KESEHATAN LANSIA
OLEH
KELOMPOK III :
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
Kelompok III dapat menyelesaikan makalah keperawatan komunitas yang khususnya
membahas Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas yaitu Kesehatan Lansia. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekerangan, namun kami berharap
makalah ini dapat digunakan mahasiswa dan bagi yang membacanya dapat mengetahui dan
memahami tentang Asuhan Keperawtan Agregat dalam Komunitas: Kesehatan Lansia.
Semoga makalah ini dapat berguna, dan diharapkan saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat membuat makalah ini, menjadi lebih baik dan mendekati kesempurnaan.
Terima kasih.
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.......................................................................................
RUMUSAN MASALAH...................................................................................
TUJUAN ............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Definisi Lansia....................................................................................................
Teori Penuaan......................................................................................................
Perubahan Lansia................................................................................................
Askep Keperawatan............................................................................................
KESIMPULAN .................................................................................................
SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari lansia?
2) Apa saja teori- teori penuaan?
3) Apa sajakah Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia?
4) Apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada lansia?
5) Apakah sajakah bagian dari Geriatric Syndrome?
6) Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas untuk Kesehatan
Lansia?
C. Tujuan Pembelajaran
1) Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari lansia
2) Mahasiswa mampu mengetahui apa saja teori- teori penuaan
3) Mahasiswa mampu mengetahui perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
4) Mahasiswa mampu mengetahui apa saja masalah kesehatan yang terjadi pada
lansia
5) Mahasiswa mampu mengetahui bagian dari Geriatric Syndrome
6) Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan Agregat dalam Komunitas
untuk Kesehatan Lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia
Menurut Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I Pasal I ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas” (Effendi & Makhfudli, 2009)
Lansia, menurut World Health Organisation (WHO) adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas (Effendi & Makhfudli, 2009).
1. Teori Biologi
a. Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika sel
pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di laboratrium, lalu diobrservasi, jumlah
sel–sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal
dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem
tersebut beresiko akan mengalami proses penuaan dan mempunyai
kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan
memperbaiki diri
b. Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada
lansia. Proses kehilangan elastiaitas ini dihubungkan dengan adanya
perubahan kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh
tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang lebih muda.
Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan
bertambahnya usia (Tortora & Anagnostakos, 1990). Hal ini dapat lebih
mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan
elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas
dan kecepatan pada system musculoskeletal
c. Keracunan Oksigen
Teori tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun
dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahan diri tertentu.
Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksink tersebut membuat
struktur membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi kesalahan
genetik (Tortora & Anagnostakos, 1990). Membran sel tersebut merupakan
alat untuk memfasilitas sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang
juga mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat
toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang
sangat penting bagi proses di atas, dipengaruhi oleh rigiditas membran
tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan
reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua
jaringan dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan
kerusakan sistem tubuh
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem
limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang
berkontribusi dalam proses 13 penuaan. Mutasi yang berulang atau
perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai se lasing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya
mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel
kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa membelah-belah
e. Teori Menua
Akibat Metabolisme pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda
akan menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan
umur karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena
menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan.
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada
lanjut usia yang sukses adalah meraka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Identity pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di masyarakat,
kelurga dan hubungan interpersonal
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya
b. Pendengaran
c. Perasa
d. Penciuman
e. Peraba
b. Laki laki
b. Perubahan Psikologis :
Memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara sosiologis dikombinasikan dengan perubahan
yang terjadi secara psikologis.
Penelitian menyarankan bahwa spiritualitas penting bagi banyak lansia dan memiliki
manfaat kesehatan. memenuhi kebutuhan dan masalah spiritual klien merupakan bagian
dari pemberian asuhan keperawatan yang holistik. jika perawat nyaman dengan
spiritualitas sendiri, mereka akan lebih memperhatikan kebutuhan spiritual klien mereka.
Isyarat yang terlihat, seperti memakai sebuah artikel agama atau adanya simbol-simbol
Alkitab agama, Al-Qur'an, rosario, doa atau buku-buku inspirasi dapat memberikan
wawasan yang berguna dan sarana untuk membuka diskusi tentang kebutuhan rohani.
Selain itu, penggunaan pertanyaam terbuka untuk memulai dialog tentang masalah
spiritual dan penggunaan pengkajian spiritual yang ada seperti FICA Sejarah Alat
Spiritual dapat membantu. The FICA yang merupakan singkatan dari Faith,
Importance/influence,Community, dan Address, memberikan cara yang cepat dan
sederhana untuk melakukan pengkajian spiritual.
a. Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan merupakan focus perhatian utama bagi lansia.
Healthy People 2010 (USDHHS, 2000) melaporkan bahwa sebanyak 87% dari
seluruh kasus fraktur yang terjadi pada lansia di atas 65 tahun disebabkan oleh
insiden jatuh (hlm. 13-15). Karena penurunan fungsi penglihatan, reflex yang
semakin lambat, dan kondisi tulang yang rapuh, lansia harus selalu berhati-hati
pada saat menaiki anak tangga, mengemudikan mobil, dan bahkan saat
berjalan. Mengemudi, khususnya pada malam hari, memerlukan kewaspadaan,
sebab kemampuan akomodasi mata terhadap cahaya terganggu dan
penglihatan perifer menurun. Lansia perlu membiasakan diri menengokkan
kepala sebelum berpindah jalur dan tidak mengandalkan penglihatan samping,
misalnya saat menyeberang jalan. Mengemudi saat cuaca berkabut atau pada
kondisi berbahaya lain harus dihindari.
Kebakaran merupakan bahaya bagi lansia yang mengalami gangguan memori
Lansia dapat lupa kalau mereka meninggalkan setrika atau kompor gas
dalam keadaan menyala atau tidak mematikan puntung rokok dengan tuntas.
Karena sensitivitas kulit terhadap nyeri dan panas berkurang, lansia harus
berhati-hati pada saat mandi atau menggunakan alat pemanas untuk mencegah
terbakar.
Banyak lansia menderita dan meninggal setiap tahunnya akibat
hipotermia. Hipotermia adalah suhu tubuh di bawah normal. Penurunan
metabolisme dan hilangnya perlindungan normal akibat menipisnya jaringan
subkutan menurunkan kemampuan lansia dalam menahan panas.
Lansia yang mengonsumsi analgesic atau sedatif dapat menjadi letargi,
sehingga harus dipantau secara ketat dan teratur. Cara lain untuk merangsang
tidur harus digunakan kapan pun memungkinkan. Perawat dapat membantu
klien lansia menciptakan lingkungan rumah yang aman. Bahaya khusus yang
ada dapat diidentifikasi dan diperbaiki; misalnya susur tangan dapat dipasang
pada anak tangga. Perawat perlu mengajarkan pentingnya minum obat sesuai
resep dan untuk menghubungi tenaga kesehatan apabila terdapat tanda-tanda
intoleransi obat.
Individu dengan penyakit Alzheimer atau berbagai jenis demensia lain
memiliki kebutuhan keselamatan yang kian meningkat seiring memburuknya
kondisi. Perilaku mereka biasanya mengalami kemunduran seperti layaknya
anak kecil, dan tindakan kewaspadaan yang sama tentunya harus dilakukan.
Beberapa diantaranya adalah menyimpan racun dan obat-obatan di luar
jangkauan lansia (sebaiknya dalam keadaan terkunci), melepaskan kenop
kompor gas untuk mencegah terbakar dan bahaya kebakaran, serta memasang
kunci khusus pada pintu bagi lansia yang cenderung keluyuran. Kita harus
memberikan perhatian bagi masalah potensial tersebut, baik untuk lansia yang
tinggal di rumah maupun yang tinggal di fasilitas kesehatan.
E. Geriatric Syndrome
Menurut (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan
Masyarakat ) sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan yang
sering dialami oleh seorang pasien geriatri. Sindrom geriatri ini sangat penting untuk
diketahui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas karena sering merupakan gejala atau
tanda awal dari penyakit yang mendasarinya. Sindrom geriatri ini dikenal juga dengan
istilah 14 i yaitu:
1. Berkurangnya kemampuan gerak (immobilisasi)
Didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari
atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa
nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan, dan masalah psikologis.
Beberapa informasi penting meliputi lamanya menderita disabilitas yang
menyebabkan imobilisasi, penyakit yang mempengaruhi kemampuan mobilisasi,
dan pemakaian obat-obatan untuk mengeliminasi masalah iatrogenesis yang
menyebabkan imobilisasi.
2. Jatuh dan patah tulang (instabilitas postural)
Perubahan cara jalan (gait) dan keseimbangan seringkali menyertai proses
menua, dimana perubahan cara jalan ini dapat disebabkan oleh faktor intrinsik
(faktor risiko yang ada pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan). Instabilitas postural dapat meningkatkan risiko jatuh,
yang selanjutnya mengakibatkan trauma fisik maupun psikososial. Seiring dengan
penuaan, terjadi penurunan kecepatan cara berjalan sekitar 0,2 % pertahun sampai
dengan usia 63 tahun dan penurunan kecepatan tersebut meningkat sampai
dengan 1,6% per tahun setelah usia 63 tahun.
3. Inkontinensia Urin dan Alvi
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah
sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin merupakan salah satu sindroma
geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut. Diperkirakan satu dari tiga wanita
dan 15-20% pria di atas 65 tahun mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia
alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan
pembuangan feses melalui anus. Kejadian inkontinensia alvi/fekal lebih jarang
dibandingkan inkontinensia urin (Kane RL, 2008).
4. Infeksi (infection)
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan kematian
no. 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini terjadi akibat beberapa hal
antara lain: adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri
utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia
lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu
badan dibawah 36OC lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin
tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan
nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku
sering terjadi pada pasien usia lanjut (Kane RL, 2008)
5. Gangguan Fungsi Panca Indera (Impairment Of Senses)
Gangguan fungsi indera merupakan masalah yang sering ditemui pada
Lanjut Usia. Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri.
Prevalensi gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada
kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun.
6. Gangguan Gizi (Inanition)
Kekurangan zat gizi baik zat gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein)
maupun zat gizi mikro (vitamin dan mineral) seringkali dialami orang Lanjut
Usia. Asupan energi secara signifikan menurun seiring proses menua, karena
berhubungan dengan penurunan akitivitas fisik pada Lanjut Usia serta perubahan
komposisi tubuh. Anoreksia pada usia lanjut ini merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang
tidak diinginkan (Kane RL, 2008). Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan
oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan nafsu
makan pasien.
7. Masalah akibat Tindakan Medis (Iatrogenik)
Iatrogenik adalah masalah kesehatan yang diakibatkan oleh tindakan medis.
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu
multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi
obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek
samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat
akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal
hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal
hati juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
8. Gangguan Tidur (Insomnia)
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga
dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar
thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga dapat menyebabkan insomnia.
Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
9. Gangguan Fungsi Kognitif (Intelectual Impairment)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah
pada memori. Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal,
berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan
pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas (Blazer, 2009;
Geddes J, 2005)
10. Isolasi/Menarik Diri (Isolation)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia lanjut
adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan
binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari
lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulaimengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien akan merasa
hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh
diri akibat depresi yang berkepanjangan
11. Berkurangnya Kemampuan Keuangan (Impecunity)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik untuk
beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan
hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih dapat
bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai
dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan
otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi
“pikun”. Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat,
berarti interaksi sosialpun berkurang memudahakan seorang lansia mengalami
depresi.
12. Konstipasi (Impaction)
Kesulitan buang air besar (konstipasi) sering terjadi pada lanjut usia karena
berkurangnya gerakan (peristaltik) usus.
13. Gangguan Sistem Imun (Immune Deficiency)
Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh perubahan sistem imunitas pada
lansia. Banyak hal yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada
usia lanjut seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T)
meskipun tidak begitu bermakna karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan
limfoid lainnya. Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti
kulit dan mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin yang melemah. Hal yang
sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah antibodi.
14. Gangguan Fungsi Seksual (Impotence)
Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada
usia lanjut terutama disebabkan gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah.
Gangguan fungsi ereksi misalnya pada lansia laki-laki dapat berupa
ketidakmampuan ereksi, ketidakmampuan penetrasi, atau ketidakmampuan
mempertahankan ereksi. Gangguan ini dapat disebabkan oleh obat-obat
antihipertensi, diabates melitus dengan kadar gula darah yang tidak terkendali,
merokok, dan hipertensi lama. Penyebab lainnya adalah depresi.
F. Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia
Data pendukung pada komunitas lansia
1. Usia lansia
2. Kepercayaan
3. Cara pengobatan lansia/distribusi lansia berdasarkan pemeriksaan kesehatan
4. Kegiatan lansia sehari-hari
5. Bentuk bantuan yang paling dibutuhkan lansia di masyarakat
A. PENGKAJIAN
VARIABEL SUB VARIABEL ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
Sub Sistem Komunitas 1. Lingkungan Fisik a. Apakah rumah dekat daerah pabrik?
b. Apakah lansia merokok ?
c. Apakah lingkungan rumah terpapar asap Data primer Winshield Survey
rokok.?
2. Pendidikan
a. Apakah asap kendaraan di lingkungan anda
Data Primer dan
3. Keamanan dan Transportasi mengganggu. Winshield Survey
data Sekunder
b. Transportasi apa yang biasa anda gunakan?
a. Apakah banyak orang – orang disini yang
merokok? Survey Data dan
4. Politik dan Pemerintahan Data Primer
b. Bila ada, apakah ada larangan pemerintah Interview
tentang merokok?
a. Apakah ada posyandu lansia di sini?
b. Jika ada apakah lansia rutin datang ke
5. Pelayanan Sosial dan posyandu? Data Primer dan Interview dan
Kesehatan c. Apakah pernah ada petugas kesehatan yang Data Sekunder Literatur Review
melakukan penyuluhan tentang hipertensi?
d. Apakah ada pelayanan pemeriksaan darah
secara berkala?
e. Bila ada, kapan dilakukannya?
f. Apakah mudah memperoleh obat – obatan
hipertensi di sini?
a. Apakah ada sarana komunikasi untuk lansia
dalam memperoleh informasi tentang
6. Komunikasi Data Primer Survey Data
hipertensi?
b. Jika ada, dalam bentuk apa?
a. Sumber keuangan lansia.
b. Lansia tinggal dengan siapa.
c. Pandangan lansia terhadap lingkungan
sekitar dan keluarga.
7. Ekonomi d. Seberapa sering lansia bertemu dengan Data Primer Interview
orang diluar rumah.
e. Lansia dapat menyalurkan hobi dengan
fasilitas yang ada: ya/ tidak.
f. Bagaimana pola istirahat lansia.
8. Rekreasi a. Apakah ada sarana olahraga disini ? Data Primer dan Survey Data
b. Jika ada, sarana apa yang bisa digunakan Data Sekunder
lansia?
c. Apakah anda selalu menggunakan sarana
olahraga tersebut?
d. Bersama siapa anda berolahraga?
e. Apakah ada tempat berkumpul untuk para
lansia?
Data pengkajian penduduk secara umum di Lingkungan Leang-Leang
Kelurahan Leang-Leang 2007
Jumlah penduduk lingkungan Leang-Leang: 1146 orang
Terdapat 80 KK yang kebersihan lingkungannya kurang
Terdapat 161 KK yang memiliki halaman tidak bersih
Vektor yang membahayakan kesehatan:
1. Lalat
2. Nyamuk
3. Ayam
Tenaga kesehatan yang sering melakukan kunjungan di lingkungan Leang-Leang
dalam 1 tahun
1. Bidan: 109 KK (36.5%)
2. Perawat: 3 KK (1%)
3. Tidak ada : 187 KK (62,5%)
Masalah lingkungan yang kurang sehat: minimnya jumlah jamban, SPAL
yang tidak memenuhi syarat, cara penyimpanan dan pengolahan air minum
yang kurang sehat.
berobat ke dukun
dan: 27 orang
(19,8%)
Diobati/diatasi
sendiri
4. Sebanyak 18 orang
lansia (13,2%) yang
aktivitasnya hanya
nonton TV/santai.
5. Masalah
lingkungan yang
kurang sehat:
minimnya jumlah
jamban, SPAL
yang tidak
memenuhi syarat,
cara penyimpanan
dan pengolahan air
minum yang
kurang sehat.
Sebanyak 187 KK
menganggap tidak
dikunjungi oleh tenaga
kesehatan (62,5%)
(Nanda International Inc., 2015)
(Nursing Outcomes Classification (NOC), 2013)
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semakin meningkatnya penduduk lansia berarti semakin meningkat pula pelayanan
kesehatan yang diperlukan pada kelompok ini dikarenakan fungsi organ yang sudah
mulai menurun. Oleh karena itu peran perawat komunitas sangat diperlukan untuk
membantu masyarakat. Sehingga dengan adanya keterpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, yang mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan
yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Blazer, D. a. (2009). The american psychiatric Publishing Textbook of Geriatric Psychiatry. America:
Psychiatric Pub.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. (Nursalam, & M. Nurs, Penyunt.) Jakarta: Salemba Medika.
Erb, K., & Snyder, B. (2010). Buku Fundamental Keperawatan (7 ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.
Kane RL, O. J. (2008). Essentials of Clinical Geriatris (6th ed). New York: McGraw-Hill.
Nafthali, A. R., Ranimpi, Y. Y., & Anwar, M. A. (2017). Kesehatan Spiritual dan Kesiapan Lansia.
Buletin Psikologi, 25, 124.
(t.thn.). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan Masyarakat .
Tortora, G., & Anagnostakos, N. (1990). Principles of Anatomy and Physiology. Herper and Row: New
York.