Anda di halaman 1dari 89

KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)

JUDUL:

PENERAPAN ENDORPHINE MASSAGE DALAM MENGURANGI

NYERI DISMINORE PADA Nn.A DI STIKES PERINTIS

PADANG TAHUN 2020

Oleh :

KIKI PASMAWATI
NIM: 1914901725

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFRSI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020

1
PENERAPAN ENDORPHINE MASSAGE DALAM MENGURANGI

NYERI DISMINORE PADA Nn.A DI STIKES PERINTIS

PADANG TAHUN 2020

KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Profesi Ners STIKes Perintis Padang

Oleh :

KIKI PASMAWATI
NIM: 1914901725

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFRSI NERS


STIKes PERINTIS PADANG
T.A 2019/2020

2
HALAMAN PERSETUJUAN

PENERAPAN ENDORPHINE MASSAGE DALAM MENGURANGI

NYERI DISMINORE PADA Nn.A DI STIKES PERINTIS

PADANG TAHUN 2020

Oleh:

KIKI PASMAWATI, S.Kep


NIM: 1914901725

Karya Ilmiah Akhir Ners ini Telah Di Setujui Untuk Di Seminarkan

Bukittinggi, 2 September 2020

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns, Yessi Andriani M.Kep.Sp.Kep.Mat) (Ns.Mera Delima, M.Kep)

NIK.1420116078611073 NIK.1420101107296019

Mengetahui,

Ketua Prodi Profesi Ners

STIKes Perintis Padang

(Ns. Mera Delima, M.Kep)

NIK. 1420101107296019

3
HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN ENDORPHINE MASSAGE DALAM MENGURANGI

NYERI DISMINORE PADA Nn.ADI STIKES PERINTIS

PADANG TAHUN 2020

OLEH:

KIKI PASMAWATI, S.Kep

1914901725

Pada :
Hari / Tanggal : Senin / 2 September 2020
Jam : 14:00 – 15:00 WIB

Dan yang bersangkutan dinyatakan


LULUS

Tim Penguji :

Penguji I : Ns. Andrye Fernandes, M.Kep.Sp.Kep.An ( )

Penguji II : Ns.Yessi Andriani M.Kep.Sp.Kep.Mat ( )

Mengetahui,

Ketua Prodi Profesi Ners

STIKes Perintis Padang

(Ns. Mera Delima, M.Kep)


NIK 1420101107296019

4
Program Studi Profesi Ners STIKes Perintis Padang
KIA-N, Oktober 2020

Kiki Pasmawati
1914901726

Penerapan Endorphine Massage Dalam Mengurangi Nyeri Disminore Pada


Nn.A Di Stikes Perintis Padang Tahun 2020

(xv+ V BAB + 61 Halaman + III Tabel + II Gambar+ I Lampiran)

ABSTRAK

Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar ke daerah pinggang, dan paha.
Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat berlangsung beberapa
hari. Banyak masalah – masalah yangterjadi pada remaja yang mengalami Disminore
salah satunya yaitu nyeri. Tujuannya untuk menganalisa hasil implementasi
asuhankeperawatan dengan intervensi pemberian endorphine massage pada remaja yang
mengalami Disminore terhadap nyeri. KIAN ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang asuhankeperawatan dasar pada remaja yang mengalami Disminore dengan
masalah keperawatan nyeri danintervensi keperawatan sendiri yang dilakukan adalah
Endorphine massage. Endorphine massage merupakan tindakan yang dilakukan pada
klien yang mengalami nyeridisminore yang merupakan bentuk sentuhan lembut dengan
beberapa teknik yaitu teknik kupu-kupu dan teknik V.Endorphine massage dilakukan 5
menit dilakukan 1-2 kali sehari dengan pengukuran nyeri yang dirasakan pada abdomen
pasien, pengukuran dilakukan sebelum, selama dan sesudah endorphine massage . Hasil
evaluasi menunjukkan intervensi keperawatan endorphine massage efektif menurunkan
nyeri pada pasien yang mengalami DISMINORE. Saran untuk mengatasi masalah
disminore selanjutnya yaitu dapat melakukan kompres air hangat dan tarik napas dalam
untuk mengurangi nyeri pada abdomen.

Kata Kunci :Nyeri, Disminore , Endorphine massage

Daftar Pustaka: 47(2000-2020)

5
Professional Study Program Ners STIKes Perintis

KIA-N, October 2020

Kiki Pasmawati
1914901725

Application of Endorphine Massage in Reducing Dysminorrhea Pain in Ms. A. At


Stikes Perintis Padang in 2020

(xv+ V Chapter+ 61 Pages + III Table + II Images+ I Attachments)

ABSTRACT

Dysmenorrhea is pain in the lower abdomen, spreading to the waist and thighs. This pain
occurs not long before or with the onset of menstruation and lasts for several hours,
although in some cases it may last several days. There are many problems that occur in
adolescents who experience dysminorrhea, one of which is pain. The aim is to analyze the
results of the implementation of nursing care with the intervention of giving endorphine
massage to adolescents with dysminorrhea towards pain. This KIAN aims to provide an
overview of basic nursing care for adolescents who experience dysminorrhea with pain
nursing problems and the nursing intervention itself is Endorphine massage. Endorphine
massage is an action performed on clients who experience dysminorrhea pain which is a
form of gentle touch with several techniques, namely the butterfly technique and the V
technique. performed before, during and after endorphine massage. ResultEvaluation
shows that endorphine massage nursing interventions are effective in reducing pain in
patients with DISMINORE. Suggestions for overcoming the next dysminorrhea problem
are to do a warm compress and take a deep breath to reduce pain in the abdomen.

Keywords: Pain, dysminorrhea, Endorphine massage

Bibliography: 47 (2000-2020)

6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Kiki Pasmawati
Umur : 22 Tahun
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 23 Oktober1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Negeri Asal : Indonesia
Alamat : Jln. Banten 2 No:308 Rt : 31 Rw: 03 Kecamatan
Seberang Ulu 2 Kota : Kota Palembang.
Jumlah Saudara : 4(empat) Orang
Anak Ke : 4 (satu)

B. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : M. Husni Thamrin SH
Nama Ibu : Nurjanah
Alamat :Jln. Banten 2 No:308 Rt : 31 Rw: 03 Kecamatan
Seberang Ulu 2 Kota : Kota Palembang.

C. Riwayat Pendidikan
2002-2003 : TK Muhammadiyah 16 Palembang
2003-2009 : SD Muhammdiyah 16 Palembang
2009-2012 : SMP N 35 Palembang
2012-2015 : SMA PGRI 2 Palembang
2015-2019 : S1 Keperawatan STIK BinaHusada Palembang
2019-2020 : Profesi Ners STIKes Perintis Padang

7
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkanRahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikanpenyusunan KIA-N ini dengan judul “Penerapan Endorphine

Massage Dalam Mengurangi Nyeri Disminore Pada Nn.P Di Stikes

Perintis Padang Kota BukitTinggi Tahun 2020”

”. KIA-N ini diajukanuntuk menyeslesaikan pendidikan Profesi Ners. Dalam

penyusunan KIA-N ini,penulis banyak mendapat bantuan, pengarahan, bimbingan

dari berbagai pihak,pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada semuapihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga

penyusunan KIANini dapat di selesaikan :

1. Terima kasih kepada bapak (almarhum) Dr. H .Rafki Ismail M.Ph

selakupendiri kampus.

2. Bapak Yohandes Rafki, S.H, selaku ketua Yayasan Perintis Padang,

yangtelah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis selama

perkuliahan.

3. Bapak Yendrizal Jafri S.Kp M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis

Padang.

4. Ibu Ns. Mera Delima, SKp.M.Kep, selaku Ka Prodi Profesi Ners

STIKesPerintis Padang.

5. Bapak Ns. Yessi Andriani, M.Kep.Sp.Kep.Mat. selaku pembimbing I

yangtelah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan

8
maupun saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini.

6. Ibu Ns. Mera Delima, SKp.M.Kep, selaku pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu untuk memberi pengarahan, bimbingan, motivasi maupun

saran serta dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

7. Kepada Tim Penguji KIA-N yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan, kritik maupun saran demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir

Ners ini.

8. Dosen dan Staff Prodi Ners STIKes Perintis Padang yang telah memberikan

bekal ilmu dan bimbingan selama penulis dalam pendidikan.

9. Semua pihak yang dalam kesempatan ini yaitu doa yang tidak hentinya yang

diberikan oleh Kedua Orang Tua saya beserta seluruh anggota keluarga besar

saya di Palembang, dan sahabat-sahabat yang saya sayangi, selanjutnya

teman-teman Profesi Ners 2020 khususnya Kumpulan Anak Rantau dari

Palembang yang sudah sama-sama menguatkan dan saling memotivasi

sampai titik ini kita hampir selesai mengemban tanggung jawab orang tua di

Palembang , untuk Santik Intani Putri, Dhea Nindyah Sari, Anita Widiyastuti

yang telah banyak membantu baik dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir

Ners ini maupun dalam menyelesaikan praktek Profesi Ners Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penulisan Karya

Ilmiah Akhir Ners ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Hal

ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan

kemampuan Penulis. Untuk itu Penulis mengharapkan tanggapan, kritikan

9
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan

Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Atas bantuan yang diberikan penulis

mengucapkan terima ksih. Semoga bimbingan, bantuan, dan dorongan

yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT amin.

Akhir kata kepada-Nya jualah kita berserah diri, semoga Karya

Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di

bidang Profesi Ners.

Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bukittingi, Oktober 2020

Penulis

10
DAFTAR ISI
Halaman
HARD COVER ............................................................................................i
COVER KERTAS BERWARNA..................................................................ii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA..............................................................iii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS...................................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................v
KATAPENGANTAR ..................................................................................vi
DAFTAR ISI...................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1


1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................6
1.4.1 Bagi Penelitian ....................................................................6
1.4.2 Bagi Pendidikan ..................................................................7
1.4.3 Bagi keluarga........................................................................7
1.4.4 Bagi Penulis .........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................8
2.1 Konsep Remaja dengan Disminore .................................................8
2.1.1 Pengertian Disminore ..........................................................8
2.1.2 Etiologi Disminore...............................................................9
2.1.3 Anatomi Fisiologi ................................................................10
2.1.3.1 Vagina ...................................................................10
2.1.3.2 Uterus ....................................................................10
2.1.3.3 Serviks Uteri ..........................................................13
2.1.3.4 Korpus Uteri ..........................................................14
2.1.4 Derajat Disminore ...............................................................15
2.1.5 Tanda Gejala Disminore ......................................................15
2.1.6 Patofisiologi Disminore .......................................................16
2.1.7 SOP Disminore ....................................................................16
2.1.8 WOC Disminore ..................................................................22
2.1.9 Skala Ukur Disminore .........................................................22
2.1.10 Skala ukur VAS Disminore .................................................23
2.1.11 Karakteristik Disminore ......................................................24
2.1.12 Faktor Mempengaruhi Disminore .......................................25
2.1.13 Definisi Remaja ...................................................................27
2.2 Nyeri Disminore ..............................................................................29
2.2.1 Pengertian Nyeri Disminore ................................................29
2.3 Endorphine Massage .......................................................................31
2.3.1 Pengertian Endorphine Massage..........................................31
2.3.2 Manfaat Endorphine Massage .............................................33

11
2.3.3 Teknik Endorphine Massage ...............................................33
2.4Asuhan Keperawatan Disminore .....................................................34
2.4.1 Pengkajian ...........................................................................34
2.4.1.1 Riwayat Kesehatan ................................................34
2.4.1.2 Diagnosa ................................................................36
2.4.1.3 Intervensi ...............................................................36
2.4.1.4 Implementasi .........................................................40
2.4.1.5 Evaluasi .................................................................41
BAB III Laporan Kasus ..............................................................................42
3.1 Gambaran Kasus..............................................................................42
3.2 Asuhan Keperawatan.......................................................................42
3.2.1 Pengkajian............................................................................42
3.2.1.1 Kepala ...................................................................43
3.2.1.2 Leher .....................................................................44
3.2.1.3 Dada.......................................................................44
3.2.1.4 Abdomen................................................................44
3.2.1.5 Panggung Ekstremitas ...........................................45
3.2.1.6 Terapi Farmakologi ...............................................45
3.2.2 Genogram ............................................................................45
3.2.3 Analisa Data ........................................................................46
3.2.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................48
3.2.5 Intervensi .............................................................................48
3.2.6 Implementasi .......................................................................50
3.2.7 Evaluasi ...............................................................................51
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................53
4.1 Profil Lahan Praktek........................................................................53
4.2 Analisis Asuhan Keperawatan dengan Konsep Terkait...................53
4.2.1 Pengkajian............................................................................53
4.2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................55
4.3 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan..................................58
BAB V PENUTUP .......................................................................................59
5.1 Kesimpulan .....................................................................................59
5.2 Saran ..............................................................................................61
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan......................................................61
5.2.2 Bagi Keluarga ......................................................................61
5.2.3 Bagi Selanjutnya ..................................................................61
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran

12
DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Intervensi Keperawatan ................................................................................36

SOP Fisioterapi Dada ................................................................................17

Analisa Data ................................................................................46

13
DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1.3 Anatomi Fisiologi......................................................................10

Gambar 2.1.8 WOC Disminore........................................................................22

14
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Laporan Data Pengkajian

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 4 : SOP Endorphine Massage

15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Menstrusi yang normal akan datang setiap bulan. Beberapa wanita akan
mengalami ketidaknyamanan fisik menjelang atau selama haidyang dikenal
dengan dismenorea. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan menganggu
aktivitas (Sari, 2015). Dismenorea atau istilah medisnya catmenial pelvic
pain, adalahsuatu keadaan dimana seorang perempuan mengalami nyeri saat
menstruasi yang dapat menggangguaktivitas karena nyeriyang dirasakan
(Afiyanti & Anggi, 2016).
Lama siklus mentruasi rata-rata adalah 28 hari, namun adanya variasi umum
terjadi. Hari pertama pendarahan disebut sebagai hari ke-1 dari siklus
menstruasi, atau mens. Durasi rata-rata terjadinya menstruasi adalah 5 hari
( berkisar 1 hingga 8 hari), dan kehilangan darah rata-rata sebanyak 50 ml
berkisar 20 hingga 80 ml), namun ini semua bervariasi. Usia wanita, status
fisik dan emosional, serta lingkungan juga memperngaruhi regularitas siklus
menstruasinya. Gejala-gejala yang muncul saat menstruasi yaitu payudara
terasa berat, penuh membesar dan nyeri tekan, nyeri punggung, merasa rongga
pelvis semakin penuh, nyeri kepala dan muncul jerawat, iritabilitas atau
sensitifitas meningkat, metabolisme meningkat dan diikuti dengan rasa
keletihan, suhu basal tubuh meningkat 0.2-0,4°C, servik berawan, lengket,
tidak dapat ditembus sperma, mongering dengan pola grunular, ostium
menutup secara bertahap, dan kam uterus yang menimbulkan nyeri menstruasi
(Lowdermilk,2013).
Menurut World Health Organization dalam penelitian Sulistyorini (2017),
Angka kejadian dismenore cukup tinggi diseluruh dunia. Rata-rata insidensi
terjadinya dismemore pada wanita muda antara 16,8-81%. Rata-rata di negara-
negara Eropa dismemore terjadi pada 45-97% wanita. Dengan prevalensi
dismenore tertinggi sering ditemui pada remaja wanita,yang diperkirakan
antara 20-90%. Sekitar 15% remaja dilaporkan mengalami dismenore berat.
Di Amerika serikat, dismenore diakui sebagai penyebab paling sering ketidak

16
hadiran disekolah yang dialami remaja putri. Selain itu, juga dilakukan survey
pada 113 wanita Amerika Serikat dan dinyatakan prevalensi sebanyak 29-
44%, paling banyak pada usia 18-45 tahun (Sulistyorinin, 2017).
Di indonesia angka kejadian dismenore terdiri dari 54,89% dismenore primer
dan 9,36% dismenore sekunder.Berdasarkam data di Universitas
Muhammdiyah Sumatera Barat BukitTinggi Tahun (2020), didapatkan bahwa
dari 27 Responden Dismenore lebih dari sebagian (62,9%) responden yang
mengalami nyeri dari 5.19996.370 total penduduk.
Kesehatan reproduksi remaja merupakan pendekatan kesehatan meliputi dua
jenis kelamin dan kategoriusia. Kategori usia yang termasuk dalam
pendekatan kesehatan reproduksi adalah remaja. Selain itu karena sebagian
besar remaja secara biologi relative sudah siap bereproduksi yang biasanya
ditandai datangnya menstruasi pada perempuan, maka kategori ini perlu
diperhatikan lebih serius, terutama di indonesia. Wanita merupakan makhluk
yang memiliki sistem reproduksi cukup unik. Salah satunya adalah mereka
mengalami haid setiap bulannya yang tidak dialami oleh pria. Seringkali
mereka mengeluhkan sakit atau ketidak nyamanan ketika mengalami haid.
Haid adalah perdarahan periodik normal uretus dan merupakan fungsi
fisiologis yang hanya terjadi pada wanita. Pada dasarnya haid merupakan
proses katabolisme dan terjadi di bawah pengaruh hormon hipofisis dan
ovarium (Prawirohardjo, 2008).
Nyeri haid atau dismenorea adalah keluhan yang dialami wanita pada perut
bagian bawah. Nyeri ini terkadang mengganggu kegiatan sehari-hari selama
beberapa jam atau beberapa hari (Anurogo, D. & Wulandari, 2011). Perbedaan
dari 10 remaja, ada 6 remaja mengalami disminore mengatakan tindakan ini
di lakukan untuk mengatasi nyeri secara terapi non farmakologis yaitu dengan
berolaraga, perbanyak konsusi air putih hangat, kompres dengan air hangat
pijat pada bagian perut bagian bawah, konsumsi jamu kunyit asam dan yang
terakhir yaitu mengkonsumsi obat pereda nyeri teknik endorphine massage
(Andarmoyo,2013). Sedangkan 6 dari 10 rema di stikes perintis selama ini
hanya mengkonsumsi obat nyeri untuk meredahkan nyeri disminore padahal
banyak cara lain salah satunya endorphine massage.

17
Endorphine massageadalah sentuhan ringan yang dilakukan oleh Constance
Palinsky yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan relaksasi
sehingga menimbulkan rasa nyaman melalui sentuhan kulit. Riset
membuktikan bahwa tekhnik ini juga dapat menghasilkan endorphine dan
oksitosin. Endorphine adalah hormon alami yang diproduksi oleh tubuh
manusia. Endorphine dapat diproduksi oleh tubuh dengan cara melakukan
aktifitas seperti meditasi, edonrphine massage, atau melalui akupuntur
treatments dan chiropiratic. Endorphine massage merupakan sebuah terapi
sentuhan atau pijatan ringan yang bisa diberikan pada daerah punggung yang
akan menghasilkan hormon endorphine sehingga dapat mengurangi rasa nyeri
pada saat dismenorea (Elvira & Tulkhair, 2018).
Selama ini endorphinesudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya.
Beberapa diantaranya adalah, mengatur produksi hormon pertumbuhan dan
seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan
perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphinedalam
tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan
yang dalam dan relaksasi, serta meditasi (Haruyama, 2011).
Nyeri haid menggangu wanita dalam beraktivitas, menyebabkan para wanita
atau remaja berupaya mencari cara untuk mengurangi nyeri yangdialaminya.
Cara mengurangi nyeri haid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
farmakologis dan non farmakologis. Cara farmakologi dengan minum obat-
obatan dan cara non farmakologis adalah dengan melakukan kompres air
hangat atau mandi air hangat, massage,latihan fisik, tidur yang cukup dan
distraksi seperti menderngarkan musik dan relaksasi. (Pratiwi RY.2018).
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, penulis merasa
termotivasi untuk melakukan “Asuhan Keperawatan dasar dengan Pengaruh
Endorphine Massage Terhadap Rasa Sakit Dismenore pada Nn. A yang
menderita Dismenore untuk menstabilkan rasa sakit Dismenore di Stikes
Perintis padang Tahun 2020”.
1.2 Rumusan Masalah
Banyak nya kasus Disminore yang dialami oleh remaja di Stikes perintis
sebanyak 10 remaja ada 6 yang mengalami disminore. Banyak masalah –

18
masalah yang terjadi pada disminore yaitu nyeri, intoleransi aktivitas,dan
Ansietas. Salah satunya masalahnya yaitu nyeri yang sering terjadi pada
remaja yang mengalami DISMINORE hal ini dikarenakan pada remaja
DISMINORE rata – rata mengalami nyeri. Penatalaksanaan salah satunya
adalah dengan cara endorphine massage yang bertujuan untuk
meminimalisirkan nyeri pada remaja. Maka dari itu penulis tertarik untuk
mengaplikasikan teknik endorphine massage ini dalam kasus kelolaannya
pada remaja yang mengalami disminore dengan tindakan endorphine
massage. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengangkat
judul penerapan endorphine massage dalam mengurangi nyeri disminore
A. Tujuan Penulisan
1.3.1.Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikangambaran tentang hasil praktik elektif
Profesi Ners dengan mengaplikasikan pemberian
asuhankeperawatanEndorphine Massage padaremajadismenorea setelah
menganalisis intervensi dengan evidence-based di Stikes Perintis Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu memahami konsep teori dasar penyakit dan asuhan
keperawatan dengan pendekatan proses keperwatan serta analisa
pemberian intervensi keperawatan sesuai evidence-based pada Nn.A
dengan pemberian Endorphine Massage Terhaap Rasa Sakit
Disminorea Di Wilayah Stikes Perintis Padang.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu melakukan penerapan pendokumentasian dalam
melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan disminore
pemberian Endorphine Massage Terhadap Rasa Sakit Disminorea Di
Wilayah Stikes Perintis Padang.
1.3.2.3 Masiswa mampu menerapkanhasil implementasi asuhan keperawataan
dengan intervensi terknik endorphine massage dalam mengurangi
nyeri disminore.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1.Manfaat Bagi Tempat Penelitian

19
Karya ilmia ini dapat dijadikan media informasi tentang penyakit yang
diderita pasien dan bagaimana penanganannya bagi pasien dan keluarga
khususnya untuk penyakit disminore.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan serta
masukkan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan
keperawatan pasien dengan gangguan rasa sakit abdomen : DISMINOREA.
1.4.3. Bagi keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang
Penerapan Pemberian Endorphine Massage Pada Rasa Sakit Disminorea
Pada Nn.A Di Stikes Perintis Padang Tahun 2020.
1.4.4 Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetauan dan pengalaman
yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
pada pasien gangguan rasa aman dan nyaman : NYERI

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi Remaja

Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa

kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi,

sehingga perlu disiapkan secara dini (Nugroho Utama, 2014).Masa remaja

adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti

psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang terjadi

itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Sementara

itu, perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari

perubahan-perubahan fisik itu muncul ( Sarwono, 2007).

Remaja adalah bahasa inggris diistilahkan dengan adolescence, yang berarti

tumbuh menjadi dewasa dan merupakan salah satu periode kehidupan

dimana mulai munculnya karakteristik seksual sekunder dan berakhir

dengan berhentinya pertumbuhan dan maturitas emosional (Thompson

1996). Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa

anak-anak kemasa dewasa, usia antara 10-24 tahun.Secara etimiologi,

remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (who) remaja itu mencakup individu

periode usia 10 sampai 19 tahun. Sedangkan PBB (perserikatan bangsa-

bangsa) menyebut masa remajauntuk usia antara 15-24 tahun yaitu remaja

Indonesia perempuan an laki-laki belum menikah (Depkes RI, 2007).

21
Definisi ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young

people)yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran eny, 2012).

Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari 3 sudut pandang yaitu:

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12

tahun sampai 20-21 tahun

b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan

fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kinerja

seksual

c. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu

mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi,

sosial,dan moral, diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.

Gunarsa (1978) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan

masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi

semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki

masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam

perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena

menjadi jembatan antara masa anak-anak yang bebas menuju masa

dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmira eny, 2012).

Menurut soetjiningsih (2004) Masa remaja merupakan salah satu

periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa

perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa

yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan

perubahan sosial. Disebagian besar masyarakat dan budaya masa

remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir

22
pada usia 18-22 tahun. Masa remaja merupakan peralihan antara

masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual

yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun, yaitu masa

menjelang dewasa muda.

Peneliti menyimpulkan bahwa remaja adalah terjadinya pertubahan

pada masa anak-anak menuju ke masa dewasa pada usia 10-24

tahun. Terjadi perubahan fisik, psikologis dan kronologis. Dengan

munculnya karakteristik seksual sekunder dan berakhirnya maturitas

emosional.

2.1.2 Tahap-Tahap Perkembangan Remaja

Menurut (Sarwono,2012) ada tiga tahap perkembangan remaja dalam proses

penyesuaian diri menuju dewasa, antara lain :

a. Remaja awal

Masa remaja awal berada pada rentang usia 10-13 tahun ditandai

dengan adanya peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan

pematangan fisik, sehingga intelektual dan emosional pada masa

remaja awal ini sebagian besar pada penilaian kembali dan

restrukturisasi dari jati diri. Pada tahap remaja awal ini penerimaan

kelompok sebaya sangatlah penting (aryani,2010).

b. Remaja madya

Masa remaja madya berada pada rentang usia 14-16 tahun ditandai

dengan hampir lengkapnya pertumbuhan pubertas, dimana

timbulnya keterampilan-keterampilan berfikir yang baru, adanya

peningkatan terhadap persiapan datangnya masa dewasa, serta

23
keinginan untuk memaksiamalkan emosional dan psikologis dan

orang tua (ayani, 2010).

c. Remaja akhir

Masa remaja akhir berada pada rentang usia 16-19 tahun. Masa ini

merupakan masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai

dengan pencapian lima hal yaitu :

1) Minat menunjukan kematangan terhadap fungsi-fungsi

intelek.

2) Ego lebih mengarah pada mencari kesempatan untuk bersatu

dengan orang lain dalam mencari pengalaman baru.

3) Terbentuk identitas seksual yang permanen atau tidak akan

berubah lagi

4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri

sendiri) diganti dengan kesimbangan antara kepentingan diri

sendiri dengan orang lain

5) Tumbuh pembatasan yang memisahkan diri pribadinya

(Private Self)dengan masyarakat umum (Sarwono,2012).

2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Havigurst mendefinisikan tugas perkembangan merupakan tugas yang

muncul sekitar satu periode tertentu pada kehidupan individu, jika individu

berhasil melewati periode tersebut makan akan menimbulkan fase nahagia

serta membawa keberhasilan dalam melasanakan tuga-tugas perkembangan

selanjutnya (Muhammad Ali, 2011). Namun jika individu gagal melewati

24
periode tersebut maka tak jarang akan terjebak dalam perkembangan psikis

yang tidak sehat, salah satunya kenakalan remaja (Syafitri,2015).

Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havigurst adalah

sebagai berikut :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu memahami dan merima peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis

d. mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat

diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang

tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan sebagai tanggung jawab kehidupan

keluarga (Muhammad Ali, 2011).

2.1.4 Perkembangan Fisik Masa Remaja

Papalia dan Olds menjelaskan bahwa perkembangan fisik merupakan suatu

perubahan yang terjadi pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan

keteramrampilan motorik (Jahja,2012). Piaget menambahkan bahwa yang

25
terjadi pada perubahan tubuh ditandai dengan pertumbuhan tinggi badan,

berat badan, pertumbuhantulang, pertumbuhan otot, struktur otak semakin

sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif, serta kematangan

organ seksual dan fungsi reproduksi (Jahja,2012).

Pada masa remaja adanya pertumbuhan organ-organ reproduksi sehingga

terjadinya kematangan fungsi reproduksi yang diikuti munculnya tanda-

tanda sebagai berikut :

a. Tanda-tanda seks primer

Menurut Sekatini (2012) tanda seks primer pada remaja adalah

sebagai berikut :

1) Remaja Perempuan

Remaja perempuan mengalami tanda seksual primer

berupa terjadinya menstruasi (menarche) (Dewi,2012).

Dimana menstruasi didefinisikan sebagai perubahan

periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah

ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan

endometrium uterus (Bobak,2004).

2) Remaja Laki-laki

Tanda seksual primer pada remaja laki-laki ketika sudah

mengalami mimpi basah yang menandakan bahwa sistem

reproduksinya mulai berfungsi. Mimpi basah biasanya

26
terjadi pada remaja laki-laki usia 10-15 tahun

(Sekarrini,2012).

b. Tanda seksual sekunder

1) Pada perempuan tanda seksual sekunder yang terjadi adala

pelebaran pinggul, pertumbuhan payudara, tumbuh rambut di

sekitar kemaluan dan ketiak, mencapai pertumbuhan

ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, serta

pertumbuhan rahim dan vagina (Sarwono,2012).

2) Pada laki-laki tanda seksual sekunder yang terjadi adalah

pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar,

tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna

gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani),

bulu kemaluan menjadi kriting, bertumbuhan tinggi badan

mencapai tingkat maksimal setiap tahunya, tumbuh rambut-

rambut halus diwajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak,

akhir perubahan suara, serta dapat adanya rambu-rambut di

dada (Sarwono, 2012).

2.2 Definisi Disminore

Dismenore berasal dari kata “dys” dan “menorrea”. Dys atau dis adalah

awalan yang berarti buruk, salah dan tidak baik. Menorea atau mens atau

mensis adalah pelepasan lapisan uterus yang berlangsung setiap bulan berupa

darah atau jaringan dan sering disebut denganhaid atau menstruasi (Ramali,

27
2003). Dismenore adalah nyeri diperut bagian bawah, menyebar kedaerah

pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul tidak lama sebelum atau bersama-sama

dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari (Wiknjosastro,2007).

Menurut Nugroho Topan (2014) Dismenore adalah nyeri perut yang bersal

dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenore ialah rasa nyeri

saat haid di bagian perut bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah

menstruasi. Nyeri dapat bersifat terus menerus. Dismenore timbul akibat

kontraksi dismitrik lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih

gejala mulai dari ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah

pinggang dan sisi medial paha (Badziad, 2003).

Dismenore merupakan rasa nyeri pada saat menstruasi yang terasa di perut

bagian bawah, menyebar ke bagian pinggang dan paha. Dismenore terjadi

karena adanya kontraksi distritmik lapisan miomtrium yang menampilkan

satu atau lebih gejala mula dari nyeri ringan hingga berat. Nyeri timbul tidak

lama sebelum atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung

untuk beberapa waktu.

2.2.1 Etiologi Dismenore

Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang

mendasarinya dan dismenore sekunder adalah kelainan

kandungan.Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50%

wanita mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat.

28
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3

tahun setelah menstruasi pertama. Nyeri pada dismenore primer juga berasal

dari kontraksi rahim yang diransang oleh prostaglandin, nyeri yang

dirasakan semakin hebat ketika bekuan atau potongan jaringan dari lapisan

rahim melewati serviks (leher rahim) terutama jika saluran serviksnya

sempit (Nugroho Topan & Utama Indra, 2014).

Menurut Nugroho Topan & Utama Indra (2014) Faktor lainnya yang bisa

memperburuk dismenore adalah :

1) Rahim yang menghadap kebelakang (retroversi)

2) Kurang berolahraga

3) Stress psikis atau stress sosial

Penyebab dari dismenore sekunder yaitu:

a. Endormetriosis

b. Fibroid

c. Adenomiosis

d. Peradangan tuba falopi

e. Perlengketan abnormal antara organ di dalam perut

2.2.2 Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

a.Organ Generatif Interna (Syaifuddin, 1999).

29
Gambar 2.1 Organ Reproduksi Interna Pada Wanita

(Sumber: Wiknjo Sastr0, 2002)

1) Vagina

Vagina merupakan jaringan membran mukosa membranosa berbentuk

tabung yang memanjang dari vulva ke uterus berada diantara kandung

kemih dianterior dan rectum diposterior.

2) Uterus

Uterus adalah organ yang berongga dan berdinding tebal yang sebagian

tertutup oleh peritonium atau serosa. Berfungsi untuk implantasi,

memberikan pelindungan dan nutrisi pada janin, mendorong keluar janin

dan plasenta pada persalinan serta mengendalikan perdarahan dari tempat

perlatakan plasenta.

Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng dan terdiri atas dua bagian

yaitu bagian atas berbentuk segitiga yang merupakan badan uterus yaitu

korpus dan bagian bawah berbentuk silindris yang merupakan bagian

fusiformosis yaitu serviks. Saluran ovum atau tuba falopi bermula dari

30
kornus (tempat masuk tuba) uterus pada pertemuan batas superior dan

lateral. Bagian atas uterus yang berada diatas kornus disebut fundus. Bagian

uterus dibawah insersi tuba falopi tidak menutup langsuang oleh serviks

dengan korpus uteri disebut isthmus uteri.

Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhu usia dan paritas seorang

wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5-3,5 cm. Uterus

wanita multipara dewasa panjangnya bervariasi antara 6-8 cm sedangkan

pada wanita multipara 9-10 cm. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan

antara 50-70 gram, sedangkan pada wanita yang belum pernah melahirkan

80 gram atau lebih. Pada wanita muda panjnag korpus uteri kurang lebih

setengah panjnag serviks, pada wanita multipara, serviks hanya sedikit lebih

panjang dari sepertiga panjang total organ ini.

Bagian serviks yang berongga dan merupakan celah disebut dengan kanalis

servikalis yang berbentuk fusiformis dengan kecil pada kedua ujungnya

yaitu ostium eksterna. Setelah mounopose uteri mengecil sebagai akibat

atropi miometrium dan endometrium. Istmus uteri pada saat kehamilan

diperlukan untuk pembentukan segmen bawah rahim. Pada bagian inilah

dinding uterus dibuka jika mengerjakan section caesaria trans peritonealis

profund.

Suplay vaskuler uterus terutama berasal dari uteri aterina dan arteri ovarika.

Arteri uterina yang merupakan cabang utama arteri hipogastrika menurun

masuk dasar ligamentum katum dan berjalan ke medial menuju sisi uterus.

Arteri uterina terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu arteri serviko

vaginalis yang lebih kecil memperdarahi bagian atas serviks dan bagian atas

31
vagina. Cabang utama memperdarahi bagian bawah serviks dan korpus

uteri. Arteri ovarika yang merupakan cabang aorta masuk dalam

ligamentum latum melalui ligamentum infundibulopelvikum. Sebagian

darah dari bagian atas uterus, ovarium dan bagian atas ligamentum latum

dikumpulkan melalui vena yang didalam ligamentum latum, membentuk

pleksus pampiniformis yang berukuran besar, pembuluh darah darinya

bermuara di vena ovarika. Vena ovarika kanan bermuara ke vena cava,

sedangkan vena ovarika kiri bermuara ke vena renalis kiri.

Persyarafan terutama bersal dari sistem saraf simpatis, tetapi sebagian juga

bersal dari sistem serebrospinal dan parasimpatis. Cabang-cabang dari

pleksus ini mensyarafi uterus, vesika urinaria serta bagian atas vagina dan

terdiri dari serabut dengan maupun tanda menyelin. Uterus disangga oleh

jaringan ikat pelvis yang terdiri atas ligamentum latum, ligamentum

infundibolupelvikum, ligamentum kardialis, ligamentum rotundum dan liga

mentum uterosarkum.

Ligamentum latum meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak

banyak mengandung jaringan ikat. Ligamentum infundibolupelvikum

merupakan ligamentum yang menahan tuba falopi yang berjalan kearah

infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya ditemukan urat-urat saraf,

saluran limfe, arteria dan vena ovarika. Ligamentum kardinale mencegah

supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat yang tebal dan berjalan

dari serviks dan puncak vagina ke arah leteral dinding pelvis. Didalamnya

ditemukan banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteria uterine.

Ligamentum uterosakrum menahan uterus supaya tidak bergerak, berjalan

32
dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan arah os sacrum kiri dan kanan,

sedangkan ligamentum rotundum menahan uterus anterfleksi dan berjalan

dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.

3) Serviks Uteri

Serviks uteri merupakan bagian uterus yang terletak dibawah isthmus

dianterior batas atas serviks yaitu ostium interna, kurang lebih tingginya

sesuai dengan batas peritonium pada kandung kemih. Ostium eksterna

terletak pada ujung bawah segmen vagina serviks yaitu portio vaginalis.

Serviks yang mengalami robekan yang dalam pada wajtu persalinan setelah

sembuh bisa menjadi berbentuk tak beraturan, noduler, atau menyerupai

bintang.

Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri dari jaringan

kolagen, jaringan elastin serta pembuluh darah. Selama kehamilan dan

persalinan, kemampuan serviks untuk meregangkan merupakan akibat

pemecahan kolagen. Mukosa kanalis servikalis merupakan kelanjutan

endometrium basalis yang tipis.

4) Korpus Uteri

Dinding korpus uetri terdir dari 3 lapisan yaitu endometrium miometrium

dan peritoneum.

a. Endometrium merupakan nagian terdalam dari uterus, berupa lapisan

mukosa yang melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil.

Endometrium berupa membran tipis berwarna merah muda,

menyerupai beludu, yang bila diamati dari dekat akan terlihat

ditembusi oleh banyak lubang-lubang kecil yaitu muara kelenjar

33
uterine. Tebal endometrium 0,5-5 mm. Endometrium terdiri dari

epitel permukaan, kelenjer dan jaringan mesenkin antar kelenjer

yang didalamnya terdapat banyak pembuluh darah. Kelenjar urine

berbentuk tubuler dalam bentuk istirahat menyerupai jari jemari dari

sebuah sarung tangan.

b. Miometrium merupakan lapisan dinding yang merupakan lapisan

muskuler. Miometrium merupakan jaringan pembentuk sebagian

besar uterus, terdiri atas kumpulan otot polos yang disatukan

jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalmnya. Selama

kehamilan miometrium membesar namun tidak terjadi perubahan

berarti pada oto serviks. Dalam lapisan ini tersusun serabut otot yang

terdiri atas tunikla muskularis longitidinalis eksterna, oblique media,

sirkularis interna dan sedikit jaringan fibrosa.

c. Peritonium merupakan lapisan serosa yang menyelubungi uterus,

dimana peritonium melekat erat kecuali pada daerah diatas kandung

kemih dan pada tepi lateral dimana peritonium berubah arah

sedemikian rupa membentuk ligamentum latum.

2.2.3Derajat dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi

namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. sedangkan menurut

Kusmiran,D (2011), ditinjau dari berat ringannya rasa nyeri. Dismenore

dibagi menjadi:

34
a. Dismenore ringan yaitu dismenore dengan rasa nyeri yang berlangsung

beberapa saat sehingga perlu istirahat sejenak untuk menghilangkan

nyeri tanpa disertai pemakaian obat.

b. Dismenore sedang yaitu dismenore yang memerlukan obat untuk

menghilangkan rasa nyeri, tanpa meninggalkan aktivitas sehari-hari.

c. Dismenore berat yaitu dismenore yang memerlukan istirahat sedemikan

lama dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari selama 1 hari

atau lebih

2.2.4Tanda dan gejala dismenore

Umunya adalah nyeri yang timbul tidak lama sebelum atau bersama sama

dengan permulaan menstruasi. Biasanya nyeri pada perut bagian bawah

yang menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai, nyeri dirasakan

sebagai kram yang hilang timbul atau sebgai nyeri yang terus-menerus,

dapat berlangsung dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala-gejala

yang menyertai berupa mual, muntah, sakit kepala, diare dan perubahan

emosional (Wiknjosastro, 2000).

Gejala dismenore:

Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa

menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai

kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,

mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan

35
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,

sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah

(Nugroho Topan & Utama Indra, 2014).

2.2.5Patofisiologi Dismenore

Selama fase luteal dan menstruasi, protaglandin disekresi. Pelepasan

protaglandin yang berlebihan mengkatkan frekuensi kontraksi uterus yang

menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan ikemia

dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik. Respon sistemik terhadap

prostaglandin meliput nyeri punggung kelemahan, pengeluaran keringat,

gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah, dan diare) dan gejala system

syaraf pusat meliputi : pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk

(Sinaga,2017).

2.2.6 Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar operasional prosedur pada tindakan endorphine massage yaitu

sebelum melakukan karya ilmiah pasien diberikan Informed Consent

sebagai bukti kesediaan menjadi pasien . Pada saat karya ilmiah, pasien

yang mengalami disminorea pada hari 1-2 akan dilakukan pijat endorphine

pada daerah punggung membentuk “V” selama 10 menit dan berikan 1 kali

sehari. Instrumen yang digunakan yaitu Standar Operasional Prosedur

(SOP) endorphine massage. Kemudian dilakukan pengkajian skala nyeri.

(Ika Putri Ramadhani,2018).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

ENDORPHINE MASSAGE DISMINOREA PADA REMAJA

Sumber : Ika Putri Ramadhani(2018).

36
Pengertian Sentuhan ringan yang bertujuan untuk

mengurangi nyeri dan meningkatkan

relaksasi sehingga menimbulkn rasa

nyaman melalui sentuhan kulit

Tujuan 1. Mengurangi rasa nyeri pada

disminorea

2. Memperlancar keluarnya darah

pada saat disminore

Kebijakan Klien dengan akumulasi nyeri pada

bagian abdomen

Petugas Perawat

Peralatan 1. Minyak oil

2. Alas/perlak

3. Air panas dalam baskom

4. Tissue

5. Handuk kecil

6. Aroma terapi kalau ada

Tahap Kerja A. Tahap Pra-Intraksi

1. Melakukan pengecekan

program terapi

2. Menyiapkan air panas

dalam baskom dan minyak

oil

3. Membawa alat didekat

37
pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai

pendekatan teraupetik

2. Menjelaskan tujuan dan

prosedur yang akan

dilakukan kepada pasien.

Menanyakan persetujuan

dan kesiapan pasien.

C. Tahap Kerja

1. Mencuci tangan dan

mengucapkan salam

2. Kompres hangat yang

berarti bahwa kompres

hangat berpengaruh secara

signifikan dalam penurunan

intensitas nyeri disminore.

Kompres hangat bisa

dilakukan sendiri, selain itu

juga tidak membutuhkan

biaya yang mahal, dan

waktu yang lama.

3. Usapan atau gosokan pada

bagian pinggang dan

38
abdomen yang terasa sakit,

selama pemberian waktunya

1 kali sehari dan 10-15

menit dengan menggunakan

teknik endorphine massage

yang berarti juga

berpengaruh dalam

penurunan nyeri disminore.

Endorphine massage bisa

dilakukan sendiri dan tidak

membutuhkan biaya.

D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi

tindakan.

2. Membaca salam dan

berpamitan pada pasien

3. Merapikan alat-alat

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan

dalam lembar catatan

keperawatan.

Sumber : Ika Putri Ramadhani(2018).

39
2.2.7WOC DISMINORE
Disminore Primer
Disminore sekunder

Kontraksi Rahim yang dirangsang


Kelainan kandungan (Endormetriosis,
Prostaglandin
fibroid,adenomiosis,peradangan tuba
Bekuan atau jaringan dari lapisan
falopi)
rahim meleawati serviks
DISMINORE

Bila tidak terjadi kehamilan

Regresi korpus luteun

Progresterone menurun

Labilisasi membrane

lisosom (mudah pecah)


Enzim fosfolipase A2 meningkat

Hidro lisis senyawa

fosfolipid
terbentuk asam arakidonat

Prostag landin Meningkatkan

PGE2 PGF sensitisasi &

menurunkan ambang
PGE 2 & PGF 2α dalam darah
rasa sakit pada ujung
meningkat
40
Miometrium terangsang MK :

Meningkatkan kontraksi & disritmia uterus Intoleransi

Iskemia aktivitas
MK :
MK: Nyeri
Ansietas
2.2.8Skala Pengukuran Tingkat Dismenore
haid

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual

dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama berbeda oleh dua orang

yang berbeda (Septiani, 2011).

2.2.9Skala UkurVisual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran intensitas nyeri

yang dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan

pengaturan klinis. VAS umumnya disajikan dalam bentuk garis horizontal

Dalam perkembangannya.

VAS menyerupai NRS yang cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang

masing-masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan

oleh pasien.Dalam beberapa penelitian yang dilakukan untuk menilai

intensitas nyeri pasca operasi, skala yang digunakan adalah rekombinasi

antara VAS dan NRS.VAS juga sering digunakan untuk menilai nyeri pada

pasien untuk dapat memperoleh sensitivitas obat pada uji coba obat

analgetik.Dalam penggunaan VAS terdapat beberapa keuntungan dan

kerugian yang dapat diperoleh. Keuntungan penggunaan VAS antara lain

VAS adalah metode pengukuran intensitas nyeri paling sensitif, murah dan

41
mudah dibuat.VAS mempunyai korelasi yang baik dengan skala-skala

pengukuran yang lain dan dapat diaplikasikan pada semua pasien serta VAS

dapat digunakan untuk mengukur semua jenis nyeri.Namun kekurangan dari

skala ini adalah VAS memerlukan pengukuran yang lebih teliti dan sangat

bergantung pada pemahaman pasien terhadap alat ukur tersebut

(Tambayong FH, 2013).

Gambar 2.2 Visual Analogue Scale (VAS)

Untuk memverbalkan atau menunjukkan tingkat nyerinya. skala intensitas nyeri

numerik yaitu : (Potter & Perry, 2005)

2.2.10Karakteristik Dismenore

Dismenore terjadi pada wanita yang berusia antara 20 tahun hingga 24

tahun yang mana dismenore yang paling parah biasanya berlaku pada usia

sebelum 25 tahun (Azifah, 2010). Umumnya terjdi pada wanita nulipara

dan kerap menurun signifikan setelah kelahiran anak. Lebih sering terjadi

pada wanita obesitas.

Dismenore jarang terjadi pada wanita yang memiliki siklus menstruasi

yang tidak teratur. Dismenore berkaitan dengan aliran darah menstruasi

42
yang lama dan jarang terjadi pada atlet. Sedangkakn pada dismenore

sekunder kasus ini dimulai setelah usia 20 tahun dan neyri bersifat

unilateral. Faktor resiko durasi dan tingkat keparahan dismenore adalah

usia menarche. Periode mentrual yang panjang dan juga adanya riwayat

merokok (azifah, 2010).

2.2.11Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dismenore

a. Usia adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur waktu hidup

maupun mati seseorang (Depkes, 2013).Usia kronologis adalah usia yang

dihitung berdasarkan kematangan biologis.Menurut Bare dan Smeltzer

(2002) hubungan usia dengan disemnore yaitu bahwa semakin tua usia

wanita yangmengalmai menstruasi akan menyebabkan pelebaran leher

rahim, sehingga kejadian dismenore pada wanita usia tua jarang

ditemukan. Hubungan usia dengan dismenore terjadi pada usia menarche.

Usia wanita sangat mempengaruhi terjadinya disemenore (Wiknjosastro,

2005). Usia wanita muda akan beresiko terjadinya dismenore. Hal ini

karena alat reproduksi yang belum sempurna belum dapat berfungsi

sebagaimana mestinya sehingg pada saat menstruasi akan menyebabkan

nyeri haid (Lestari, 2013).

b. Status Pernikahan

Pernikahan adalah adanya perjanjian eksplisit bersifat permanen dan

merupakan persatuan seksual yang diakui secara sosial. Pernikahan adalalh

seorang laki-laki dan perempuan yang usdah memiliki umur yang cukup

untuk mengikat janji suci atau sakral (Dariyo, 2004).

43
Hubungan pernikahan dengan dismenore terjadi pada wanita yang belum

menikah. Wanita yang belum menikah berpotensi akan mengalami

dismenore. Menurut Abidin (2004) yang menyatakan bahwa resiko

tejadinya dismenore lebih kecil pada wanita yang sudah menikah

dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Menurutnya kejadian

dismenore primer pada mereka yang pernah menikah disebabkan oleh

hilangnya sebagian saraf akibat kemunduran saraf rahim akibat penuaan.

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama

sampai anak terakhir (Jensen, Bobak, Lowdermik, 2004). Menurut Bobak

(2004) paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan. Menurut

Prawirohardjo (2009) paritas dapat dibedakan menjadi multipara, primipara,

dan nulipara:

1) Nulipara adalah wanitayang belum pernah melahirkan bayi hidup

(Manuaba, 2008).

2) Primipara adalah wanita hamil untuk pertama kalinya dan mampu

melahirkan anak hidup didunia luar dengan cukup besar (Varney, 2006).

3) Multipara adalah wanita yang oernah hamil beberapa kalai dimana

kehamilan trsebut tidak lebih dari 5 kali (Manuaba, 2008).

Hubungan paritas dengan disemnore yaitu responden yang pernah

melahirkans ecara normal. Keluhan nyeri yang berkurang apabila pernah

hamil dan pernah mempunyai pengalaman melahirkan pervagina (Reeder

dan Koniak, 2011). Nyeri saat menstruasi akan terasa sakit saat bekuan

darah melewati leher rahim terutama bila saluran darah sempit (Andira,

44
2013). Sehingga nyeri haid pada wanita yang pernah hamil akan

berkurang bahkan menghilang karena adanya pelebaran leher rahim.

Oleh sebab itu resiko kecil terjadi dismenore pada wanita yang sering

melahirkan dan sering mengalami kehamilan (Lestari, 2013). Hal ini

sesuai dengan teori santoso, bahwa dismenore akanmneghilang pada

wanita yang pernah malahirkan karena saluran servicnya telah melebar

(Santoso, 2007)`

2.3NYERI DISMINORE

( ENDORPHINE MASSAGE )

2.3.1 Definisi Nyeri disminore

Disminore adalah nyeri selama menstrusi yang disebabkan oleh kejang otot

uterus. Disminore merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan

remaja pergi kedokter untuk konsultasi dan pengobatan(Rachimhadhi,2005).

Disminore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat

diabdomen. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang

ringan sampai berat. Keparahan disminore berhubungan langsung dengan

lama dan juah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikuti

dengan rasa mulas atau nyeri. Namun, yang dimaksud dengan disminore

pada topik ini adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan

tersebut datang berobat ke dokter atau menobati dirinya sendiri dengan obat

anti nyeri(Anwar dkk, 2011). Ada beberapa pembagian nyeri disminore

yaitu :

1. Ringan : Berlangsung beberapa saat dapat melanjutkan kerja sehari-

hari

45
2. Sedang : Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu

meningkatkan pekerjaanya.

3. Berat : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai, sakit

kepala, sakit pinggang,, diare, dan rasa tertekan.

Pembagian klinis disminore menurut (Calis,2011 dalam Lestari,2013) yaitu :

1. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum

masa haid atau segera setelah masa hais mulai. Banyak perempuan

terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga

ia tidak dapat mengerjakan apapun.

2. Nyeri Kongestif

Penderita disminore kongesif yang biasanya akan tahu sejak berhari-

hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka

mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut

kembung tidak menentu, beha terlalu ketat, sakit kepala, sakkit

punggung, pegal pada paha, merasa lelah, mudah tersinggung,

kehilangan keseimbangan, terganggu tidur.

2.4 ENDOPRPHINE MASSAGE

2.4.1 Definisi Endorphine Massage

Pijat Endorfin berasal dari kata endogenous + morphine, molekul protein

yang diproduksi sel-sel dari system syraf dan beberapa bagian tubuh yang

berguna untuk bekerjasama sreseptor sedative untuk mengurangi rasasakit.

Reseptor analgesik ini diperoduksi di spina cord (simpul saraf tulang

belakang hingga tulang ekor) dan ujung saraf.Endorfin merupakan sejumlah

46
polipeptida yang yang terdiri dari 30 unit asaam amino. Opiod-opiod

hormon-hormon penghilang stress seperti kortikotrofin, kortisol, dan

ketokelamin di hasilkan tubuh untuk mengurangi stress dan menghilangkan

rasa nyeri.Tubuh menghasilkan sedikitnya 20 endorfin yang berada manfaat

dan kegunaannya. Beta-endorfin muncul sebagai endorfin yang berfungsi

memberikan pengaruh palng besar di otak dan tubuh selama latihan. Beta-

endorfin juga merupakan satu jenis hormon peptide yang dibentuk sebagian

besar oleh tyrosine, yaitu satu jenis asam amino. Struktur molekular pada

endorfin sangat serupa dengan yanga ada pada mophin, tapi dengan

kekayaan kimia yang berbeda (Aprillia.2010).

Endorfin digambarkan sebagai peptida yang menyerupai opiat, atau

neuropeptida yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps neural di

berbagai tempat dalam sistem saraf pusat. Endorfin memodulasi transmisi

persepsi nyeri di area ini. Endorfin ditemukan dalam sistem limbic,

hipotalamus, dan formasi reticular. Endorfin berkaitan dengan membrsne

prasinaptik, menghambat zat P yang merupakan neurotransmitter yang

dilepaskan pada beberapa sinaps jika terdapat impuls nyeri; neurotransmitter

ini memfasilitasi informasi itu endorfin menghambat transmisi nyeri

sehingga nyeri berkurang (Frase,2009).

Pijat endorfin merupakan sebuah terapi sentuhan atau pijatan ringan yang

cukup penting diberikan pada ibu hamil, diawaktu menjelang hingga

saatnya melahirkan. Pijatan ini dapat merangsang tubuh untuk melepaskan

senyawa endorfin yang merupakan perbeda rasa sakit dan dapat

menciptakan perasaan nyaman. Selama ini, endorfin sudah dikenal sebagai

47
zat yang banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah mengatur

produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta

sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stress, serta meningkatkan

system kekebalan tubuh. Endorfin dalam tubuh bisa dipicu munculnya

melalui berbagai kegiatan, seperti pernafasan yang dalam dan relaksi, serta

meditasi (Kuswandi.2014). Endorfin adalah hormon alami yang diperoduksi

tubuh manusia, maka endorfin adalah penghalang rasa sakit yang terbaik.

Endorfin dapat diproduksi tubuh secara alami saat tubuh melakukan

aktivitas seperti meditai, pernafasan dalam, makanan pedas, atau menjalani

akupuntur dan chiropractic (pengobatan alternatif). Walaupun perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai endorfin, tapi endorfi dipercaya

mampu memproduksi empat kunci bagi tubuh dan pikiran, yaitu

meningkatkan system kekebalan tubuh/imunittas, mengurangi rasa satik,

mengurangi stress, dan memperlambat proses penuaan. Para ilmuwan juga

menemukan bahwa beta-endorfin dapat mangfaktifkan NK (Natural Killer)

cell pada tubuh manusia dan mendorong system kekebalan tubuh untuk

melawan sel-sel kanker. Dalam dunia kebidanan, selama melakukan riset

tentang mengelola rasa sakit dan relaksasi, Constance Palinsky juga

mengembangkan pijit endorfin sebagai sentuhan ringan. Teknik ini bisa

dipakai untuk mengurangi perasaan tidak nyaman melalui permukaan kelit,

teknik sentuhan ringan ini juga dapat menormalkan denyut jantung dan

tekanan darah. Sentuhan ringan mencakup pijatan sangat ringan yang bisa

membuat bulu-bulu halus berdiri. Riset membuktikan bahwa teknik ini

meningkatkan pelepasan oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi

48
persalinan. Bidan harus bisa mengajarkan si ibu hamil dan pasangannya

untuk melakukan pijat yang sangat ringan ini selama bulan terakhir

kehamilan. Selain mendukung dan membantu ibu untuk masuk ke relaksasi

yang dalam, teknik ini juga membantu menguatkan ikatan antara suami dan

ostri dalam memperssiapkan persalinan (Aprillia.2010).

2.4.2 Manfaat EndorphineMassage

Manfaat Pijat Endorfin Kegunaan dari endorfine :

Mengendalikan rasa sakit yang peresisten menetap ,mengendalikan potensi

kecanduan akan cokelat, mengendalikan perasaan frustasi dan

stress,mengatur produksi hormon pertumbuhan dan seksual, mengurangi

gejala-gejala akibat gangguan makan. (Aprillia.2010).

2.4.3 Teknik EndorphineMassage

Pijatan ternyata tidak hanya berguna untuk meredakan rasa sakit dibagian

tubuh tertentu. Tapi pijatan juga ternyata bisa meredakan rasa nyeri di

beberapa titik bagian tubuh, seperti sakit perut, tekanan darah sampai nyeri

karena haid. Pijat merupakan jenis terapi alternatif yang bisa dipilih selain

mengkonsumsi ramuan tradisional atau jamu. Karena itu pijat itu juga

sangat bermanfaat untuk meredakan nyeri haid. Kamu wanita bisa

mempraktekannya dengan melakukannya dengan melakukan.(Aprillia.2010)

2.4 AsuhanKeperawatanDesminore

A. Pengkajian

Pengkajian ialah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan cara

mengumpulkan data – data yang akurat dari klien agar dapat diketahui

berbagai masalah malah yang ada.

49
Pengkajian pada disminore dilakukan dengan melihat kembali catatan

tentang gejala emosi, perilaku, fisik, dan pola diet, pola latihan dan pola

istirahat, merupakan alat diagnositik yang bermanfaat.(Lowdermik,2013).

a) Riwayat kesehatan

Hal yang perlu dikaji dalam riwayat kesehatan adalah :

1) Keluhan yang dirasakan pasien hari pertama haid pasien merasakan

nyeri karena keluarnya haid hari pertama

2) Adanya kesulitan atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

hari misalnya pada pasien disminore dalam masalah pola makan, buang

air kecik (BAK) atau buang air besar (BAB), ada masalah dalam

melakukan aktivitas fisik, dan masalah pada gangguan pola tidur.

3) Pada pasien disminore dihari peratama biasanya berada difase yang

benar-benar tergantung pada orang lain dan belum mampu sama sekali

untuk melakukan aktivitas seperti pada umumnya.

4) Perasaan yang dirasakan ansietas dan juga cemas dan juga khawatir

5) Pada haid pertama biasanya tidak ada nafsu untuk makan ataupun

melakukan aktivitas.

1. Pemeriksaa Fisik

1) Pada pasien rasa sakit disminore keadaan umum cukup baik

2) Kesadaran klien dengan gangguan menstruasi biasanya composmentis

jika tidak mengalami disminore berat yaitu sampai tidak bisa sadarkan

diri

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan darah : 130/80 mmHg

50
b) Nadi : 80x/menit

c) Pernapasan : 25x/menit

d) Suhu : 36,8°C

4) Payudara biasanya dihari pertama disminore biasanya mengalami

bengkak dan terasa sangat nyeri

5) Abdomen hari pertama haid biasanya terasa sakit dan juga susah untuk

melakukan aktivitas seperti biasanya dikarenakan badan terasa lemah

dan letih

B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan (SIKI)

Keperawatan (SLKI)
1. Nyeri akut Tingkat nyeri : Manajemen nyeri :

berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi :

agen pencedera selam 2 hari maka tingkat - Identifikasi lokasi, karakteristik,

fisiologis nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas intensitas

kriteria hasil : nyeri

1 Nyeri terkontrol - Identifikasi skala nyeri

mampu mengenali - Identifikasi respons nyeri non verbal

nyeri - Identifikasi faktor yang

51
2 Mampumengenali memperberat dan memperingan

penyebab nyeri, nyeri

3 Mampu mengontrol - Identifikasi pengetahuan dan

penggunaan teknik keyakinan tentang nyeri

non farmakologi dan - Monitor efek samping penggunaan

keluhan nyeri analgetik

menurun Teraupetik :

- Berikan teknik nonfarmakologi

untuk mengurangi rasa nyeri

(misalnya terapi musik, terapi pijat,

kompres air hangat/dingin).

- Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (misalnya

suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan,)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri.

Edukasi :

- Jelaskan penyebab periode dan

pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara

52
mandiri

- Anjurkan mengguankan teknik

norfarmakologi untuk mengurangi

rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik biar

perlu
2. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas

berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi :

imobilitas selam 2 hari maka tingkat - Identifikasi defisit tingkat aktivitas

nyeri menurun dengan - Identifikasi kemampuan

kriteria hasil : berpartisipasi dalam aktivitas

1 Kemudahan dalam tertentu

aktivitas sehari-hari - Identifikasi sumber daya untuk

meningkat aktivitas yang diinginkan

2 Keluhan lelah - Identifikasi makna aktivitas turin


menurun \monitor respons emosional, fisik,
3 Perasaan lelah sosial, dan spiritual terhadap
menurun aktivitas

Teraupetik :

- Fasilitasi makna aktivitas yang

dipilih

- Fasilitasi transportasi untuk

melakukan kativitas jika sesuai

53
- Libatkan keluarga dalam aktivitas,

jika perlu

- Berikan penguatan positif atas

partisipasi dalam aktivitas

Edukasi :

- Jelaskan metode aktivitas fisik

sehari – hari

- Anjurkan terlibat dalam aktivitas

kelompok atau terapi, jika perlu

- Anjurkan melakukan aktivitas fisik,

sosial, spiritual, kognitif dalam

menjaga fungsi dan kesehatan

Kolaborasi :

- Koraborasi dengan terapi okupasi

dalam merencanakan dan

memonitor program aktivitas.


3. Ansietas Tingkat ansietas Observasi :

berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi - Idetifikasi teknik relaksasi yang

krisis situasional selam 2 hari maka tingkat pernah efektif digunakan

ansietas menurun dengan - Identifikasi kesediaan, kemampuan,

kriteria hasil : dan penggunaan teknik sebelumnya.

1. Perilaku gelisah - Periksa ketegangan otot, frekuensi

menurun nadi, tekanan darah, dan suhu

2. Perilaku pusing sebelum dan sesudah latihan.

menurun

54
3. Anoreksia menurun - Monitor respons terhadap terapi

relaksasi.

Teraupetik :

- Ciptakan lingkungan tenang dan

tanpa gangguan dengan

pencahayaan dan suhu ruang

nyaman, jika memungkinkan

- Gunakan nada suara yang lembut

dengan irama lambat dan berirama.

- Gunakan relaksasi sebagai strategi

penunjang dengan analgetik atau

tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi :

- Jelasakan tujuan, manfaat, batasan,

dan jenis relaksasi yang

tersedia(mis, musik,meditasi,napas

dalam,relaksasi otot progresif)

- Jelaskan secara rinci intervensi

relaksasi yang dipilih

- Anjurkan mengambil posisi nyaman

- Anjurkan rileks dan merasakan

sensasi relaksasi

- Anjurkan sering mengulang dan

merasakan sensasi relaksasi

55
D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

oleh perawatan maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam

proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi

pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan(Nursallam,2011).

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah diterapkan dan dilakukan secara

berkeseimabngan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainya.

Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan

untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur

hasil dari proses keperawatan. (Nursalam,2011).

Menurut Rohman dan Walid (2009) evaluasi keperawatan dibagi menjadi 2

yaitu sebagai berikut :

1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai

tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus menerus

sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai

2. Evaluasi hasil (somatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir

tindakan keperawatan. Berorientasi pada masalah keperawatan serta

menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindaan yang telah

dilakukan. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang telah ditetapkan.

BAB III

56
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 GambaranKasus

Pasien bernama Nn.A usia 22 tahun, mengetahui nyeri disminore sejak 2 hari

yang lalu sebelum disminore pasien merasakan mual dan muntah. Pasien

mengeluh nyeri perut bagian bawah dan dipinggang terasa sakit pasien

mengatakan sering merasakan nyeri disaat berdiri dan juga duduk, pasien

tampak meringis skala nyeri pasien 4 pasien mengatakan menstuasinya tidak

lancar dan kalau terlihat darahnya dipembalut sangat sedikit keluarnya.

3.2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada Nn.A dengan nyeri disminore meliputi

pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, penentuan intervensi

keperawatan, implementasi, dan evaluasi dari setiap tindakan keperawatan.

Tahap-tahap asuhan keperawatan yang dilakukan mulai dari pengkajian

sampai evaluasi dijelaskan dibawah ini.

3.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari sabtu tanggal 22 agustus 2020 pada Nn.A

jam 09:00 WIB saat hari pertama. Pengkajian meliputi identitas pasien,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit

keluarga. Penulis juga melakukan pemeriksaan fisik dan identifikasi

pengkajian klien tinggal di Paya Kumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota

Kecamatan Harau. Orang tua Nn.A bernama Tn.M (ayah) dan Ny.R (ibu).

Pendidikan orang tua : Tn.M lulus SMA dan Ny.R juga lulus SMA,

pekerjaan ayah Nn.A adalah karyawan swasta sedangkan pekerjaan ibu

Nn.A adalah ibu rumah tangga.

57
Keluhan utama yang dirasakan Nn.A adalah nyeri, mual dan muntah,

susah tidur. Riwayat penyakit sekarang adalah Nn.A mengatakan Nn.A

nyeri perut dan sakit pinggang sejak 1 hari yang lalu, Nn.A mengatakan

kepalanya pusing dan badannya panas pada siang hari, dan juga ada mual

muntah. Riwayat penyakit dahulu Nn.A mengatakan haid pertama usia 12

tahun, keluhan selama menstruasi biasanya cuma nyeri biasa saja dan lama

kelamaan nyeri pada disminore terasa sangat sakit diumur 18 tahun , haid

biasanya hanya 4 sampai 5 hari saja haid dalam 30 hari tidak menentu

kadang satu bulandatang diawal bulan dan kadang haid datang di

pertengahan bulan, dihari pertama dan kedua darah mentruasi sangat

sedikit dan dihari ketiga empat dan lima darah menstruasi sedang, warna

darah menstruasinya merah kehitaman, pasien merasakan sakit menstruasi

yang sangat nyeri sekitar 4 tahun yang lalu.

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data berat badan 54 kg dan tinggi badan

160 Cm. Data lain dari pemeriksaan fisik penulis jabarkan dibawah ini :

1 Kepala

Kesadaran komposmentis. Bentuk kepala tampak simetris dan

noormal. Tidak tampak lesi atau ruam kemerahan pada kepala,

tambut berawarna hitam, kuat dan lebat. Wajah : kedua mata.

Hidung dan mulut tampak simetris. Sklera tidak ikterik,

konjungtiva tidak anemis, refleks pupil dan penglihatan normal.

Tidak ada sekret atau hambatan pada hidung, tidak ada mimisan.

Daun telinga tampak bersih, ada sedikit serumen didalam luabang

telinga. Membran mukosa bibir tampak kering, perdarahan gusi

58
tidak ada, tidak ada kandidiasis pada lidah maupun rongga mulut,

tidak ada lesi atau massa di bawah lidah, gigi tampak bersih.

2 Leher

Tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, tidak ada

pembengkakan kelenjer tioroid, tidak teraba adanya massa. Tidak

ada kesulitan untuk menelan.

3 Dada

Inspeksi : dada tampak normal, saat dilakukan inspeksi tidak

ditemukan lesi maupun ruam kemerahan. Pergerakan dada simetris

dan reguler. Selama inspirasi dada mengembang dan sebaliknya

saat ekspirasi. Puting susu dengan pigmentasi putih teretak pada

garis midklavikula iga keempat dan kelima frekuensi napas 25 kali

permenit agak sedikit ada bantuan otot napas. Auskultasi :

Terdengar bunyi vesikuler pada seluruh lapang paru, tidak ada

suara ronchi ataupun wheezing. Palpasi : Teraba vibrasi simetris

pada torakal sinistra dan dekstra. Perkusi : Terdengar bunyi

resonan pada interkosta ketiga dan keempat, dan bunyi pekak pada

intrakosta kelima sejajar midklavikula sinistra dan dekstra.

4 Abdomen

I : Abdomen tampak simetris, tidak ada massa, tidak ada luka/ lesi,

berbentuk buncit simetris (posisi duduk).

A : Tedengar suara peristaltik terdengar sebagai suara dengan

intensitas rendah dan terdengar 10x/i(normal 10-3x/i).

59
Pk : Saat diperkusi terdengar Timpani bunyi bernada lbih tinggi

dari pada resonan lokasinya di atas viccera yang terisi oleh

udara.

P : Tidak ada teraba massa/pembengkakan, ada nyeri tekan

P : nyeri saat dibawa bergerak.

Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tumpul

R : nyeri pada abdomen dan pinggang

S : skala nyeri 4

T : nyeri hilang timbul

Hepar : Pemeriksaan dibawah arkus kosta dan bawah procsifoideus

teraba pada ekspirasi.

5 Punggung dan Ekstremitas

Vertebra tampak normal. Bahu, scapula dan ilium tampak simetris.

Panjang tangan dan kaki kiri dan kanan tampak simetris. Kedua

tangan dan kaki fleksibel, rentang gerak penuh, tidak ada nyeri atau

kekakuan. Jumlah jari kedua tangan dan kaki lengkap. Kuku

tampak merah muda. Tidak tampak deformitas pada keempat

eksremitas. Kulit teraba agak panas, tidak terdapat bintik-bintik

merah pada kulit. Sushu tubuh 36,8°C, akral agak sedikit hangat.

Atas : Tidak ada keluhan

Bawah :Pasien mengalami kelemahan otot ektremitas bagian

bawah ditandai dengan beraktivitas seperti biasanya

3.2.2 Genogram

1. Genogram

60
2.

Keterangan :

: Laki-laki :Tinggal serumah

: Perempuan : Menikah

X : Meninggal : Klien

3.2.3 Analisa Data

Hasil pengkajian kemudian dianalisis dan diidentifikasi untuk menegakan

diagnosa keperawatan pada Nn.A Analisis data hasil pengkajian dapat

dilihat pada table dibawah ini

No Data Etiologi Masalah

61
Keperawatan
1. Data subjektif : Agen pencedera Nyeri Akut

1. Pasien mengatakan fisiologis

nyeri dipinggang

dan juga nyeri

diperut

Data Objektif :

1. Ekspresi pasien

tampak meringis

dan memegang area

abdomen dan juga

pinggang

2. Pasien tampak

hanyak berbaring

dan lemas

3. Nyeri

P : nyeri saat dibawa

bergerak.

Q : nyeri seperti

ditusuk-tusuk benda

tumpul

R : nyeri pada

abdomen dan

pinggang

S : skala nyeri 4

62
T : nyeri hilang timbul
2. Data Subjektif : Imobilitas Intoleransi Aktivitas

1. Pasien mengatakan

susah untuk melakukan

kegiatan apapun karena

nyeri pada abdomen

dan juga pinggang

2. Pasien mengatakan

lemas dan letih

Data Objektif :

1. Pasien tampak

gelisah

2. Pasien tampak lemas

3. Data Subjektif : Krisis situasional Ansietas

1. Pasien mengatakan

takut akan penyakitnya

2. Pasien mengatakan

ada sakit lain selain

disminore yang

dialaminya.

Data Objektif :

1. pasien tampak

cemas

2. pasien gelisah

63
3. pasien tampak takut
3.2.3 Diagnosa Keperawatan

4) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas

6) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

3.2.4 Intervensi Keperawatan

1) Untuk diagnosa pertama

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai


dengan skala nyeri 4 pasien tampak lemah, pasien tampak meringis.
Setelah dilakukan intervensi selam 2 hari maka tingkat nyeri menurun
dengan Kriteria hasil : nyeri terkontrol mampu mengenali nyeri, mampu
mengenali penyebab nyeri, mampu mengontrol penggunaan teknik non
farmakologi dan keluhan nyeri menurun. Jumat22/08/2020, Pukul 09:00
dirumah pasien Rencana yang dilakukan adalah manajemen nyeri
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas intensitas
nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri. Teraupeutik yang dilakukan adalah
memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(misalnya terapi musik, terapi pijat, kompres air hangat/dingin).
Kolaborasinya adalah mengkolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
Sehingga nantinya diharapkan skala nyerinya berkurang.
2) Untuk diagnosa kedua

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan


pasien tampak susah beraktivitas, pasien tampak susah untuk melakukan
aktivtas sehari-harinya.Setelah dilakukan intervensi selam 2 hari maka
tingkat nyeri menurun dengan, Kriteria hasil : kekuatan tubuh bagian
bawah menurun,kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
menurun, Jumat22/08/2020 Pukul 10:00. Dirumah Pasien, Recana yang
dilakukan adalah terapi aktivitas mengidentifikasi defisit tingkat aktivitas,

64
mengidentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu,mengidentifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan.
Teraupeutiknya memfasilitasi makna aktivitas yang dipilih, melibatkan
keluarga dalam aktivitas, jika perlu,memberikan penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas. Rencana yang akan dilakukan untuk memantau
aktivitas pasien akibat nyeri disminore, sehingga nantinya diharapkan
aktivitas pasien dapat kembali seperti biasanya dengan cepat.
3) Untuk Diagnosa Ketiga

Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan


tampaknya pasien merasa takut,cemas dan juga gelisah akan penyakit yang
dideritanya. Setelah dilakukan intervensi selam 2 hari maka tingkat
ansietas menurun dengan Kriteria hasil :perilaku gelisah menurun,
perilaku pusing menurun, anoreksia menurun.Jumat22/08/2020 Pukul
11:00, dirumah pasien,Rencana yang dilakukan adalah mengidetifikasi
teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan, mengidentifikasi
kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya, memonitor
respons terhadap terapi relaksasi. Teraupeutiknya mengunakan nada suara
yang lembut dengan irama lambat dan berirama. Rencana akan dilakukan
untuk mengurangi terjadinya ansietas yang ditandai dengan tekanan darah
naik, nadi yang meningkat,(tekanan sistolik meningkat sampai 130 mmHg
atau lebih) sehingga diharapkan tidak ada resiko lainya yang
mempengaruhi pasien.
3.2.4 Implementasi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 Agustus 2020

sampai tanggal 23 Agustus 2020 yaitu :

1) Untuk Diagnosa Pertama

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai

dengan nyeri hebat pada disminore dengan skala nyeri 4 pasien tampak

meringis, lemah. Mengindentifikasikan skala nyeri melakukan

65
pengkajian (PQRST), mengidentifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri memberitahukan faktor yang memperberat nyeri

Nn.A yaitu banyak pikiran dan memperingankan Nn.A itu anjurkan

tarik napas dalam. Melakukan kompres hangat pada bagian perut dan

bagian pinggang Nn.A sebanyak 3-4 gelas/1200cc dalam waktu 12 jam.

Menganjurkan Nn.A menggunakan teknik nonfarmakologi agar lebih

mudah dan mengurangi nyeri pada disminore. Menganjurkan Nn.A

untuk selalu berfikir positif, dan memperbanyak mendengarkan musik

yang membuat tenang dan nyaman sehingga melupakan rasa nyeri yang

dirasakan.

2) Untuk Diagnosa Kedua

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas ditandai dengan

susahnya pasien untuk beraktivitas seperti biasanya, rencana yang

dilakukan mengidentifikasi sumber daya untuk aktivitas yang

diinginkan,defisit tingkat aktivitas,memudahan dalam melakukan

aktivitas sehari-hari menurun 60%, mengidentifikasi sumber daya untuk

aktivitas yang diinginkan dengan cara melakukan aktivitas yang

diinginkan terlebih dahulu untuk membuat pasien menjadi terbiasa

melakukan aktivitas pada saat disminore dan melakukan aktivitas yang

sesuai kebutuhan tubuh seperti makan, minum, BAK, dan juga BAB

sendiri.

3) Untuk Diagnosa Ketiga

Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (takutnya sakit yang

dirasakan) rencana yang dilakukan mengidetifikasi teknik relaksasi

66
yang pernah efektif digunakan yaitu dengan tarik napas dalam, untuk

tidak memikirkan yang mempengaruhi ansietas,yang memperngaruhi

ansietas pada pasien yaitu takutnya ada penyakit lain selain disminore,

mengidentifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik

sebelumnya,memonitor respons terhadap terapi relaksasi. Memberikan

kesempatan kepada pasien apakah respons terhadap terapi relaksasi

ysng dilakukan bisa diaplikasikan dengan baik atau malah sebaliknya.

3.3.6 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

meliputi evaluasi hasil dan evaluasi proses. Pada kasus ini menunjukan

bahwa adanya kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien.

Pada kasus Nn.A dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

sebagai metode pemecahan masalah, hasil evaluasi akhir yaitu pada tanggal

22 Agustus 2020 sampai 23 Agustus 2020 dari diagnosa keperawatan yang

ditemukan dalam kasus, sebagian diagnosa yang masih teratasi sebagian.

Pada diagnosa pertama setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24

jam masalah Nyeri Akut membaik dengan endorphine massage dengan

skala nyeri 3, Nn.A masih lumayan merasakan nyeri tapi tidak sebelum

dilakukan teknik endorphine massage.

Pada diagnosa kedua setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24

jam masalah intoleransi aktivitas membaik dengan terbiasa melakukan

aktivitas pada saat disminore dan melakukan aktivitas yang sesuai

kebutuhan tubuh seperti makan, minum, BAK, dan juga BAB sendiri. Tanpa

67
merasakan nyeri yang dirasakan saat diminore yang membuat menjadi

aktivitas tidak bisa dilakukan sehari-hari.

Pada diagnosa ketiga setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24

jam masalah ansietas membaik dengan teknik tarik napas dalam yang

dilakukan 2 sampai 3 kali tenik napas dalam, yaitu untuk mengurangi rasa

ansietas yang dirasakan pasien.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Profil Lahan Praktek

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Rasimah Ahmad

Bukittinggi yaitu ruang poli anak di di rumah pasien. Puskesmas Rasimah

Ahmad merupakan Puskesmas yang melayani khususnya masyarakat di

68
alamat Tangah, Puskesmas Rasimah Ahmad terdapat ruangan salah

satunya adalah ruangan poli anak. Berdasarkan wawancara dengan salah

satu perawat ruangan di poli anak jumlah Anak ISPA tiap tahunnya

meningkat. Pada tahun 2019 kunjungan penderita ISPA mencapai 2567

merupakan data paling tinggi dari penyakit yang lain.

4.2 Analisis Asuhan Keperawatan Dengan Konsep Terkait


Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melakukan

pengkajian terhadap pasien adalah mengkaji identitas pasien,keluhan yang

dialami pasien, gejala klinis faktor resiko, menetapkan diagnosa

keperawatan , membuat intervensi, melakukan implmentasi sampai pada

evaluasi pada pasien ISPA .

4.2.1 Pengkajian
Pada saat pengkajian An.P di dapatkan pasien batuk dan

pilek sudah selama 3 hari yang disertai sekret , yang menyebabkan

anak susah bernafas dan rewel pernafasan cepat dengan RR:

40x/menit dan saat di auskultasi terdapat ronchi. Pasien demam

sudah 2 hari dengan suhu 380C. Hal ini sesuai dengan teori bahwa

tanda dan gejala ISPA yaitu pilek biasa, keluar sekret cair dan

jernih dari hidung, kadang bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk,

sakit kepala, sekret menjadi kental,demam > 37°c, mual muntah

tidak nafsu makan (Wijayaningsi, 2013).

Hal ini terjadi karena adanya virus yang menginfeksi

saluran pernafasan, virus menginfeksi mukosa hidung trachea dan

bronkus. Infeksi virus primer pertama kali ini akan menyebabkan

mukosa membengkak dan menghasilkan banyak mucus lendir dan

69
terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas. Pembengkakan mukosa

dan produksi lendir yang meningkat. An.P mengalami kesulitan

bernafas disebabkan karena adanya sekret yang menghambat

saluran jalan nafas mengakibatkan pernapasan cepat dan pada saat

di auskultasi didapatkan suara ronchi. Infeksi virus primer pertama

kali ini akan menyebabkan mukosa membengkak dan

menghasilkan banyak mucus lendir dan terjadilah akumulasi

sputum di jalan nafas (Rahajoe, 2016).

Pada saat pengkajian di dapatkan data di kebutuhan dasar

Ibu klien mengatakan klien tidak nafsu makan selama 2 hari dan

hanya menghabiskan 3 sendok dalam setiap jam makan. Klien

dalam 3 hari terakhir sebelum sakit sering makan permen yang

mengandung sari manis dan makan es krim dalam sehari 2 kali.

Hasil pengukuran pada tabel antropometri nutrisinya yaitu gizi

kurang. Hali ini sesuai dengan teori beberapa faktor lain yang

diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak

adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan

buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsi, 2013).

Hal ini terjadi karena masukan zat-zat gizi yang diperoleh

pada tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh

umur, keadaan fisik, kondisi kesehatannya, kesehatan fisiologis

pencernaannya, tersedianya makanan dan aktivitas dari anak itu

sendiri. Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor risiko

yang penting untuk terjadinya ISPA. Balita dengan gizi yang

70
kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita

dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang.

Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak

mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi.

Pada keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat

bahkan serangannya lebih lama (Sudanto, 2017).

Pada saat pemeriksaan fisik di dapatkan Suhu 38,0C,

keadaan hidung terdapat sekret yang berlebih, fungsi penciuman

terganggu terbukti klien tidak dapat mencium aroma minyak kayu

putih. Pada pemeriksaan paru-paru di dapatkan frekuensi nafas

40x/menit. Auskultasi: Ada suara tambahan yang ditemui ronchi.

Hali ini sesuai dengan teori ditandai secara klinis oleh batuk,

adanya nafas cepat, dahak kental dan tenggorokan berwarna merah.

Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti

proses pernapasan maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus

dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan demam,

batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya. Pada saat pemeriksaan

fisik didapatkan suara tambahan ronchi (Sudanto, 2017).

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data yang diperoleh penulis merumuskan

masalah keperawatan pada An.P yaitu : Bersihan jalan nafas tidak

efektif b/d Terdapat secret pada jalan nafas, Hipertermi b.d

Peningkatan laju metabolisme, Defisit Nutrisi b.d Ketidak

mampuan mencerna makanan. Diagnosis keperawatan yang tidak

ada sesuai dengan teori pada An. P diantaranya Ketidak efektifan

71
pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan yang

ditandai dengan dipsnu, penggunaan otot bantu pernafasan,

pernafasan cuping hidung, gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan perubahan membran alveolar-kalpier yang ditandai dengan

dispnea saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis.

1. Masalah keperawatan yang muncul pada An.P ini sesuai

dengan masalah keperawatan yang muncul pada anak ISPA.

Hal ini sesuai dengan teori Rahajoe (2016) yang pertama

Bersihan jalan nafas terjadi akibat adanya Virus yang

merupakan penyebab tersering infeksi saluran pernafasan,

mereka menginfeksi mukosa hidung trachea dan bronkus.

Infeksi virus primer pertama kali ini akan menyebabkan

mukosa membengkak dan menghasilkan banyak mucus lendir

dan terjadilah akumulasi sputum di jalan nafas. Pembengkakan

mukosa dan produksi lendir yang meningkat ini akan

menghambat aliran udara melalui pipa-pipa dalam saluran,

bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang

sudah terserang virus (Sudanto, 2017).

2. Demam atau Hipertermi, pathogenesis demam berasal dari

toksin bakteri. Misalnya : Endotoxin yang bekerja pada

monosit, makrofag dan sel-sel kupffer untuk menghasilkan

beberapa macam sitoksin yang bekerja sebagai pirogen

endogen kemudian mengaktifkan daerah preptik hipotalamus,

sitokin juga dihasilkan dari sel-sel SSP (system syaraf pusat)

72
apabila terjadi rangsangan oleh infeksi dan sitoksin tersebut

mungkin bekerja secara langsung pada pusat-pusat pengatur

suhu. Demam yang ditimbulkan oleh sitoksin mungkin

disebabkan oleh pelepasan prostaglandin ke dalam 17

hipotalamus yang menyebabkan demam (Sudanto, 2017).

3. Gangguan nutrisi yang menyebabkan anak tidak nafsu makan

karena kesulitan untuk mengunyah dan menelan makanan dan

serta suhu tubuh yang meningkat mengakibatkan anak tidak

nafsu makan. Balita dengan gizi yang kurang akan lebih

mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal

karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi

sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu

makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi

kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan

serangannya lebih lama (Sudanto, 2017).

Diagnosa pada teori yang tidak ditemukan di kasus :


1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan

otot pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena,

penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping

hidung. Ketidak efektifan pola napas adalah Inspirasi dan/

atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.

Batasan karakteristik: perubahan kedalaman pernapasan,

perubahan ekskursi dada, mengambil posisi tiga titik,

bradipnea, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan

inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas

73
vital, dispnea, pernapasan cuping hidung, fase ekspirasi

memanjang, takipnea (Nanda, 2015). Menurut analisa

peneliti tidak munculnya diagnosis keperawatan ketidak

efektifan pola napas karena tidak ditemukan batasan

karakteristik pada An. P seperti dipsnu, penggunaan otot

bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea

saat istirahat, dispneu saat aktifitas ringan, sianosis.

Gangguan pertukaran gas yaitu kelebihan atau kekurangan

dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di

dalam membran kapiler alveoli.

4.2.3 Intervensi
Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan asuhan

yang perawat lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk

intervensi yang di prakarsai oleh perawat, dokter, atau intervensi

kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek, 2010).

Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada

klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua

rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus.

Karena tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan

dan keadaan klien pada saat pengkajian.

1. Diagnosa pertama

74
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah bersihan

nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukan

sekret yang tujuannya setelah mendapatkan tindakan

keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah pada jalan nafas

dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu jalan nafas paten,

sekret berkurang, frekuensi nafas dalam batas normal dan klien

mampu batuk efektif dengan benar. Tindakannya adalah

dengan memonitor pola nafas yang bertujuan untuk

mengetahui pola nafas meningkat atau menurun , monitor

bunyi nafas tambahan bertujuan untuk mengetahui apakah ada

suara tambahan seperti gurgling, mengi, wheezing, ronkhi,

Monitor sputum bertujuan untuk mengetahui jumlah, warna,

aroma , Posisikan semi-fowler bertujuan untuk

memaksimalkan jalan nafas , atur posisi drainage klien

bertujuan untuk mengalirkan secret pada saluran pernapasan,

berikan minum hangat bertujuan untuk melegakan jalan nafas,

ajarkan teknik batuk efektif bertujuan untuk mengeluarkan

sekret secara optimal dan ajarkan pemberian fisioterapi dada

bertujuan untuk membantu mengeluarkan dan membersihkan

secret, mencegah penumpukan secret,memperbaiki pergerakan

dan aliran secret klien dapat bernafas bebas dan tubuh

mendapatkan oksigen yang cukup dan yang terakhir

Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran ,mukolitik,

jika perlu. Secara rasional intervensi-intervensi di atas yang

75
efektif untuk bersihan jalan nafas yaitu atur posisi drainage,

memberikan minum hangat, batuk efektif dan pemberian

fisioterapi dada dalam Hal ini sesuai dengan SIKI. Rencana

akan dilakukan untuk memantau bersihan jalan nafas klien ,

sehingga nantinya diharapkan jalan nafas paten, sekret

berkurang dan keluar secara efektif, frekuensi nafas dalam

batas normal dan klien mampu batuk efektif dengan benar

( Carpernito-Moyet L. J 2013).

2. Diagnosa Kedua

Defisit Nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan.

Tujuannya setelah mendapat tindakan keperawatan 3 x 24 jam

nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil, kekuatan otot

menelan meningkat, verbalisasi keinganan untuk

meningkatkan nutrisi, pengetahuan untuk memilih makanan

yang sehat meningkat, pengetahun untuk memilih minuman

yang baik meningkat, sikap terhadap makanan/minuman

sesuai, berat badan membaik Indek masa tubuh (IMT)

membaik, frekuensi makan membaik , tebal lipatan kulit trisep

membaik, membrane mukosa membaik. Tindakan

keperawatannya yaitu Identifikasi status nutrisi bertujuan

untuk mengetahui status nutrisi , Identifikasi alergi dan

intoleransi makanan bertujuan untuk mengetahui alergi dan

makanan yang dipantang, Identifikasi makanan yang disukai,

bertujuan untuk mengetahui makanan yang disukai, monitor

76
asupan makanan bertujuan untuk mengetahui frekuensi makan,

monitor berat bedan bertujuan untuk membantu dalam

identifikasi malnutrisi khususnya BB kurang dari normal,

edukasi pemberian makanan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi, Edukasi Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein bertujuan untuk menaikkan BB klien, Anjurkan posisi

duduk bertujuan untuk agar tidak tersedak jika mampu,

Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap

terjangkau bertujuan untuk ibu klien dapat megetahui bahan

makanan apa saja yang tinggi gizi namun terjangkau, jelaskan

peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan bertujuan untuk

ibu klien mengetahui satu porsi kalori perhari, Kolaborasi

pemberian medikasi sebelum makan ( mis. Pereda nyeri,

antiemetic), jika perlu. Secara rasional intervensi-intervensi

yang efektif untuk memenuhi kubutuhan nutrisi yaitu dengan

mengedukasi peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan,

edukasi pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein

Hal ini sesuai dengan buku SIKI. Rencana akan dilakukan

untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga nantinya

diharapkan intake dan output adekuat, BB ideal, klien tidak

lemas lagi,status gizi meningkat (Hidayat, 2006).

3. Diagnosa Ketiga

Hipertermi b.d peningkatan metabolisme . Tujuannya setelah

mendapat tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan

77
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil suhu membaik

dan kulit membaik , tindakan keperawatan yang dilakukan

yaitu identifikasi penyebab hipertermi bertujuan untuk

mengetahui penyebab demam, monitor suhu tubuh bertujuan

untuk mengetahui kenaikan suhu, longgarkan atau lepaskan

pakaian, bertujuan untuk membantu dan mempermudah

penguapan panas, berikan cairan oral bertujuan untuk

mencegah terjadinya dehidrasi, lakukaan pendinginan eksternal

(kompres) bertujuan untuk mempercepat dalam penurunan

produksi panas, dan anjurkan tirah baring bertujuan untuk

meminimalisir produksi panas yang diproduksi oleh tubuh dan

pemberian obat paracetamol bertujuan untuk membantu dalam

penurunan panas secara farmakologi. Secara rasional

intervensi-intervensi yang efektif untuk mengatasi hipertermi

yaitu dengan longgarkan atau lepaskan pakaian , banyak

mengkonsumsi cairan oral (air putih), kompres air hangat dan

minum obat paracetamol Hal ini sesuai dengan SIKI. Rencana

akan dilakukan untuk memantau suhu tubuh klien , sehingga

nantinya diharapkan Termoregulasi membaik ( S 36.5ᵒc-

37.5ᵒc ), Mukosa bibir kembali lembab, Status cairan

membaik ( Carpernito-Moyet L. J 2013)

4.2.4 Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan

dengan melakukan rencana tersebut data bentuk nyata. Terlebih

dahulu penulis menulis strategi agar tindakan keperawatan dapat

78
terlaksanakan, yang di mulai dengan melakukan pendengkatan

pada klien dan keluarga agar nantinya klien mau melaksanakan

apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan

keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang

dihadapi klien.

1. Diagnosa Pertama
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 3

hari yaitu : Yang pertama Bersihan nafas tidak efektif b.d a

danya penumpukan sekret tindakan keperawatannya yaitu hari

pertama memonitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, usaha

napas ), monitor bunyi nafas tambahan ( mis, gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering ), selanjutnya memonitor sputum

( jumlah, warna, aroma ), memposisikan semi-fowler dan

mengatur posisi drainage klien, berikutnya melakukan teknik

fisioterapi dada dengan SOP yang benar yaitu mengajarkan

kepada ibu cara penerapan fisioterapi dada dengan cara ,

mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage

klien, melakukan perkusi/clapping pada dinding dada selama

1-2 menit, menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam

perlahan, lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas

perlahan (lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk,

auskultasi adanya perubahan suara nafas, mengulangi

perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20

menit, cuci tangan, pastikan tindakan selalu di dampingi orang

79
tua, bekerja sama dengan orang tua dalam tindakan, setelah itu

memberikan minum hangat pada An.P dan mengajarkan teknik

batuk efektif agar sekret keluar secara optimal. Implementasi

tidak ada penambahan atau pengurangan intervensi

keperawatan tetap melakukan menejemen utama.

2. Diagnosa Kedua
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 3 hari yaitu

defisit nutrisi b.d ketidak mampuan mencerna makanan,tindakan

keperawatannya yaitu pertama memulai dengan mengidentifikasi

stataus nutrisi An.P dan mengidentifikasi apakah ada alergi dan

intoleransi makanan, selanjutnya mengidentifikasi makanan yang

disukai oleh An.p dan memonitor asupan makan makanan,

mengdukasi ibu An.P dalam pemberian makanan tinggi serat untuk

mencegah konstipasi, mengedukasi ibu An.p dalam pemberian

makanan tinggi kalori dan tinggi protein, menganjurkan posisi

duduk, jika mampu, menjelaskan jenis makanan yang bergizi

tinggi, namun tetap terjangkau kepada Ibu An.P , menjelaskan

peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan, mengedukasi kepada

ibu untuk selalu mendampingi An.P setiap makan, selalu

menggunakan komunikasi terapetik dan suasana yang gembira.

Implementasi tidak ada penambahan atau pengurangan intervensi

keperawatan

3. Diagnosa ketiga
Implementasi keperawatan yang dilakukan selama 3

hari yaitu Hipertermi b.d peningkatan metabolisme tindakan

80
keperawatannya yaitu pertama mengidentifikasi penyebab

hipertermi, selanjutnya memonitor suhu tubuh serata

melonggarkan atau lepaskan pakaian, memberikan cairan oral,

melakukan komunikasi terakpetik kepada An.P, membuat

suasana nyaman dan aman, meminta ibu untuk mendampingi

An.P , mengajarkan ibu tentang kompres yang benar ,

mengajak An.P bercerita tentang kartun kesukaannya , dan

melakukaan pendinginan eksternal kompres air hangat pada

An.P, menganjurkan tirah baring, dan membemberian obat

paracetamol.

4.2.5 Evaluasi
Pada kasus ini An.P dengan diagnosa ISPA dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai metode

pemecahan masalah, hasil evaluasi akhir yaitu pada Minggu

23/08/2020 dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam

kasus, sebagian diagnosa telah teratasi dan ada beberapa

diagnosa yang masih teratasi sebagian.

Pada diagnosa pertama setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam pada diagnosa Bersihan jalan

nafas tidak efektif b.d adanya penumpukan sekret didapatkan

hasil Ibu klien mengatakan masih terdapat sekret dihidung

klien namun sudah kering, Frekuensi cepat 25x/menit,

sedalaman 1cm, usaha spontan, sputum basah sudah tidak ada,

hanya menyisakan sisa sputumkering di hidung, klien tampak

81
mengikuti intruksi semi fowler, klien tampak mengikuti posisi

drainage, sekret keluar seluruh nya 40cc dengan berulang,

warna hijau , tidak berbau, frekuensi normal, terdapat sputum

yang keluar banyak, dada simetris, klien tampak tenang sambil

melihat ibunya, suara tambahan tidak ada lagi, sonor. Setelah 3

hari tindakan di dapatkan evaluasi bersihan jalan nafas dengan

tujuan meningkat tercapai. Dari beberapa intervensi yang di

terapkan memungkinkan secara konsep pengeluaran sekret

akan lebih mudah terbukti dengan hasil pengeluaran sekret

sampai 40cc , kemudian pada saat pemeriksaan auskultasi

tidak terdapat suara ronki dan hasil perkusi sonor diseluruh

lapang paru (Aryayuni, 2015).

Pada diagnosa kedua setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 jam pada diagnosa defisit nutrisi b.d

ketidak mampuan mencerna makanan Ibu klien mengatakan

An.P sudah mau makan dengan menghabiskan makanannya,

ibu klien mengatakan An.P sudah mulai aktif kembali, Klien

tidak ada alergi makanan, makanan yang disukai ayam goreng

dan telur, asupan makan 3x sehari dan dihabiskan makan,

makan pagi nasi dan ikan goreng susu dan buah apel, siang

makan nasi sayur kanggung, tempe tahu dan buah, malam

makan nasi, ikan, mie dan buah, An.P aktif. Setelah 3 hari

tindakan tujuan status nutri belum meningkat namun baru

sampai tahap sedang dibuktikan dengan pola akan An.P sudah

82
baik inteke mkan sudah habis 1 porsi karena secara konsep

pertumbuhan anak usia 3-5 tahun semakin lambat. Kebutuhan

kalorinya adalah 85 kkal/kg BB. Karakteristik pemenuhan

kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu makan

berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan

teman atau lingkungannya dari pada makan dan anak mulai

sering mencoba jenis makanan yang baru dan nutrisi yang

kurang dan metabolisme tidak dapat naik secara siknifikan

dalam jangka waktu pendek (Fitry, 2014).

Pada diagnosa ketiga setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama 3x24 pada diagnosa hipertermi b.d

peningkatan metabolisme didapatkan hasil ibu klien

mengatakan An.P tidak demam lagi, TTV: Nadi : 100x/menit

Suhu: 36,7C Pernapasan : 25x/menit , klien mau minum 400cc

dari malam sampai pagi, urin keluar 400cc. Setelah 3 hari

tindakan pada masalah hipertermi tujuan tercapai yaitu suhu

tubuh An.P membaik. Hal ini sesuai dengan standar intervensi

keperawatan Indonesia yang dilakukan adalah manajemen

hipertermi penerapan manajemen hipertermi ini

memungkinkan masalah hiperetermi ini teratasi karena dengan

mengobservasi suhu dengan Pengukuran fisiologis merupakan

kunci untuk mengevaluasi status fisik dan fungsi vital, salah

satunya pengukuran suhu tubuh, pemberian kompres air hangat

dan pemberian obat paracetamol (Jitowiyono, 2011).

83
4.3 Analisis Intervensi Dengan Konsep Penelitian Terkait
Setelah dilakukan implementasi pada An. P selama 3 hari mulai

hari jumat 21 Agustus 2020 sampai 23 Agustus 2020 dengan banyaknya

penumpukan sekret di jalan nafas dengan masalah bersihan jalan nafas dan

intervensi yang dilakukan yaitu fisioterapi setelah dilakukan intervensi

selama 3 hari didapatkan sekret pada An.P berkurang dengan siknifikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh fisioterapi dada terhadap

bersihan jalan nafas pada anak.

Hal ini dibuktikan dan diperkuat oleh penelitian yang hasilnya dari

intervensi yang dilakukan Wijaya dkk (2019) dengan judul Penerapan

tindakan fisioterapi dada terhadap bersihan jalan napas pada pasien ISPA

di Puskesmas Musuk, Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dengan hasil

Adanya perbedaan bersihan jalan napas setelah dilakukan fisioterapi dada

ditandai dengan tidak terdapatnya suara napas tambahan (ronchi) dan

frekuensi napas dalam rentang normal (16-25 x/menit).

Dari hasil penelitian Prasetyawati (2019) inovasi keperawatan

fisioterapi dada untuk mempertahankan bersihan jalan napas pada anak

dengan ISPA di kabupaten Magelang hasilnya yaitu sekret dan batuk

berkurang,

Selanjutnya dibuktikan juga dari penelitian Fauzi dkk (2014)

didapatkan hasil adanya pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada

terhadap pengeluaran sputum pada balita usia 3-5 tahun dengan penyakit

ISPA.

84
Di dukung dengan penelitian Munikah (2019) di dapatkan bahwa

selama 3 kali kunjungan pada pengaplikasian fisioterapi dada pada anak

dahak pada anak dapat dikeluarkan dengan mudah.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan sputum

anak, salah satunya dengan fisioterapi dada. Fisioterapi dada merupakan

tindakan drainase postural, pengaturan posisi serta perkusi dan vibrasi

dada yang merupakan metode untuk memperbesar upaya klien dan

memperbaiki fungsi paru (Aryayuni, 2015).

Fisioterapi dada adalah sejumlah terapi yang digunakan dalam

kombinasi (Munaya, 2014) . Berguna dalam kombinasi mobilisasi sekresi

pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti batuk efektif dan muscustion

klien/pasien mangalami penurunan kemampuan untuk batuk. Fisioterapi

dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami

retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk

mengencerkan atau mengeluarkan sekresi (Tobergte & Curtis, 2014).

Fisioterapi Dada adalah tindakan terapi fisioterapi dada yang

dilakukan dengan cara memberikan atau menempatkan posisi sesuai

dengan posisi postural drainage untuk mengalirkan secret pada saluran

pernapasan. Lalu setelah postural darainage, lakukan clapping. Clapping

atau Chest Percussion adalah fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara

menepuk dengan pergelangan membentuk seperti cup pada bagian tulang

dada anterior (depan) dan posterior (belakang) dengan tujuan

mengeluarkan secret.

85
Proses fisioterapi dada ini membuktikan bahwa dengan

menggunakan teknik non farmakologi yaitu fisioterapi dada (postural

drainase, clapping, vibrasi) merupakan cara yang sangat efektif untuk

melepaskan dahak yang menempel di dinding dada sehingga mampu

mengeluarkan dahak serta mengurangi keparahan batuk pada anak.

Postural drainase untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru

dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi juga mempercepat

pengeluaran secret sehingga tidak terjadi etelektasis. Perkusi/clapping,

memberikan perubahan konsistensi dan lokasi sputum. Vibrasi, dapat

meningkatkan turbulensi dan kecepatan ekshalasi udara sehingga secret

dapat bergerak.

Untuk itu melakukan fisioterapi dada pada anak sangatlah mudah,

efisien dan tidak mengeluarkan biaya serta dengan tujuannya agar

mengurangi sekret yang mengganggu jalan nafas dengan hasil anak dapat

bernafas dengan baik. Fisioterapi dada dapat diterapkan oleh perawat-

perawat di Puskesmas Rasimah Ahmad bukittinggi. Maka dari itu saya

merekomendasikan penerapan fisioterapi dada dalam kasus kelolaan saya

pada anak ISPA.

4.4 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan


Dari implementasi yang dilakukan selama 3 hari penulis tidak ada

mendapatkan kendala apapun. Hal ini dikarenakan tidak ada nya biaya

atau peralatan khusus yang digunakan. Intervensi ini juga sangat mudah

dilakukan oleh perawat dan ibu pasien karena hanya menggunakan

tepukan dengan tangan.

86
Anak-anak pada umumnya belum bisa mengeluarkan sputum

dengan sendirinya, sehingga sputum dapat dikeluarkan dengan pemberian

bebrapa terapi yang bisa dilakukan selain fisioterapi dada, inhalasi,

mukolitik, ekspektoran (Aryayuni, 2015).

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.1.1 Asuhan keperawatan yang diawali dengan melakukan pengkajian

secara menyeluruh meliputi bio-psiko-sosio-kultural. Pengkajian

melakukan pemeriksaan TTV, pemeriksaan fisik, riwayat

kesehatan dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan pemaparan

asuhan keperawatan mengenai pelaksanaan pemberian fisioterapi

dada pada anak ISPA di Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi

dapat disimpulkan bahwa:

5.1.2 Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul

pada An.P yaitu ISPA. Diagnosa keperawatan yang didapat yaitu

Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d Terdapat secret pada jalan

nafas, Hipertermi b.d Peningkatan laju metabolisme, Defisit Nutrisi

b.d Ketidak mampuan mencerna makanan. Dari hasil intervensi

yang dilakukan pada An.P adalah Fisioterapi dada yang dapat

memaksimalkan mengeluarkan secret agar anak dapat bernafas

dengan batas normal serta demam dan nafsu makan ikut normal.

Dari hasil implementasi yang dilakukan pada An.P yaitu

87
mengeluarkan secret dengan cara melakukan fisioterapi dada sesuai

SOP yaitu yaitu, mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur

posisi drainage klien, melakukan perkusi/clapping pada dinding

dada selama 1-2 menit, menganjurkan klien untuk tarik nafas dlam

perlahan, lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas

perlahan (lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk,

auskultasi adanya perubahan suara nafas, mengulangi

perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20

menit, cuci tangan kembali . Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa

masalah keperawatan teratasi yaitu bersihan jalan nafas tidak

efektif sudah tidak ada masalah, gangguan termoregulasi semua

teratasi, namun ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh masih berada pada tahap sedang.

5.1.3 Sesuai dengan hasil yang didapat pada pasien An.P tindakan

fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekret secara efektif hal ini

sama dengan jurnal-jurnal terkait.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk

mengembangkan ilmu kesehatan keperawatan anak kepada peserta

didik yaitu penerapan fisioterapi dada pada bersihan jalan nafas

guna untuk mengeluarkan sekret, sehingga pengetahuan dan

keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan

akan menjadi bahan ajar di laboratorium pada keperawatan anak.

5.2.2 Bagi Perawat

88
Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi

perawat dalam penambahan skil pada pelaksanaan fisioterapi dada

pada anak dengan diadakannya worshop pelatihan pemberian

fisioterapi dada di Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi.

5.2.3 Bagi Layanan


Diharapkan pihak Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi

dapat mengembangkan stantar oprasional prosedur dalam

pemberian fisioterapi dada.

89

Anda mungkin juga menyukai