaitu jaringan utama otot jantung yang
bertanggung jawab atas kemampuan kontraksi jantung.
3) Endocardium yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung
yang berhhubungan langsung dengan darah dan bersifat
sangat licin untuk aliran darah.
c. Katup Jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah
searah melalui bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup
atrioventrikular dan katup semilunar.
1) Katup atrioventrikular, memisahkan antara atrium dan
ventrikel. Katup ini memungkinkan darah mengalir dari
masing –masing atrium ke ventrikel saat diastole ventrikel
dan mencegah aliran balik ke atrium saat sistole ventrikel.
Katup atrioventrikuler ada dua, yaitu katup triskupidalis
dan katup biskuspidalis. Katup triskupidalis memiliki 3
8

buah daun katup yang terletak antara atrium kanan dan


ventrikel kanan. Katup biskuspidalis atau katup mitral
memiliki 2 buah katup dan terletak antara atrium kiri dan
ventrikel kiri
2) Katup semilunar, memisahkan antara arteri pulmonalis
dan aorta dari ventrikel. Katup semilunar yang membatasi
ventrikel kanan dan arteri pulmonaris disebut katup
semilunar pulmonal. Katup yang membatasi ventikel kiri
dan aorta disebut katup semilunar aorta. Adanya katup ini
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistole
ventrikel dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu
diastole ventrikel.
d. Arteri Koroner adalah arteri yang bertanggung jawab dengan
jantung semdiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen
dan elektrolit sangat penting sekali agar jantung bisa bekerja
sebagaimana fungsinya. Apabila arteri koroner mengalami
pengurangan suplainya ke jantung atau yang disebut dengan
ischemia maka dapat menyebabkan terganggunya fungsi jantung
sebagaimana mestinya. Jika arteri koroner mengalami sumbatan
total atau yang disebut dengan serangan jantung
mendadak .miokardiac infarction maka dapat menyebabkan
kematian. Begitupun apabila otot jantung dibiarkan dalam
keadaan iskemia, ini juga akan berujung dengan serangan
jantung juga atau miokardiac infarction.
1) Arteri Koroner Kiri

Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD


(Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumflek. Kedua
arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis
eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler
9

yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel,


yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan
kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini dibagian
permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari
jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus
AV node berada pada titik ini. LAD arteri bertanggung
jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan
kanan, serta bagian interventrikuler septum. Sirkumflex
arteri bertanggung jawab untuk mensuplai 45% darah
untuk atrium kiri dan ventrikel kiri, 10% bertanggung
jawab mensuplai SA node
2) Arteri Koroner Kanan

Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai


darah ke atrium kanan, ventrikel kanan,permukaan bawah
dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node,dan
55% mensuplai SA Node.
3. Klasifikasi ACS

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular


Indonesia (2018), menyatakan bahwa berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG), dan
pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi
menjadi:
a. Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP : Unstable Angina
Pectoris)

b. Infark Miokard dengan Non Elevasi Segmen ST (NSTEMI:


Non ST segment Elevation Miocardial Infraction)

c. Infark Miokard dengan Elevasi Segmen ST (STEMI: ST


segment Elevation Miocardial Infraction
10

4. Etiologi

Penyebab SKA paling sering adalah oklusi lengkap atau


hampir lengkap dari arteri koroner, biasanya dipicu oleh ruptur
plak aterosklerosis yang rentan dan diikuti oleh pembentukan
thrombus. Sumbatan pada arteri koroner ini yang menyebabkan
terhambatnya aliran darah ke suatu bagian dari jantung. Jika
terhambatnya aliran darah ini yang berlangsung lebih dari
beberapa menit, maka jaringan jantung akan mati. Ruptur plak
dapat dipicu oleh bebrapa faktor risiko.
Faktor risiko ada yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang
dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia,
jenis kelamin, keturunan dan ras. Pertambahan usia akan
meningkatkan aterosklerosis, hal ini mencerminkan lebih lama
menupuknya plak pada arteri koroner. Wanita menopause lebih
beresiko terbentuknya aterosklerosis dibanding sebelum
menopause resikonya sama dengan laki-laki. Riwayat dengan
keluarga yang mempunyai penyakit jantung koroner akan
meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.
Ras kulit putih lebih tinggi resiko terjadinya aterosklerosis
dibanding kulit. Faktor yang dapat diubah yaitu penyakit
hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa dan peningkatan
kadar lipid serum hitam (Nurarif & Kusuma, 2015).

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari SKA adalah adanya nyeri dada


yang khas, perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung.
Nyeri dada khas SKA dicirikan sebagai nyeri dada di bagian
substernal, retrosternal dan prekordial. Karakteristik seperti
ditekan, diremas, dibakar, terasa penuh yang terjadi dalam
beberapa menit. Nyeri dapat menjalar ke dagu, leher, bahu,
11

punggung, atau kedua lengan. Nyeri disertai rasa mual,


sempoyongan, berkeringat, berdebar, dan sesak napas. Selain itu
ditemukan pula tanda klinis seperti hipotensi yang menunjukkan
adanya disfungsi ventrikular, hipertensi dan berkeringat yang
menunjukkan adanya respon katekolamin, edema dan
peningkatan tekanan vena jugular yang menunjukkan adanya
gagal jantung

Sindrom Koroner Akut (SKA) dimulai dengan adanya ruptur


plak arteri koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet,
pembentukan trombus, serta aliran darah koroner yang mendadak
berkurang. Oklusi mendadak dari arteri koroner bila ada ruptur
plaque, akan mengaktivasi sistem pembekuan. Interaksi antara
ateroma dengan bekuan akan mengisi lumen arteri, sehingga
menutup lumen pembuluh darah koroner yang sudah mengalami
aterosklerosis. Hipoksemia pada daerah distal dari sumbatan
menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis miokardia.
Kematian sel miokardium akibat iskemia disebut infark miokard,
dimana terjadi kerusakan, kematian otot jantung, dan terbentuk
jaringan parut tanpa adanya pertumbuhan kembali otot jantung.
Pada infark miokard, fungsi ventrikel kiri mengalami gangguan
kontraktilitas. Sumbatan tersebut mengakibatkan kontraksi
jantung meningkat. Kontraksi jantung yang meningkat
menyebabkan beban jantung juga meningkat dan tidak
adekuatnya aliran darah di jantung sehingga menyebabkan
penurunan curah jantung.
6. Komplikasi

a. Infark miokard

Dikenal dengan istilah serangan jantung adalah kondisi


terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada area yang
terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen (iskemia) lalu
12

sel-sel menjadi nekrotik (mati) karena kebutuhan energi akan


melebihi suplai energi darah.

b. Aritmia

Lazim ditemukan pada fase akut MCI, aritmia perlu


diobati bila menyebabkan gangguan hemodinamik. Aritmia
memicu peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang
mengakibatkan perluasan infark.
c. Gagal jantung

Kondisi saat pompa jantung melemah, sehingga tidak


mampu mengalirkan darah yang cukup ke seluruh tubuh

d. Syok Kardiogenik

Sindroma kegagalan memompa yang paling mengancam


dan dihubungkan dengan mortalitas paling tinggi, meskipun
dengan perawatan agresif
e. Perikarditis

Sering ditemukan dan ditandai dengan nyeri dada yang


lebih berat pada inspirasi dan tidur terlentang. Infark
transmural membuat lapisan epikardium yang langsung kontak
dengan perikardium kasar, sehingga merangsang permukaan
perikard dan timbul reaksi peradangan.
7. Pemeriksaan

a. EKG
1) STEMI : Perubahan pada pasien dengan Infark Miokard
Akut, meliputi: hiperakut T, elevasi segmen ST yang
diikuti dengan terbentuknya Q pathologis, terbentuknya
bundle branch block / yang dianggap baru. Perubahan
EKG berupa elevasi segment ST ≥ 1 mm pada 2 sadapan
13

yang berdekatan pada limb lead dan atau segment elevasi


≥ 2 mm pada 2 sadapan chest lead.

2) NSTEMI : Perubahan EKG berupa depresi segment ST ≥


1 mm pada 2 sadapan yang berdekatan pada limb lead
dan atau segmen depresi ≥ 2 mm pada 2 sadapan chest
lead.

b. Enzim Jantung

a. CKMB : Kreatinin kinase dan isoenzimnya dipandang


sebagai indicator paling sensitif dalam menegakkan
diagnosa infark miokardium. CK- MB adalah isoenzim
yang ditemukan hanya pada sel jantung. Apabila terjadi
kerusakan pada sel-sel jantung, nilai CK-MB akan
meningkat

b. Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung,


dapat dideteksi 4-8 jam pasca infark

c. LDH : Laktat dehidrogenase dapat mendeteksi pasien


yang menderita infark miokard akut. Untuk mendiagnosa
MI, menggunakan LDH1 dan LDH2. Normalnya LDH2
lebih tinggi dibandingkan LDH1. Apabila kadar LDH1
melebihi LDH2 maka keadaan tersebut menunjukkan
adanya infark miokard.

c. Ekokardiografi

Pemeriksaan ekhokardiografi memegang peranan


penting dalam ACS. Ekhokardiografi dapat
mengidentifikasi abnormalitas pergerakan dinding miokard
dan membantu dalam menegakkan diagnosis.
Ekhokardiografi membantu dalam menentukan luasnya
infark dan keseluruhan fungsi ventrikel kiri dan kanan,
14

serta membantu dalam mengidentifikasi komplikasi seperti


regurgitasi mitral akut, rupture LV, an efusi perikard
d. Elektrolit

Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi


dan kontraktilitas, misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
8. Penatalaksanaan

ACS merupakan kasus kegawat daruratan sehingga harus


mendapatkan penanganan yang segera. Dalam 10 menit pertama
sejak pasien datang ke instalasi gawat darurat, harus sudah
dilakukan penilaian meliputi anamnesa riwayat nyeri,
pemeriksaan fisik, EKG 12 lead dan saturasi oksigen,
pemeriksaan enzim jantung, elektrolit dan bekuan darah serta
menyiapkan intravena line dengan D5%
a. Pasien dianjurkan istirahat total

b. Pasang iv line dan infuse untuk pemberian obat-obatan intra


vena

c. Atasi nyeri, dengan : - Morfin 2.5-5 mg iv atau pethidine 25-50


mg - Lain- lain : Nitrat, Calsium antagonis, dan Beta bloker

d. Pasang oksigen tambahan 2-4 liter/menit

e. Berikan sedatif sedang seperti Diazepam per oral.

f. Antitrombotik - Antikoagulan (Unfractional Heparin /


golongan Heparin atau Low Molecul Weight Heparin /
golongan Fraxiparin) - Antiplatelet (golongan Clopidogrel,
Aspirin)

g. Streptokinase/ Trombolitik (pada pasien dengan akut STEMI


onset <3 jam)

h. Primary PCI ( pada pasien dengan akut STEMI onset > 3 jam)
15

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses


keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan
dengan kaidah-kaidah keperawatan yang dimulai dari proses pengkajian
hingga dilakukannya evaluasi tindakan yang telah dilakukan dalam usaha
memperbaiki ataupun memelihara derajad kesehatan yang optimal.

Tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain:


membantu individu untuk mandiri, mengajak masyarakat atau individu
untuk berpartisipasi dalam bidang kesehatan, membantu individu untuk
memperoleh derajat kesehatan yang maksimal. Adapun fungsi asuhan
keperawatan yaitu: memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis
dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah pasien
melalui asuhan keperawatan, memberikan ciri profesionalisme asuhan
keperawatan melaui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan
komunikasi yang efektif dan efisien, serta memberi kebebasan pada
pasien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dalam kemandiriannya di bidang kesehatan.

Langkah-langkah dalam memberikan asuhan keperawatan yang


pertama yaitu pengkajian. Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi
subjektif dan objektif (misalnya, tanda-tanda vital, wawancara
pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauaan informasi riwayat
pasien pada rekam medik. Perawat juga mengumpulkan kekuatan (untuk
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang
merawat dapat mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda)
(SDKI, 2017).

Setelah dilakukan pengkajian, maka akan didapatkan data-data dari


pasien untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan
16

kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanaan respons dari seorang


individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (SDKI, 2017).

Intervensi keperawatan didefinisikan sebagai berbagai perawatan,


berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang dilakukan oleh
seorang perawat untuk meningkatkan hasil klien/pasien. Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah sebuah tindakan komperhensif
berbasis bukti yang perawat lakukan di berbagai tatanan keperawatan.
Implementasi adalah tindakan dari rencana keperawatan yang telah
disusun dengan menggunakan pengetahuan keperawatan, perawat
melakukan dua intervensi yaitu mandiri/independen dan
kolaborasi/interdisipliner Evaluasi merupakan sebagai penilaian status
klien dari efektivitas tindakan dan pencapaian hasil yang diidentifikasi
terus pada setiap langkah dalam proses keperawatan, serta rencana
perawatan yang telah dilaksanakan (SDKI, 2017).

1. Pengkajian

a. Pengkajian primer

1) Airways

a) Sumbatan atau penumpukan secret

b) Wheezing atau krekles

2) Breathing

a) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat

b) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal

c) Ronchi, krekles

d) Ekspansi dada tidak penuh

e) Penggunaan otot bantu nafas


17

3) Circulation

a) Nadi lemah , tidak teratur

b) Takikardi

c) TD meningkat / menurun

d) Edema

e) Gelisah

f) Akral dingin

g) Kulit pucat, sianosis

h) Output urine menurun


b. Pengkajian sekunder.
1) Aktifitas
Gejala :

a) Kelemahan

b) Kelelahan

c) Tidak dapat tidur

d) Pola hidup menetap

e) Jadwal olah raga tidak teratur Tanda :

f) Takikardi

g) Dispnea pada istirahat atau aaktifitas


2) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit korene
koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
a) Tekanan darah : Dapat normal / naik / turun, Perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri.
b) Nadi : Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah /
18

kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak


teratus (disritmia).
c) Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits
atau komplain ventrikel.
d) Murmur : Bila ada menunjukkan gagal katup atau
disfungsi otot jantung.
e) Friksi : Dicurigai Perikarditis.
f) Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur.
g) Edema : Distensi vena juguler, edema dependent , perifer,
edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung
atau ventrikel.
h) Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran
mukossa atau bibir.
3) Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut
mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri,
koma nyeri.
4) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau
terbakar Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering,
berkeringat, muntah, perubahan berat badan.
6) Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan.
7) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
19

(duduk atau istrahat ).


Tanda : perubahan mental, kelemahan
8) Interkasi social
Gejala: Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada
misal : penyakit, perawatan di RS
Tanda : Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu
emosi (marah terus-menerus, takut) dan menarik diri
9) Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
a) Penyakit pembuluh darah arteri
b) Serangan jantung sebelumnya
c) Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung
positif
d) Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/l)
e) Perokok
f) Diet tinggi garam dan tinggi lemak
g) Kegemukan.( bb idealtb –100 ± 10 % )
h) Wanita pasca menopause karena terapi estrogen
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) EKG, adanya perubahan segmen ST, gelombang Q, dan
perubahan gelombang T.
2) Berdasarkan hasil sinar X dada terdapat pembesaran
jantung dan kongestif paru.
3) Enzim jantung
4) Kreatinin kinase (CK) – isoenzim MB mulai naik dalam 6 jam,
memuncak dalam 18 – 24 jam dan kembali normal antara 3 – 4
hari, tanpa terjadinya neurosis baru. Enzim CK – MB ssering
dijadikan sebagai indikator Infark Miokard.
5) Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 – 12
jam, memuncak dalam 3 – 4 hari dan normal 6 –12 hari.
6) Troponin T.
7) Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid
20

serum, hematologi, GDS, analisa gas darah (AGD).

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan manifestasi klinis, riwayat penyakit dan pengkajian data
diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang bisa timbul adalah
a. Gangguan rasa nyaman nyeri dada berhubungan dengan
ketidakseimbangan suplai dan demand aliran miokard.
b. Aktual atau risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraktilitas miokardial; perubahan frekuensi,
irama, konduksi listrik; perubahan structural (misal kelainan
katup, aneurisme ventrikular)
c. Cemas berhubungan dengan takut akan kematian.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidak seimbangan suply dan
deman.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kebutuhan pengobatan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A. Gambaran Kasus

Tn. A dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Arifin Achmad


Pekanbaru pada tanggal 28 September 2022. Sebelum dibawa kerumah sakit
pasien mengeluh nyeri dada yang menjalar hingga ke punggung belakang
sejak 3 hari sebelum masuk RS, nyeri dada dirasakan semakin memberat
pagi ini sehingga keluarga memutuskan untuk langsung membawa Tn. A ke
RSUD Arifin Achmad. Saat pengkajian Tn. A mengeluhkan sesak napas
dan disertai nyeri dada yang menjalar hingga ke punggung belakang. Nyeri
dada yang dirasakan seperti ditimpa oleh benda berat dan tertusuk. Sesak
dan nyeri dada terasa memberat jika pasien berbaring telentang. nyeri dada
terus menerus dirasakan. Skala nyeri 6 (VAS).

B. Hasil Pengkajian
1. Informasi Umum

Nama : Tn. A Umur : 60 Tahun


Tanggal Lahir : 09-01-1962 Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Banjar Tanggal : 28-09-2022
Masuk
Tanggal Pengkajian : 28-09-2022 Dari/Rujukan : Datang sendiri
ke IGD
Diagnosa Medik : ACS Tidak Stabil No.RM : 01107868

2. Keluhan Utama
Tn. A mengeluhkan sesak napas dan disertai nyeri dada yang menjalar
hingga ke punggung belakang. Nyeri dada yang dirasakan seperti
ditimpa oleh benda berat dan tertusuk. Sesak dan nyeri dada terasa
memberat jika pasien berbaring telentang. nyeri dada terus menerus
dirasakan. Skala nyeri 6 (VAS). Demam (-), batuk (-), udema (-), dan
pasien tampak gelisah.

21
22

C. PENGKAJIAN PRIMER

Airway : Jalan napas paten, tidak terdapat adanya sekret atau


benda asing yang menghambat jalan napas.
Breathing : Pasien sesak, RR : 30 x/i, otot bantu pernapasan (+),
tarikan dinding dada (+), cuping hidung (+)
Circulation : Akral teraba dingin, TD: 118/86 mmHg, Nadi: 92
x/menit, nadi teraba kuat, Suhu: 36,6℃, CRT < 3 detik,
konjungtiva anemis (+), bibir terlihat pucat kering.
Disability : Kesadaran Composmentis, GCS : 15 (E4 V5, M6).

Exposure : Tidak terdapat luka ataupun jejas ditubuh pasien


Foley Kateter : Tn. A menolak untuk dilakukan pemansangan kateter
urin
Gastric Tube : Tidak terpasang nasogastric tube (NGT).
Heart Monitor : Tidak terpasang Heart Monitor

D. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe
2 ± sudah 4 tahun, memiliki riwayat merokok sejak pasien berusia
remaja dan baru berhenti merokok sekitar 1 tahun belakangan dan
penyakit jantung yang diderita pasien baru diketahui sejak 6 bulan
belakangan.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien. Keluarga mengatakan ibu dari
pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2.
3. Pemeriksaan Fisik Tanda-Tanda Vital:
TD : 118/86 mmHg Suhu :36.6℃
Nadi : 92x/menit Pernapasan :30 x/menit
Tinggi Badan : 163 cm Berat Badan : 57 kg
23

I. Kepala
a. Rambut
Kondisi rambut pendek ± 4 cm, sedikit beruban dan rambut
terlihat bersih
b. Mata
Mata tampak simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera
tidak ikterik, reflek cahaya (+), pupil isokor diameter 2 cm kiri
dan kanan.

c. Hidung
Tidak terdapat perdarahan, tidak terpasang NGT, terpasang nasal
kanul 5lpm
d. Mulut
Bibir tampak pucat dan kering, mulut tampak kotor.
e. Gigi
Kondisi gigi tidak lengkap pada gigi tengah bagian bawah,
tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat perdarahan, tampak
kotor dan gigi berwarna kuning.

f. Telinga
Telinga tampak bersih, tidak terdapat perdarahan, tidak ada
gangguan pendengaran.

II. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, terdapat kaku
kuduk (-).
III. Dada

Inspeksi :Dada sebelah kiri terlihat lebih besar dan adanya


pembengkakan, tarikan dinding dada (+)

Palpasi : Teraba adanya massa, tekstur keras

Perkusi : Terdengar pekak pada jantung dan terdengar


resonan/sonor pada seluruh lapang paru
24

Auskultasi : Terdapat bunyi napas vesikuler

Terdengar suara jantung Bj S1 dan S2 (lup-dup)


IV. Tangan
Tangan utuh, terpasang infus pada tangan sebelah kanan,
CRT < 3 detik, akral teraba dingin, udema (-), luka (-)

V. Abdomen
Inspeksi : tidak terlihat adanya pembengkakan atau adanya
massa

Palpasi : Tidak teraba pembesaran organ.

Perkusi : Kuadran I: Redup Kuadran III: Redup

Kuadran II: Timpani Kuadran IV: Timpani

Auskultasi : Bising usus (+).

VI. Genitalia
Tidak terpasang kateter urine, tidak terdapat perdarahan.
VII. Kaki
Tidak terdapat edema, tidak ada lesi, teraba dingin.

VIII. Punggung
Bentuk punggung normal, tidak terdapat luka dekubitus
4. Hasil Pemeriksaan Laboratorium .
a. Hasil Pemeriksaan Analisa gas darah
Tanggal: 28 September 2022
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
Ph 7.41 7.35 – 7.45
pCO2 34 MmHg 34 – 35
pO2 H 119 MmHg 80 – 100
HCO3 22 mmol/L 22 – 26
TC02 L 23 mmol/L 24 – 30
BE -2 (-2) – (+2)
S02C 99 % > 95

Elektrolit
25

Na+ L 131 mmol/L 135 – 145


K+ 3,8 mmol/L 3.5 – 5.5
Calsium 1,08 mmol/L 0.90 – 1.08
Lactat 1.70 mmol/L 0.36

5. Hasil Pemeriksaan hematologi

Tanggal: 28 September 2022


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi

Darah Lengkap
Hemoglobin L 13,8 g/Dl 14.0 – 16.0
Leukosit 9,48 10^3/𝜇L 4.80 – 10.80
Trombosit 266 10^3/𝜇L 150 – 450
Eritrosit 5,23 10^6/𝜇L 4.70 – 6,10
Hematokrit L 41,5 % 42.0 – 52.0
MCV 79.3 fL 79.0 – 99.0
MCH L 26.4 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 33.3 g/dL 33.0 – 37.0
RDW-CV H 18,9 % 11.5 – 14.5
RDW-SD H 51,8 fL 35.0 – 47.0
PDW L 8,7 fL 9.0 – 13.0
MPV 8.9 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 16.4 % 15.0 – 25.0
Hitung Jenis
Basofil 0.8 % 0–1
Eosinofil 2,2 % 1.0 – 3.0
Neutrofil 57,1 % 40.0 – 70.0
Limfosit 32,6 % 20.0 40.0
Monosit 7,3 % 2.0 -8.0

Screening Covid-19
Neutrofil limfosit 1.75 10^3/𝜇L < 3.13
ratio
Absolut limfosit count 10^3/𝜇L < 1.5

Hemostasis
PT INR
PT H 15.2 Detik 11.6-14.5
INR 1.07 < 1.2
APTT L 25.7 Detik 28.6 – 42.2

6. Hasil pemeriksaan kimia klinik


26

Tanggal: 28 September 2022


Pemeriksaa Hasil Satuan Nilai Normal
n

Kimia Klinik
Albumin 4.0 g/Dl 3.2 – 4.6
AST 31 U/L 10 – 40
ALT 5 U/L 10 – 40
GDS 151 mg/dL Bukan DM : <
100
Belum pasti
DM : 100-199
Dm : >= 200
Ureum H 64.0 mg/dL 17.1 - 49.2
Kreatinin 0.88 mg/dL 0.60 – 1.30

Elektrolit
Na+ 142 Mmol/L 135 – 145
K+ 4.5 Mmol/L 3.5 – 5.5
Chlorida H 108 Mmol/L 97 – 107

IMUNOLOGI
HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif

HIV Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif

Troponin I 12.9 Ng/L < 19 = negatif


Kuantitatif Negatif 19 - < 100 =
observasi 3 jam
>= 100 =
positif
27

7. Hasil Pemeriksaan EKG


Tanggal: 28 September 2022

8. Hasil Pemeriksaan Radiologi

Tanggal: 28 September 2022

Medikasi/Obat-obatan yang diberikan saat ini

Nama Obat Dosis


Inj. Omeprazole 40 mg iv
Inj. Furosemid 1 ampul (10 mg / 2 ml)
28

Methylprednisolon 31,25 mg tab


Aspilet 80 mg tab
CPG 75 g tab

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Arteriosclerosis
 pasien mengatakan Trombosis koroner
nafas terasa sesak, Pola Nafas Tidak Efektif
dan dada terasa Aliran darah ke jantung (D. 0005)
ditimpa benda
berat O2 dan nutrisi
DO:
 RR : 30 X/i Jar. Miokard iskemik
 Pasien tampak
sesak
 Pasien tampak Nekrosis (jika > 30 menit)
terpasang nasal
kanul (5 lpm) Infark miokardium
Infark transmural
 Pasien tampak
Infark subendokardial
lemah
 Pola napas cepat
dan dangkal
Suplai O2 ke miokard
 Terdapat otot bantu
napas
 Tarikan dinding
Selular hipoksia
dada (+)
 Cuping hidung (+)
 saO2 : 98%
Integritas membran sel berubah
 pasien tampak
gelisah
Kontraktilitas jantung

Beban jantung

Gagal jantung kiri

backware failure

bendungan atrium kiri

vena pulmonalis pressure

tekanan hidrostatik kapiler paru

tekanan onkotik

Transudasi cairan
29

Edema paru

Pengembangan paru tidak optimal

Pola nafas tidak efektif


2 DS:
 pasien mengatakan Arteriosclerosis
dada terasa nyeri, Trombosis koroner Nyeri akut
dan menjalar ( D. 0077)
hingga ke Aliran darah ke otot jantung
punggung.
 Nyeri yang O2 dan nutrisi ke miokard
dirasakan seperti
tertimpa benda Hipoksia otot jantung
berat dan tertusuk
 Skala nyeri 6, Metabolisme anaerob
frekuensi nyeri
yang dirasakan Produksi asam laktat meningkat
sering muncul
 Pasien juga Pelepasan mediator kimia
mengatakan sulit
untuk tidur Persepsi nyeri di hipotalamus
DO:
 Skala nyeri 6
(VAS) Nyeri akut
 Pasien tampak
meringis sambil
mengelus dadanya
yang sakit
 TD: 118/86
mmHg, nadi: 92 x/i
 Pasien tampak
gelisah

Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b. d hambatan upaya napas (nyeri)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

C. Intervensi Keperawatan
30

Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1 Pola napas tidak Ekspektasi: Pola Manajemen jalan napas:
efektif b.d napas membaik a. Observasi
hambatan upaya Kriteria Hasil: - Monitor pola napas
napas (nyeri) 1. Dipsnea (frekuensi, kedalaman,
menurun usaha napas)
2. Penggunaan otot - Monitor bunyi napas
bantu napas tambahan (mis. Gurgling,
menurun mengi, wheezing, ronkhi)
3. Pemanjangan - Monitor sputum (jumlah,
fase ekspirasi warna, aroma)
menurun b. Terapeutik
4. Pernapasan - Pertahankan kepatenan
cuping hidung jalan napas dengan head-
menurun tilt dan chin- lift
5. Frekuensi napas - Posisikan pasien semi
membaik fowler
6. Kedalaman napas - Berikan minum hangat
membaik - Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
- Lakukan penghisapan
lender (suction) selama
kurang dari 15 detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
Endotrakeal
- Berikan oksigen
c. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Pemantauan Respirasi
a. Observasi
- Monitor frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
- Monitor pola napas (mis:
bradipnea, takipnea,
kusmaul, dll)
- Monitor kemampuan batuk
efektif
- Monitor adanya sputum
- Palpasi kesimetrisan
31

ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray torax
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantaun
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
2. Nyeri akut b.d Ekspektasi: nyeri Manajemen nyeri:
agen pencedera berkurang / hilang a. Observasi
fisiologis Kriteria Hasil: - Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis intensitas nyeri
menurun - Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun - Identifikasi respon nyeri
4. Kesulitan tidur non verbal
menurun - Identifikasi hal yang
5. Frekuensi nadi memperberat dan
membaik memperingankan nyeri
- Identifikasi keyakinan dan
pengetahuan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgesik
b. Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri (mis:
hipnosis, kompres
hangat/dingin, terapi
musik, akupresur, terapi
32

pijat, aromaterapi, teknik


imajinasi terbimbing,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
( mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan pengguanaan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


TGL Diagnosa Implementasi
Keperawatan Evaluasi
Jam Tindakan

28/09 Pola Napas Memposisik S: pasien mengatakan sesak sudah


/22 tidak efektif 08.00 an pasien berkurang
semi fowler
Memberikan O:
08.30 oksigen - Terpasang oksigen dengan
dengan nasal Nasal kanul 5 l/m
kanul 5 lpm - Jalan napas paten
08.00 Monitor - Masih terdapat otot bantu
- pola napas pernapasan
14.00 (mis:
- Tarikan dinding dada (+)
14.00 bradipnea,
takipnea, - Cuping hidung (-)
-
33

16.00 kusmaul, - Pola napas cepat


dll) - Tidak ada sputum
16.00 - Pernapasan mulai membaik
- RR: 28 x/menit
17.00
- SpO2: 100%
Auskultasi
- Hasil pemeriksaan
09.00 bunyi
napas analisis gas darah tanggal 28
november 2022
15.00
- Ph: 7,41 (normal)
17.00 - pCo2: 34 mmHg (normal)
- pO2: 119 mmHg (Tinggi)
08.00 Monitor - HCO3: 22 mmol/L (normal)
- saturasi - pemeriksaan analisis gas
14.00 oksigen darah terbaru belum keluar.
14.00
- A: Masalah belum teratasi
16.00
17.00
- P: Intervensi dilanjutkan
18.00 Posisikan pasien semi
fowler
- Berikan oksigen
Monitor - Monitor pola napas
13.00 nilai AGD - Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD

TGL Diagnosa Implementasi


Keperawatan Evaluasi
Jam Tindakan
28/09 Nyeri akut 08.40 - Identifikasi lokasi, S: pasien mengatakan
/22 karakteristik, nyeri dada sudah mulai
durasi, frekuensi, berkurang tetapi masih
kualitas, intensitas sulit untuk tidur
nyeri O:
- Skala nyeri 5
09.00 - Identifikasi skala
- Nyeri yang
14.20 nyeri
dirasakan seperti
09.15 - Identifikasi respon tertimpa benda
14.50 nyeri non verbal berat
- Pasien tampak
10.10 - Identifikasi hal sesekali mengelus
15.00 yang memperberat dadanya
dan - Keluhan meringis
memperingankan berkurang
nyeri
34

- Pasien tampak
10.20 - Identifikasi sudah mulai
15.30 pengaruh nyeri tenang
pada kualitas
- RR : 28 x/i
hidup
- Pasien tampak
13.00 - Monitor terapi sudah bisa tidur
17.50 komplementer - Pasien tampak
yang sudah mampu melakukan
diberikan teknik relaksasi
napas dalam yang
10.30 - Berikan teknik diberikan
non farmakologi A: Masalah belum
untuk mengurangi teratasi
nyeri (relaksasi P: Intervensi
napas dalam) dilanjutkan
11.00 - Kontrol - Identifikasi lokasi,
16.20 lingkungan yang karakteristik,
memperberat rasa durasi, frekuensi,
nyeri kualitas, intensitas
11.00 - Fasilitasi istirahat nyeri
dan tidur - Identifikasi skala
nyeri
10.00 - Pertimbangkan - Identifikasi respon
jenis dan sumber nyeri non verbal
nyeri dalam - Identifikasi hal
pemilihan strategi yang memperberat
meredakan nyeri dan memperingan
- Jelaskan nyeri
penyebab, periode, - Berikan teknik
dan pemicu nyeri relaksasi napas
dalam
10.10 - Jelaskan strategi
- Kontrol
meredakan nyeri
lingkungan yang
11.30 - Anjurkan memperberat rasa
17.20 memonitor nyeri - Fasilitasi istirahat
secara mandiri dan tidur
12.30 - Ajarkan teknik - Jelaskan
nonfarmakologi penyebab, periode,
17.30 untuk mengurangi dan pemicu nyeri
nyeri (relaksasi - Jelaskan strategi
napas dalam) meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas kesinambungan antara
teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan dengan ACS (Acute Coronary
Syndrome) yang telah dilakukan sejak tanggal 28 September 2022 di ruang IGD
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan
asuhan keperawatan yaitu dimulai dari tahap pengkajian, merumuskan diagnosa
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, mendeskripsikan implementasi dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Menurut (Carpet & Moyet 2007) Pengkajian adalah merupakan
tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang individu keluarga
dan kelompok. Dalam melakukan pengkajian pada klien data didapatkan
dari klien beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lainnya.
1. Keluhan Utama
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada Tn. A didapatkan
keluhan pasien mengeluhkan sesak napas disertai dengan nyeri dada,
keluhan tersebut memberat dalam 1 hari terakhir. Nyeri dirasakan
menjalar hingga kepunggung belakang. Keluhan dada seperti rasa
ditimpa dan tertusuk. Skala nyeri 6 dimana frekuensi nyeri sering
dirasakan, demam (-).
Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
hasil temuan. Sesuai dengan penelitian Satoto (2014) yang mengatakan
bahwa pasien dengan ACS akan menunjukkan tanda gejala berupa
tekanan di dada seperti serangan jantung, sesak saat sedang beristirahat
atau melakukan aktivitas fisik ringan, keringat yang berlebihan secara
tiba-tiba (diaforesis), muntah, mual, nyeri di bagian tubuh lain seperti
lengan kiri atau rahang, dan jantung yang berhenti mendadak (cardiac
arrest).
Sindrom koroner akut adalah kondisi yang dapat mengancam jiwa
meliputi spektrum lengkap dengan himpunan gejala klinis yang

36
37

ditandai dengan iskemia di jantung koroner akut terkait Angina


Pektoris Tidak Stabil (APTS): cedera miokard reversibel (tahap
sementara umum iskemia koroner, berbatasan dengan MI) ke AMI
(Acute Myocardial Infarction: nekrosis/ kerusakan permanen otot
jantung), meliputi: Non ST Elevation Myocardial Infarction
(NSTEMI), ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI).
Terjadinya sindrom koroner akut dihubungkan oleh beberapa
faktor risiko meliputi faktor yang tidak dapat di-modifikasi
seperti umur, jenis kelamin, keturunan, dan faktor yang dapat di-
modifikasi seperti merokok, hipertensi, diabetes mellitus,
dislipidemia, danobesitas(Ghani et al., 2016; Indrawati, 2014).
2. Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat kesenjangan dalam tinjauan teoritis dan kasus, secara
teoritis adanya riwayat Pada klien sindrom koroner akut perlu dikaji
mungkin pernah mempunyai riwayat diabetes mellitus, karena diabetes
mellitus terjadi hilangnya sel endotel vaskuler berakibat berkurangnya
produksi nitri oksida sehingga terjadi spasme otot polos dinding
pembuluh darah. Hipertensi yang sebagian diakibatkan dengan adanya
penyempitan pada arteri renalis dan hipo perfusi ginjal dan kedua hal
ini disebabkan lesi arteri oleh arteroma dan memberikan komplikasi
trombo emboli (Underwood, 2012). Setelah dilakukan pengakajian
pasien memiliki riwayat tersebut.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus dimana
berdasarkan hasil pengkajian pasien tidak ada riwayat keturunan
penyakit jantung.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (2006) diagnosa keperawataa adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akontibilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
38

secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi,


mencegah, dan merubah. Pada tinjauan teoritis, ditemukan 6 diagnosa
keperawatan yaitu:
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kerja otot pernafasan.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan karakteristik
miokard.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah
ke alveoli
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan iskemik
kerusakan otot jantung.

Sedangkan pada tinjauan kasus, saat dikaji ditemukan 3 diagnosa


keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus karena saat pengkajian
lebih diutamakan diagnose prioritas, actual, dan potensial. Penulis
mengangkat diagnose tersebut berdasarkan data-data pendukung dari hasil
pengkajian, faktor pendukung diagnosa yang muncul adalah:
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kerja otot pernafasan.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 September 2022
Pada pukul 08.00 WIB didapatkan data pasien mengeluhkan sesak,
Pasien tampak gelisah, dan ditemukan penggunaan otot bantu
pernapasan dan cuping hidung (+), reflek batuk (-), dan pasien
terpasang oksigen dengan NC 6 L/m. Data pemeriksaan tanda tanda
vital yaitu TD: 118/86 mmHg, nadi: 92 x/menit, RR: 30 x/menit, suhu:
36,1 ℃, SpO2: 98%.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 28 September 2022
Pada pukul 08.00 WIB didapatkan data pasien mengeluhkan sesak,
Pasien tampak gelisah, dan ditemukan penggunaan otot bantu
39

pernapasan dan cuping hidung (+), reflek batuk (-), dan pasien
terpasang oksigen dengan NC 6 L/m. Data pemeriksaan tanda tanda
vital yaitu TD: 118/86 mmHg, nadi: 92 x/menit, RR: 30 x/menit, suhu:
36,1 ℃, SpO2: 98%. pasien mengeluhkan sesak napas disertai dengan
nyeri dada, keluhan tersebut memberat disebelah kiri dalam 1 hari
terakhir. Nyeri dirasakan menjalar hingga kepunggung belakang.
Keluhan dada seperti rasa ditimpa dan tertusuk. Skala nyeri 6 dimana
frekuensi nyeri sering dirasakan, demam (-). Pasien direncanakan akan
dilakukan pemasangan PCI pada bulan maret 2023.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut (Potter Perry, 2005) perencanaan adalah kegiatan dalam
keperawatan yang meliputi: meletakan pusat tujuan pada klien,
menetapakan hasil yang ingin dicapai dan memilih intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan. Dalam menyusun rencana tindakan
keparawatan pada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan
tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakan pada tinjauan
kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan
keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan pengakajian. Penulis
menetapkan intervensi keperawatan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018).
1. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan kerja otot pernafasan.
Intervensi yang dapat diberikan dengan Pola nafas tidak efektif
adalah dengan manajemen jalan nafas. Monitor pola nafas, monitor
saturasi oksigen Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Monitor adanya sumbatan jalan nafas, berikan posisi semi fowler,
Pertahankan kepatenan jalan napas Berikan oksigen.
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri.
Intervensi yang dapat diberikan dengan Nyeri akut yaitu
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi), Identifikasi riwayat alergi obat,
40

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respons nyeri non verbal 4)
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri),
Berikan teknik terapi relaksasi nafas dalam dengan edukasi berupa
(Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri, Jelaskan strategi
meredakan nyeri, Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, Anjurkan
menggunakan analgetik secara tepat.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana
perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus
yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018). Tahap ini akan muncul bila perencanaan diaplikasikan pada
pasien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda
denga urutan yang dibuat pada perencaan sesuai dengan kondisi pasien
(Debora, 2012). Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan
rencana jika perawat mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakuka tindakan yang
berpusat pada kebutuhan pasien (Dermawan, 2012).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan adalah tahapan
terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan
(Potter & Perry, 2010). Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir
dalam proses keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat
berupa evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani,
2011).
41

Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk


SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan pasien yang
masih dirasakan setelahdiakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan
objektif untuk menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam
rencana keperawatan tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila
pasien mampu menunjukkan perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan
pada tujuan, sebagian tercapai apabila perilaku pasien tidak seluruhnya
tercapai sesuai dengan tujuan, sedangkan tidak tercapai apabila pasien
tidak mampu menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai dengan
tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P) merupakan rencana
tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai, maka perawat
akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai, perawat akan
melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan
pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses (Dinarti, Aryani,
Nurhaeni, Chairani, & Utiany., 2013).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan kasus penatalaksanaan kanker
ovarium dapat disimpulkan bahwa:
1. Acute Coronary Syndrome (ACS) atau Sindrom Koroner Akut
(SKA) adalah suatu kumpulan gejala klinis iskemia miokard yang
terjadi akibat kurangnya aliran darah ke miokardium dengan gejala
berupa nyeri dada, perubahan segmen ST pada electrokardiogram
(EKG) dan perubahan biomarker jantung
2. Data yang ditemukan oleh penulis antara lain tanda dan gejala,
penyebab, serta pemeriksaan penunjang sesuai dengan teori yang ada,
dan penulis mendapatkan dua diagnosa yaitu Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan kerja otot pernafasan, nyeri akut
berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri.
3. Berdasarkan hasil penerapan intervensi yang dilakukan perawat pada
diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
kerja otot pernafasan, nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri. masalah dapat teratasi sehingga
intervensi dihentikan setelah dilakukan implementasi sesuai intervensi
yang telah dibuat.
Berdasarkan hasil yang didapatkan dan asuhan keperawatan yang
telah diberikan, apabila dibandingkan dengan konsep dan teori penyakit
maka diagnosa yang muncul sesuai dengan kondisi yang ada di ruangan.

B. Saran
1. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan dibidang ilmu
keperawatan yang berfokus pada asuhan keperawatan pada pasien
dengan Acute Coronary Syndrome (ACS).

42
43

2. Manfaat Bagi Penulis


Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
pengetahuan baru tentang penyakit Acute Coronary Syndrome (ACS).
3. Manfaat Bagi RSUD Arifin Achmad
Makalah ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau sebagai
referensi mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan Acute
Coronary Syndrome (ACS).
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA). (2017). Health Care Research:
Coronary Heart Disease. American Heart Association Journal.
Anies. (2015). Kolesterol & Penyakit jantung Koroner. Jogjakarta: Ar-
RuzzMedia.
Badriyah, F. L. (2014). Latihan Fisik Terarah Penderita Post Sindrom
Koroner Akut Dalam Memperbaiki Otot Jantung. IJNP (Indonesian
Journal of Nursing Practices),1(1),28-41.
Darmawan, Ilmi & Milasari (2019). Efektivitas Terapi Oksigenasi Nasal
Kanul Terhadap Saturasi Oksigen Pada Penyakit Acute Coronary
Syindrome (Acs)Di Instalasi Gawat Darurat Rsud Ulin Banjarmasin.
CNJ: Caring NursingJournal,3(2),68-73.
Galang Press. Darmanto. (2015),Respirologi. Penerbit Buku Kedokteran
Dwi putra ,B. (2018). Mengenali Tanda dan Gejala Serangan Dini Penyakit
Jantung Koroner. Jakarta, Direktorat P2PTM
Kementerian Kesehatan. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta; BPPK
KemenkesRI
Kasron.(2012),Kelainan Dan Penyakit Jantung Pencegahan Serta
Pengobatannya. Yogyakarta: NuhaMedika
Kenia, N. M., & Taviyanda, D. (2013). Influence Of Relaxation Therapy
(RoseAromatherapy) Towards Blood Pressure Change Of The Elderly
With Hypertension. Jurnal Penelitian STIKES Kediri, 6(1),84-98.
Mahendra, et al. (2021). Penerapan Aroma Terapi Mawar terhadap
Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Pasien Hipertensi. Jurnal
Cendikia Muda,1(2),166-174.
Mutarobin. (2018). Modul Sistem Kardiovaskuler Acute Coronary Syndrome
(ACS). Jakarta; Poltekkes Kemenkes Jakarta
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan
KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Jilid1. Jogjakarta:Mediaction

44
45

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2018. Pedoman


Tatalaksana Sindrom Koroner Akut. (E-Book). Jakarta; PPPERKI
Potter, P.A., & Perry, A. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Edisi7. Jakarta: Salemba Medika.
Price, S.A& Wilson,L. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit (6 Volume 1; H.Hartanto,Ed.). Jakarta:EGC.
Shuvy, M., et al. (2015). Oxygen Therapy In Acute Coronary Syndrome:
Are The Benefits Worth The Risk. Eur Heart.
Smeltzer,S.C., & Bare,B.G. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah. Brunner & suddarth. Vol.2.E/8”. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai