Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme

yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan

adanya kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan

adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi

satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan

melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional

limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan

dialami bersamaan dengan proses kemunduran.

 Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan

konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk

meningkatkan taraf  kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha  sosial

ekonomi lansia.   

 Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi

11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja

yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan

penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk

mempersiapkan pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus

dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada

semua tingkatan agar langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk

meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut. Budaya ilmiah juga dapat

1
dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik, justifikasi tindakan keperawatan,

dan bahan pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keperawatan lansia?

2. Apa peran perawat pada lansia?

3. Apa masalah kesehatan pada lansia?

4. Apa mitos pada lansia?

5. Apa pendekatan pada lansia?

1.3 Tujuan Umum

Agar mahasiswa dapat mengerti tentang peran perawat menghadapi kesehatan

issue lansia.

1.4 Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang pengertian

keperawatan lansia.

2. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami peran perawat pada lansia.

3. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami masalah kesehatan pada

lansia.

4. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami mitos pada lansia.

5. Agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami pendekatan pada lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan Lansia

Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk

pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun

pada tahun 1976, nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi

berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi

adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang

terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan

ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach)

terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari

proses penuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah

satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan

dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit

cacat (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang

mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian

kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

According to Lueckerotte (2000) gerontic nursing is the study of care for the

elderly which focuses on assessing health and functional status, planning,

implementation and evaluation.

3
2.2 Peran Perawat Pada Lansia (the role of nursing elderly)

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua

macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu

pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas,

dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy,

dan Jett, 2005).

Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama

dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi.

Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis

klinis atau gerontological Clinical Nurse Specialist (CNS) dan perawat gerontik

pelaksana atau Geriatric Nurse Practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat

klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus,

dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan

bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan

jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran

GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman, melakukan

intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status

kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori,

fasilitas jangka panjang, dan independent practice.

4
Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis klinis.

Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:

a)      Provider of care

Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah

sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka

panjang. (Clinical nurses provide direct care to clients, both in hospitals with

acute conditions, nursing homes, and long-term care facilities).Lansia

biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan

perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit

dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko,

tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.

b)      Peneliti (researcher)

Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau

baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien

dengan metode evidence based practice.( The aim is to improve the quality of

client care with evidence-based practice methods) Penelitian dilakukan

dengan mengikuti literature terbaru, membacanya, dan mempraktekkan

penelitian yang dapat dipercaya dan valid. Sedangkan perawat yang berada

pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti

membantu melakukan pengumpulan data.

c)      Manajer Perawat Nurse Manager

5
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan,

manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi

perubahan(The nurse manager must have skills in leadership, time

management, relationship building, communication, and coping with change).

Sebagai konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa

kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan

khusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik

berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang

mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberian asuhan

keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya.

d)     Advokat

Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering

terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil

berdasarkan umur seseorang. (Nurses help the elderly in overcoming ageism

that often occurs in society. Ageism is discrimination or unfair treatment

based on a person's age.) Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang

tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat

termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat

bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi

member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat,

meskipun di dalam situasi yang sulit.

e)      Edukator

6
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama

sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi

konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua.( The nurse should

take on the role of teaching the elderly, especially with regard to

modifications in lifestyle to cope with the consequences of atypical symptoms

that accompany old age) Perawat harus mengajari para lansia tentang

pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan

fisik seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan

kegembiraan dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang

cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung,

stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.

f)       Motivator

Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh

kesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya.( Nurses

provide support to the elderly to obtain optimal health, maintain health, accept

their conditions.) Perawat juga berperan sebagai inovator  yakni dengan

mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta

melakukan riset atau penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan

gerontik.

g)      Manajer kasus

7
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi

penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.

Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan

berbagai perawatan yang berbeda.

2.3 Masalah Kesehatan Pada Lansia

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada

dewasa muda, karena  penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-

kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang diderita.

Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa,

menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I(Health problems

that often occur in the elderly are different from adults, according to Kane and

Ouslander, often referred to as 14 I.), yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak),

b. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh),

c. incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),

8
d. Intellectual Impairment (gangguan intelektual/dementia),

e. Infection (infeksi),

f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,

convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi,

penyembuhan, dan kulit),

g. Impaction (sulit buang air besar),

h. Isolation (depresi),

i. Inanition (kurang gizi),

j. Impecunity (tidak punya uang),

k. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan),

l. Insomnia (gangguan tidur),

m. Immune Deficiency (daya tahan tubuh yang menurun),

n. Impotence (impotensi).

Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu

dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan

perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat

kesehatan yang  seoptimal mungkin diantaranya:

1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat

menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah

gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan

pembuluh darah.

2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik

(hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena

9
proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal

dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.  Akibat

yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian

tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera

pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat

mandi.

Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat

membatasi pergerakannya.

3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang

sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam

jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau

sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan

normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi

baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai

masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan

memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak

sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan

tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga

berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai

dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat

keluhan beser bak tadi.

4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi

gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga

10
menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan shari-hari. Kejadian ini

meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu

kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia

(kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini

meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan

gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan

gangguan intelektual lainnya.

5. Infeksi:  merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada

lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan

asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan

pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor

risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena

kekurangan gizi, kekebalan tubuh yang menurun, berkurangnya fungsi

berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus

(komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat

berkurang. Selain dari pada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan

kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat

prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga

gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara

dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi

lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

11
7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah

terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang

kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-

obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit

terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam

usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi

akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit

pada daerah perut.

8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan

berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses

menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun

demikian, sering sekali gejala depresi menyertai penderita dengan

penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun

terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang muncul

seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal

ataupun tidak khas. gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih,

tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran

dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak

ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit

untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya

kesenangan yang biasanya di nikmati, menyusahkan orang lain, merasa

rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah

dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan

12
gejala-gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi

terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit

kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan

lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan

lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa

ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial

(terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera,

kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang

sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi

kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme,

obat-obatan dan lain-lain.

10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka

kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang

menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau

menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan

penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak

diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu : memiliki uang yang

diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai  peranan di dalam

menjalani masa tuanya.

11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia

adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan

13
obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan

obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat

menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng

digunakan.

12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam

kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat

penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan

proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut

maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini. Jadi dalam keadaan

normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan

enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering

dilaporkan oleh para lansia, yakni  sulit untuk masuk dalam proses tidur.

tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi,  jika

terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun

dipagi hari.

13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada

lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan

bertambahnya umur seseorang  walaupun tidak selamanya hal ini

disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula  karena berbagai keadaan

seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit

yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan

tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi

yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.

14
14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau

mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang

memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan.   Menurut Massachusetts

Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria

usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi

ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi

sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia

adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya

kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena

proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos

yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat

kelamin pria terhadap rangsangan (Siburian, 2009).

2.4 Mitos Pada Lansia

1. Mitos kedamaian dan ketenangan

Kenyataan :

a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta

penderitaan karena penyakit

b. Depresi

c. Kekhawatiran

d. Paranoid

e. Masalah psikotik

2. Mitos konservatisme dan kemunduran

15
a. Konservatif

b. Tidak kreatif

c. Menolak inovasi

d. Berorientasi ke masa silam

e. Merindukan masa lalu

f. Kembali ke masa kanak-kanak

g. Susah berubah

h. Keras kepala

i. Cerewet

3. Mitos berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai oleh

berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses

menua.

4. Mitos semilitas

Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian

otak.

5. Mitos tidak jatuh cinta

Lansia tidak lagi jatuh cinta dan gairah terhadap lawan jenis tidak ada atau

sudah berkurang.

6. Mitos aseksualitas

Ada pandangan bahwa pada lansia, hubungan seksual itu menurun, minat,

dorongan, gairah, kebutuhan dan daya seks berkurang.

7. Mitos ketidakproduktifan

16
Lansia dipandang sebagai usia tidak produktif

2.5 Pendekatan Pada Lansia(Approach to the Elderly)

1. Pendekatan fisik(1. Physical approach)

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik

melalui perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien

lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat

kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang

dapat dicegah atau progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut

usia dapat dibagi atas dua bagian(General physical care for elderly clients can

be divided into two parts), yaitu:

a.       Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya

sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.( An elderly client who is

still active and has a physical condition that is still able to move without the

help of other people so that in his daily needs he is still able to do it himself)

b.      Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat  harus mengetahui dasar

perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan

kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya (Elderly

clients who are passive or unable to wake up, are physically disabled or sick.

Nurses must know the basics of care for these elderly clients, especially those

connected with personal hygiene to maintain their health).

17
2. Pendekatan psikis (physical approach)

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan

edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung

dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi

dan sahabat yang akrab.

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi

kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk

keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip

triple S yaitu sabar, simpatik dan service.( Nurses should have patience and

thoroughness in providing sufficient time and opportunity to receive various

forms of complaints so that the elderly feel satisfied. Nurses must always hold

the triple S principle of patience, sympathy and service)

Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap

kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat

harus mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh

pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar

mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.

3. Pendekatan social(social approach)

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya

perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk

berkumpul bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi

mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa

orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

18
Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik

antara lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.

Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk

mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk

membaca surat kabar dan majalah.( The nurse provides the widest possible

opportunity for the elderly to establish communication, do recreation. The

elderly need to be stimulated to read newspapers and magazines)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada

lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,

perencanaan, implementasi serta evaluasi.

Keperawatan gerontik bertujuan memberikan asuhan keperawatan yang efektif

terhadap klien yaitu lanjut usia. Asuhan diberikan agar klien mendapatkan

kenyamanan dalam hidup.

Peran perawat dalam gerontik adalah memberikan asuhan keperawatan dan

membantu klien dalam mengahadapi masalahnya dan membantu memenuhi

kebutuhan yang tidak bias dipenuhi sendiri oleh klien.

3.2 Saran

19
Dalam keperawatan gerontik, seorang perawat hendaklah mengetahui asuhan

keperawatan yang akan diberikan terhadap klien yaitu para lansia sehingga lansia

merasa tercukupi kebutuhannya secara lebih efektif.

Bagi keluarga klien juga hendaklah mengetahui tentang cara-cara asuhan pada

lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan lebih baik dan

nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Diakses pada tanggal 18

September 2018 dari http://ebookbrowse.com/konsep-dasar-keperawatan-gerontik-

doc-d189511678

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Mubarak Wahid iqbal,dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. 2006. Jakarta: Sagung Seto

Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. Jakarta : EGC

20
21

Anda mungkin juga menyukai