Oleh Kelompok 6 :
Deogradcya Almeyda Holly Queen, D.C 2014301057
I Wayan Yoga Pratama 2014301068
Ketut Debi Lestari 2014301074
Ni Putu Anandha Swari 2014301085
Rizky Nabillah Putra 2014301096
Serafim Greenleaf Tamtelahitu 2014301098
Vioni Vividiastrid Kumila 2014301100
Vivian Ingritdiastrid Kumila 2014301102
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan seminar “Asuhan Kepenataan Pasien Ny.F dengan
Masalah Kepenataan Multiple Nodul Tiroid (MNT) Tindakan Total Tiroidektomy dengan General
Anestesi di Ruang IBS RSUD Cinta Suci”
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu. Ns Putu Atika Parati, S.Kep.,M.Kep. pada
mata kuliah Metodologi Keperawatan Anestesi di Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali. Selain
itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan
kepenataan anestesi dalam pelaayanannya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak dan Ibu dosen pengampu:
1) Ns Putu Atika Parati, S.Kep.,M.Kep.;
2) Ns .Emanuel Ileatan Lewar, S.Kep,MM;
3) Sang Ketut Artha SKM.,M.Kes;
4) Ns. I Wayan Agus Maharyawan,S.Kep.,M.Kep;
yaitu selaku dosen mata kuliah Metodologi Keperawatan anestesi yang telah membimbing
dan mengajarkan kami. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi kami
khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada
umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna dan masih memiliki banyak
kekurangan.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak yang membaca.
Nodul tiroid adalah pembesaran kelenjar tiroid yang dapat merupakan suatu
peradangan, hiperplasia atau neoplasma, dimana secara klinis kadang sulit
dibedakan. Sering ditemukan membesar dan tidak memberikan keluhan yang berarti
sehingga jarang segera diobati, ditemukan saat pemeriksaan fisik yaitu saat palpasi
di daerah leher dan pada saat pemeriksaan USG leher (Prapyatiningsih, et.al., 2017).
Nodul tiroid merupakan kelainan yang sering ditemukan dan tidak menimbulkan
keluhan yang berarti pada kelenjar tiroid. Sekitar 5-10% nodul tiroid merupakan
suatu neoplasma baik itu jinak maupun ganas, dimana keadaan ini tergantung pada
usia penderita dan ukuran nodul tiroid. (Prapyatiningsih, et.al., 2017).
2.1.2 Etiologi
Struma disebabkan oleh gangguan sintesis hormone tiroid yang menginduksi
mekanisme kompensasi terhadap kadar TSH serum, sehingga akibatnya
menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia selfolikel tiroid dan pada akhirnya
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. Efek biosintetik, defisiensi iodin penyakit
otoimun dan penyakit nodular juga dapat menyebabkan struma walaupun dengan
mekanisme yang berbeda. Bentuk goitrous tiroiditis hashimoto terjadi karena defek
yang didapat pada hormone sintesis, yang mengarah ke peningkatan kadar TSH dan
konsuekensinya efek pertumbuhan (Tampatty, 2019). Adanya gangguan fungsional
dalam pembentukan horomn tiroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar
tiroid antara lain: a) Defisiensi iodium Pada umumnya, penderita penyakit struma
sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung
iodium, misalnya daerah pegunungan. b) Kelainan metabolik kongenital yang
menghambat sintesa hormon tiroid. 1) Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
(seperti substansi dalam kol, lobak,kacang kedelai). 2) Penghambatan sintesa
hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium) c)
Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid. Pada umumnya ditemui pada masa
pertumbuan, puberitas, menstruasi, kehamilan, laktasi, menopause, infeksi dan
stress lainnya. Dimana menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan
arseitektur yang dapat bekelanjutan dengan berkurangnya aliran darah didaerah
tersebut. Penyebab kelainan ini bermacam-macam, pada setiap orang dapat dijumpai
masa karena kebutuhan terhadap tiroksin bertambah, terutama masa pubertas,
pertumbuhan, menstruasi, kehamilan, laktasi, monopouse, infeksi atau stress lain.
Pada masa-masa tersebut dapat dijumpai hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid.
Perubahan ini dapat menimbulkan nodularitas kelenjar tiroid serta kelainan
arsitektur yang dapat berlanjut dengan berkurangnya aliran darah di daerah tersebut
sehingga terjadi iskemia (Amin huda, 2016)
2.1.6 PertimbanganAnestesi
A. Definisi Anestesi
Anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu “An” yang berarti tidak dan
“Aesthesis” yang berarti rasa atau sensasi. Sehingga anestesia berarti suatu
keadaan hilangnya rasa atau sensasi tanpa atau disertai dengan hilangnya
kesadaran.
2. Regional Anestesi
Anestesia regional adalah tindakan anestesi yang dilakukan dengan
cara menyuntikkan obat anestetik lokal pada lokasi serat saraf yang
menginversi region tertentu, yang menyebabkan hambatan konduksi
impuls aferen yang bersifat sementara. Anestesi regional hanya
menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan sadar. Oleh sebab
itu, teknik ini tidak memenuhi triaas anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyari saja (Pramono, 2017). Jenis anestesi
regional:
a. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh
pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa
menit. Suntikan hanya diberikan satu kali.
b. Epidural Anestesi
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh
pembiusan dari kaki sampai tulang dada hanya dalam beberapa
menit. suntikan hanya diberikan satu kali, obat diberikan terus-
menerus melalui sebuah selang kecil selama masih diperlukan.
c. Kombinasi Spinal Epidural
Penggabungan 2 tekhnik anestesi antara spinal dan epidural.
Keuntungan Anestesia kombinasi spinal- epidural adalah onset cepat,
tinggi blok dapat ditambahkan, durasi blok dapat diperpanjang, serta
penatalaksanaan nyeri pasca bedah yang baik
d. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun
untuk tujuan diagnostik dan terapi.
C. Anestesi Lokal
Anestesi lokal adalah suatu upaya untuk menghilangkan berbagai
macam sensasi seperti rasa nyeri untuk sementara waktu yang terjadi pada
beberapa bagian tubuh tanpa diikuti dengan hilangnya kesadaran
(Simangsuno, 2015). Anestesi lokal secara reversible menghambat
konduksi saraf di dekat pemmberian anestesi, sehingga menyebabkan mati
rasa di daerah terbatas secara sementara (Press, 2015). Perbedaanya
dengan anestesi regional adalah anestesi lokal hanya memblok sensasi di
area dimana injeksi diberikan, tanpa mempengaruhi daerah-daerah lain
yang diinervasi oleh saraf tersebut (Peters, 2011). Adapun teknik anestesi
local:
a. Anestesi Topikal
Teknik ini dilakukan dengan mengaplikasikan sediaan
anestesi pada daerah membrane mukosa yang dapat dipenetrasi
sehingga mencapai ujung saraf superfisial (malamed ,2013)
b. Anestesi Infiltrasi
D. Rumatan Anestesi
1. Regional Anestesi
a. Oksigen nasal 2 Liter/menit
b. Obat Analgetik
c. Obat Hipnotik Sedatif
2. General Anestesi
a. Premedikasi
a) Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg (0,1-0,2
mg/kgBB) intramuskular diberikan untuk mengurangi
kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi,
menghindari takipnu dapat pemberian trikloroetilen, dan agar
anestesi berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya
adalah terjadi perpanjangan wakti pemulihan, timbul spasme
serta kolik biliaris dan ureter. Kadang-kadang terjadi
konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan depresi napas.
b) Petidin
a) Diazepam
b) Midazolam
- Gol.Antikolinegrik
b. Induksi
- Ketamin
- Propofol
Propofol adalah obat anestesi intravena yang memiliki mula
kerja dan lama kerja yang relatif lebih singkat, serta memiliki
efek antiemetik sehingga dianggap menjadi anestesi yang ideal
baik utuk induksi anestesi atau pemeliharaan. Propofol sangat
sukar larut dalam air atau bersifat hidrofobik, sehingga propofol
diformulasikan dalam bentuk emulsi minyak-air yang
mengandung 10% Long-Chain Triglycerides minyak kedelai,
2.25% gliserol, dan 1.2% lesitin, sodium edatate (EDTA) sebagai
pengawet dan mengandung komponen yang utama yaitu fraksi
fosfatida dari kuning telur (Kotani et al., 2008; Katzung, 2014).
Efek pemberian anestesi umum intravena propofol (2 mg/kg)
menginduksi secara cepat seperti tiopental. Propofol menurunkan
tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi efek ini lebih
disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah
jantung. Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi
trakea. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal. Efek
samping yang dikaitkan dengan induksi anestesi propofol adalah
nyeri saat injeksi, pada sistem pernapasan adanya depresi
pernapasan, apnea, bronkospasme, dan laringospasme. Pada
sistem kardiovaskuler berupa hipotensi, aritmia, takikardia,
bradikardia. Pada susunan saraf pusat adalah sakit kepala, pusing,
euforia, kebingungan, gerakan klonik mioklonik, opistotonus,
kejang, mual, dan muntah. Penggunaan dosis yang tinggi pada
induksi propofol tunggal dapat menyebabkan beberapa efek
samping yang meliputi depresi pernapasan, depresi miokard, dan
vasodilatasi perifer kardiovaskuler, metabolik asidosis.
- Petidin
c. Pelumpuh Otot
- Pavulon
- Atracurium
- Vekkuronium
- Rekuronium
d. Maintenance
- Dinitrogen Monoksida(N2O)
e. Obat-Obat Emergency
- Epinephrine (Adrenalin)
- Sulfas Antropin
a) Golongan: Antikolinergik
- Lidocain
- Dopamine
a) Golongan : vasopressor
b) Indikasi : hipotensi akut atau syok akibat infark myokard ,
trauma, dan gagal ginjal, Digunakan setelah proses
pembedahan jantung dimana terjadi kondisi hipotensi akibat
hipovelemia.
c) Dosis : dosis awal 1-5 µg/kgBB/menit dalam drip infuse.
Kemudian dosis dapat ditinggikan hingga 5-15
µg/kgBB/menit.
d) Kontra indikasi : pheochromocytoma, fibrilasi ventrikular
e) Efek samping: hipotensi, hipertensi, nyeri dada, mual muntah.
f. Terapi Cairan
- Pra Operasi
- Intra Operasi
Dapat terjadi kehilangan cairan karena proses operasi.
Kebutuhan cairan pada dewasa untuk operasi:
a) Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
b) Sedang = 6 ml/kgBB/jam
c) Berat = 8 ml/kgBB/jam.
Bila terjadi perdarahan selama operasi, di mana perdarahan
kurang dari 10 % EBV maka cukup digantikan dengan cairan
kristaloid. Apabila perdarahan lebih dari 10 % maka dapat
dipertimbangkan pemberian plasma / koloid /dekstran.
- Pasca Operasi
1. Sistem Pernafasan
2. Sistem Sirkulasi
Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia, hal
ini disebabkan oleh kekurangan cairan karenaperdarahan yang tidak
ditangani dengan baik. Sebab lain adalah sisaanastesi yang masih
tertinggal dalam sirkulasi, terutama jika tahapananastesi masih dalam akhir
pembedahan.
3. Regurgitasi-an Muntah
Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama anastesi.
Pencegahan muntah penting karena dapat menyebabkanaspirasi.
4. Hipotermi
Singkatnya, resiko komplikasi yang mungkin terjadi pada saat pre, intra,
pasca anestesi adalah sebagai berikut (IPAI, 2018) :
1) Pre anestesi
a. Nyeri akut
b. Ansietas
c. Risiko cedera anestesi
2) Intra anestesi
a. Resiko cedera trauma pembedahan
b. Resiko cedera posisi pembedahan
c. Resiko komplikasi disfungsi respiasi
d. Resiko komplikasi disfungsi kardiovaskular
e. Resiko komplikasi disfungsi sirkulasi
f. Resiko komplikasi disfungsi termoregulasi
g. Resiko komplikasi dsfungsi gastrointestinal
h. Resiko komplikasi disfungsi hepar
i. Resiko komplikasi disfungsi perkemihan
j. Resiko komplikasi disfungsi metabolik
k. Resiko komplikasi ketidakseimbangan elektrolit
3) Pasca anestesi
a) Resiko cedera gangguan fungsi respirasi
b) Resiko cedera gangguan fungsi sirkulasi
c) Resiko cedera gangguan fungsi caitran dan elektrolit
d) Resiko cedera gangguan fungsi neurologis
e) Resiko cedera gangguan fungsi gastrointestinal
f) Resiko cedera gangguan fungsi ginjal/perkemihan
g) Resiko cedera gangguan fungsi muskuloskeletal
h) Resiko alergi
i) Resiko jatuh
F. Web of caution (WOC)
Defesiensi iodium
Kelainan metabolic kongenital yang menghambat sintesa hormone tiroid
Hiperplaspsia dan involusi
Tiroidektomi
General Anestesi
Pra Anestesi
Tindakan Pembedahan MNT Tindakan General Anestesi Efek obat General Anestesi Risiko Cedera
Anestesi
General Anestesi Gigi goyang Suit dipasang Terganggu Jalan Penyulit Intubasi
dengan ETT dan Gigi Palsu Nafas
ETT
Intra Anestesi
B. Intra Anestesi
1. Risiko Trauma Fisik Pembedahan
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan anestesi selama 1-2 ment,
diharapkan tidak terjadinya trauma pembedahan
b. Kriteris Hasil :
- Tercapainya TRIAS Anestesi meliputi analgetik, hipnosis, dan
relaxsasi.
- Pertahankan kedalaman anestesi pada stadium 3 plana 3.
a) TTV dalam batas normal
b) TD 120/80 mmHg
c) Nadi 80x/menit
d) MAP 70-100 mmHg
e) RR 16-20 x/menit
f) SpO2 dalam batas normal : 95-100%
g) Suhu 36,5˚C
- Tidak terjadi komplikasi anestesi selama operasi berlangsung.
c. Intervensi :
- Observasi TTV pasien.
- Atur posisi pembedahan pasien.
- Lakukan pemasangan alat monitoring non invasif.
- Atasi penyulit yang timbul.
- Berikan tindakan general anestesi sesuai program kolaboratif.
- Pertahankan kedalaman anestesi pada stadium 3 plana 3, dan
observasi monitoring kedalaman anestesi.
- Monitoring pada anestesi/ monitoring standar (monitoring airway,
monitoring fentilasi, monitoring oksigenasi, monitoring sirkulasi,
monitoring suhu).
3. RK Disfungsi Respirasi
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan anestesi selama 1-2 jam,
diharapkan tidak terjadi disfungsi pada respirasi pada pasien
b. Kriteria Hasil :
- Irama napas reguler.
- Frekuensi napas 12-20 x/menit.
- Tidak ada bunyi tambahan napas.
- Pola ventilasi.
- Pengembangan dada, arterior-posterior dan lateral sinis kiri dan
kanan simetris.
- Tidak ada tand-tanda refraksi intercosta.
- SpO2 dalam batas normal : 95-100%
- RR dalam batas normal : 16-20 x/menit
- TD : 100-120 / 70-80 mmHg
- N : 60-100 x/menit
- Tidal volume 400-500 cc
c. Intervensi :
- Observasi breathing (jalan napas, fentilasi, oksigenasi) pada
pasien.
- Berikan oksigen sesuai dengan program terapi.
- Lakukan pemeliharaan jalan napas ( pertahankan posisi pasien
dalam posisi sniffing selama pemberian anestesi).
- Lakukan bagging pada pasien.
- Lakukan pengakhiran tindakan anestesi (reverse dan ekstubasi).
- Kolaborasi pemasangan LMA atau ETT.
4. RK Disfungsi Kardiovaskuler
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan anestesi selama 1-2 jam,
diharapkan pasien tidak terjadi disfungsi kardiovaskular
b. Kriteris Hasil :
- Hemodinamik stabil :
- Irama sinus : iramanya teratur, dengan frekuensi jantung (HR) 60-
100 x/menit, gelombang QRS 0,06 - <0,12 detik, PR interval 0,12-
0,20 detik.
- Wajah pasien tidak pucat.
- Akral hangat.
- CM=CK.
c. Intervensi :
- Monitoring sirkulasi (TD, denyut nadi, MAP, irama EKG).
- Monitoring akral pasien.
- Monitoring pendarahan.
- Monitoring CK dan CM.
- Berikan cairan sesuai kebutuhan pasien selama operasi (CM=CK)
- Hitung kebutuhan cairan puasa.
- Hitung perdarahan (jumlah perdarahan di suction, kain kasa 1gr
=1cc, lapangan operasi 25% dari jumlah pendarahan yg keluar).
- Berikan obat-obat vasopresor sesuai dengan program kolaborasi.
C. Pasca Anestesi
1. RK Disfungsi Respirasi
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kepenataan anastesi selama 30-60
menit diharapkan jalan napas efektif
b. Kriteria Hasil :
- Tidak ada bunyi napas tambahan.
- Tidak terjadi sianosis.
- RR pasien dalam batas normal
- Irama napas normal.
- Tidak terjadi pernapasan cuping hidung.
c. Intervensi :
- Kaji keadaan umum dan TTV pasien serta jalan napas pasien.
- Monitor status pernapasan (ekspansi dada).
- Berikan penilaian Alderete Score
- Berikan posisi yang nyaman.
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen.
2. RK Termoregulasi (Hiportemia)
a. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 30-60
menit diharapkan tidak terjadi hipotermi
b. Kriteria Hasil :
- Suhu dalm batas normal (36-37 ˚C)
- Akral pasien hangat.
- Tidak terjadi menggigil.
- Tidak ada tanda-tanda sianosis
- TTV dalam batas normal
a) TD : 100-120 / 70-80 mmHg
b) Nadi : 60-100 x/menit
c) RR 16-20 x/menit
c. Intervensi :
- Observasi TTV.
- Berikan selimut.
- Monitor tanda-tanda sianosis.
- Pertahankan suhu tubuh pasien dengan cara memberikan cairan
infus yang hangat.
- Berikan obat anti shivering.
- Atur suhu ruang kamar operasi dan recovery room 22-24 ˚C.
3. Nyeri
a. Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kepenataan anestesi selama 30-60
menit diharapkan pasien mampu toleransi terhadap nyeri
b. Kriteria Hasil :
- Skala nyeri menjadi 1-3 (nyeri ringan).
- Pasien tidak tampak meringis.
- TTD dan dan denyut nadi dalam rentang normal :
a) TD 120/80 mmHg
b) Nadi 80 x/menit
c. Intervensi :
- Monitor TTV pasien.
- Monitoring tingkat nyeri dengan metode numeric rating scale
(NRS).
- Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut yang
tidak membebani.
- Kolaborasikan dalam pemberian antianalgetik narkotik.
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Wartonah, 2015). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017). Tahap proses Askan dengan melaksanakan berbagai
strategi tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Perawat anestesi harus
mengetahui berbagai hal: bahaya fisik, perlindungan pasien, teknik komunikasi,
prosedur tindakan.
I. PENGKAJIAN
1) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama : NY.F
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan` : Kawin
Golongan darah :O
Alamat : Kediri, Tabanan
No. CM : 301020
Diagnosa medis : Multiple Nodul Tiroid (MNT)
Tindakan Operasi : Total Tiroidektomy dengan General Anestesi
Tanggal MRS : 25 September 2021
Tanggal pengkajian : 26 September 2021 Jam Pengkajian: 10.00
Jaminan : BPJS
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Terdapat benjolan pada leher pasien
b. Saat Pengkajian
Pasien tampak cemas karena akan di operasi
5) Riwayat Kesehatan
- Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? Pasien mengatakan tidak pernah
masuk rumah sakit.
- Riwayat operasi sebelumnya : Pasien mengatakan belum pernah operasi
- Riwayat anestesi sebelumnya : Pasien mengatakan belum pernah di anestesi
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah? Pasien mengatakan
belum pernah transfuse darah.
- Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? Pasien mengatakan
tidak pernah didiagnosa penyakit menular.
- Khusus pasien perempuan :
Jumlah kehamilan: 1 x
Jumlah anak : 1
Mensturasi terakhir : 10 September 2021
Menyususi : Pasien mengatakan tidak sedang menyusui
6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat:
a) Obat yang pernah dikonsumsi: Anti diabetik, antikoagulan, kortikosteroid,
antihipertensi secara teratur.
b) Obat yang sedang dikonsumsi: Antihipertensi
2) Air / Minum
Sebelum Sakit
- Frekuensi : Pasien mengatakan 1600cc
- Jenis : Pasien mengatakan jenis air mineral
- Cara : Pasien mengatakan dengan oral
- Minum Terakhir : Pasien mengatakan sesampainya di rumah sakit
- Keluhan : Pasien mengatakan sedikit sakit saat menelan air
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
Saat Ini
- Frekuensi : Pasien mengatakan tidak minum karna puasa
- Jenis : Pasien mengatakan air mineral
- Cara : Pasien mengatakan dengan oral
- Minum Terakhir : Pasien mengatakan pukul 00.00 WITA
- Keluhan : Pasien mengatakan haus
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
3) Nutrisi/ makanan
Sebelum Sakit
- Frekuensi : Pasien mengatakan 2-3 x/ hari
- Jenis : Pasien mengatakan nasi jagung
- Porsi : Pasien mengatakan 1 piring
- Diet khusus : Pasien mengatakan tidak melakukan
diet
khusus
- Makanan yang disukai : Pasien mengatakan suka nasi goreng
- Napsu makan : Pasien mengatakan baik
- Puasa terakhir : Pasien mengatakan tidak puasa
- Keluhan : Pasien mengatakan sakit saat
menelan
nasi
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : Pasien mengatakan 2 x/hari
- Jenis : Pasien mengatakan mengkonsumsi
karbohidrat, protein, sayuran
- Porsi : 1 piring
- Diet khusus : Pasien mengatakan tidak ada
- Makanan yang disukai : Pasien mengatakan nasi goreng
- Napsu makan : Pasien mengatakan nafsu makannya
menurun
- Puasa terakhir : Pasien mengatakan 6 jam
- Keluhan : Pasien mengatakan lapar
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
4) Eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit
- Frekuensi : Pasien mengatakan 1-2 x/hari
- Konsistensi : Pasien mengatakan padat
- Warna : Pasien mengatakan khas feses
- Bau : Pasien mengatakan khas
feses
- Cara (spontan/dg alat) : Pasien mengatakan spontan
jongkok
- Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : Pasien mengatakan 1x/hari
- Konsistensi : Pasien mengatakan padat
- Warna : Pasien mengatakan khas feses
- Bau : Pasien mengatakan khas
feses
- Cara (spontan/dg alat) : Pasien mengatakan spontan
jongkok
- Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
b) BAK
Sebelum sakit
- Frekuensi : Pasien mengatakan 250 cc
- Konsistensi : Pasien mengatakan cair
- Warna : Pasien mengatakan jernih
- Bau : Pasien mengatakan khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : Pasien mengatakan spontan
jongkok
- Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : Pasien mengatakan 340 cc
- Konsistensi : Pasien mengatakan cair
- Warna : Pasien mengatakan jernih
- Bau : Pasien mengatakan khas urine
- Cara (spontan/dg alat) : Pasien mengatakan spontan
jongkok
- Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada
- Lainnya : Pasien mengatakan tidak ada
6) Interaksi Sosial
- Hubungan dengan lingkungan masyarakat, keluarga, kelompok, teman: Pasien
mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik.
7) Pemeliharaan Kesehatan
- Rasa Aman : Pasien mengatakan baik karena didampingi oleh
keluarganya
- Rasa Nyaman : Pasien mengatakan kurang (karena terdapat dua benjolan
pada tiroid, pasien tampak tegang karena baru pertama
kali melakukan operasi)
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : Pasien dengan baik melakukan
pemanfaatan
kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos metis
GCS : Verbal: 5 Motorik: 6 Mata : 4
Penampilan : Tampak nyeri sedang
Tanda-tanda Vital : Nadi = 110 x/menit, Suhu =36,5 0 C, TD =140/100 mmHg,
RR =24 x/menit, Skala Nyeri: 3
BB: 68 Kg, TB:165 Cm, BMI: 25,0
Lainnya : tidak ada
b. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala (Normocephal ), kesimetrisan (+), hidrochepalus ( - ), Luka ( - ),
darah ( - ), trepanasi ( - ).
Lainnya : tidak ada kelainan
Palpasi :
Nyeri tekan ( - ),
Lainnya : -
c. Pemeriksaan Wajah :
Inspeksi :
Ekspresi wajah (rileks), dagu kecil (+), Edema (-),
kelumpuhan otot-otot fasialis (-), sikatrik (-), micrognathia (-), rambut wajah (-)
Lainnya tidak ada kelainan
d. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
- Kelengkapan dan kesimetrisan mata ( + )
- Ekssoftalmus ( + ), Endofthalmus ( - )
- Kelopak mata / palpebra : oedem ( - ), ptosis ( - ), peradangan (- ) luka ( - ),
benjolan (-i’p[/;p/ - )
- Bulu mata (tidak rontok)
- Konjunctiva dan sclera : perubahan warna (tidak ada)
- Reaksi pupil terhadap cahaya +/+, isokor ( + ),
- Kornea : warna hitam
- Nigtasmus ( - ), Strabismus (- )
- Ketajaman Penglihatan ( Baik)
- Penggunaan kontak lensa: tidak
- Penggunaan kaca mata: tidak
- Lainnya : tidak ada kelainan
Palpasi
- Pemeriksaan tekanan bola mata : : Normal
- Lainnya: tidak ada kelainan
e. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
- Amati bagian telinga luar : bentuk Normal
Lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),peradangan ( - ), penumpukan serumen (-).
- perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
- Tes kepekaan telinga :Normal
- Lainnya : tidak ada kelainan
f. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
- Bentuk tulang hidung Normal, posisi septum nasi normal & tidak ada
pembengkakan
- meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (- ), pembesaran/polip ( -)
- pernafasan cuping hidung ( - ).
- Lainnya : tidak ada kelainan
h. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan amati dan rasakan :
- Bentuk leher (asimetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna
(-) , massa ( + )
- Kelenjar tiroid, pembesaran ( + )
- Vena jugularis : pembesaran ( - )
- Pembesaran kelenjar limfe (-), posisi trakea (simetris/tidak simetris)
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : (+), ekstensi : ( -), fleksi : ( - ),
menggunakan collar : ( - )
- Leher pendek: tidak
- Lainnya: Mobilitas Agak Terbatas
Palpasi
- Kelenjar tiroid: ukuran mengalami pembesaran
- Vena jugularis : tekanan :
- Jarak thyro mentalis , 6 cm : (- )
- Mobilitas leher : menggerakan rahang kedepan : ( + ), ekstensi : (- ), fleksi :
( -), menggunakan collar : (- )
- Lainnya: Tidak ada
Palpasi
- Nyri tekan ( - ), dan kekenyalan (lunak), benjolan massa (-), mobile (-)
- Lainnya tidak ada kelainan
j. Pemeriksaan Torak
a) Pemeriksaan Thorak dan Paru
Inspeksi
- Bentuk torak (Simetris), keadaan kulit Normal
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi suprasternal
(-), Sternomastoid ( - )
- Pola nafas : (normal
- Batuk (-),
- Lainnya : Normal
Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba sama
Lainnya : Normal
Perkusi
Area paru : ( sonor)
Lainnya Normal
Auskultasi
- Suara nafas
Area Vesikuler : ( bersih) ,
Area Bronchial : ( bersih)
Area Bronkovesikuler : ( bersih)
- Suara Ucapan
Normal
- Suara tambahan
- Terdengar : tidak ada suara tambahan
- Lainnya Normal
b) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis ( -), pelebaran (-)
Lainnya: Tidak ada
Palpasi
Palpasi pada dinding torak teraba : (Kuat)
Lainnya: Tidak ada
Perkusi
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah ICS V ( N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Lainnya : Normal
Auskultasi
BJ I terdengar (tunggal)
BJ II terdengar (tunggal)
Bunyi jantung tambahan : BJ III ( - ), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
Lainnya: Normal
k. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
- Bentuk abdomen : datar
- Massa/Benjolan ( - ), Kesimetrisan ( + )
- Bayangan pembuluh darah vena (-)
- Lainnya: normal
Auskultasi
Frekuensi peristaltic usus 15 x/menit
Lainnya Normal
Palpasi:
Fibrosis (-), HNP (-)
Lainnya : tidak ada kelainan
m.Pemeriksaan Genetalia
a) Pada Wanita
Inspeksi :
Kebersihan rambut pubis (bersih), lesi ( - ),eritema ( - ), keputihan ( - ),
peradangan ( - ).
Lubang uretra : stenosis /sumbatan ( - )
Terpasang kateter (-)
Lainnya: Tidak ada
n. Pemeriksaan Anus
Inspeksi
Atresia ani (- ), tumor (- ), haemorroid (- ), perdarahan (- )
Perineum : jahitan ( - ), benjolan ( - )
Lainnya: Normal
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus (- ) pemeriksaan Rectal Toucher dalam batas
normal
Lainnya: Normal
o. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-),
IV line: terpasang ditangan kiri ukuran abocatch 20 G, tetesan:20 tpm
ROM: 5555
Lainnya: Normal
Palpasi
Perfusi : Baik
CRT: < 3detik ..
Edema : ( tidak edema )
Lakukan uji kekuatan otat : 5
Lainnya: Normal
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-), terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot (-)
IV line: terpasang di (-), ukuran abocatch (-), tetesan: (-).
ROM: 5555
Lainnya: Normal
Palpasi
Perfusi: Baik
CRT: <3 detik
Edema : 1
Lakukan uji kekuatan otot : 5
Lainnya: Normal
Kesimpulan palpasi ekstermitas :
- Edema :
2. E: Evaluated
- Jarak gigi seri atas dan bawah 3 jari, jarak hyoid-mental 3 jari, jarak thyroid-
mulut 2 jari
3. M: Mallampati Score
- Class II
4. O: Obstruction
- -Epiglositis
- -Peritonsiliar absess
5. N: Neck Mobility
- Mobilitas leher agak terbatas
Gula Darah
Glukosa Sewaktu 95 mg/dL 80-200
b. Pemeriksaan Radiologi :
Hasil Pemeriksaan radiologi RO torak kesan kardiomegali
c. Lain-lain: EKG
Hasil pemeriksaan Kesan Sinus Takikardi
6. Pertimbangan Anestesi
a. Faktor penyulit:
Mobilisasi leher yang agak terbatas, terdapat gigi goyang dan menggunakan gigi
palsu.
b. Jenis Anestesi: GA (General Anestesi)
Indikasi: Karena pasien akan dilakukan tindakan tiroidektomi pada daerah leher
c. Teknik Anestesi: ETT
Indikasi:
- Durasi operasi yang cukup relative panjang (sekitar 2-3 jam)
- Penguasaan airway lebih paten dibandingkan teknik anestesi lainnya
2) Analisa Data
Ansietas
2 Faktor Resiko (FR): Tindakan Pembedahan Risiko Cedera Anestesi
1. Pasien akan MNT
dilakukan Tindakan
pembedahan MNT
Tindakan General Anestesi
2. Teknik pembiusan
dengan GA
3. Pasien akan Efek obat Gen
diberikan obat GA eral Anestesi (Propofol)
dengan induksi
dengan propofol 2-3
Risiko Cedera Anestesi
mg/kgBB
a. PRE ANESTESI
1. Prioritas Tinggi (Mengancam nyawa)
Risiko Cedera Anestesi
Alasan : Pasien mengatakan belum siap untuk dilakukan tindakan anestesi)
2. Prioritas Sedang (Mengancam status kesehatan)
Tidak ada
3. Prioritas Rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu penyakit yang
secara spesifik )
Ansietas
Alasan : Pasien mengatakan takut dan cemas akan dilakukan tindakan operasi.
b. INTRA ANESTESI
1. Prioritas Tinggi (Mengancam nyawa)
c PASCA ANESTESI
1. Prioritas Tinggi (Mengancam nyawa)
- Risiko RK Disfungsi Respirasi
Alasan: Karena pasien masih berada dalam pengaruh agen anestesi oleh karena itu tingkat
kepentingan dari efektifnya jalan nafas diprioritaskan
- RK Termoregulasi
Alasan: Terjadi karena perubahan suhu ruangan serta efek agen anestesi yang dapat
menyebabkan hipotermia
2. Prioritas Sedang (Mengancam status kesehatan)
- Nyeri
Alasan: Karena nyeri tidak mengancam nyawa namun berpengaruh pada status kesehatan dan
membuat pasien tidak nyaman.
3. Prioritas Rendah (Situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu penyakit yang
secara spesifik)
-
2. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
1. Pra Anestesi
Nama : Ny.F No. CM : 301020
Umur : 35 Tahun Dx : Multiple Nodul Tiroid (MNT)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS Lely
A: Masalah Teratasi
P: Pertahankan
Intervensi
2 25 September Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum dan 13.30 S:
1. Mengkaji keadaan
2021 anestesi
anestesi selama 30 menit TTV pasien. WITA Pasien
umum dan TTV
diharapkan tidak terjadi 2. Kaji riwayat AMPLE: pasien mengatakan siap
cedera anestesi dengan - Riwayat alergi 2. Mengkaji riwayat dan bersedia
kriteria hasil : - Riwayat medikasi 13.40- AMPLE (alergi untuk dilakukan
14.10 pasien,medikasi
1. Pasien siap untuk sebelumnya tindakan
WITA sebelumnya,riwayat
dilakukan tindakan - Riwayat post-illness post-illnes, riwayat anestesi
anestesi - Riwayat last meal last meal pasien, dan Pasien
riwayat eksposure).
2. Pemilihan teknik - Riwayat eksposure mengatakan
3. Mengkaji penyulit
anestesi sesuai 3. Kaji penyulit intubasi telah menjalani
intubasi
dengan kondisi menggunakan LEMON : menggunakan semua instruksi
pasien. - Look externally LEMON : dokter anestesi
14.10-
3. TTV dalam batas - Evaluate 3-3-2 -Look externally Pasien
14.40
normal : - Malampati score class WITA - Gigi goyang pada mengatakan
e) TD 120/80 II telah berpuasa
molar atas
mmHg - Obstruction dari pk.±3 jam
- Gigi palsu yang
f) Nadi - Neck mobility
tidak bisa dilepas
80x/menit 4. Kaji B6 (Breathing,
pada gigi seri atas. O:
Bleeding, Brain, Bladder,
g) Suhu 36,5˚C -Evaluate 3-3-2
Pasien tidak
Bowel, Bone) pasien.
h) RR 16-20 -Malampati score
memakai
5. Evaluasi kembali puasa
x/menit 14.40- class 2
aksesoris apapun
pasien selama berapa 15.40 -Obstruction
4. Kesiapan evaluasi
jam. WITA BB pasien: 66 kg
pra anestesi -Neck mobility
6. Anjurkan pasien untuk Lama puasa: 3
meliputi : 4. Mengkaji jam
mengosongkan kandung
- Kesiapan pemeriksaan fisik
kemih sebelum operasi. Loading cairan
pasien yaitu B6.
peralatan 7. Lepaskan aksesoris. RL : 500 ml
5. Mengevaluasi
dan mesin 8. Lepaskan lensa kontak kembali puasa Pasien tampak
anestesi. 9. Kaji kembali personal pasien selama mampu
berapa jam.
- Kesiapan hygiene pasien yang melakukan
6. Menganjurkan
obat meliputi kebersihan diri teknik relaksasi
pasien untuk
anestesi. dan kebersihan kuku. mengosongkan (mengatur nafas)
- Kesiapan 10. Persiapan alat dan mesin kandung kemih Teknik anestesi
sebelum operasi.
obat-obat life anestesi, meliputi statics yang ditetapkan
7. Menganjurkan
saving. dan mesin anestesi. General Anestesi
pasien untuk
- Kesiapan 11. Persiapan obat anestesi melepaskan menggunakan
obat-obat yang meliputi (obat aksesoris .
ETT
lainnya. premedikasi, obat induksi, 8. Menganjurkan A : Risiko Cedera
pasien melepas
- Kesiapan obat anestesi parenteral, lensa kontak. Anestesi tidak terjadi,
terapi cairan. obat anestesi volatil agen masalah teratasi
9. Mengkaji kembali
dan obat anestesi gas
personal hygiene
medik). P : Pertahankan
pasien yang meliputi
12. Persiapan obat” lainnya kondisi pasien
kebersihan diri dan dengan
(obat anti MNT, H2 memonitoring tanda-
kebersihan kuku.
anatagonis, obat anti tanda vital dan
10. Menyiapan alat dan
alergi, dan obat anti
mesin anestesi,
koagulan).
meliputi statics
13. Terapi cairan (cairan
(scope, tube, air
kristaloid, cairan koloid,
way, tape,
dan darah) jika
introducer,
diperlukan.
connector, dan
14. Kaji ulang info consent. suction) dan mesin
15. Lakukan pemberian anestesi.
premedikasi sesuai 11. Menyiapkan obat
program terapi anestesi yang
16. Tetapkan status fisik ASA meliputi (obat
sesuai program premedikasi
kolaboratif. (Midazolam 2mg,
17. Tentukan jenis anestesi Fentnyl 100 g),
(General anestesi teknik obat induksi
anestesi inhalasi metode (Propofol 2 mg/kg,
pemasangan ETT). Ketamine
18. Kaji status nutrisi pasien. 2mg/kk/BB, Opioid 5
19. Kolaborasi pemberian mg) , obat anestesi
premedikasi dan obat parenteral, obat
anestesi. anestesi volatil agen
dan obat anestesi
gas medik).
12. Menyiapk an obat”
lainnya (obat anti
MNT (Ondancetron 4
mg IV/IM), H2
anatagonis
(Ranitidin), obat anti
alergi (Dexametason
10 mg (IV), dan obat
anti koagulan
(Heparin 5000 unit
(sc))).
13. Menyiapkan terapi
cairan (cairan
kristaloid (Nacl 3%),
cairan koloid
(gelatin, albumin 4%
atau 5%,
dekstran, hydroxyet
hyl starches (HES),
dan albumin 20%
atau 25%), dan
darah)
14. Melakukan informed
consent.
15. Melakukan
pemberian
premedikasi sesuai
program terapi
(Ondancentron 4 mg
(IV), Dexametasin 10
mg (IV),
Dipenhidramin 20
mg (IM)
16. Menetapkan status
fisik ASA pasien.
17. Kolaborasi dalam
Menetapkan jenis
anestesi (General
anestesi teknik
anestesi inhalasi
metode pemasangan
ETT non kingking).
18. Mengkaji status
nutrisi pasien
menggunakan
metode ABCD
(Antropometri
measurements,
Biochemical data,
Clinical signs, Dietary
history).
19. Melakukan
kolaborasi
pemberian
premedikasi yaitu
petidin 50 mg dan
obat anestesi yaitu
Barbiturat
(pentobabital 100
mg dan secobarbital
100 mg)
d. Intra Anestesi
Nama : Ny.F No. CM : 301020
Umur : 35 Tahun Dx : Multiple Nodul Tiroid (MNT)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS Lely
INTRA ANESTESI
a. Pasca Anestesi
Nama : Ny.F No. CM : 301020
Umur : 35 Tahun Dx : Multiple Nodul Tiroid (MNT)
Jenis kelamin : Perempuan Ruang : IBS Lely
P : lanjutkan intervensi
no 2, 3 dan 4 :
I:
2. Memberikan Posisi
supinansi
3. Menganjurkan
kembali pasien
teknik relaksasi
nafas dalam.
4. Melakukan
kolaborasi dengan
team medis dalam
pemberian analgetic
Keterolac 30ml,
tramadol 2ml drip
melalui cairan infus
E:
S : Pasien
mengatakan
Nyeri terasa
berkurang
O: Pasien
tampak tenang
Skala nyeri 3-4
Pasien dengan
posisi supinansi
R: Masalah Teratasi
PASCA ANESTESI
Tekanan darah
Frekuensi nadi
S S
SKALA C STEWARD C
ALDRETTE
NYERI SCORE
O O BROMAGE SCORE
(Lingkar) R SCORE R
E E
28 220 Gerakan penuh dari
20 200 0 Saturasi O2 Pergerakan
26 180 tungkai
1
12 160 2
8 180 140 Pernapasan Pernafasan Tak mampu ekstensi
3
160 120 tungkai
4
140 100
5
120 80 Sirkulasi Kesadaran Tak mampu fleksi lutut
100 60 6
80 40 7
8 Aktifitas Tak mampu fleksi
60 20
motorik
0 9 pergelangn kaki
10
Kesadaran
Lama Masa Pulih :
Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam : Penerima : 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :
A (Assestment/Analisa) TTV :
TD : 122/80 mmHg
Nadi : 87x/menit
RR : 18x/menit
SpO2 : 98%
Kesadaran : Composmentis
R (Recommendation) Pindah ruang rawap inap
Monitor TTV pasien setiap 15 menit dalam
2 jam pertama
Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan
lainnya