Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ASAM URAT DI WILAYAH KERJA PKM MENTENG
KECAMATAN JEKAN RAYA
KOTA PALANGKA RAYA

Oleh :

Di susun oleh:

Nama : Trisia Vironika


Nim : 2018.C.10a.0990

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/ 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Trisa Vironika
NIM : 2018.C.10a.0990
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan diagnosa medis Asam Urat Di wilayah Kerja Pkm
Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK IV) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Sri Rahayu,S.Kep.,Ners Christephanie, S.Kep

Mengetahui
Ketua Prodi Sarja Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan diagnosa medis Asam Urat Di wilayah Kerja Pkm Menteng
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas (PPK 4).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawaty, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Sri Rahayu,S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 13 Oktober 2021

ii
Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................11
2.1.6 Komplikasi.....................................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................13
2.2.1 Pengkajian......................................................................................13
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................15
2.2.3 Intervensi........................................................................................16
2.2.4 Implementasi..................................................................................24
2.2.5 Evaluasi..........................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25
3.1 Pengkajian.........................................................................................25
3.2 Diagnosa............................................................................................34
3.3 Intervensi...........................................................................................37
3.4 Implementasi.....................................................................................44
3.5 Evaluasi.............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................56
4.1 Kesimpulan........................................................................................56
4.2 Saran..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asam urat merupakan suatu penyakit yang diakibatkan tingginya kadar
purin didalam darah, kondisi beberapa tahun terakhir ini semakin banyak orang
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. Penyakit asam urat cenderung
diderita pada usia yang semakin muda. Penderita paling banyak pada golongan
usia 30-50 tahun yang tergolong usia produktif (Krisnatuti & Rina, 2006).
Berdasarkan survey World Health Organization (WHO) tahun 2013
Indonesia merupakan Negara terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita
asam urat, prevalensi penyakit asam urat di Indonesia sebesar 81% . adapun
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) ada 3 provinsi dengan prevalensi
penyakit asam urat tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 33,1%,
Jawa Barat sebesar 32,1%, Bali sebesar 30,0% Adapun Sulawesi Tenggara berada
pada urutan ke-14 sebesar 20,8% .
Penyakit asam urat ditandai oleh gangguan linu-linu, terutama di daerah
persendian tulang. Tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa
sakit tersebut diakibatkan adanya radang pada persendian. Radang sendi tersebut
ternyata disebabkan oleh penumpukan kristal di daerah persendian. Tingginya
kadar asam urat dalam darah juga dapat menyebabkan Gout artritis yang 2
merupakan salah satu jenis rematik. Di Indonesia, gout artritis menduduki urutan
kedua terbanyak dari penyakit Osteoartritis. Hasil penelitian sebagian besar
penderita gout arthritis mengalami hiperurisemia, yaitu sebesar 65% (Alifiasari,
2011).
Masalah yang sering terjadi didalam keluarga dalam merawat pasien asam
urat adalah kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit asam urat dan
kurangnya kemampuan dalam menjaga diit Gout Athritis maka untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan peran perawat dan peran keluarga (Eryan, 2016).
Keluarga berperan dalam menjaga dan merawat anggota keluarga yang sakit,
keluarga perlu didukung oleh perawat. Peran perawat dalam menjaga kesehatan
keluarga adalah sebagai pendidik, memberikan pendidikan kesehatan kepada

5
keluarga agar dapat menjalankan asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.Selain itu, perawat juga
dapat berperan sebagai konsultan dengan melakukan kunjungan rumah secara
teratur untuk mengidentifikasi kesehatan keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana Intervensi Keperawatan Mandiri pada pasien yang mengalami
Asam Urat (Gout Athritis)
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Asam Urat (Gout Athritis)
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Asam Urat (Gout Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.2 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout Athritis)
di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.4 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.5 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.

6
2

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang penyakit Asam
Urat (Gout Athritis) dan juga mengembangkan kemampuan penulis dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan
di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan
untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal intenasional.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien

2
9

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan dan ikatan emosional dan mengidentifikasian diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Zakaria, 2017).
Sedangkan menurut Depkes RI tahun 2000, keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
kebergantungan. (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Mengatakan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi yang bertujuan menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarganya.Dari hasil analisa Walls, 1986 (dalam Zakaria, 2017)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling kebergantungan.

(Gambar 1,

.1.2 Tipe Keluarga


10

Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah:


2.1.2.1 Keluarga Tradisional
a. Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
b. Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
c. The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
d. Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah
dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
e. Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
f. Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya terjadi
karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g. Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir
minggu, bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
h. Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
j. Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena
perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil
perkawinan atau dari perkawinan sebelumnya.
k. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
11

keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
l. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
m. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2.1.2.2 Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother Keluarga terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan. e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang
yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital
partners’.
e. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
f. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
g. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
12

i. Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai


perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
j. Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
2.1.3 Struktur Keluarga
Beberapa ahli meletakkan struktur pada bentu/tipe keluarga, namun ada juga
yang menggambarkan subsitem-subsistemnya sebagai dimensi struktural. Struktur
keluarga menurut Friedman (2009) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut :
2.1.3.1 Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi keluarga merupakan suatu
proses simbolik, transaksional untuk menciptakan mengungkapkan
pengertian dalam keluarga.
2.1.3.2 Struktur Kekuatan Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit
tergantung pada kemampuan keluarga untuk merespon stressor yang ada
dalam keluarga.Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan
(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau memengaruhi
perilaku anggota keluarga. Beberapa macam struktur keluarga:
a. Legimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua
terhadap anak.
b. Referent power (seseorang yang ditiru) dalam hal ini orang tua adalah
sesorang yang dapat ditiru oleh anak.
c. Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain).
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan
diterima).
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksa sesuai dengan keinginannya).
f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui pesuasi)
2.1.3.3 Struktur Peran
Peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi status atau
tempat sementara dalam suatu sistem sosial tertentu.
2.1.3.4 Peran-peran formal dalam keluarga
Peran formal dalam keluarga dalah posisi formal pada keluarga, seperti
13

ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan
spiritual.
2.1.3.5 Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
2.1.3.6 Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain.
2.1.5 Tugas Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut:
2.1.4.1 Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2.1.4.2 Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
2.1.4.3 Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak.
2.1.4.4 Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga
dan kepentingan di masyarakat.
14

2.1.4.5 Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan


kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan istirahat juga penyembuhan dari sakit.
2.1.6 Tugas Keluarga
Tugas kesehatan keluarga menurut Bsilon dan Maglalaya (2009) :
2.1.6.1 Mengenal masalah kesehatan Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga.Dan
sejauh mana keluarga mengenal dan mengetahui fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan
yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan.
2.1.6.2 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat Hal ini meliputi sejauh
mana kemampuan keluarga mengenal sifat dan luasnya masalah. Apakah
keluarga merasakan adanya masalah kesehatan, menyerah terhadap
masalah yang dialami, adakah perasaan takut akan akibat penyakit, adalah
sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah keluarga dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kepercayaan keluarga terhadap
tenaga kesehatan, dan apakah keluarga mendapat informasi yang benar
atau salah dalam tindakan mengatasi masalah kesehatan.
2.1.6.3 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit Ketika memberikan
perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, keluarga harus
mengetahui beberapa hal seperti keadaan penyakit, sifat dan
perkembangan perawatan yang dibutuhkan, keberadaan fasilitas yang
diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, finansial, fasilitas fisik, psikososial), dan sikap
keluarga terhadap yang sakit.
2.1.6.4 Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
Hal-hal yang harus diketahui oleh keluarga untuk memodifikasi
lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat yaitu
sumbersumber keluarga yang dimiliki, manfaat dan keuntungan
memelihara lingkungan, pentingnya dan sikap keluarga terhadap hygiene
sanitasi, upaya pencegahan penyakit.
15

2.1.6.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui
keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu
keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.2 Konsep Penyakit
2.1.2 Definisi Asam Urat (Gout Atrihitis)
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. Jadi, Gout atau sering disebut asam urat
adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang
dan sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
menghubungkan dengan defek genetik pada merabolisme purin (hiperurisemia).
Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi keduannya
(Brunner & suddart, 2013).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Jadi, Gout atau sering disebut asam urat
adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.
16

(Gambar 2, penyakit asam urat)

2.1.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan : Pemecahan asam
yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
3) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti:aspirin, diuretic, levodopa,diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
4) Pembentukan asam urat yang berlebih
5) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
6) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukimia.
7) Kurang asam urat melalui ginjal
8) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan
oleh karena kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal
ginjal kronik.
2.1.4 Faktor Resiko
Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah
pola makan, kegemukan, dan suku bangsa. Di dunia, suku bangsa yang paling
tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi orang Maori
terserang penyakit asam urat tinggi sekali. Di Indonesia, prevalensi tertinggi pada
penduduk pantai dan paling tinggi di daerah Manado-Minahasa, karena kebiasaan
17

atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol menyebabkan


pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap
bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga mengakibatkan
asam urat. Asupan yang masuk ke tubuh juga mempengaruhi kadar asam urat
dalam darah (Ode, 2012).
Makanan yang megandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam
urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, udang, cumi, kerang,
kepiting, dan ikan teri. Jika hasil pemeriksaan laboratorium kadar asam urat
terlalu tinggi, kita perlu memperhatikan masalah makanan. Makanan dan
minuman yang selalu dikonsumsi apakah merupakan pemicu asam urat. Pada
orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya sedikit. Maka
untuk keamanan, orang biasanya dianjurkan menurunkan berat badan. Terpaling
penting untuk diketahui adalah jika asam urat tinggi dalam darah, tanpa kita sadari
akan merusak organ-organ tubuh, terutama ginjal, karena saringannya akan
tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya batu ginjal,
pada akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal. Asam urat juga merupakan
faktor resiko untuk penyakit jantung coroner. Diduga kristal asam urat akan
merusak endotel (lapisan dalam pembuluh darah) coroner. Karena itu, siapapun
yang kadar asam uratnya tinggi harus berupaya untuk menurunkannya agar
kerusakan tidak merembet ke organ-organ tubuh yang lain (Ode, 2012).
Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah menopause,
kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level
estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini menyebabkan artritis
gout jarang pada wanita muda (Widyanto, 2014). Kadar asam urat pada pria
meningkat sejalan dengan peningkatan usia seseorang. Hal ini terjadi karena pria
tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu membuang asam urat
sedangkan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu membuang
asam urat lewat urin (Untari & Wijayanti, 2017).
Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi penyakit gout arthritis yaitu
a. Gender pria
b. Usia
c. Diet : tinggi konsumsi daging dan makanan laut
18

d. Asupan alkohol, bir terutama


e. Konsumsi minuman ringan pemanis gula atau fruktosa
f. Obesitas
g. Medikasi : diuretik, aspirin (LeMone, 2015).
2.1.5 Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi penyakit gout primer dan
penyakit gout sekunder (Nucleus Precise News Letter Edisi-2):
a. Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh.
b. Penyakit gout sekunder

Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam


urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam
inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk
protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alcohol, obat-obat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis),
kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan
metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang meninggi akan
menyebabkan asam urat juga ikut meninggi. Jangka waktu antara seseorang dan
orang lainnya berbeda. Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10
tahun, tetapi rata-rata berkisar 1-2 tahun (Ode, 2012). Gout sekunder dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :

a. Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukimia, mieloma retikularis).


b. Sindrom Lesch-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi hipoixantin
19

guanin fosfori bosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada
sebagian orang dewasa.
2. Gangguan penyimpangan glikogen
3. Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel megaloblastik
menstimulasi pengeluaran asam urat.
4. Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal ginjal kronis,
pemakaian obat-obatan salisilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan
sulfonamid, atau keadaan alkoholik, asidosis laktat, hiperparatiroidisme, dan
pada miksedema (Muttaqin, 2008).
2.1.6 Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida
purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak
melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin,
guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim:
hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin
fosforibosiltransferase (APRT). Asam urat yang terbentuk dari hasil
20

metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi
di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian
diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
2.1.7 Pathway
21

1.alkohol
2.Makanan tinggi purin
(daging,jeroan,emping,alc
ohol, dll)
Keidakefektifan
3.Penyakit dan obat-obatan
Salah pemeliharaan
4.Genetik
menginterpetasikan kesehatan
5.obesitas
pengobatan

Kurangnya terpapar Tidak mengetahui Defisiensi


GOUT
informasi tanda dan gejala pengetahuan

B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Tidak ada Pengedapan Kristal Asam urat di Respon Sistemik Penekanan pada
Tidak ada monosodium urat tubukus ginjal jaringan sendi

Peningkatan
Pengedapan asam urat di metabolisme umum
Lekosit menekan kristal
tubukus ginjal Kekakuan pada sendi
urat

Kristalisasi Malaise,mual,
Mekanis peradangan anoreksia
Hidronefrosis Membatasi pergerakan
sendi
Sirkulasi darah daerah defisit nutrisi
radang Tekanan ginjal
Gangguan
mobilitas fisik
Vasolailatasi dari Kerusakan medulla
kapiler ginjal

Eritma, panas Kegagalan filtrasi ginjal


22

Nyeri akut Gangguan


eliminasi urin
9

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)


Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat
setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah
menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada pria. Gout jarang
ditemukan pada perempuan. Ada prevalensi familial dalam penyakit yang
mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor
yang agaknya mempengaruhi timbulnya penyakit ini, termasuk diet, berat badan,
dan gaya hidup. Terdapat empat stadium perjalanan klinis dari penyakit gout
yaitu:
2.2.5.1 Stadium I
Stadium I adalah hiperuresemia asimtomatik. Nilai normal asam urat
serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan pada perempuan adalah 4,0 ± 1,0
mg/dl. Pada sebagian besar penelitian epidemiologi disebut sebagai hiperurisemia
jika kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0 mg/dl pada laki-laki dan
lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan (Dianati, 2015). Nilai-nilai ini meningkat
sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout. Dalam tahap ini pasien tidak
menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam urat serum. Hanya 20%
dari pasien hiperuresemia asimtomatik yang berlanjut menjadi serangan gout akut.
2.2.5.2 Stadium II
Stadium II adalah artritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan
mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa , biasnya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi metatarsophalangeal. Artritis bersifat monoartikular dan
menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan
peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma,
obat-obatan, alkohol, atau stress emosional. Tahap ini biasanya mendorong pasien
untuk mencari pengobatan segera.Sendi-sendi lain dapat terserang, termasuk sendi
jari-jari tangan, dan siku. Serangan gout akut biasanya pulih tanpa pengobatan,
tetapi dapat memakan waktu 10 sampai 14 hari. Perkembangan dari serangan akut
gout umunya mengikuti serangkaian peristiwa sebagai berikut. Mula-mula terjadi
hipersaturasi dari urat plasma dan cairan tubuh.Selanjutnya diikuti oleh
penimbunan di dalam dan sekeliling sendi-sendi. Mekanisme terjadinya
10

kristalisasi urat setelah keluar dari serum masih belum jelas dimengerti. Serangan
gout seringkali terjadi sesudah trauma lokal atau rupture tofi (timbunan natrium
urat), yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Tubuh
mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi
pengendapan asam urat diluar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan
memicu serangan gout. Kristal-kristal asam urat memicu respon fagositik oleh
leukosit, sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme
respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh lokasi
dan banyaknya timbunan kristal asam urat. Reaksi peradangan dapat meluas dan
bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbunan kristal serum.
2.2.5.3 Stadium III
Stadium III adalah serangan gout akut (gout interkritis) adalah tahap
interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
2.2.5.4 Stadium IV
Stadium IV adalah gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan
kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga
pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut artritis gout dapat
terjadi dalam tahap ini. Tofi terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubilitas
relative asam urat. Awitan dan ukuran tofi secara proporsional mungkin berkaitan
dengan kadar asam urat serum. Bursa olecranon, tendon achilles, permukaan
ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah
tempattempat yang sering dihinggapi tofi. Secara klinis tofi ini mungkin sulit
dibedakan dengan nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan
menghilang dengan terapi yang tepat (Aspiani, 2014). Tofi juga dapat terjadi pada
jaringan jantung dan spinal epidural.Meskipun tofi sendiri tidak menimbulkan
nyeri, tofi dapat membatasi gerakan sendi dan menyebabkan nyeri serta
deformitas sendi yang terkena. Tofi dapat juga menekan saraf dan merusak serta
mengalir melaui kulit (LeMone, 2015). Gout dapat merusak ginjal, sehingga
ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat
11

terbentuk dalam interstitium medulla, papilla, dan pyramid, sehingga timbul


proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat juga dapat terbentuk
sebagai sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil, bulat, dan tidak
terlihat pada pemeriksaan radiografi (Aspiani, 2014).
2.1.7 Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi pada penyakit gout arthritis ini yaitu:
a. Deformitas pada persendian yang terserang
b. Urolitiasis akibat deposit Kristal urat pada saluran kemih
c. Nephrophaty akibat deposit Kristal urat dalam intertisial ginjal
d. Hipertensi ringan
e. Proteinuria
f. Hyperlipidemia
g. Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal (Aspiani, 2014).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa
yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3) Pemeriksaan darah lengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
 kadar ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
 kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl
b. Pemeriksaaan fisik
1) Inspeksi
 Deformitas
 Eritema
2) Palpasi
 Pembengkakan karena cairan / peradanagn
 Perubahan suhu kulit
 Perubahan anatomi tulang/ jaringan kulit
 Nyeri tekan
12

 Krepitus
 Perubahan range of motion
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
2.2.8.1 Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0
mg
b. ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
c. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
d. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
e. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
f. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
g. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi
asam urat.
h. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
i. Allopurinol 100 mg 2x/hari.
2.8.2.2 Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
13

f. Hindari penggunaan alkohol.


2.8.3.3 Pencegahan Asam Urat
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :Jeroan
(jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,Kacang-
kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita
gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya harus
diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan
kalori yang terlalu sedikit juga bias meningkatkan kadar asam urat karena
adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui
urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, rotidan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam uratkarena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat
meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,ginjal,
otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya
dihindari. Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persendari total kalori.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui buahbuahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah
semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis,dan jambu air. Selain buah-
buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh dikonsumsi karena buah-
buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang sebaiknya
dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai kandungan
lemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat
mereka yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang
tidak mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alcohol akan meningkatkan
14

asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
15

kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap


pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
5) Fungsi keluarga :
a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,
perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.
b) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana
16

keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta


merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan
keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu
mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan
kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang terdapat di lingkungan setempat.
d) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.
6) Stres dan koping keluarga
a) Stressor jaangka pendek dan panjang
(1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan.
(2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor
c) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada
akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.
17

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko,
hal 86; 2012)
Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka
diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (D.0077 hal. 172)
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
tentang penyakit (D.0011) Hal.246
3. Ketidakmampuan koping keluarga mengenal masalah Asam Urat yang
terjadi pada anggota keluarga (D.0097)
4. Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan kebiasan kelaurga
mengkonsumsi makanan tinggi kadar purin b.d dengan penyakit Asam
urat. (D.0090)
34

2.3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

1. 1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
berhubungan dengan agen selama 1x 7 jam diharapkan nyeri dapat Obervasi :
cidera biologis (D.0077 hal. berkurang.
172)  Kriteria hasil : 1. Lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun skor 5 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun skor 5 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun skor 5 3. Identifikasi faktor yang memperberat
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 dan memperingan nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
34

Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi


berhubungan dengan 1x7 jam pada klien menunjukan tingkat 1.Identifikasi kesiapan dan kemampuan
kurangnya terpapar informasi pengetahuan meningkat, dengan kriteria menerima informasi
tentang penyakit (D.0011) hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
Hal.246 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 5 meningkatkan dan menurunkan motivasi
2. verbalisasi minat dalam belajar perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat 5 Terapeutik
3. perilaku sesuai dengan pengetahuan 1.Sediakan materi dan medla pendidikan
meningkat 5 kesehatan
4. persepsi yang keliru terhadap 2. jadwalkan pendidikan kesehatan sosial
masalah menurun kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jekaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

3 Ketidakmampuan koping setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Koping SIKI (I.13494 Hal 375)
keluarga mengenal masalah selama 1x7 jam diharapkan koping keuarga Observasi :
Asam Urat yang terjadi pada
34

anggota keluarga SDKI meningkat. 1. Identifikasi pemahaman proses


(D.0097) Hal.210 Kriteria hasil : SLKI (L.12106 Hal 145) penyakit
Terapeutik :
1. Menunjukan perilaku adaftif 1. Bantu keluarga dalam mengenali
meningkat (5) masalah kesehatan yang terjadi
2. Menunjukan pemahamam perilaku Edukasi :
sehat meningkat (5)
3. Kemampuan menjalankan perilaku 1. Berikan pendidikan kesehatan
sehat (5) terkait kesehatan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dala, obat-obatan jika
diperlukan
4. Perilaku kesehatan cenderung Setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Perilaku Upaya Kesehatan SIKI
selama 1x7 jam diharapkan kesehatan (I.12472 Hal 380)
beresiko berhubungan
keluarga meningkat. Observasi :
kebiasan kelaurga Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139)
1. Identifikasi status nutrisi
mengkonsumsi makanan 1. Kemampuan menjelaskan masalah 2. Monitor keluarga dalam melakukan
tinggi kadar purin b.d dengan yang di alami (5) pemeliharaan kesehatan
2. Aktivitas keluarga mengenal Terapeutik :
penyakit Asam urat. SDKI masalah yang dialami (5)
3. Tindakan untuk mengatur factor 1. Berikan pelayanan kesehatan kepada
(D.0090) Hal.216
resiko (5) keluarga
2. Berikan pendamoingan pada
keluarga dalam melakukan
pelayanan kesehatan
Edukasi :
1. Berikan pendidikan kesehatan
34

kepada keluarga
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian obat-
obatan, jika perlu
33

Anda mungkin juga menyukai