Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

OLEH

MARIA SURIANTO SEDIA

NPM : 1614201017

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
laporan pendahuluan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
saya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………….………..…… i

DAFTAR ISI……………….………………………….…………… ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………….1

1.1 Latar Belakang……………….…………………………. 1

1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………............3

2.1 Pengertian…………………………………………………4

2.2 Penyebab dan Faktor yang mempengaruhi…………….5

2.3 Manifestasi Klinik……………………………………..….6

2.4 Patofisiologi………………………………………….…….7

2.5 Pathway……………………………………………............8

2.6 Penatalaksanaan…………………………….…………….9

2.7 Pemeriksaan Penunjang…………………………............10

2.8 Pengkajian Fokus…………………………………………11

2.9 Diagnosa Keperawatan…………………………………..12

2.10 Perencanaan Keperawatan………..……………………13

BAB 3 PENUTUP…………………………..………….....................14

3.1 Kesimpulan………………………………………………..14

3.2 Saran………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….15
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Punggung merupakan bagian belakang tubuh yang terletak diantara pinggang
dan kepala. Punggung digunakan sebagai tempat tumpuan ketika duduk atau
bersandar, seperti perisai pelindung tubuh dan tidak serapuh seperti tubuh bagian
depan. Punggung juga merupakan bagian yang paling mudah mengalami nyeri,
kebanyakan nyeri punggung bawah sembuh dengan sendirinya, tapi kadang kala ada
penyebab khusus yang memerlukan penanganan medis.
Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan keluhan yang umum
dijumpai di masyarakat yang diperkirakan mengenai 85% dari seluruh populasi. Nyeri
punggung bawah merupakan syndrome klinik yang ditandai dengan gejala umum
nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. Nyeri punggung pada bagian bawah
yang umum terjadi yaitu Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Pada khasus spesifik aka
nada pemeriksaan tambahan karena adanya kelainan neurologi, yang kebanyakan
disebabkan karena HNP, spondilosis, dan trauma. HNP terjadi karena pergeseran
nucleus purposes sehingga menekan akar saraf pada spinal cord (Eyles, 2013).
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar
menonjol kemudian menekan kea rah kanalis spinalis melalui analus fibrosis yang
robek. HNP sering terjadi pada daerah lumbal 4 dan lumbal 5 dan lumbal 5-secrum 1
dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak
membungkuk dan mengangkat beban. Rasa nyeri pada HNP disebabkan oleh proses
patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis.
Penderita kondisi HNP perlu mendapatkan pelayanan medis yang tepat dan
benar salah satunya pelayanan fisioterapi. Fisioterapi menggunakan cara-cara fisik
(seperti pijatan, latihan dll) untuk mempertahankan dan mengembalikan kesehatan
fisik dan mental. Fisioterapi juga merupakan pengobatan aktif dan bukan pasif, dan
biasanya memfokuskan untuk menjaga sendi dan otot agar tetap bergerak. Seperti
untuk meredakan nyeri punggung, fisioterapi juga dapat di gunakan untuk menjumlah
besar gangguan umum lainnya.
Fisioterapi pada kondisi HNP berperan dalam mengurangi nyeri serta
meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendinya. Untuk menangani pasien
dengan kondisi tersebut modalitas fisioterapi yang di gunakan yaitu :
1. trancutaneus Electrical Nerve Stimulation adalah suatu metode untuk
mengurangi nyeri menggunakan arus listrik yang kecil kedalam medulla
spinalis atau serabut saraf sensorik melalui elektroda yang dipasang pada
kulit.
2. Core stability exercise adalah latian yang bertujuan untuk menguatkan core,
mengurangi nyeri punggung bawah, meningkatkan fleksibilitas dan koreksi
postur serta keseimbangan.
B. Tujuan
1. untuk mengetahui manfaat Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation dan
core stability
Exercise dalam mengurangi nyeri pada kasus HNP.
2. untuk mengetahui manfaat core stability exercise dalam meningkatkan lingkup
gerk sendi
Trunk dan kemampuan aktifitas fungsional pada kasus HNP.
BAB 11
TINJAUAN TEORI
1. Defenisi
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus
intervertebralis lumbal pada spinal canal atau repture annulus fibrosus dengan tekanan
dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada elemen saraf. Pada
umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L 4-L 5 dan L5-S1.Kompresi saraf
pada level ini melibatkan roos nerve L4, L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri
dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan
hal yang sering dirasakan penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun
jarang terjadi pada banyak grup otot.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah keadaan dimana terjadi penonjolan
atau perubahan tempat/bentuk pada nucleus pulposus dalam disku intervertebralis.
Hernia nucleus pulposus adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar menonjol
untuk kemudian menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosis yang robek.

2. Penyebab dan faktor predisposes


Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP), biasanya dengan meningkatnya
usia terjadi perubahan degenerative yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya
nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan Karena digunakan terus
menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya didaerah lumbal dapat menyembul
atau pecah (Moore dan Agur,2013)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena
adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis
sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala
trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada
generasi diskus kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis, atau mungkin ruptur
dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap
saraf spinal dan muncul dari kolumna spinal.
Pengangkatan beban yang berat pada posisi yang tidak benar juga dapat
menyebabkan hermia nucleus pulposus terjadi pada berbagai arah:
1. Bila menjebolnya nucleus kea rah anterior, hal ini tidak mengakibarkannya
munculnya gejala yang berat kecuali nyeri
2. Bila menjebolnya kearah anterior medial maka dapat menimbulkan penekanan
medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik
pada ekstremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi.
3. Bila menonjolnya kea rah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat
menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan
menyebabkan gejala neuralgia radikuler.
4. Kadangkala protrusi nucleus terjadi keatas atau kebawah masuk kedalam korpus
vetrebal dan di sebut dengan nodus schmorl.
3. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah
disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Tanda dan gejala juga tergantung
pada lokasi yang terkena misalnya pada daerah lumbal, terjadi nyeri pada daerah
pinggang pada satu sisi yang menjalar kearah tungkai dan kaki, kelemahan otot
kaki, parestesia, kebas pada kaki, gangguan eliminasi bowel, bladder dan seksual
mungkin saja dapat terjadi. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pergerakan
tulang belakang berkurang. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP
sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urin,
sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang
terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis, belakang
tumit dan telapak kaki.
1. Kompresi radiks L3
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella menurun
2. Kompresi radiks L
a. Daerah nyeri dan hipestasi samping panggul dan bagian depan paha
b. Kelemahan kuadriseps femoris
c. Refleks tendon patella menurun
d. Tanda lasseque positif pada 50% penderita
3. Kompresi radiks L5
a. Daerah nyeri atau hipestasi sepanjang samping tungkai sampai ibu jari kaki
b. Otot ekstensi atau fleksi ibu jari kaki melemah
c. Tanda lasseque positif
4. Kompresi radiks S1
a. Daerah nyeri atau hipestasi sepanjang samping tungkai ibu jari kaki
b. reflex tendon patella menurun
c. Tanda lasseque positif
4. Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena
adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan
timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka resiko HNP hanya
menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan
sebagai gaya traumatic ketika hendak mencegakan badan waktu terpleset, mengangkat
benda berat dan sebagainya.
Menjebol (hemiasi) nucleus pulposus dapat mencapai kekorpus tulang belakang
diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol lansung ke kanalis vertebralis.
Menjebolnya sebagian nucleus pulposus kedalam korpus vertebra dapar dilihat pada
foto rontgen polos dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan
radial pada annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya
nodus schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti
bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria
radikularis yang berada dalam lapisan dara. Hal itu ketika terjadi jika penjebolan
berada disis lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis mengalami lisis,
sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
5. Pathway

Proses degeneratif

Kehilagan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma stres okupasi

Nukleus pulposus terdorong

Ujung saraf spinal tertekan

Nyeri
Perubahan sensasi penurunan reflek kerja otot

Gangguan mobilitas fisik


6. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Tujuan: Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan
mengubah deficit neurologik.
macam :
a. Disektomi : mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral
b. Leminektomi: mengangkat lamina untuk memanjakan elemen neural
pada kanalis spinalis, memungkinklan ahli beda untuk mengingspeksi
kanalis spenalis, mengidentifikasi dan mengangkat patoligi dan
menghilangkan kompresi medulla dan radiks
c. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra
d. Disektomi dengan peleburan
2. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada
kontol dan beban
3. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesic, sedative, relaksasi otot, obat anti inflamasi
4. Terapi Konservatif
a. Tirah baring, berguna untuk mengurangi rasa nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal
b. Medikamentosa :
1. Analgetik dan NSAID
2. Muscle relaxant
3. Kontikosteroid oral
4. Analgetik adjuvant
c. Rehabilitas medic :
1. Traksi pelvis
2. Termoterapi (terapi panas)
3. Transcutaneous electrical nerve stimulation
4. Korset lumbal
5. Latihan dan modifikasi gaya hidup dengan menurunkan berat badan
yang berlebihan
7. Pemeriksaan Penunjang
1. MRI : untuk melokalisasi protusi diskus
2. CT Scan
3. Mielogram
4. Pemeriksaa neurologic : untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks
5. EMG (Elektromiografi) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yg terkena

8. Pengkajian Fokus

Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan meliputi aspek Bio,
psiko, sosial dan dari pasien , keluarga dari pasien, dan dari catatan yang ada.
Pengumpulan melalui wawancara, observasi lansung dan melihat spiritual secara
komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan informasi atau data
tentang pasien. Data tersebut berasal secara medis. Data yang di perlukan mungkin
dari klien HNP adalah sebagai berikut :

1. Data dasar meliputi :

Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
alamat, pekerjaan, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no register, diagnose medis,
keluhan utama, r iwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat
penyakit keluarga. HNP terjadi pada usia pertengahan, kebanyakan pada jenis
kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat barang berat atau
mendorong benda berat)

2. pemeriksaan fisik umum

perubahan pada tanda-tanda vital, contohnya brakikardi yang menyebabkan


hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktifitas karena adanya para parese.
B1 (Breathing) , jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya didapatkan
pada inspeksi, ditemukan tidak ada batuk, tidak ada sesak nafas, dan frekuensi
pernafasan normal. Palpasi, taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada
frekuensi, terdapat suara resonan pada seluruh lapang paru. Auskultasi tidak
terdengar bunyu nafas tambahan. B2 ( Blood), jika tidak ada gangguan pada sistem
isokor. Saraf V, pada klien HNP umumnya tidak di temukan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan. Saraf VII, persepsi
pengecapan dalam batas normal, wajah simetris. Saraf VIII, tidak ditemukan
adanya tuli kondutif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.
Saraf XI, tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Saraf XII,
lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra
pengecapan normal.

Sitem motorik: kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,
ibu jari, dan jari lainya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan ekstensi
lalu menahan gerakan tersebut. Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput
fibula dengan membandingkan kanan dan kiri. Fakulasi (kontraksi infolunter yang
bersifat halaus) pada otot-otot tertentu.

Sistem sensorik: lakuakan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam,
dan rasa getar untu menetukan dermatom yang tergantung sehingga dapat
ditentukan pula radiksi yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan
dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien. Palpasi
dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa berat.

B4 (Bladder), kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah, dan karakteristik,


termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan
dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal. B5 (Bowel) pemenuhan nutrisi
berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang. Lakukan
pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada
mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukan adanya dehidrasi. B6
(Bone), adanya kesulitan dalam beraktifitas dan menggerakan badan karena adanya
nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik dan mudah lelah menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan istirahat. Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendataran
arkus lumbal, biasanya angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatural
paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya
kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan
tungkai selama bergerak. Palpasi, ketika meraba kelumna vertebralis, cari
kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah
yang ringan rasa nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.
3. pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan HNP antara


lain : rontgen foto lumbosakral, cairan serebrospinal, EMG, iskografi,
elektroneuromiografi (ENMG), Tomografi scan, MRI, mielografi, pemeriksaan
laboratorium

9. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan/ penyempitan saraf pada


diskus intervertebralis , tekanan diarea distribusi ujung saraf
2. Resiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambtan mobilitas
fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung,
pelvis, dan tungkai
3. Gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum,
himepreses/hemiplagia
4. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan bedrest,
pembatasan terapi, pembatasan gerak.
5. Koping tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis kondisi
sakit, program pengobatan, tirah baring lama.
h. Perencanaan
1. NYERI AKUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENJEPITAN SARAF
PADA DISKUS INTERVERTEBRALIS,TEKANAN DIDAERAH DISTRIBUSI
UJUNG SARAF
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan dalam 3 kali 24 jam, di harapkan
nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien.
Kriteria: secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau berdaptasi. Dapat
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatakan atau menurunkan nyeri. Klien tidak
gelisah.
Skala 0-1 atau terdapatasi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respon subjektif
yang bisa dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien
melaporkan nyeri biasa diatas
tingkat cedera
Bantu klien dalam identifikasi faktor pencetus Nyeri di pengaruhi oleh kecemasan,
katenggangan, suhu, distensi
kandung kemih, dan berbaring
lama.
Jelaskan dan bantu klien dengan tindankan Pendekatan dengan menggunakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive relaksasi dan non farmakologi
lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Ajarkan relaksasi : teknik-teknik untuk Akan melancarkan peredaran darah
menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat sehingga kebutuhan O2 oleh
menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan jaringan akan terpenuhi, sehingga
relaksasi masase akan mengurangi nyerinya.
Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut Mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan

Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa Istirahat akan merelaksasi semua
nyeri dan berikan posisi yang aman misalnya jaringan sehingga akan
waktu tudur, belakangnya di pasang bantal kecil. meningkatkan kenyamanan

Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab Pengetahuan yang akan dirasakan


nyeri dan menghubungkan beberapa lama nyeri membantu mengurangi nyerinya
akan berlansung dan dapat membantu
mengembangakan kepatuhan klien
ter hadap perencana terapeutik
Observasi tingkat nyeri dan respon motorik Pengkajian yang optimal akan
klien, 30 menit setelah pemeberian obat anal memeberikan perawat data yang
getik dan mengkaji efektivitasnya dan setiap 1-2 objektif untuk mencegah
jam setelah tindakan perawatan kemungkinan komplikasi dan
melakukan intervensi yang tepat
2. resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan
dalam melakukan pergerakan pungung pelvis an tungkai
TUJUAN Dalam waktuk 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan
aktifitas fisisk sesuai dengan kemampuannya
KRITERIA Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
HASIL kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien
menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji mobilitas yang ada dan Mengetahui tingkatbkemampuan klien
observasi peningkatan kerusakan. dalam melakukan aktivitas
Kaji secara teratur funsi motorik
2. Ubah posisi klien setiap 2 jam Menurun resiko terjadinya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan
3. Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memeberikan massa,
latihan gerakan aktif pada tonus, dan kekuatan otot, serta
ekstremitas yang sakit memperbaiki fungsi jantung dan
pernafasan
4. Melakukan gerakan pasif pada Otot volunteer akan kehilangan tonus
ekstremitas yang sakit dan kekeuatannya bila tidak dilatih
intuk digerak
5. Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi
hari. Pantau adanya irirtasi, dan hilangnya sensasi resiko tinggi
kemerahan, atau luka pada kulit kerusakan integritas kulit kemunkinana
dan membrane mukosa komplikasi imobilitas
6. Bantu klien melakukan latihan Untutk memelihara fleksibilitas sendi
ROM, perawatan diri sesuai sesuai kemampuan
toleransi
7 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Meningkatkan kemampuan dalam
untuk latihan fisik klien mobilisasi ektremitas dapat di
tingkatkan dengan latihan fisisk dari
tim fisioterapi
BAB 111

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan
lunak diantara ruas-ruas tulang belakang mengalami tekanan dan pecah sehingga
terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang
kita. Saraf terjepit lainnya disebabkan oleh keluarnya nucleus pulposus dari diskus
melalui robekan annulus fibrosus keluar menekan medulla pinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang


melibatkan rupture annulus fibrosus sehingga nucleus pulposus menonjol dan
menekan kearah kanalis spinalis. Pada penelitian HNP yang sering di jumpai pada
tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1.
DAFTAR PUTAKA

Cahayati, YI. 2015. “HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)”

Hether, Herdman T. 2015. DIOGNOSA KEPERAWATAN definisi & klasisfikasi 2015-2017


edisi 10.jakarta : EGC.

Kuswaya, fajar, 2011. ASUHAN KEPERWATAN HNP (HERNIA NUCLEUS


PULPOSUSU)

Lestari, Cindy 2017. “Hernia nucleus pulposus(HNP)”

Nurarif, Huda dan hardhi kususma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc Edisi Revisi jilid 2

Putra, Juniartha samara. 2013. “ ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUCLEUS


PULPOSUS (HNP) Diakses pada tanggal 20 november 2017

Anda mungkin juga menyukai