Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA An. R


DENGAN TINDAKAN ORIF (FRAKTUR RADIUS ULNA SINISTRA)
TEKNIK GENERAL ANESTESI
DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL

Disusun Oleh:
Nama: Lusi Indah Silvia
NIM: 2018040050

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang
radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah
baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung (Noor, 2012).
Fraktur adalah suatu perpatahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan atau primpilan korteks,
biasanya patahan tersebut lengkap dengan fragmen tulangnya bergeser.
Jika kulit diatasnya masih utuh disebut fraktur tertutup, sedangkan jika
salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka (Thomas
dkk,2011).
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan
kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa
terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes
RI, 2005). Adapun komplikasi terparah yang dapat terjadi adalah kematian
(World Health Organization WHO) dalam Widyastuti, 2015). Penyebab
terbanyak dari fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja,
kecelakaan lalu lintas dan sebaigainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi
akibat faktor lain seperti proses degeneratife dan patologi (Depkes RI,
2007).
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan, meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Reduksi adalah
prosedur yang sering dilakukan untuk mengoreksi fraktur, salah satu cara
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal melalui proses
operasi (Smeltzer & Bare, 2002). Penatalaksanaan lain pada pasien yang
mengalami gangguan muskuloskeletal secara umum dibagi menjadi
penatalaksanaan konservatif dan penatalaksanaan pembedahan. Setiap
pembedahan selalu berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan
trauma atau kekerasan bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan
dan gejala. Salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2012).
Untuk teknik operasi biasanya dilakukan dengan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation), ORIF adalah sebuah prosedur bedah medis,
yang tindakannya mengacuh pada operasi terbuka untuk mengatur tulang
kembali pada posisi anatominya. Fiksasi internal mengacu pada fiksasi
Plate and Screw untuk memfasilitasi penyembuhan (Brunner &Suddart,
2003). Dari teknik penyembuhan menggunakan teknik operatif dari
tindakan post operatif tersebut tentu menimbulkan adanya suatu
permasalahan yang meliputi gangguan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional, yaitu adanya keluhan nyeri akibat incise serta nyeri gerak,
oedema, keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), penurunan kekuatan
otot, serta penurunan aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS).
Dengan demikian selain bertujuan menghilangkan penderitaan,
mengatasi nyeri merupakan salah satu upaya menunjang proses
penyembuhan (Wirjoatmodjo, 2009). Dalam hal ini praktek pelayanan
anestesi mengharuskan setiap penata anestesi meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam proses pelayanan kesehatan dan memahami
penyakit dengan memperhatikan pemeberian asuhan keperawatan anestesi
kondisi pasien secara individual (Rovers et al., 2013 ). Berdasarkan
pembahasan latar belakang diatas, maka penting dilakukan tindakan
anestesi umum pada pasien dengan tindakan operasi open reduction inflan
fixation (Orif). Dilihat dari uraian diatas dan literatur yang ada maka
mendorong penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan diagnosa fraktur radius Ulna.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dirumuskan
masalah “Asuhan Kepenataan Anestesi pada An. R dengan Fraktur Radius
Ulna Sinistradengan Tehnik General Anestesi di Rumah Sakit Islam
Kendal.
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kepenataan anestesi pada pasien Fraktur
Radius Ulna Sinistradengan teknik General Anestesi.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan
kepenataan anestesi pada pasien pre, intra dan post operasi
yang akan dilakukan pemberian General anestesi.
2. Mahasiswa diharapakan mampu melakukan perhitungan dan
pemberian terapi cairan pada saat pre, intra dan post operasi.
3. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan perhitungan dosis
pemberian obat-obat anestesi sesuai dengan kondisi pasien.
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan intubasi
dan memberikan pemeliharaan tindakan anestesi.
5. Mahasiswa diharapakan mampu memberikan asuhan
kepenataan anestesi setelah selesai operasi dan akhir dari
anestesi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP TEORI PENYAKIT


1. Definisi

Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu


tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering
kali terganggu. Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan
cedera tulang, tetapi tidak mampu menunjukkan otot atau ligamen yang
robek, saraf yang putus, atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat
menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan Hawks, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umunya disebabkan oleh rudapaksa atau tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.(Dosen Keperawatan
Medikal Bedah, 2016). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Burner & suddart, 2013).
Kesimpulan, fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang
disebabkan trauma langsung ataupun tidak langsung.

2. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang
menyebabkan suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot
dan jaringan. Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan
perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan
pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak
terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal
sebagai fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Menurut Helmi (2012), hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
fraktur adalah:
A. Fraktur traumatik, disebabkan karena adanya trauma ringan atau
berat yang mengenai tulang baik secara langsung maupun tidak.
B. Fraktur stres, disebabkan karena tulang sering mengalami
penekanan.
C. Fraktur patologis, disebabkan kondisi sebelumnya, seperti kondisi
patologis penyakit yang akan menimbulkan fraktur.

3. Tanda dan Gejala


a) Nyeri berat di area patah tulang.
b) Memar dan bengkak pada area yang mengalami cedera.
c) Tulang mencuat keluar dari kulit, pada patah tulang terbuka.
d) Sulit menggerakkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
e) Deformitas atau adanya perbedaan bentuk pada area yang mengalami
patah tulang.

4. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait


1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan
untuk mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan
tulang, maka digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan
lateral.Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena
adanya patologi yang dicari berupa superposisi. Permintaan x-ray
harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang. Pada
pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang
humerus pada foto polos.
2. Pemeriksaan laboraturium
a. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
b. Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena
menunjukan bahwa kegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
c. Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5)
aspartate amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tualang.
3. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitifitas yang
mungkin mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
b. Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan
terjadinya infeksi.
c. Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau
sobel karena trauma yang berlebihan.
d. Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada
tulang.
e. MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh
fraktur, termasuk jaringan lunak, dan tulang.

5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Istianah (2017) penatalaksanaan medis antara lain :
A.Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinis dan radiologi dilakukan dilakukan untuk
mengetahui dan menilai keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai
untuk pengobatan komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan.
B. Reduksi

Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis


tulang yang dapat dicapai dengan reduksi terutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk
menarik fraktur kemudian, kemudian memanipulasi untuk mengembalikan
kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau kurang
memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka. Reduksi terbuka
dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat
fiksasi interrnal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat. Alat-alat
tersebut dimasukkan ke dalam fraktur melalui pembedahan ORIF (Open
Reduction Internal Fixation). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasi fraktur
hingga bagian tulang yang patah dapat tersambung kembali.
C.Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat
atau traksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksiekstremitas yang
mengalami fraktur.
D.Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah
pembedahan, pasien memerlukan bantuan untuk melakukan latihan.
Menurut Kneale dan Davis (2011) latihan rehabilitasi dibagi menjadi tiga
kategori yaitu :
1. Gerakan pasif

Bertujuan untuk membantu pasien mempertahankan rentang gerak sendi


dan mencegah timbulnya pelekatan atau kontraktur jaringan lunak serta
mencegah strain berlebihan pada otot yang diperbaiki post bedah.
2. Gerakan aktif

Terbantu dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan pergerakan,


sering kali dibantu dengan tangan yang sehat, katrol atau tongkat
3. Latihan penguatan

Adalah latihan aktif yang bertujuan memperkuat otot. Latihan biasanya


dimulai jika kerusakan jaringan lunak telah pulih, 4-6 minggu setelah
pembedahan atau dilakukan pada pasien yang mengalami gangguan
ekstremitas atas.

B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi Anestesi
Anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang
mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa. Rasa nyeri, rasa tidak
nyaman pasien, dan rasa lain yang tidak diharapkan. Anestesiologi adalah
ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga atau mempertahankan
hidup pasien selama mengalami “kematian”akibatobat anestesia (Mangku,
2010).
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yang
digunakan para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi
kehilangan rasa secara patologis pada bagian tubuh tertentu, atau bagian
tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).
2. Jenis Anestesi
Menurut Mangku (2010) general anestesi merupakan Tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat
pulih Kembali (reversible). General anestesi menyebabkan mati rasa
karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang
tinggi. Selama masa induksi pemberian obat bius harus cukup untuk
beredar didalam darah dan tinggal di jaringan tubuh. Beberapa Teknik
general anestesi inhalasi adalah Endotrakea Tube (ETT) dan Laringeal
Mask Airway (LMA).
3. Teknik Anestesi
LMA adalah suatu alat bantu jalan napas yang ditempatkan di hipofaring
berupa balon yang jika dikembangkan akan membuat dacrah sekitar laring
tersekat schingga memudahkan ventilasi spontan maupun ventilasi tekanan
positif tanpa penetrasi ke laring atau esophagus (Dorsch,2009)

Ukuran LMA-Clasic (Morgan, 2006)


Ukuran LMA-Clasic Berat Badan (kg) Volume Cuff (ml)
1 <5 4
1,5 5 - 10 7
2 10 – 20 10
2½ 20 – 30 14
3 30 - 50 20
4 50 - 70 30
5 > 70 40
LMA memberikan strategi baru dalam pelaksanaan jalan napas kerena cara
pemasangan yang mudah, memerlukan sedikit latihan dan dapat dilakukan
oleh seseorang dengan pengalaman anesthesia bervariasi. LMA
menyediakan akses yang berbeda ke berbagai fungsi dari saluran
pernafasan dan saluran pencemaan. Bentuk anatomi pipa jalan napas
berbentuk bulat panjang melengkung dan kaku, pada pipa saluran
pernapasan dengan diameter 15 mm yang pangkalnya terdapat konektor
yang berfungsi sebagai
sambungan ke sirkuit mesin anestesi dan pada ujungnya berposisi di laring
proximal. Pada saluran pipa satunya berujung pada pangkal saluran
pencernaan berfungsi sebagai saluran ke saluran pencernaan berposisi di
depan sphinter esophagus. Terlihal pada saat dimasukkan dengan
rekomendasi teknik insersi (The Laryngeal Mask Company Limited,
2007).
4. Rumatan Anestesi
Berdasarkan status fisik pasien pra anestesi, ASA (The American Society
of Anesthesiologists) membuat klasifikasi yang membagi pasien ke dalam
5 kelompok atau kategori sebagai berikut :
1) ASA I : Pasien sehat organic, fisiologik, psikiatrik, biokimia.
2) ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang
3) ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat, sehinga aktivitas
rutin terbatas
4) ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat tak dapat
melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat
5) ASA V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa
pembedahan hidupnya tiadak akan lebih dari 24 jam

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat (cito)


dengan mencantumkan tanda darurat (E = Emergency), misalnya
ASA I E atau III E.
5. Resiko
Menurut Nolan (2005) komplikasi pemasangan Laringeal Mask Airway
(LMA):
a. Komplikasi Mekanikal (kinerja LMA sebagai alat) :
1. Gagal insersi (0,3 – 4%)
2. Ineffective seal (<5%)
3. Malposisi (20 – 35%)
b. Komplikasi Traumatik (kerusakan jaringan sekitar) :
1) Tenggorokan lecet/nyeri tenggorokan (0 – 70%)
2) Disfagia (4 – 24%)
3) Disartria (4 – 47%)
c. Komplikasi Patofisiologi (efek penggunaan LMA pada tubuh) :
1) Batuk (<2%)
2) Muntah (0,02 – 5%)
3) Regurgitasi yang terdeteksi (0-80%)
4) Regurgitasi klinik (0,1%)

C. WEB OF CAUTION (WOC)


D. TINJAUAN TEORI ASKAN PEMBEDAHAN KHUSUS
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan
data tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito dan Moyet,
2007 dalam Haryanto 2008). Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek fisiologis, psikologis, sosisal,
maupun spritual
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien
b. Data Objektif
Data yang yang didapatkan dari observasi petugas kesehatan.
2. Masalah kesehatan Anestesi
Penilaian klinis mengenai respon manusia terhadap kondisi
kesehatan/kehidupan, atau kerentanan untuk respon tersebut, oleh
pasien.
3. Rencana Intervensi & Implementasi
Pada tahap ini penata anestesi membuat rencana tindakan
kepenataan anestesi untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan pasien. Perencanaaan kepenataan anestesi adalah suatu
rangkaian kegiatan penentuan langkah langkah pemecahan masalah dan
prioritasnya.
Pelaksanaan kepenataan anestesi terdapat tiga jenis implementasi yaitu :
a. Implentasi yang diprakarsai sendiri oleh penata anestesi untuk
memberikan pelayanan secara mandiri
b. Colaborative adalah tindakan penata anestesi atas dasar kerjasama
sesame tim kesehatan lainnya.
c. Dependent adalah tindakan penata anestesi atas dasar rujukan dari
profesi lainnya.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan secara sistematik dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan
kenyataan yang ada pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brokker, 2011 Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive


Outcomes.2004

Brunner and Suddarth , 2010. Buku Ajar Bedah, Ed. 6, EGC, Jakarta.

Carwin, 2009. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer, A. dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta:


Media Aesculopius
North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnosis :
Definition and Classification 2011-2012. NANDA International.
Philadelphia.

Smeltze. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. EGC: Jakarta.

Suratun. 2012. Anatomi Muskuloskeletal, Program Studi Anatomi Fakultas


Kedokteran Universitas Airlangga / RSUD. dr. Soetomo

Watson. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 4. Jakarta : EGC
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI


PASIEN An. R DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI ORIF
(FRAKTUR RADIUS ULNA SINISTRA) DENGAN
TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG IBS RS ISLAM KENDAL
PADA TANGGAL 1 NOVEMBER 2021

Disusun Oleh:
Nama: Lusi Indah Silvia
NIM: 2018040050

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS dan KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data

1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : An. R
Umur : 12 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan : Belum Kawin
Golongandarah :-
Alamat : Sekepel 05/01 penyangkringan
No. RM : 00316XXX
Diagnosa medis : Fraktur Radius Ulna Sinistra
Tindakan Operasi : ORIF
Tanggal MRS : 1 November 2021
Tanggal pengkajian : 1 November 2021
Jam Pengkajian: : 19.00
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Hubungan dg Klien : Ibu kandung
Alamat : Sekepel 05/01 penyangkringan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada tangan kiri
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien An. R umur 12 tahun datang ke RSI Kendal bersama
keluarganya pada tanggal 1 November 2021 dengan keluhan
nyeri pada tangan kiri karena jatuh saat olahraga pull up
disekolah Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien di diagnosa
Fraktur Radius Ulna sinistra. Pasien akan direncanakan untuk
dilakukan Tindakan ORIF pada 1 November 2021 pukul 19.00
oleh spesialis Ortopedi.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi, jantung,
paru, darah tinggi dan diabetes.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yg
mempunyai riwayat penyakit menurun.
5)Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Tidak
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Tidak
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Tidak
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: -
b) Obat yang sedang dikonsumsi: -
7)Riwayat Alergi : tidak
8)Kebiasaan :
a) Merokok : ya/tidak , jika ya,jumlah :
b) Alkohol : ya/tidak , jika ya,jumlah :
c) Kopi/teh/soda : ya/tidak , jika ya,jumlah : ± 1 cangkir
c. Pola Kebutuhan Dasar
1)Udara atau oksigenasi Sebelum Sakit
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara : Ventilasi Normal
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Gangguan pernafasan :-
- Alat bantu pernafasan :-
- Sirkulasi udara : Ventilasi Normal
- Keluhan :-
- Lainnya :
2) Air / Minum sebelum sakit
- Frekuensi : ± 5-6 gelas sehari
- Jenis : Air Putih
- Cara : dengan gelas
- Minum Terakhir: Sebelum operasi

- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat Ini
- Frekuensi : ± 4-5 gelas
- Jenis : Air putih
- Cara : Dengan gelas
- Minum Terakhir: jam 13.00

- Keluhan :-
- Lainnya :-
3) Nutrisi / makanan
- Frekuensi : ± 2-3 x sehari
- Jenis : Nasi
- Porsi : 1 porsi
- Diet khusus :-
- Makananyangdisukai : semua suka
- Napsu makan : Normal
- Puasaterakhir : 13.00 WIB
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : ± 2-3 x sehari
- Jenis : Nasi
- Porsi : 1 porsi
- Dietkhusus :-
- Makananyangdisukai : semua suka
- Napsu makan : Normal
- Puasaterakhir : 13.00 WIB, 1 November 2021
- Keluhan :-
- Lainnya :-
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : ± 1-2 x sehari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Bau
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-

Saat ini
- Frekuensi : ± 1-2 x sehari
- Konsistensi : Padat
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : Bau
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
Lainnya :-
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : ± 4-10 kali sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning
- Bau : Pesing
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-
Saat ini
- Frekuensi : ± 4-10 kali sehari
- Konsistensi : Cair
- Warna : Kuning
- Bau : Pesing
- Cara (spontan/dg alat) : Spontan
- Keluhan :-
- Lainnya :-

5) Pola aktivitas dan istirahat

a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:
dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

b) Istirahat Dan Tidur Sebelum sakit


- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
-Berapa jam anda tidur: malam 22.00, siang -
Saat ini
- Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
- Berapa jam anda tidur: malam 21.00, siang –
6) Interaksi Sosial

- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga,


kelompok, teman : Baik
7) Pemeliharaan Kesehatan

- Rasa Aman & Rasa Nyaman : Merasa aman dan nyaman


Ketika dirumah Bersama keluarga
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Sakit datang periksa ke dokter
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam
kelompok sosial sesuai dengan potensinya.
- Konsumsi vitamin :-
- Imunisasi :-
- Olahraga : Senam ringan
- Upaya keharmonisan keluarga: Hubungan dengan keluarga
baik
- Stres dan adaptasi : makan dan tidur
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : komposmetis / apatis / delirium/ somnolen / sopor/ koma
GCS : Verbal: 5 Motorik: 6 Mata : 4
Penampilan : tampak sakit ringan/sedang/berat
Tanda-tanda Vital : Nadi = 86 x/menit, Suhu = 360 C, TD =
110/70 mmHg, RR = 20 x/menit, Skala Nyeri: 4
BB: 35 Kg, TB: 143 Cm, BMI: 17,1
b. Pemeriksaan 6 B
1) B1 (BREATH)
- Wajah:
☑Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu□ Gigi goyang □ Gigi maju
☑Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya ☑Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm ☑Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya ☑Tidak
- Mallampati Skor :□ I ☑II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 ☑ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran 2-4 cm intensitas
- Obstruksi Jalan Napas

☑Tidak ditemukan □ Tumor

□ Gigi maju □ Stridor


- Bentuk Leher : ☑Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher : Normal
 Leher pendek : □Ya ☑Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
☑Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
☑Ya □ Tidak

 Apakah pasien menggunakan collar?


□ Ya ☑Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : Pulmonal
 Pola napas : Synus Rhytme
 Retraksi otot bantu napas : Normal
 Perkusi paru: ☑ sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas: □ ronchi □ wheezing □ vesikuler □
bronchial □ bronkovesikular

2) B2 ( BLOOD )
- Konjungtiva : □ anemis ☑ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya ☑tidak
- BJ I : □ tunggal □ ganda ☑regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda ☑regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur

3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : ☑ kompomentis □ apatis □ delirium □
somnolen □ sopor
□ koma
- GCS : Verbal 5 Motorik: 6 Mata : 4

- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( ✓+ / -)

b. Reflek trisep ( ✓+ / -)

c. Reflek brachiradialis ( ✓+ / -)

d. Reflek patella ( ✓+ / -)
e. Reflek achiles ( ✓+ / -)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-
kasus tertentu.
a. Reflek babinski ( ✓+ / -)
b. Reflek chaddok ( ✓+ / -)

c. Reflek schaeffer ( ✓+ / -)

d. Reflek oppenheim ( ✓+ / -)

e. Reflek gordon ( ✓+ / -)
4) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 10 x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya ☑Tidak □ nyeri
menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya ☑Tidak

- Distensi : □Ya ☑Tidak


- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi
5) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : □Spontan ☑Tidak
- Terpasang kateter : ☑Ya □Tidak
- Gagal ginjal : □Ya ☑Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya ☑Tidak
- Produksi urine : ± 60-100 cc
- Retensi urine : □Ya ☑Tidak
6) B6 ( BONE )
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Kelainan tulang belakang: Kyposis (+/-✓), Scoliosis (+/-✓),
Lordosis (+/-✓), Perlukaan (+/-✓), infeksi (+/-✓), mobilitas
(leluasa/terbatas), Fibrosis (+/-✓), HNP (+/-✓)
- Lainnya……………………..
b) Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
• Inspeksi Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
deformitas (✓+ / -) Fraktur (+/✓-), lokasi fraktur radius ulna
sinistra, jenis fraktur tertutup, kebersihan luka tertutup, terpasang
gips (+/✓-), Traksi ( + / ✓- ), atropi otot ( + / ✓-) IV line:
terpasang di tangan kanan, ukuran abocatch 20G, tetesan:10 tpm
ROM: ……………….. Lainnya:……………..
• Palpasi Perfusi:tidak ada kemerahan, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan tidak ada lesi. CRT:3 detik Edema : ( 1 – 4) Lakukan
uji kekuatan otot: (1-5)
Lainnya:………………
-Ekstremitas Bawah :
• Inspeksi Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris),
deformitas (+ / ✓-) Fraktur (+/✓-), lokasi fraktur
………………….., jenis fraktur..................................kebersihan
luka….............................., terpasang gips (+/✓- ), Traksi ( + / ✓-

), atropi otot ( + / ✓-) IV line: terpasang di...................., ukuran


abocatch............., tetesan:.................. ROM: ………………..
Lainnya:………………
• Palpasi Perfusi:……. CRT:…… Edema : (1)
Kekuatan otot : ( 2 )
Lainnya:………… ……
Kesimpulan palpasi ekstermitas :

- Edema :

- uji kekuatan otot :


2. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
HEMATOLOGI RUTIN Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 12.6 g/dl 13.0 – 17.0
Hematokrit 37.2 % 40 – 54
Leukosit 6.940 Ribu/Ul 4000 – 11.000
Trombosit 309.000 Ribu/Ul 150.000 – 450.000
Eritrosit 4.59 Juta/Ul 4.4 – 6.0
KOAGULASI
CT 4’30” Menit 2–6
BT 2’00” Menit 1–3
INDEX ERITOSIT
MCV 81.2 Fl 80 – 97
MCH 27.4 Pg 26 – 34
MCHC 33.8 g/dL 31 – 36
RDW 14.4 % 10.0 - 15.0
MPV 9.7 fL 7.0 – 11.0
IMUNOLOGI
HbSAg Kualitatif Negatif Negatif
HIV Non reaktif Non reaktif
Antigen SARS-Cov-2 Negatif Negatif
b. Pemeriksaan Radiologi :

3. Therapi Saat ini :


- Cefazolin 2x1gr
- Sulfas atropin
- Propofol 100mg
- Miloz 3mg
- fentanyl 100mcg
- ondansentron 4mg
-ketorolac 30mg
- ketamin 30mg
-RL 500 ml

4. Kesimpulan status fisik (ASA):


ASA II
5. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit: -
b. Jenis Anestesi : General anestesi
Indikasi: Lokasi pembedahan berada di ekstremitas atas
c. Teknik Anestesi : dengan teknik LMA ( Laryngeal mask
airway) Indikasi : Operasi sedang

7) Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
I. PRE ANESTESI
1 DS: Tindakan Operasi Ansietas
Pasien mengatakan takut dengan
tindakan operasi.
Pasien mengatakan merasa
khawatir dengan tindakan
operasi karena baru pertama
kalinya operasi.
DO:
Pasien tampak gelisah, tidak
tenang, Wajah klien tampak
tegang.
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 130/80 mmHg,
Nadi : 120 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
2. DS: Agen cidera fisik Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada
tangan kiri
P : saat gerak
Q: seperti tertusuk-tusuk
R: tangan kiri
S: 4
T: hilang timbul

DO:
- Pasien tampak merasa nyeri
II. INTRA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem
1 Intra Anestesi Efek agen anestesi Pola napas tidak efektif
Do:
Pasien tidak sadar
Pasien terpasang LMA ukuran
3
Isoflurane 1,2 , O2 3 lpm
Hasil tanda-tanda vital:
TD : 114/59 mmHg,
Nadi : 103 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
III. PASCA ANESTESI
No Symptom Etiologi Problem

1 DS: - Efek obat anestesi Resiko kecelakaan


DO: pasien setelah pembiusan cidera
belum sadar penuh
TTV :
TD : 91/35 mmHg,
Nadi : 100 /menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360C
SPO2 : 99%
II. Problem ( Masalah )
A. PRE ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan


langsung prognosis dari suatu penyakit yang secara
spesifik )

Alasan prioritas: karena operasi yang tidak mendesak ataupun


darurat.

B.INTRA ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung


prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik )

Alasan prioritas: Karena pola nafas pasien tidak efektif dan belum
sadar.

C.PASCA ANESTESI

1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa )

2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan )

3. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung


prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik )

Alasan prioritas: Pemantauan pasien yang belum sadar penuh.


III.Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
1) Pra Anestesi

Nama : An. R No. CM : 00316XXX


Umur : 12 tahun Dx : Fraktur radius ulna sinistra
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Usman

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI Nama & paraf


Pra anestesi
1. Nyeri b/d Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengkajian nyeri S:
agen cidera tindakan nyeri secara secara komprehensif: Pasien mengatakan nyeri saat ini
fisik keperawatan nyeri komprehensif: lokasi, lokasi, karakteristik, sudah terkontrol
terkontrol dengan karakteristik, durasi, onset atau durasi, O:
kriteria hasil: frekusensi, kualitas, frekusensi, kualitas, Pasien tampak koperatif
 Melaporkan nyeri intensitas. intensitas atau Pasien tampak lebih tenang
terkontrol 2. Berikan informasi beratnya nyeri dan TTV :
 Melaporkan skala mengenai nyeri, seperti faktor pencetus.
TD : 130/80 mmHg,
nyeri berkurang penyebab nyeri, berapa 2. Memberikan informasi
 Pasien tampak lama nyeri di rasakan mengenai nyeri, Nadi : 120 /menit
lebih tenang dan antisipasi dari seperti penyebab
RR : 20x/menit
ketidaknyamanan akibat nyeri, berapa lama
prosedur. nyeri di rasakan dan Suhu : 360C
3. Ajarkan penggunaaan antisipasi dari
SPO2 : 99%
teknik nonfarmakologi ketidaknyamanan
A:
(misalnya relaksasi, akibat prosedur
Masalah Nyeri Akut teratasi
nafas dalam, terapi 3. Mengajarkan
sebagian
musik, hipnoterapi). penggunaaan teknik
Kolaborasi pemberian nonfarmakologi P:
(relaksasi) Lanjutkan intervensi
analgetik sesuai dosis.
Melakukan kolaborasi  Lanjutkan pemberian
dengan dokter anestesi analgetik sesai dosis dokter
untuk pemberian analgetik  Lanjutkan tehnik non-
sesuai dosis farmakologi
ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE- ASSESMEN
Tanggal : 16 Oktober 2021
Kesadaran : Compos mentis Pemasangan IV line : ☑1 buah □ 2 buah □ ……….
Tekanan darah: 197/115 mmHg, Nadi: 84 x/mnt. Kesiapan mesin anestesi : ☑ Siap/baik □ ………
RR : 20 x/mnt, Suhu : 36,5 0C Saturasi O2: 96 % Kesiapan Sumber gas medik : ☑Siap/baik □ ………
Gambaran EKG : sinus rhythm Kesiapan volatile agent : ☑Siap/baik □ ………
Kesiapan obat anestesi parenteral : ☑ Siap/baik □ ………
Kesiapan obat emergensi : ☑Siap/baik □ ………

Penyakit yang diderita : ☑Tidak ada □ Ada, sebutkan……………


Penggunaan obat sebelumnya: ☑ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Gigi palsu : ☑ Tidak ada □ Ada , permanen □ Ada,sudah dilepas
Alergi : ☑ Tidak ada □ Ada, sebutkan…………
Kontak lensa : ☑ Tidak ada □ Ada , sudah dilepas.
Asesoris : ☑Tidak ada □ Ada, sebutkan…………

CATATAN LAINNYA:
2) Intra Anestesi

Nama : An. R No. CM : 00316XXX


Umur : 12 tahun Dx : Fraktur radius ulna sinistra
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Usman
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI Nama & paraf
Intra anestesi
1. Pola napas Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Memonitor tanda-tanda S:-
tidak efektif tindakan keperawatan 2. Monitor tingkat saturasi vital O:
b/d efek agen Pola napas tidak oksigen 2. Memonitor tingkat Pasien tidak sadar
anestesi efektif dengan kriteria 3. Monitor frekuensi, irama, saturasi oksigen Pasien terpasang LMA no
hasil: suara pernafasan 3.Memonitor frekuensi, 3
• Frekuensi, irama, 4. Berikan oksigen sesuai irama, suara pernafasan Bagging 10-12 x/menit
suara pernapasan kebutuhan 4.Memberikan oksigen Oksigen 3 lpm
dalam batas 5. Pertahankan kepatenan jalan sesuai kebutuhan Isoflurane 1,2
normal 5.Mempertahankan TTV : TD : 114/59 mmHg,
nafas
• Saturasi oksigen kepatenan jalan nafas Nadi : 103 /menit, RR
normal : 20x/menit, Suhu : 360C,
• Tanda-tanda vital
SPO2 : 99%
normal
A:
• Jalan nafas paten
Masalah Pola nafas teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
3) Pasca Anestesi

Nama : An. R No. CM : 00316XXX


Umur : 12 tahun Dx : Fraktur radius ulna sinistra
Jeniskelamin : Perempuan Ruang : Usman

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI Nama & paraf


Pasca anestesi
1. Risiko Setelah dilakukan 1. Jaga posisi imobil 1. Menjaga posisi imobil
S : pasien mengatakan
tindakan pasien pasien
kecelakaan masih mengantuk
keperawatan Risiko 2. Pasang sticker 2. Memasang sticker
O:
cedera b/d kecelakaan cedera identifikasi fall risk. identifikasi fall risk.
dengan kriteria 3. Jaga keamanan pasien 3. Menjaga keamanan TD : 91/35 mmHg,
Efek anestesi
hasil: selama transportasi pasien selama transportasi
Nadi : 100 /menit
-Pasien aman 4. Pantau penggunaan 4. Memantau penggunaan
selama dan setelah obat anestesi dan efek RR : 20x/menit
obat anestesi dan efek yang
pembiusan: yang timbul.
Suhu : 360C
- Selama operasi timbul.
tidak bangun/tenang
SPO2 : 99%
- Pasien aman tidak
jatuh -terpasang gelang kuning.
A : Resiko jatuh teratasi
sebagian
P : Pindahkan pasien ke
bangsal
Diet dan nutrisi :
Pemantauan tanda vital : Setiap Selama
Lain-lain
:
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien) yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1) 2) 3)

Anda mungkin juga menyukai