Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS
Dosen : Prinawatie, S.Kep., M.Kes

DISUSUN OLEH :
MAHASISWA S1 KEPERAWATAN
TINGKAT III B
KELOMPOK 3
CIA 2018.C.10a.0962
FREDRICK IMMANUEL 2018.C.10a.0968
JEKICEN 2018.C.10a.0970
LALA VERONICA 2018.C.10a.0974
LEONARDO 2018.C.10a.0975
OKTAVIONA 2018.C.10a.0980
SUSED 2018.C.10a.0986
TETENIA DIYANTI 2018.C.10a.0987
WINDY WIDIYA 2018.C.10a.0991

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya, dengan judul “SEJARAH PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS”.

Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Palangka Raya, 21 September 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat


Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat dikelompokkan dalam 2
periode :
1. Periode sebelum ilmu pengetahuan
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya
kesehatan dalamkehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan
adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran
yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena
limbahmenimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin
menyadari pentingnyakesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai
macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi
epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya
pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
2. Periode ilmu pengetahuan
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga
jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan
masalah, pada periode ini mulai ditemukanya penyebab-penyebab
penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan LousPasteur
menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol
untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether
sebagai anestesi pada waktuoperasi. Penyelidikan dan upaya-upaya
kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulaidigalakkan. Ini dibukatikan
dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional
oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya
universitas.

2.2 Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya
upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada
waktu itu. Saat itu masih dilakukan oleh pemerintah penjajahan Belanda pada
abad ke 16 peristiwa upaya pemberantasan dianggap sebagai sejarah mula
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia.

Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20
masuk di Indonesia tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera eltor
di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui
Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sejak dari wabah kolera tersebut
maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan
masyarakat.

Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada
waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun
bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan
angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan kemudian pada
tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong
dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman
kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.

Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr.
Bleeker di Indonesia, pada tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa.
Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van
Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah itu pada
tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS
(Nederland Indische Arsten School).

Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan


akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah tersebut mempunyai
andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga medis yang mengembangkan
kesehatan masyarakat Indonesia.

Pada sisi lain pengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah


berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi Lembaga
Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di Medan, Semarang,
Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium ini mempunyai peranan yang
sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria,
lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti gizi dan sanitasi.

Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi massal.
Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinasi.

Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda pada tahun 1925,


melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan
di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya
tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan
kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada
waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun, selokan, kali
bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan
karena perilaku penduduk.

Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, saat itu Hydrich


mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal
kesehatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan


kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung
(Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang
selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.

Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan


masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti
dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas.

Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan


sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956
ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai
proyek percontohan atau model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga kesehatan.

Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara


pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.

Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa


wilayah pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung,
Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari
(Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan
wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas sekarang ini.

Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan


merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas yang
dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep Bandung
dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem
puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.

Dengan menggunakan hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan


menyiapkan rencana induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya
pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa
puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang


memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di
kotamadya atau kabupaten.

Kegiatan pokok puskesmas mencakup :


1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10. Usaha kesehatan sekolah
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan

2.3

Anda mungkin juga menyukai