DISUSUN OLEH :
MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
TINGKAT III B
KELOMPOK 3
CIA 2018.C.10a.0962
FREDRICK IMMANUEL 2018.C.10a.0968
JEKICEN 2018.C.10a.0970
LALA VERONICA 2018.C.10a.0974
LEONARDO 2018.C.10a.0975
OKTAVIONA 2018.C.10a.0980
SUSED 2018.C.10a.0986
TETENIA DIYANTI 2018.C.10a.0987
WINDY WIDIYA 2018.C.10a.0991
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya, dengan judul “SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS”.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20
masuk di Indonesia tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera eltor
di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui
Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sejak dari wabah kolera tersebut
maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.
Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada
waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan
angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada
tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong
dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr.
Bleeker di Indonesia, pada tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa.
Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van
Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School).
Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal.
Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.
2.3