Oleh :
Di susun oleh:
Mengetahui
Ketua Prodi Sarja Keperawatan
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Keluarga dengan diagnosa medis Asam Urat Di wilayah Kerja Pkm Menteng
Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas (PPK 4).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawaty, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Sri Rahayu,S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
ii
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit.....................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi.......................................................................................7
2.1.4 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................11
2.1.6 Komplikasi.....................................................................................11
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................12
2.1.8 Penatalaksanaan Medis..................................................................13
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan....................................................13
2.2.1 Pengkajian......................................................................................13
2.2.2 Diagnosa.........................................................................................15
2.2.3 Intervensi........................................................................................16
2.2.4 Implementasi..................................................................................24
2.2.5 Evaluasi..........................................................................................24
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................25
3.1 Pengkajian.........................................................................................25
3.2 Diagnosa............................................................................................34
3.3 Intervensi...........................................................................................37
3.4 Implementasi.....................................................................................44
3.5 Evaluasi.............................................................................................44
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................56
4.1 Kesimpulan........................................................................................56
4.2 Saran..................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
5
keluarga agar dapat menjalankan asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.Selain itu, perawat juga
dapat berperan sebagai konsultan dengan melakukan kunjungan rumah secara
teratur untuk mengidentifikasi kesehatan keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah dalam studi kasus ini adalah :
1.2.1 Bagaimana Intervensi Keperawatan Mandiri pada pasien yang mengalami
Asam Urat (Gout Athritis)
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah Asam Urat (Gout Athritis)
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa
medis Asam Urat (Gout Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.2 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout Athritis)
di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.4 Mahasiswa dapat melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
1.2.1.5 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnosa medis Asam Urat (Gout
Athritis) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
6
2
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang penyakit Asam
Urat (Gout Athritis) dan juga mengembangkan kemampuan penulis dalam
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan
di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan
untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun jurnal intenasional.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien
2
9
BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
(Gambar 1,
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
l. Foster Family yaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua dinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
m. Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2.1.2.2 Keluarga Non-tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother Keluarga terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui
aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan. e. Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang
yang mempunyai persamaan seks hidup bersama sebagaimana ‘marital
partners’.
e. Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar
hubungan perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
f. Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
g. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
h. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
12
ayah, ibu dan anak Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing.
Ayah sebagai pemimpin keluarga memiliki peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, dan
sebagai anggota masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Ibu berperan
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelidung
keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga, serta sebagai anggota
masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Sedangkan anak berperan sebagai
pelaku psikosoal sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan
spiritual.
2.1.3.5 Peran Informal keluarga
Peran informal atau peran tertutup biasanya bersifat implisit, tidak tampak
ke permukaan, dan dimainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional atau
untuk menjaga keseimbangan keluarga.
2.1.3.6 Struktur Nilai
Sistem nilai dalam keluarga sangat memengaruhi nilai-nilai masyarakat.
Nilai keluarga akan membentuk pola dan tingkah laku dalam menghadapi
masalah yang dialami keluarga. Nilai keluarga ini akan menentukan
bagaimana keluarga menghadapi masalah kesehatan dan stressor-stressor
lain.
2.1.5 Tugas Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai
berikut:
2.1.4.1 Fungsi afektif dan koping; dimana keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan
mempertahankan saat terjadi stres.
2.1.4.2 Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam
penyelesaian masalah.
2.1.4.3 Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya
dengan melahirkan anak.
2.1.4.4 Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga
dan kepentingan di masyarakat.
14
2.1.6.5 Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat Hal-hal yang harus diketahui
keluarga untuk merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan yaitu
keberadaan fasilitas keluarga, keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh
dari fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga dan adanya
pengalaman yang kurang baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan,
fasilitas yang ada terjangkau oleh keluarga.
2.2 Konsep Penyakit
2.1.2 Definisi Asam Urat (Gout Atrihitis)
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam
urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas,
pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam
urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. Jadi, Gout atau sering disebut asam urat
adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang
dan sendi. (Moreau, David. 2005;407).
Gout (pirai) merupakan kelompok keadaan heterogenous yang
menghubungkan dengan defek genetik pada merabolisme purin (hiperurisemia).
Pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau defek renal yang
mengakibatkan penurunan ekskresi asam urat, atau kombinasi keduannya
(Brunner & suddart, 2013).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Jadi, Gout atau sering disebut asam urat
adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat
sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri pada
tulang dan sendi.
16
2.1.3 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /
penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering
terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal. Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan : Pemecahan asam
yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
3) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asam urat
seperti:aspirin, diuretic, levodopa,diazoksid, asam nikotinat, aseta zolamid
dan etambutol.
4) Pembentukan asam urat yang berlebih
5) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
6) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukimia.
7) Kurang asam urat melalui ginjal
8) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan
oleh karena kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal
ginjal kronik.
2.1.4 Faktor Resiko
Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah
pola makan, kegemukan, dan suku bangsa. Di dunia, suku bangsa yang paling
tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi orang Maori
terserang penyakit asam urat tinggi sekali. Di Indonesia, prevalensi tertinggi pada
penduduk pantai dan paling tinggi di daerah Manado-Minahasa, karena kebiasaan
17
guanin fosfori bosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada
sebagian orang dewasa.
2. Gangguan penyimpangan glikogen
3. Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel megaloblastik
menstimulasi pengeluaran asam urat.
4. Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal ginjal kronis,
pemakaian obat-obatan salisilat, tiazid, beberapa macam diuretik dan
sulfonamid, atau keadaan alkoholik, asidosis laktat, hiperparatiroidisme, dan
pada miksedema (Muttaqin, 2008).
2.1.6 Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida
purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang
berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak
melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin,
guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor
nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim:
hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin
fosforibosiltransferase (APRT). Asam urat yang terbentuk dari hasil
20
metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi
di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian
diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
2.1.7 Pathway
21
1.alkohol
2.Makanan tinggi purin
(daging,jeroan,emping,alc
ohol, dll)
Keidakefektifan
3.Penyakit dan obat-obatan
Salah pemeliharaan
4.Genetik
menginterpetasikan kesehatan
5.obesitas
pengobatan
B1 B2 B3 B4 B5 B6
1
Tidak ada Pengedapan Kristal Asam urat di Respon Sistemik Penekanan pada
Tidak ada monosodium urat tubukus ginjal jaringan sendi
Peningkatan
Pengedapan asam urat di metabolisme umum
Lekosit menekan kristal
tubukus ginjal Kekakuan pada sendi
urat
Kristalisasi Malaise,mual,
Mekanis peradangan anoreksia
Hidronefrosis Membatasi pergerakan
sendi
Sirkulasi darah daerah defisit nutrisi
radang Tekanan ginjal
Gangguan
mobilitas fisik
Vasolailatasi dari Kerusakan medulla
kapiler ginjal
kristalisasi urat setelah keluar dari serum masih belum jelas dimengerti. Serangan
gout seringkali terjadi sesudah trauma lokal atau rupture tofi (timbunan natrium
urat), yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam urat lokal. Tubuh
mungkin tidak dapat mengatasi peningkatan ini dengan baik, sehingga terjadi
pengendapan asam urat diluar serum. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan
memicu serangan gout. Kristal-kristal asam urat memicu respon fagositik oleh
leukosit, sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme
respon peradangan lainnya. Respon peradangan ini dapat dipengaruhi oleh lokasi
dan banyaknya timbunan kristal asam urat. Reaksi peradangan dapat meluas dan
bertambah sendiri, akibat dari penambahan timbunan kristal serum.
2.2.5.3 Stadium III
Stadium III adalah serangan gout akut (gout interkritis) adalah tahap
interkritis. Tidak terdapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung
dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
2.2.5.4 Stadium IV
Stadium IV adalah gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan
kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, juga
pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut artritis gout dapat
terjadi dalam tahap ini. Tofi terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubilitas
relative asam urat. Awitan dan ukuran tofi secara proporsional mungkin berkaitan
dengan kadar asam urat serum. Bursa olecranon, tendon achilles, permukaan
ekstensor lengan bawah, bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah
tempattempat yang sering dihinggapi tofi. Secara klinis tofi ini mungkin sulit
dibedakan dengan nodul reumatik. Pada masa kini tofi jarang terlihat dan akan
menghilang dengan terapi yang tepat (Aspiani, 2014). Tofi juga dapat terjadi pada
jaringan jantung dan spinal epidural.Meskipun tofi sendiri tidak menimbulkan
nyeri, tofi dapat membatasi gerakan sendi dan menyebabkan nyeri serta
deformitas sendi yang terkena. Tofi dapat juga menekan saraf dan merusak serta
mengalir melaui kulit (LeMone, 2015). Gout dapat merusak ginjal, sehingga
ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat
11
Krepitus
Perubahan range of motion
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat
mungkin, mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
2.2.8.1 Medikasi
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 – 3,0
mg
b. ( dalam Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
c. Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
d. Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
e. Nostreoid, obat – obatan anti inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
f. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
g. Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi
asam urat.
h. Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan
probenezid 0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak
tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan
i. Allopurinol 100 mg 2x/hari.
2.8.2.2 Perawatan
a. Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung
purin yaitu jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan
herring, kacang – kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
b. Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
c. Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan
ubi sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
d. Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
e. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
13
asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat
dari tubuh.
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada
anggota keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
15
1. 1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
berhubungan dengan agen selama 1x 7 jam diharapkan nyeri dapat Obervasi :
cidera biologis (D.0077 hal. berkurang.
172) Kriteria hasil : 1. Lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun skor 5 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun skor 5 2. Identifikasi skala nyeri
3. Gelisah menurun skor 5 3. Identifikasi faktor yang memperberat
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 dan memperingan nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
34
Kolaborasi :
1.Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
3 Ketidakmampuan koping setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Koping SIKI (I.13494 Hal 375)
keluarga mengenal masalah selama 1x7 jam diharapkan koping keuarga Observasi :
Asam Urat yang terjadi pada
34
kepada keluarga
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dalam pemberian obat-
obatan, jika perlu
33