M
DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI LAMIINEKTOMI
DENGAN ANESTESI UMUM DI RUANG BUNGUR
RS DR RIVAI ABDULLAH PALEMBANG
PADA TANGGAL 10 FEBRUARI 2022
DISUSUN OLEH:
JENI TIARA ANDRIYAN
NIM. 02202104091
2. Etiologi
HNP disebabkan oleh melemahnya jaringan di bantalan tulang belakang.
Seiring bertambahnya usia, kelenturan bantalan tulang belakang akan
berkurang sehingga rentan terhadap cedera. HNP juga dapat terjadi akibat
seseorang terjatuh atau mengalami benturan pada tulang belakang, sehingga
tulang belakang bergeser (spondylolisthesis).
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami saraf kejepit, yaitu:
a. Memiliki keluarga dengan riwayat saraf kejepit.
b. Memiliki berat badan berlebih.
c. Mengangkat beban berat dengan posisi dan tumpuan yang salah.
d. Melakukan gerakan menunduk dan berputar secara mendadak atau berulang.
e. Memiliki kebiasaan merokok
3. Patofisiologi
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel
kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi.Nukleus pulposus
bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar di bawah tekanan dan
menggelembungkan annulus fibrosus. Menjebolnya nukleus pulposus ke
kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang
bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura.Hal ini
terjadi bila penjebolan di sisi lateral.Bilamana tempat herniasinya di tengah,
maka tidak ada radiks yang terkena
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus
intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya
anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang
berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu
timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya
nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
HNP terbagi atas beberapa tingkatan : 1) Hernia Nukleus Pulposus Sentral ;
tanda dan gejala bila terjadi disentral HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine. 2) Hernia Nukleus Pulposus
Lateral ; rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah – tengah abtra
pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki ditempat itu juga akan terasa
nyeri tekan dan nyeri sepanjang bagian belakang ( laseque positif ).
Menurut lokasi penonjolan Nukleus Pulposus, terdapat 3 tipe HNP yaitu
central, posterolateral dan lateral foraminal. Beberapa grade HNP berdasarkan
pemeriksaan MRI, yaitu :
a. Protuded intervertebra disc ; penonjolan nukleus kesatu arah tanpa disertai
ruptur dari annulus fibrosus.
b. Proalapsed intervertebra Disc ; nukleus pulposus berpindah tempat tapi
belum keluar dari lingkungan annulus fibrosus.
c. Ekstrured intervertebra Disc ; sebagian dari nukleus pulposus keluar dari
serat – serat annulus fibrosus.
d. Sequestered intervertebrae Disc ; nukleus pulposus telah keluar menembus
ligamentum longitudinale posterior.(Magee 1987)
4. Tanda dan Gejala
a. Gejala HNP pada Cervical
HNP yang menjepit saraf di leher disebut juga dengan HNP cervical.
Beberapa gejalanya adalah:
1) Nyeri pada leher dan bahu yang menjalar ke lengan.
2) Kesemutan, lemah, atau kaku otot di salah satu lengan.
3) Sensasi seperti terbakar di leher, bahu, dan lengan.
b. Gejala HNP Low-Back
HNP lumbal atau hernia yang menjepit saraf di pinggang atau punggung
bawah, dapat memunculkan sejumlah gejala berikut:
1) Sakit di punggung bagian bawah yang makin memburuk ketika
bergerak. Terkadang, nyeri juga bisa dirasakan pada bagian tulang ekor.
2) Nyeri seperti tertusuk di area bokong yang menjalar ke salah satu tungkai.
3) Kesemutan atau lemah otot di tungkai.
Meskipun jarang terjadi, HNP lumbal juga dapat menyebabkan
penderitanya tidak bisa menahan buang air kecil.
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
remisi dengan menekan aktivitas penyakit sepenuhnya melalui penatalaksanaan
medikamentosa atau nonmedikamentosa. Pada penemuan insidental dari
pemeriksaan radiologi pada pasien yang asimptomatik, tidak memerlukan
penatalaksanaan.
a. Penatalaksanaan Terapi Konservatif
Terapi konservatif merupakan pilihan pertama pada pasien dengan
HNP.Terapi konservatif masih dapat dilakukan pada pasien yang dapat
mengontrol keinginan berkemih, dapat melakukan aktivitas sehari-hari, dan
masih dapat berjalan. Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi
saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien, melindungi, dan meningkatkan
fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus
hernia diawali dengan istirahat disertai dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, serta dibarengi dengan fisioterapi. Dengan cara ini, lebih dari
95 % penderita akan dapat beraktivitas secara normal.
1) Analgesik
Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan reaksi inflamasi
sehingga dapat mempercepat kesembuhan. Tatalaksana awal dengan
menggunakan ibuprofen 800 mg per 8 jam atau tramadol 50 mg setiap 4-
6 jam.
2) Muscle Relaxant
Muscle relaxant atau pelemas otot biasanya digunakan untuk mengurangi
rasa nyeri pada otot. Pelemas otot dapat membantu merelaksasi spasme
otot yang disebabkan oleh HNP, namun pelemas otot tidak memperbaiki
HNP itu sendiri. Terapi pelemas otot yang dapat digunakan adalah
eperisone 150 mg per 8 jam.
3) Injeksi Steroid
Injeksi steroid diberikan kepada pasien dengan nyeri radikuler persisten
dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan mencegah operasi.Jenis
steroid yang diberikan berupa kortikosteroid atau triamcinolone, dan
disuntikan pada daerah transforaminal. [24] Pada studi yang dilakukan
oleh Helvoirt et al, pasien yang diberikan injeksi deksametason 20 mg
pada daerah transforaminal selama 10-14 hari , 50% nyeri berkurang
berdasarkan visual analogue scale (VAS).
4) Diatermi
Diatermi adalah terapi panas yang digunakan oleh fisioterapis.Tujuannya
adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot.Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila
terdapat edema.Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas
maupun dingin.
5) Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP
kronis.Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta
dapat mengurangi spasme.
b. Penatalaksanaan Operatif
Tindakan operatif pada HNP harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu
apabila dengan terapi konservatif selama lebih 4 minggu terjadi nyeri
menetap, defisit neurologi yang memburuk, sindrom kauda ekuina dan
terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologi
dan radiologi.
1) Laminektomi
Laminektomi adalah prosedur pembedahan untuk membebaskan tekanan
pada tulang belakang yang disebabkan oleh stenosis tulang belakang
dengan cara membuang area tulang atau jaringan. Laminektomi biasa
dilakukan apabila nyeri terus berlanjut meski telah mendapat pengobatan
yang adekuat atau apabila nyeri bersamaan dengan simptom kerusakan
saraf seperti kelemahan dan rasa baal pada kaki. Pada studi yang
dilakukan oleh Bydon et al, dari total 500 pasien yang dilakukan
laminektomi terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah
tindakan laminektomi yaitu operasi berulang, klaudikasio neurogenik,
radikulopati, parese, dan defisit sensorik.
2) Disektomi
Distektomi adalah tindakan operatif pengangkatan herniasi atau
degeneratif diskus yang menekan tulang belakang dan saraf di
sekitarnya.Metode ini lebih diutamakan apabila diskus telah pecah dan
nukleus melampaui dinding diskus.Namun, metode ini lebih berisiko
tinggi karena diperlukan sayatan besar di area punggung atau leher sesuai
dengan posisi herniasi diskus.
3) Mikrodisektomi
Mikrodisektomi merupakan metode disektomi minimal invasif yang
memiliki tingkat efektivitas hingga 90%.Mikrodisektomi biasa dilakukan
pada area lumbal. Sayatan kecil akan dibuat sebagai jalan masuk
endoskop sehingga dapat melihat dengan jelas posisi diskus dan jaringan
yang berada di sekelilingnya. Dokter akan menggunakan laser untuk
menghancurkan diskus yang menekan saraf. Metode ini sangat tepat
untuk pasien dengan HNP derajat awal (prolaps diskus). Dengan
mikrodisektomi diperlukan waktu operatif dan kemungkinan perdarahan
yang lebih kecil.
B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Sejak pertama kali ditemukan oleh William Thomas Green Morton pada
tahun 1846, anestesi terus berkembang pesat hingga sekarang. Anastesi berasal
dari bahasa Yunani yaitu An berati tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau
sensasi. Sehingga anestesi berarti suatu keadaan hilangnya rasa atau sensasi
tanpa atau disertai dengan hilangnya kesadaran.Anestesi adalah keadaan tanpa
rasa (without sensation) tetapi bersifat sementara dan dapat kembali kepada
keadaan semula. (Sudismaet al., 2006)
Tindakan anestesi yang memadai meliputi tiga komponen yaitu hipnotik
(tidak sadarkan diri = “mati ingatan’), analgesi (bebas nyeri = “mati rasa”), dan
relaksasi otot rangka (“mati gerak”) (Mangku dan Senapathi, 2010) Untuk
mencapai ke tiga target tersebut dapat digunakan hanya dengan
mempergunakan satu jenis obat, misalnya eter atau dengan memberikan
beberapa kombinasi obat yang mempunyai efek khusus seperti tersebut di atas,
yaitu obat yang khusus sebagai hipnotik, khusus sebagai analgesi, dan khusus
sebagai obat pelumpuh otot. Ketiga target anestesia tersebut populer disebut
dengan “Trias anestesi” (Mangku dan Senapathi, 2010).
Anestesi memiliki resiko yang jauh lebih besar dari prosedur tindakan
pembedahan karena nyawa pasien yang dianestesi dapat terancam. Untuk
pemilihan anestesi yang ideal dibutuhkan dalam menghasilkan sifat analgesi,
sedasi, relaksasi, Unconsciousness (hilang kesadaran), keamanan dan
kenyamanan untuk sistem vital, ekonomis, dan mudah dalam aplikasi baik di
lapangan ataupun di ruang operasi.
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General Anestesi adalah subtansi yang dapat mendepres susunan saraf
pusat (SSP) secara reversibel sehingga kehilangan rasa sakit (sensibilitas) di
seluruh tubuh, reflek otot hilang, dan disertai dengan hilangya kesadaran.
Anestesi ini terdiri atas 2 jenis yaitu, anestesi volatil (inhalasi) dan non-
volatil (injeksi/parenteral). Tanda-tanda anestesi umum telah bekerja adalah
hilangnya kordinasi anggota gerak, hilannya respon saraf perasa dan
pendengaran, hilangnya tonus otot, terdepresnya medulla oblongata sebagai
pusat respirasi, dan vasomotor, dan bila terjadi overdosis akan mengalami
kematian. (Sudismaet al.,2006).
Menurut Sudisma, et al .(2006), agen anestesi umum dapat digunakan
melalui injeksi, inhalasi, atau melalui gabungan injeksi dan inhalasi.Anestesi
umum inhalasi yang sering digunakan adalah halotan, isofluran, sevofluran,
desfluran, dan nitrous oksida.Anestesi umum yang diberikan secara injeksi
meliputi barbiturat (thiopental, methohexical, dan pentobarbital),
cycloheksamin (ketamin, tiletamin), etomidat, dan propofol.
b. Regional Anestesi
Regional anestesia sudah dikenal dari abad 19.Anestesi spinal lebih aman
16-17 kali dibandingkan anestesia umum.Anastesia spinal adalah anestesia
yang paling sering digunakan pada bedah sesar dan kasus Obstetrik lainnya
karena efek samping yang ditimbulkannya lebih minimal untuk Ibu dan Bayi.
Teknik ini adalah teknik yang sederhana yang dapat dipelajari dengan
tingkat keberhasilan hingga 90%. Hipotensi dan bradikardi merupakan
kejadian yang sering terjadi. Regional Anestesi di bedakan menjadi 3 teknik
yaitu: spinal, epidural, dan caudal yang kemudian dikenal dengan nama
neuroaxial block. Masing-masing teknik ini dilakukan dengan cara
penyuntikan atau dengan kateter sehinggga obat dapat diberikan secara
intermiten atau kontinus.
Neuroaxial teknik sangatlah aman bila dilakukan sesuai aturan
dibandingkan dengan komplikasi yang didapat bila pasien dilakukan general
Anestesi. Sebelum kita melakukan neuroaxial hendaknya kita mengetahui
farmakologi obat yang digunakan, dosis toksik, teknik disinfeksi, dan
antisipasi akan hal yang terjadi sesudah dilakukan tindakan. Anestesi Spinal
adalah jenis anestesi yang paling sering dilakukan karena lebih cepat,
sederhana, murah, dan aman. Anestesi spinal adalah penyuntikan lokal
anestesia pada L3-L4 vertebra lumbalis dengan tujuan memasukkan lokal
anestesia pada ruang subarachnoid sehingga mendapatkan efek analgesia.
Pada pasien yang dilakukan anestesi spinal dapat terjadi efek pada sistem
pembuluh darah, paru, pencernaan, kandung kemih serta endokrin dan
metabolik.
3. Teknik Anestesi
Pada pembedahan laminektomi dilakukan dengan pemberian anestesi
umum (bius total) , sehingga pasien akan berada dalam kondisi tertidur selama
prosedur ini dilakukan. Setelah dilakukan persiapan pasien dengan iv akses
yang lancar min 18 G , alat2 intubasi dan mesin anestesi dalam kondisi siap ,
monitoring terpasang dan pasien termonitor stabil baru induksi dimulai .
Bius total pertama kali diberikan dalam bentuk intravena berupa opioid dan
hipnotik untuk induksi setelah pasien tertidur dilanjutkan dengan pelumpuh
otot. Setelah pasien tertidur, tercapai relaksasi maksimal dan telah dilakukan
pre oksigenasi yg cukup selanjutnya dilakukan tindakan intubasi dan
pemasangan NGT . Selanjutnya pasien diposisikan tengkurap (prone) ,ETT,
NGT , kateter , semua kabel monitor dan IV akses diamankan . semua titik
tekan juga dipastikan aman terutama utk organ2 vital ( abdomen , mata ,
hidung dll), Selanjutnya operasi dapat dimulai.
4. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi dapat diakukan dengan campuran gas inhalasi berupa
N2O dengan volatile anestestik (halothane/isoflurane/sevoflurane) atau
kombinasi IV kontinyu Fentanyl dengan voletile
anestestik(halothane/isoflurane/sevoflurane). atau total intravena fentanyl
dengan propofol menggunakan syringe pump . Relaksan otot juga dirumat
dengan pemberian injeksi IV intermitten atau IV kontinyu melalui syringe
pump .
5. Resiko
Resiko anestesi pada pembedahan tulang belakang prinsipnya sama dengan
pembedahan besar yang lain yaitu ;
a. Gangguan respirasi mulai dari tidak efektifnya pola respirasi ,
atelektasis ,sampai kelumpuhan syaraf respirasi akibat efek obat2 anestesi
dan pembedahan terutama jika laminektomi dilakukan di vertebra torakalis
atas dan servikal .
b. Gangguan hemodinamik penurunan curah jantung akibat teknik anestesi
dan kehilangan darah.
c. Kerusakan syaraf permanen akibat intervensi pembedahan & posisi prone .
d. Abrasi kornea
e. Trauma diwajah ,bibir& gigi geligi
C. Web of caution (WOC)
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a.Identitas
1) IdentitasPasien
Nama : Tn. M
Umur :73 tahun
Jeniskelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan :D3
Pekerjaan :karyawan PT SAP
SukuBangsa : Palembang
Status perkawinan` : menikah
Golongandarah : O positif
Alamat : komplek RSUP dr rivai abdullah
No.CM :55 86 68
Diagnosa medis : hernia nukleus pulposus L4-5
Tindakan Operasi : laminektomi
TanggalMRS : 9 februari 2022
Tanggal pengkajian:10 februari 2022 Jam Pengkajian:09.00 wib
Jaminan : PT SAP
2) Identitas PenanggungJawab
Nama :Isnaeni
Umur : 68 tahun
Jeniskelamin :perempuan
Agama : Islam
Pendidikan :D3
Pekerjaan :ASN
SukuBangsa :komering
Hubungan dg Klien :istri
Alamat :komp RSUP dr rivai Abdullah
b. RiwayatKesehatan
1) KeluhanUtama
a) Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri dipunggung bawah , semakin nyeri jika duduk atau berdiri .
b) Saat Pengkajian
Nyeri dipunggung bawah , semakin nyeri jika duduk atau berdiri
telah diberikan obat penghilang nyeri tapi hanya hilang sebentar.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Mulai timbul nyeri punggung bawah sejak 2 minggu yang lalu , diatasi
dengan istirahat dan makan obat penghilang nyeri (kalium diklofenak
25mg) bertambah lama nyeri bertambah berat analgetik ditingkat kan
dengan ketoprofen supp 100mg tetap tidak membantu , 2 hari yll
punggung bertambah nyeri terutama dalam posisi berdiri atau
duduk ..akibatnya pasien hanya bisa berbaring .
3) Riwayat PenyakitDahulu
Apakah pernah menderita (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma, anemia, pingsan, mengorok)
Semua disangkal.
4) Riwayat PenyakitKeluarga
Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler,
perdarahan tidak normal, asma)
Semua disangkal
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak pernah.
- Riwayat operasi sebelumnya :tidak pernah
- Riwayat anestesi sebelumnya :tidak pernah
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah : tidak pernah .
Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak pernah
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: asam mefenamat ,kalium diklofenak,
ketoprofen.
b) Obat yang sedang dikonsumsi: ketoprofen .
7) Riwayat Alergi : tidak ada
8) Kebiasaan :
a) Merokok : ya,jumlah :12 batang perhari .
b) Alkohol : tidak
c) Kopi/teh/soda : tidak .
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi :5-6 kali sehari
- Konsistensi :cair
- Warna :kuning muda
- Bau :biasa
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :tidak ada
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi :5-6 x sehari
- Konsistensi :cair
- Warna :kuning muda
- Bau :biasa
- Cara (spontan/dg alat) :spontan
- Keluhan :tidak ada
- Lainnya :-
Toileting +
Berpakaian +
Berpindah +
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu
orang lain dan alat, 4: tergantung total
b) Istirahat Dan Tidur
Sebelum sakit
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 6-8 jam , siang 0,5 - 1 jam
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Ya
- Berapa jam anda tidur: malam bervariasi 2-5 jam , siang -
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok,
teman: baik
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : terpenuhi
- Rasa Nyaman : terganggu
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan :baik
B. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis
GCS : Verbal 5 Motorik 6 Mata 4
Penampilan : tampak sakit berat
Tanda-tanda Vital : Nadi = 86 x/menit, Suhu 36.5 0 C, TD = 160/90
mmHg,
RR =15 x/menit, Skala Nyeri: 8
BB: 66Kg, TB:160. Cm, BMI:25.7
2) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala dolicephalus/ lonjong, , kesimetrisan (+ )
Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada
3) Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi :
Ekspresi wajah meringis, dagu kecil (-), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-), micrognathia (-),
rambut wajah (-)
4) Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
- Ekssoftalmus ( - ), Endofthalmus ( - )
- Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan
( - ) luka ( - ), benjolan ( - )
- Bulu mata ( tidak rontok)
- Konjunctiva dan sclera : perubahan warna tidak ada , tidk
anemis .
- Reaksi pupil terhadap cahaya : (reflek cahaya baik ) isokor ( + )
- Kornea : warna hitam
- Nigtasmus ( - ), Strabismus ( - )
- Ketajaman Penglihatan ( Baik )
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata:tidak
Palpasi
Pemeriksaan tekanan bola mata : tonometri tidak dilakukan
5) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk normal
Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan serumen
(-).
- perdarahan (- ), perforasi ( - ).
- Tes kepekaan telinga tidak dilakukan
6) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
(a) Amati bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi ( tidak
ada pembengkakan)
(b)Amati meatus : perdarahan (- ), Kotoran (- ), Pembengkakan
( - ), pembesaran/polip ( - )
(c)pernafasan cuping hidung ( - ).
7) Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan Palpasi
- Amati bibir : Kelainan konginetal (tidak ada ), warna bibir
merah tua, lesi ( - ), bibir pecah (- ).
- Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( + ), Kotoran ( - ),
Gingivitis ( - ), gigi palsu ( - ), gigi goyang ( - ), gigi maju ( - ).
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm : ( + )
- Lidah : Warna lidah : merah , Perdarahan ( - ), Abses ( - )
- Orofaring atau rongga mulut : Bau mulut (+) uvula ( simetris ),
Benda asing : ( tidak )
- Tonsil : T 0
- Mallampati : I
- Perhatikan suara klien : (tidak berubah )
8) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (simetris), peradangan ( - ), jaringan parut /-),
perubahan warna ( - ), massa ( - )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( - )
- Vena jugularis : pembesaran (- )
- Pembesaran kelenjar limfe ( - ), posisi trakea (simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi :
( + ), fleksi : ( + ), menggunakan collar : ( - )
- Leher pendek:tidak
Palpasi
- Kelenjar tiroid: ukuran biasa , intensitas kenyal
- Vena jugularis : tekanan : tidak diukur
- Jarak thyro mentalis , 6 cm : ( +)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi :
( + ), fleksi : ( + ), menggunakan collar : ( - )
9) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Inspeksi
(1)Bentuk (simetris ), pembengkakan (- ).
(2)Kulit payudara : warna sawo matang lesi ( - )
(3)Areola : perubahan warna (+ )
(4)Putting : cairan yang keluar ( - ), ulkus ( - ), pembengkakan ( - )
Palpasi
(5)Nyeri tekan (- ), dan kekenyalan (kenyal), benjolan massa (-)
10) Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi
(a)Bentuk torak (Normal chest , Simetris)
(b), keadaan kulit normal
(c)Retraksi , otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta ( - ),
retraksi suprasternal ( - ), Sternokleidomastoid ( - )
(d)Pola nafas : (Eupnea)
(e)Batuk (- )
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan
kiri teraba (sama ).
perkusi
Area paru : ( sonor )
Auskultasi
(a) Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih ) ,
Area Bronchial : ( bersih )
Area Bronkovesikuler : ( bersih )
(b) Suara Ucapan
Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-),
Pectoriloqy (-)
(c) Suara tambahan
Terdengar : Rales ( - ), Ronchi ( - ), Wheezing
( - ), Pleural fricion rub ( - )
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis ( + ), pelebaran (-)
Palpasi
Pulsasi pada dinding torak teraba : ( kuat )
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas :tidak diperiksa ( N = ICS II )
Batas bawah tidak diperiksa ( N = ICS V)
Batas Kiri tidak diperiksa( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan tidak diperiksa ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal , keras , reguler )
BJ II terdengar (tunggal , keras, reguler )
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm ( -),
Murmur (-)
11) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : ( datar )
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + ),
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 26 x/menit
Perkusi : Tympani( - ), dullness ( - )
Palpasi
- Distensi ( - ), Difans muskular ( -)
- Palpasi Hepar :
Nyeri tekan ( - ), pembesaran ( - ), perabaan (n), permukaan (n),
tepi hepar (n ) . ( N = hepar tidak teraba).
- Palpasi Lien :Pembesaran lien : (- )
- Palpasi Appendik :
Titik Mc. Burney . nyeri tekan ( - ), nyeri lepas ( - ), nyeri
menjalar kontralateral ( - ).
Acites( tidak ) Shiffing Dullnes ( - ) Undulasi ( - )
- Palpasi Ginjal :Nyeri tekan( - ), pembesaran ( - ). (N = ginjal tidak
teraba).
12) Pemeriksaan Tulang Belakang :
Inspeksi:
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-)
Perlukaan (-), infeksi (-), mobilitas (terbatas)
- Lainnya:terasa nyeri di regio lumbal
Palpasi:
Fibrosis (-), HNP (-)
13) Pemeriksaan Genetalia
a) Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih ), lesi ( - ), benjolan ( - )
Lubang uretra : penyumbatan ( - ), Hipospadia ( - ),Epispadia (-)
Terpasang kateter (-)
Palpasi
Penis : nyeri tekan ( - ), benjolan ( - ), cairan (-).
Scrotum dan testis : beniolan ( - ), nyeri tekan ( - ),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele (- ), Scrotal Hernia ( - ), Spermatochele ( - )
Epididimal Mass/Nodularyti ( - ) Epididimitis ( - ), Torsi pada
saluran sperma( - ), Tumor testiscular (- ).
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia (- ), femoral hernia ( - )
14) Pemeriksaan Anus
Inspeksi
Atresia ani ( - ), tumor ( - ), haemorroid ( - ), perdarahan ( - )
Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( - )
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus ( - )
15) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris ), deformitas ( -)
Fraktur (-), IV line: terpasang di manus dex ukuran abocatch.
18G tetesan 15 tts/menit
ROM: baik
Palpasi
Perfusi:
CRT 3 detik
Edema : (-)
Lakukan uji kekuatan otat : ( kanan 5 kiri 5)
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris ), deformitas ( -)
Fraktur (-)
Palpasi
Perfusi:…….
CRT 3 detik
Edema : (- )
Lakukan uji kekuatan otot : ( kaki kiri 5 kaki kanan 5 )
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
2. Analisa Data
I. Pengkajian
No Symptom Etiologi Problem
I PRE ANESTESI
1 DS : Pasien mengatakan Proses patologi penyakit HNP nyeri
nyeri di punggung bawah .
DO :Pasien hanya bisa
berbaring .
TD 160/90.
2 DS :Pasien mengatakan Kurangnya pengetahuan kecemasan
cemas karena akan di operasi
. pasien mengatakan takut
mati atau cacat setelah
operasi .
DO: pasien terlihat
cemas ,ekspresi wajah
tegang .
3 DS:Pasien mengatakan tidak Nyeri Gangguan mobilitas
bisa berpindah tempat fisik
sendiri karena nyeri.
Pasien mengatakan
membutuhkan bantuan orang
lain untuk beberapa aktifitas
DO :pasien hanya terbaring
II. INTRA ANESTESI
1 DO.Apnoe , kelumpuhan pasien diberikan obat anestesi PK gangguan
otot pernafasan , hilangnya yg mengakibatkan respirasi
reflek proteksi laring . kelumpuhan otot pernafasan ,
III.Rencana Intervensi
Nama: Tn. M No.CM :55 86 68
Umur :73 tahun Dx : HNP L4-5
Jeniskelamin :laki laki Ruang :bungur
No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Nama
Tujuan Intervensi & Paraf
1. Nyeri Dalam 1x30 menit Kaji intensitas & derajad nyeri Jeni
nyeri teratasi
Berikan pengertian bahwa nyeri
adalah akibat dri proses perjalanan
penyakit
Ajarkan relaksasi & nafas dalam
Ajarkan distraksi
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik
2 kecemasan Dalam 1x15 menit Kaji tingkat kecemasan pasien Jeni
kecemasan Kaji tingkat pengetahuan pasien
berkurang Jelaskan prosedur anestesi yg akan
dilakukan
Anjurkan pasien untuk berdoa &
berzikir
Kolaborasi untuk pemberian
antianxiety
3 Gangguan Selama1x60 menit Kaji derajad gangguan mobilitas Jeni
mobilitas fisik preanestesi fisik pasien
kebutuhan Pasang pagar pengaman pada
mobilitas pasien tempat tidur/brankar pasien .
bisa terpenuhi Bantu pasien untuk merubah posisi
& berpindah tempat.
Izinkan keluarga menemani selama
diruang persiapan
4 PK gangguan Selama proses Lakukan manajemen jalan nafas Jeni
respirasi operasi pernafasan secara mandiri atau atas mandat
pasien terjaga atau asistensi pada pasien .
patensi & Amankan ETT dari resiko tercabut
efektifitasnya . dll
Nilai saO2 dan Et Kelola respirasi kontrol sesuai
Co2 dalam batas intruksi Span
normal. Monitoring TTV
Monitoring tanda2 gangguan
respirasi
Berikan obar2 anestesi sesuai
intruksi span .
Atasi penyulit yg timbul secara
mandiri atau sesuai intruksi span .
Dokumentasikan semua kejadian
perienestesia .
5 PK penurunan Selama proses Pastikan patensi IV akses dan Jeni
curah jantung operasi curah terpasang min. 18 G .
jantung terjaga Persiapkan 2 jalur iv akses jika
dalam batas diperlukan
toleransi Asistensi pemasangan cateter vena
Parameter curah sentral & arteri line jika diperlukan.
jantung : TD,Pols, Monitoring kedalaman anestesi,
SaO2,EKG ,urin balans cairan , TTv , perdarahan .
output, perfusi Monitor tanda2 gangguan curah
perifer dalam jantung .
batas toleransi Berikan terapi cairan sesuai
Perdarahan selama kebutuhan&intruksi dr span .
durante operasi Berikan tranfusi darah jika ada
termanajemen indikasi .
dengan baik Berikan obat2 inotropik&
vasopressor sesuai intruksi span.
Dokumentasi .
6 Resiko cidera Selama operasi Tutup mata dengan kasa lembab & Jeni
tidak terjadi cidera diplester.
akibat posisi Abduksi lengan jangan lebih dari
prone . terutama 90 derajat
dibagian2 yg posisikan kepala tetap netral .
tertekan . Awasi semua titik tekan ,berikan
Tidak terjadi alas yg empuk terutama
cidera kornea . muka ,abdomen & genitalia
Tidak terjadi Amankan semua selang , iv
cidera n brachialis akses,ETT , catheter , CVC, kabel
dan alat monitoring sedapat
mungkin tidak tertindih badan
pasien .
Pasang alat pengaman untuk posisi
prone dengan benar
Monitoring resiko cidera selama
operasi
Dokumentasi
7 Resiko cidera pasca Dalam max Posisikan pasien supine dengan Jeni
anestesi 2x1jam tidak airway yg bebas .
terjadi cidera di Amankan semua selang IV, cateter,
PACU drainase, CVC dll .
Pasang pagar pengaman & label
kuning (resiko jatuh)
Monitoring kesadaran dan TTV
Berikan oksigen sesuai intruksi
span
Pasang penghangat ( warmer
blanket roll) jika diperlukan .
dokumentasikan
8 Resiko infeksi Selama pre intra Selalu cuci tangan sebelum & Jeni
dan pasca anestesi sesudah melakukan tindakan.
tidak terjadi infeksi Pergunakan teknik aseptik dalam
yg berhubungan melakukan prosedur anestesi .
dengan tindakan Amankan semua akses invasip
anestesi. ditubuh pasien pastikan bebas
resiko infeksi .
Edukasi pasien & keluarga cara
menjaga kebersihan luka operasi &
akses invasip ditubuh pasien
Dokumentasi
IV. Implementassi
Nama :Tn. M No.CM :558668
Umur :73 tahun Diagnosa :HNP L4-5
Jeniskelamin:laki laki Ruang :bungur
No Hari Problem (Masalah Jam Implementasi Evaluasi Nama &
Tanggal Kesehatan Anestesi) Paraf
1 Kamis nyeri 09.00 mengkaji intensitas & DS:pasien Jeni
/10 feb derajad nyeri mengatakan nyeri
2022 berkurang
memberikan pengertian
bahwa nyeri adalah DO:pasien terlihat
akibat dri proses lebih tenang & bisa
perjalanan penyakit tersenyum
mengajarkan relaksasi &
nafas dalam
mengajarkan distraksi
dengan mendengarkan
murottal di hape
Memberikan analgetik
fentanyl 25 mic/iv
2 Kamis kecemasan 09.30 mengkaji tingkat DS :Pasien Jeni
/10 feb kecemasan pasien mengatakan cemas
2022 mengkaji tingkat sudah berkurang
pengetahuan pasien Pasien mengatakan
menjelaskan prosedur telah mendapatkan
anestesi yg akan pemahaman tentang
dilakukan prosedur yg akan di
menganjurkan pasien jalani .
untuk berdoa & berzikir DO: pasien terlihat
Memberikan midazolam tenang & bisa
2 mg/iv sebelum induksi tersenyum .
3 Kamis Gangguan mobilitas 9.45 mengkaji derajad DS:pasien Jeni
/10 feb fisik gangguan mobilitas fisik berterimakasih
2022 pasien telah dibantu
Memasang pagar pindah tempat.
pengaman pada tempat DO :pasien
tidur/brankar pasien . terbaring di TT
mengizinkan keluarga dengan aman .
menemani selama
Pasien dipindahkan
diruang persiapan
ke meja operasi
membantu pasien
dengan aman
berpindah tempat ke
brankar dan ke meja
operasi.
4 Kamis PK gangguan 10.00 Melakukan DO : respirasi Jeni
/10 feb respirasi induksi ,paralisasi & terkontrol ,
2022 preoksigenasi dengan di oksigenasi jaringan
dampingi span. adekuat . TD
melakukan intubasi 110/60 pols 70
dengan di dampingi span x/menit SaO2 99%
mengamankan EtCo2 45 .
ETT ,memasang plester
DO:Pasien sdh
memperkuat sambungan
ke corrugatet . bernafas spontan
mengelola respirasi tapi belum adekuat
kontrol sesuai intruksi
DO:Pasien sudah
Span .
bisa
memonitoring TTV
dibangunkan ,perna
memonitoring tanda2
fasan spontan
gangguan respirasi
adekuat.
memberikan obat2
anestesi sesuai intruksi Td 120/80 pols
span . 78x/mnt RR 12
Mengembalikan pasien x/menit SaO2 99%
ke ventilasi spontan TV 500ml .EtCo2
Memberikan reversal 36
neostigmin 1mg+SA
0,5mg/iv
12.30 Melakukan suctioning
trakea ,orofaring &
12.45 nasofaring .
Melakukan ekstubasi .
mendokumentasikan
semua kejadian
perienestesia .
5 Kamis PK penurunan 10.00 memastikan patensi IV DO: td 90/50 pols Jeni
/10 feb curah jantung akses terpasang 18 G 65x/menit SaO2
2022 menetes lancar 99%
memonitoring
Sevo 1,5% o2-N2O
kedalaman anestesi,
1,5:1,5.
balans cairan , TTv ,
perdarahan . Infus menetes
memonitor tanda2 lancar RL
11.30 gangguan curah jantung
Perdarahan 200ml ,
memberikan terapi
urine output 90ml
cairan pengganti puasa
dan maintenance 900ml TD 70/45 pols
12.30 RL/utk jam pertama 65x/menit
Memberikan cairan
TD 110/60 p0ls
hemaccel 500 ml
70x/menit sao2
dilanjutkan maintenance
99%. urine output
jam ke 2 RL 711ml
200ml.
Mendokumentasikan
semua kejadian di
catatan anestesi
6 Kamis Resiko cidera 10.15 menutup mata dengan DO :pasien posisi Jeni
/10 feb kasa lembab & diplester. prone,semua titik
2022 Memposisikan pasien tekan telah
prone dengan hati hati diamankan .
mengabduksi lengan
Organ vital dalam
tidak lebih dari 90
keadaaan bebas
derajat
memposisikan kepala Cumbin,padding,
tetap netral & aksesoris pengaman
mengamankan fiksasi meja operasi
ETT . terpasang dengan
mengawasi semua titik baik.
tekan ,memberikan alas
yg empuk terutama Tubing2,akses
muka ,abdomen & IV,kabel2 monitor
genitalia bebas .
mengamankan semua
selang , iv akses,ETT ,
catheter , CVC, kabel
dan alat monitoring
sedapat mungkin tidak
tertindih badan pasien .
memasang alat
pengaman untuk posisi
prone dengan benar
memonitoring resiko
cidera selama operasi
Mendokumentasikan
dicatatan anestesi
7 Kamis Resiko cidera pasca 13.00 memposisikan pasien DO: Jeni
/10 feb anestesi supine dengan airway yg
Aldrette score : 8
2022 bebas .
skoring kesadaran 1
mengamankan semua
mobilisasi
selang IV, cateter,
ekstrimitas 1
drainase, .
memasang pagar
pengaman & label
kuning (resiko jatuh)
memonitoring kesadaran
dan TTV
memberikan oksigen
nasal canule 3liter/menit
Mendokumentasikan
dicatatan anestesi .
8 Kamis Resiko infeksi 13.00 mencuci tangan sebelum DO:Ada luka Jeni
/10 feb & sesudah melakukan operasi tertutup
2022 tindakan. kasa steril .,
mempergunakan teknik terpasang iv akses ,
aseptik dalam catheter , drainase
melakukan prosedur dan alat invasip
anestesi . lainnya
mengamankan semua Tidak ada tanda
akses invasip ditubuh tanda infeksi .
pasien pastikan bebas
resiko infeksi .
mengdukasi pasien &
keluarga cara menjaga
kebersihan luka operasi
& akses invasip ditubuh
pasien
Mendokumentaskan di
catatan anestesi
V. Evaluasi
Nama: Tn. M No.CM :558668
Umur :43 tahun Diagnosa :hnp lumbal 4-5
Jeniskelamin :laki laki Ruang :bungur
No Tanggal Jam Problem Catatan Perkembangan Nama & Paraf
(Masalah )
1 Kamis /10 15.00 nyeri S : pasien mengatakan tidak lagi Jeni
feb 2022 terasa nyeri .
O: TD 110/60 pols 70 x/mnt ,
pasien tampak tenang .
A : tujuan tercapai .
P: lanjutkan kolaborasi manajemen
nyeri diruangan ,serah terimakan
dengan perawat diruangan .