Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN


DIAGNOSA PST OPERASI APENDICITIS AKUT DI
RUANG BOUGENVILLE BRSU TABANAN
TANGGAL 27 – 30 OKTOBER 2020

OLEH KELOMPOK D:
1) NI KADEK AYU ARISTA DEWI (20083110014)
2) BAGUS WAHYU PUTRA FRABOWO (20083110015)
3) NI MADE DWI SUTARIANI (20083110013)
4) GUSTI AYU PUTU SETIADEWI (20083110022)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apendiksitis merupakan kasus gawat darurat bedah abdomen yang
paling sering terjadi. Apendiksitis adalah peradangan yang terjadi pada
apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling
sering.Apendiks disebut juga umbai cacing.Istilah usus buntu yang selama ini
dikenal dan digunakan dimasyarakat kurang tepat, karena yang merupakan
usus buntu yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang
tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah sekum. Sampai
saat ini belum diketahui secara pasti apa fungsi apendiks sebenarnya. Organ
ini sering sekali menimbulkan masalah kesehatan (Monica, 2002).
Apendiksitis merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat, kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendiksitis dalam hidup
mereka dengan angka kejadian pria lebih sering dari pada wanita dan remaja
lebih sering dari pada orang dewasa (Kartika Sari, 2012).
World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun
2014 Apendiksitis menempati urutan delepan sebagai penyebab utama
kematian di dunia dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi penyebab
kematian kelima di seluruh dunia. Menurut perkiraan WHO, terdapat 20 juta
orang menderita apendiksitis derajat sedang sampai dengan berat.Lebih dari 3
juta orang sakit karenaapendiksitis pada tahun 2014, sekitar 5% dari jumlah
semua secara global.(Boughman, 2011).
Di Indonesia insiden appendisitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya
peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang
diperoleh 2 dari (Depkes, 2016), kasus appendisitis pada tahun 2016
sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien appendisitis
sebanyak 75.601 orang. Dinkes Jawa Timur menyebutkan pada tahun 2017
jumlah kasus apendisitis di Jawa Timur sebanyak 5.980 penderita dan 177
penderita diantaranya menyebabkan kematian (Dinas kesehatan, 2017).
Berdasarkan data dunia di negara-negara berkembang menurut WHO
(World Health Organization) di beberapa negara 2 berkembang memiliki
prevalensi yang tinggi seperti di negara singapura berjumlah 15% pada anak-
anak dan 16,5 % pada dewasa, Thailand 7% pada anakanak dan dewasa, dan
di negara maju seperti Amerika Serikat berjumlah 11% sedangkan di
Indonesia yang mengalami apendisitis sebanyak 32% dari jumlah populasi di
Indonesia (Depkes, 2009)Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali
kasus apendisitis tahun 2014 sebanyak 362 kasus, tahun 2015 meningkat
menjadi 1.422 kasus (Dinas Kesehatan Prov.Bali, 2014). Berdasarkan laporan
tindakan pembedahan apendiktomi yang dilakukan di RSUD Mangusada
Kabupaten Badung terutama Ruangan Janger pada tahun 2017 tepatnya bulan
Agustus sebanyak 22 pasien, bulan september sebanyak 13 pasien, bulan
oktober sebanyak 23 pasien dan bulan november sebanyak 19 pasien.
Bila diagnosis klinis sudah jelas tindakan paling tepat dan merupakan
satusatunya pilihan yang baik adalah apendiktomi (Sjamsuhidajat & Jong,
2004). Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Smeltzer &
Bare, 2001).Beberapa literatur menyebutkan bahwa tindakan apendiktomi
dapat menimbulkan berbagai masalah keperawatan salah satunya nyeri. Nyeri
akut pasca bedah dapat disebabkan oleh luka operasi. (Sjamsuhidajat, 2005).
Nyeri post apendiktomi timbul dikarenakan oleh rangsangan mekanik luka
yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator kimia nyeri, sehingga nyeri
muncul pada pasien post operasi.

Nyeri post apendiktomi termasuk dalam kategori nyeri sedang (Caecilia &
Pristahayuningtyas, 2016; Yusrizal, 2012). Pada tindakan pembedahan atau
apendiktomi merupakan penyebab terjadinya nyeri karena adanya trauma atau
insisi pembedahan. Kualitas nyeri pada pasien pembedahan biasanya terasa
panas dan tertusuk-tusuk karena adanya insisi dan tingkat nyeri yang
dirasakan pada pembedahan abdomen terasa sedang (Wijaya, 2014).

Berdasarkan lama waktu nyeri, nyeri dapat dibagi menjadi dua yaitu nyeri
akut dan nyeri kronik (Judha, 2012). Nyeri akut dapat terjadi setelah cidera
penyakit akut dan intervensi bedah mendapatkan awitan yang cepat, dengan
intensitas bervariasi dan berlangsung untuk waktu yang singkat. Sedangkan
nyeri kronik berlangsung lebih dari enam bulan (Potter & Perry,
2006).Apabila nyeri pada pasien post operasi apendiktomi tidak segera
ditangani akan mengakibatkan proses rehabilitasi pasien akan tertunda,
hospitalisasi pasien menjadi lebih lama, tingkat komplikasi yang tinggi dan
membutuhkan lebih banyak biaya, hal ini karena pasien memfokuskan
seluruh perhatiannya pada nyeri yang dirasakan (Smeltzer & Bare, 2008).

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut


menurut Nursing Interventions Classification (NIC) Bulecheck, Butcher,
Dochterman, & Wagner, (2016) dengan melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi, mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan,
mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri, kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan, pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan interpersonal), ajarkan tentang teknik non farmakologi,
berikan analgesik untuk mengurangi nyeri, monitor tanda vital sign.

Upaya yang dilakukan di RSUD Tabanan terutama di ruangan Bougenvile


untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut dengan kaji nyeri baik
lokasi, karakterisitik, durasi, kualitas, faktor pencetus , beri informasi tentang
nyeri meliputi penyebab, lamanya nyeri berlangsung, faktor yang
memperburuk atau meredakan nyeri, atur posisi pasien yang dirasakan
nyaman, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
kebisingan, pencahayaan, suhu ruangan, observasi vital sign, dan ajarkan
teknik nonfarmakologis tekhnik relaksasi nafas dalam atau otot progresif
distraksi. Lama hari rawat rata-rata 3-5 hari.

B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan diagnosa
apendicitis Akut ? “

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa Post Operasi apendicitis Akut
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ny.W dengan diagnosa post
operasi apendicitis akut
b. Menetapkan dan memprioritaskan diagnosa keperawatan pada pasien
Ny.W dengan diagnosa post operasi apendicitis akut
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien Ny.W dengan diagnosa
post operasi apendicitis akut
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien pasien Ny.W
dengan diagnosa post operasi apendicitis akut
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Ny.W dengan
diagnosa post operasi apendicitis akut

D. METODE PENULISAN
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan laporan kasus asuhan
keperawatan ini adalah dengan metode gabungan, yaitu gabungan antara studi
pustaka dan studi lapangan. Penulisan yang diawali dari teori dan fakta yang
terjadi pada pasien, bertujuan untuk mengadakan perpaduan antara teori dan
praktik, menetapkan konsep-konsep, membuktikan atau mengembangkan
teori kedalam kenyataan yang terjadi pada pasien.
Adapun unsur-unsur dalam penulisan ini adalah:
1. Pengumpulan konsep dasar teori.
2. Pembelajaran konsep dasar teori.
3. Pengumpulan dan analisis data dilakukan pada pasien pada waktu
yang bersamaan.
4. Data merupakan sumber teori yang akan disatukan dengan teori.
5. Studi perbandingan untuk menentukan beberapa ketimpangan antara
teori dan kenyataannya.
6. Studi penyebab ketimpangan antara teori dan ketimpangan yang
terjadi.

Skema tahap-tahap dalam penulisan laporan iniadalah:

Pengumpula Pengkajian Analisis Teori yang


n teori pada pasien Data menerangkan data

Uraian dan konsep


E. SISTEMATIKA PENULISAN derdasarkan data dan teori
yang ada
Untuk memudahkan dalam memahami laporan kasus ini maka penulis
mengklasifikasikannya menjadi lima BAB dengan sistematika sebagai
berikut :
BAB I yaitu pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang
masalah, tujuan penulisan, metode dan sistematika penulisan. BAB II
mencakup tinjauan teoritis dan tinjauan kasus, dimana tinjauan teoritis
meliputi konsep dasar kasus dan konsep dasar asuhan keperawatan, konsep
dasar kasus menguraikan definisi penyakit, epidemiologi penyakit, penyebab
penyakit, patofisiologi penyakit, klasifikasi, gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, diagnosis, komplikasi dan penatalaksanaan medis.
Konsep dasar asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.BAB III berisikan data
dan asuhan keperawatan kepada pasien dengan post operasi Apendicitis, BAB
IV berisikan pembahasan antara teori yang ada dengan praktik yang
ditemukan pada pasien, BAB V yaitu penutup yang berisikan kesimpulan dan
saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
 Appendicitis adalah suatu peradangan pada appendix, yang
merupakan saluran tersembunyi yang memanjang dari bagian
depan sekum. ((De Jong, 2014).).
 Appendicitis adalah inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari
rongga abdomen. (Guyton, 2015).
 Appendictomi adalah pengangkatan appendix melalui cara
pembedahan insisi paramedial-kanan (Manjoer, 2010).

2. Klasifikasi
Appendicitis dibagi menjadi 2 yaitu appendicitis akut dan appendicitis
kronik.
a. Appendicitis akut dibagi atas :
1) Appendicitis acute focalis atau segmentalis
Biasanya hanya bagian distal yang meradang, tetapi seluruh rongga
appendix 1/3 distal berisi nanah. Untuk diagnosis yang penting
ialah ditemukannya nanah dalam lumen bagian itu.
2) Appendicitis acute purulenta (supporativa) diffusa
Disertai pembentukan nanah yang berlebihan. Jika radangnya lebih
mengeras, dapat terjadi nekrosis dan pembusukan disebut
appendicitis gangrenosa. Pada appendicitis gangrenosa dapat terjadi
perforasi akibat nekrosis ke dalam rongga perut dengan akibat
peritonitis (De Jong, 2014).
b. Appendicitis chronic dibagi atas:
1) Appendicitis chronic focalis
Secara mikroskopik tampak fibrosis setempat yang melingkar,
sehingga dapat menyebabkan stenosis.

2) Appendicitis chronic obliterativa


Terjadi fibrosis yang luas sepanjang appendix pada jaringan
submukosa dan subserosa hingga terjadi obliterasi (hilangnya
lumen), terutama di bagian distal dengan menghilangnya selaput
lendir pada bagian itu (Guyton, 2007)..

3. Anatomi Fisiologi
Appendix merupakan organ berbentuk tabung yang buntu, panjangnya
kira-kira 10 cm (beranjak 3-15 cm) atau berukuran sekitar jari kelingkin
dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan
melebar di bagian distal. Tonjolan appendix pada neonatus berbentuk
kerucut yang menonjol dari apeks secum sepanjang 4,5 cm. Pada kanak-
kanak, batas appendix dari sekum semakin jelas dan bergeser ke arah
dorsal kiri. Pada orang dewasa panjang appendix rata-rata 9-10 cm,
terletak posteromedial sekum. Posisi appendix bisa retrosekal, retroileal,
subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama.
Fungsi appendix tidak diketahui. Kadang-kadang appendix disebut
“tonsil abdomen” karena ditemukan banyak jaringan limfoid. Diperkirakan
appendix mempunyai peranan dalam mekanisme imunologik. Dengan
berkurangnya jaringan limfoid, terjadi fibrosis dan kebanyakan kasus timbul
konstriksi lumen atau obliterasi. Pada posisi normalnya appendix terletak
pada dinding abdomen, di bawah titik Mc. Burney, dicari dengan menarik
garis dari spina iliaka superior kanan ke umbilikalis. Titik tengah garis itu
merupakan pangkal appendix. Appendix diperdarahi oleh arteria
appendikularis yang merupakan end artery (Guyton, 2007).
4. Patofisiologi
Sebenarnya sampai saat ini appendix belum diketahui fungsinya
secara pasti. Secara normal appendix dapat berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur, dengan menyalurkan isinya ke dalam
sekum. Akan tetapi karena berbagai sebab seperti terkumpulnya fekalit,
cacing/parasit, makanan biji-bijian, bakteri yang tertahan di appendix dapat
menyebabkan appendix tersebut terinfeksi dan mengalami penyumbatan
lumen appendix. Apendix ini mengeluarkan cairan yang berupa secret mukus
akibat obstruksi atau penyumbatan lumen tersebut makin banyak, namun
elastisitas dinding apendix mempunyai keterbatasan sehingga mengakibatkan
mudah infeksi dan dari penyumbatan ini lama kelamaan akan menyebabkan
terjadinya peradangan pada apendix dengan tanda dan gejala nyeri pada titik
MC. Burney, mual, muntah, dan suhunya meningkat. Pada proses peradangan
ini, biasanya pasien dilakukan apendictomi. Pada proses peradangan ini
menyebabkan apendix melakukan pembentukan mukus yang berlebihan,
menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal menyebabkan oklusi end
artery apendikularis. Ini mengakibatkan terjadinya hipoksia atau kekurangan
oksigen dalam jaringan. Akibat hipoksia timbul iskemia akibat trombosis
vena intramural, mengakibatkan terjadinya nekrosis, lama kelamaan
menimbulkan gangren. Pada gangren ini akan terjadi mukosa edema dan
dapat terlepas sehingga berbentuk tukak. Dinding appendix ini akan menipis,
rapuh dan pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Seringkali perforasi ini
terjadi dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini berjalan lambat maka organ di
sekitar illeum terminalis, sekum dan omentum akan membentuk dinding
mengitari apendix sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi (Manjoer,
2010).

5. Etiologi
Faktor utama penyebab appendicitis adalah akibat penyumbatan pada lumen
appendix, hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Fekalit atau feses yang mengeras.
b. Cacing atau parasit.
c. Infeksi bakteri misalnya: E. coli, streptokokus
d. Tumor atau keganasan pada sekum.
e. Makanan yang sulit dicerna seperti: biji-bijian (Manjoer, 2015).
6. Tanda dan Gejala
a. Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney.
b. Anoreksia, mual dan muntah
c. Tegang pada perut.
d. Demam
e. Tanda rovsing : nyeri yang timbul dengan melakukan palpasi kuadran
kiri bawah ((De Jong, 2014).

7. Test Diagnostik
a. Foto abdomen : gambaran fekalit
b. Leukositosis di atas 12.000 /mm 2 dan peningkatan neutrofil
sampai 75% lebih banyak ditemukan pada 90% kasus.
c. USG ditemukan gambaran appendicitis.
d. CT Scan abdomen : dapat menunjukkan terjadinya abses
appendikal atau appendicitis akut (Smeltzer & Suzanne .2011).

8. Komplikasi
Komplikasi utama appendicitis adalah perforasi appendix, yang dapat
berkembang menjadi peritonitis atau abses. Gejalanya mencakup demam
dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi, nyeri abdomen yang terus menerus
(Guyton, 2007).

9. Terapi dan Pengelolaan Medik


a. Pre operasi
1) Bedrest : untuk observasi dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Pasien dipuasakan dan berikan cairan parenteral jika pembedahan
langsung dilakukan.
3) Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan.
4) Therapi farmakologik : narkotik dihindari karena dapat
menghilangkan tanda dan gejala.
5) Pembedahan : appendicitis secepatnya dilakukan bila diagnosa
appendicitis telah ditegakkan.
6) Enema dan laxantia tidak boleh diberikan karena dapat
meningkatkan peristaltik usus meningkat dan menyebabkan
perforasi.
7) Appendictomi dengan teknik insisi menurut Mc. Burney. Sayatan
dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang
menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan
umbilikus. Pada batas sepertiga lateral (titik Mc. Burney). Sayatan
ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut
dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu
peritoneum disayat sehingga cukup lebar untuk eksplorasi kemudian
appendix dipotong dan sekum dimasukkan kembali ke dalam
abdomen, kemudian peritoneum dijahit.
8) Laparascopy
Sebagai tindakan lain selain apendictomi yaitu pemeriksaan
endoskopik atau pembedahan pada organ-organ dalam abdomen
melalui jalur transperitoneal. Alat ini di masukan lewat dinding
abdomen melalui luka insisi yang kecil ke dalam kavum peritonei,
di bawah kontrol alat video. Prosedur untuk mengurangi trauma
akibat luka operasi dan memperpendek lama perawatan di Rumah
sakit.
b. Post operasi
1) Pasien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal.
2) Kemudian berikan minum 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan
menjadi 30 ml selama 2x30 menit. Kemudian berikan makanan
saring kemudian lunak.
3) Untuk aktivitas : satu hari pasca operasi/post operasi pasien
dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit,
kemudian boleh aktivitas jalan di luar kamar (Smeltzer & Suzanne .
2011).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Dalam format ini, dituliskan tentang identitas dari pasien dan
penanggung jawab dari pasien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status perkawinan :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Pekerjaan :
No. Registrasi :
Diagnosa medik :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
Alamat :
b. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut
kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin
beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
c.  Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh pasien mulai pertama / saat dirumah
sampai MRS / opname.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
e.  Pemeriksaan pola kesehatan (Gordon)
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Mewawancarai klien tentang bagaimana klien menganggap
kebersihan terhadap dirinya terutama keadaan lingkungan dan
terhadap makanan, menanyakan riwayat kesehatan dalam
keluarga, apa upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
kebersihan dan pencegahan penyakit, mengkaji kebersihan
seluruh tubuh
2) Pola nutrisi metabolik
klien tentang kebiasaan makanan dan minuman sehari-hari dan
menanyakan bagaimana kenaikan berat badan, mengkaji
gambaran nutrisi tubuh atau berat badan, kebiasaan makan,
nilai kebersihan badan sendiri.
3) Eliminasi
Mengkaji kebiasaan BAB / BAK sebelum sakit, menanyakan
riwayat penyakit kelamin yang pernah ada, mengkaji pola
BAB/BAK
4) Pola aktivitas dan Latihan
Menggambarkan pola olahraga, aktivitas, pengisisan watu
senggang dan rekreasi ;termasuk aktivitas kehidupan sehari-
hari tipe dan kualitas olahraga ,faktor yang mempengaruhi pola
aktivitas .seperti otot –saraf ,respirasi ,dan sirkulasi .
5) Pola tidur dan istirahat
Mengkaji kebiasaan tidur sehari-hari (lama tidur malam, tidur
siang) apakah ada gangguan tidur dan kebiasaan sebelum tidur,
mengkaji tingkat kemampuan observasi mata dan ekspresi
wajah.
6) Pola persepsi kognitif
Mengidentifikasi tingkat interval secara umum kemampuan
mengungkapkan perasaan nyaman atau nyeri dan kemampuan
berfikir, penginderaan, pengecapan serta penggunaan alat
bantu, mengobservasi kemampuan pendengaran, penginderaan,
pengecapan serta penggunaan alat bantu
7) Pola persepsi kognitif
Mengidentifikasi bagaimana anggapan klien terhadap
perubahan berhubungan dengan penyakit yang mengganggu
citra tubuhnya, apakah klien ada putus asa atau merasa rendah
diri, mengkaji kemampuan dan keamanan atau partisipasi klien
dalam tindakan keperawatan.
8) Pola reproduksi seksualitas
Menggambarkan kepuasan atau ketidakpuasan dalam
seksualitas ; termasuk status reproduksi wanita, pada anak-anak
bagaimana dia mampu membedakan jenis kelamin dan
megetahui alat kelaminnya.
9) Pola peran dan hubungan
Mengidentifikasi hubungan klien dengan sesama, saudara atau
keluarga, cara klien untuk mengungkapkan masalah pada teman
atau keluarga serta dukungan dalam menghadapi penyakit,
klien berhubungan dengan keluarga dan saudaranya.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Mengidentifikasi respon emosi klien pada saat klien
menghadapi masalah atau stres klien dan bagaimana klien
mengungkapkan atau melampiaskannya, mengkaji ekspresi
wajah klien.
11) Pola sistem kepercayaan
Bagaimana kepercayaan dan kegiatan klien beribadah pada
kepercayaan, apakah klien rajin berdoa selama sakit.

f. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
- Inspeksi : kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna
dan distribusi rambut pada kulit kepala.
- Palpasi : keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala,
massa, pembengkakan, nyeri tekan, fontanel (pada
bayi)
2. Kulit dan kuku
- Inspeksi kulit : kesimetrisan wajah, jaringan parut, lesi,
dan kondisi vaskularisasi superficial
- Palpasi kulit : suhu kulit, tekstur (halus, kasar),
mobilitas/tugor, dan adanya lesi
- Inspeksi dan palpasi kuku : warna, bentuk, dan setiap
ketidaknormalan/lesi
3. Mata
- Inspeksi : bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit,
keluasan mata membuka, konjungtiva dan sclera,
warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya,
gerakan mata, lapang pandang (visus)
- Palpasi : tekanan bola mata, nyeri tekan
4. Hidung
- Inspeksi : bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan
lubang hidung
- Palpasi : bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus
maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis.
5. Telinga
- Inspeksi : telinga luar (bentuk, warna, massa)
- Palpasi : jaringan lunak, jaringan keras, tragus
- Pemeriksaan : bisikan
6. Mulut
- Inspeksi : bibir, gigi, gusi, bau mulut, lidah, selaput
lendir mulut, faring
- Palpasi : pipi, palatum, dasar mulut, lidah
7. Leher
- Inspeksi : bentuk kulit (warna pembengkakan, jaringan
parut, massa), tiroid
- Palpasi : pipi, palatum, dasar mulut, lidah
8. Paru-paru
- Inspeksi : postur, bentuk, dan kesimetrisan ekspansi,
serta keadaan kulit
- Palpasi : kedaan dinding dada nyeri tekan, massa,
peradangan, kesimetrisan ekspansi, dan taktil premitus
- Perkusi : terdengar suara/bunyi resonan, seperti :
dug,dug,dug
- Auskultasi : aliran udara melalui batang trakeobronkial
dan adanya sumbatan aliran udara.
9. Jantung
- Inspeksi : ketidaknormalan denyutan
- Palpasi : pembesaran jantung
- Perkusi : mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara
kasar
- Auskultasi : mendengar suara jantung, seperti : lub dub
10. Abdomen
- Inspeksi : bentuk, warna, dan gerakan abdomen
- Auskultasi : untuk mendengar bising usus
- Perkusi : mendengar adanya gas, cairan/mass
- Palpasi : bentuk ukuran, konstitensi organ serta
struktur di dalam abdomen
11. Genitalia
Perhatikan tanda kemerahan, bengkak, ulkus, nodular,
ukuran, konsistensi, bentuk
12. Urogenital
Penimbunan urine atau distensi
13. Ekstermitas
a. Superior
Akral teraba hangat, teraba tonus otot, terdapat
kekuatan otot yang normal pada tangan kanan dan kiri,
mampu menahan tarikan yang diberikan oleh perawat.
b. Inferior
Akral teraba hangat, teraba tonus otot, terdapat
kekuatan otot yang normal pada kaki kanan dan krir,
mampu menahan tarikan yang diberikan oleh perawat.
c. Kekuatan otot
Derajat kekuatan otot
 Derajat 5 : kekuatan normal dimana seluruh
gerakan dapat dilakukan otot dengan tahanan
maksimal dari proses yang dilakukan berulang-
ulang tanpa menimbulkan kelelahan.
 Derajat 4 : dapat melakukan Range of motion
(ROM) secara penuh dan dapat melawan
tahanan ringan
 Derajat 3 : dapat melakukan ROM secara
penuh dengan melawan gaya berat (gravitasi),
tetapi tidak dapat melawan tahanan.
 Derajat 3 : dengan bantuan atau menyangga
sendi dapat melakukan ROM secara penuh
 Derajat 2 : dengan bantuan atau menyangga
sendi dapat melakukan ROM secara penuh
 Derajat 1 : kontraksi otot minimal terasa/
teraba pada otot bersangkutan tanpa
menimbulkan gerakan
 Derajat 0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali

g. Pemeriksaan neurologis

 Status mental dan emosi


 Pengkajian saraf kranial
 Pemeriksaan Reflek
Fisiologis dan Patologis:

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan/insisi
bedah; trauma jaringan; distensi jaringan usus oleh inflamasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan ingesti; digesti; absorpsi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Fisiologis : Demam,
mual, posisi, nyeri.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan;
kemungkinan dilakukannya operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh ; prosedur invasiv (insisi bedah).

3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Nyeri b/d NOC : 1. Kajinyeri secara
terputusnya  Pain Level, komprehensif meliputi lokasi,
kontinuitas  pain control, keparahan.
jaringan/insisi  comfort level 2. Kaji pemahaman nyeri klien,
bedah; trauma Setelah dilakukan tentukan tingkat nyeri yang
tinfakan keperawatan
jaringan; dialami.
selama …. Pasien tidak
distensi jaringan mengalami nyeri, 3. Observasi tanda vital sesuai
usus oleh dengan kriteria hasil: data focus dan tanda – tanda
inflamasi.  Mampu mengontrol komplikasi : nyeri abdomen,
nyeri (tahu penyebab demam, muntah, kekakuan
nyeri, mampu abdomen, takikardi.
menggunakan 4. Beri kesempatan untuk
tehnik istirahat ( terutama ila nyeri
nonfarmakologi timbul), lingkungan yang tenang
dan nyaman, minimalisasi
untuk mengurangi stressor.
nyeri, mencari 5. Ajarkan tindakan penurunan
bantuan)
nyeri non invasif : relaksasi, nafas
 Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dalam.
dengan menggunakan 6. Kolaborasi dengan dokter
manajemen nyeri terapi analgetik dan kaji
 Mampu mengenali nyeri keefektifannya.
(skala, intensitas, 7. Berikan informasi yang
frekuensi dan tanda akurat termasuk penjelasan dan
nyeri) persiapan operasi jika
direncanakan.
Ansietas b/d NOC : 1. Berikan informasi kepada
perubahan - Kontrol kecemasan klien mengenai prosedur dan
status - Koping tujuan dilakukan tindakan
kesehatan; pembedahan
kemungkinan Setelah dilakukan 2. Jelaskan kepada klien
dilakukannya tindakan keperawatan mengenai apa yang akan
operasi … x24 jam diharapkan dilakukan/dikerjakan.
pasien dalam keadaan 3. Gunakan pendekatan yang
tenang. tenang untuk meyakinkan klien.
Kriteria hasil: 4. Berikan motivasi kepada
keluarga untuk menemani klien.
1. Klien tampak
tenang
Klien mengatakan
mengerti tentang
penyakitnya dan
prosedur tindakan yang
akan dilakukan
Ketidakseimban Tujuan : setelah 1. Kaji sejauh mana
gan nutrisi dilakukan askep selama ketidakadekuatan nutrisi klien
kurang dari … x 24 jam diharapkan 2. Perkirakan / hitung
kebutuhan pasien dapat pemasukan kalori, jaga komentar
tubuh b/d mempertahankan BB tentang nafsu makan sampai
gangguan normal atau tetap minimal
ingesti; digesti; dengan 3. Timbang berat badan sesuai
absorpsi. kriteria hasil : indikasi
4. Beri makan sedikit tapi sering
1. Nafsu makan 5. Anjurkan kebersihan oral
meningkat sebelum makan
2. Pasien bisa 6. Tawarkan minum saat makan
menghabiskan diit bila toleran.
yang diberikan 7. Konsul tetang kesukaan/
3. BB konstan atau ketidaksukaan pasien yang
bertambah. menyebabkan distres.
8. Kolaborasi dengan tim gizi
dalam memberi makanan yang
bervariasi
Gangguan NOC: NIC :
pola tidur  Anxiety Control Sleep Enhancement
berhubungan  Comfort Level - Determinasi efek-efek medikasi
dengan:  Pain Level terhadap pola tidur
Fisiologis :  Rest : Extent - Jelaskan pentingnya tidur yang
Demam, and Pattern adekuat
mual,  Sleep : Extent - Fasilitasi untuk
posisi, ang Pattern mempertahankan aktivitas
nyeri. Setelah dilakukan sebelum tidur (membaca)
tindakan keperawatan - Ciptakan lingkungan yang
selama …. gangguan nyaman
pola tidur pasien - Kolaborasi pemberian obat tidur
teratasi dengan kriteria
hasil:
 Jumlah jam tidur
dalam batas normal
 Pola tidur,kualitas
dalam batas normal
 Perasaan fresh
sesudah
tidur/istirahat
Mampu
mengidentifikasi hal-
hal yang meningkatkan
tidur
Resiko infeksi NOC : 1. Jelaskan pada pasien tentang
b/d tidak  Immune Status proses terjadinya infeksi dan
adekuatnya  Knowledge : tanda-tanda terjadinya infeksi.
pertahanan Infection control 2. Bersihkan lapangan operasi
 Risk control
tubuh ; prosedur dari beberapa organisme yang
Setelah dilakukan
invasiv (insisi mungkin ada melalui prinsip-
tindakan keperawatan
bedah). prinsip pencukuran.
selama…… pasien tidak 3. Beri obat pencahar sehari
mengalami infeksi sebelum operasi
dengan kriteria hasil: 4. Observasi tanda-tanda vital
 Klien bebas dari terhadap peningkatan suhu tubuh,
tanda dan gejala nadi, adanya pernapasan cepat
infeksi dan dangkal.
 Menunjukkan 5. Kolaborasi dengan tim medis
kemampuan untuk dalam pemberian antibiotik
mencegah
timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit
dalam batas normal
 Menunjukkan
perilaku hidup sehat
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal

4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi yang dilakukan

5. Evaluasi
Setalah dilaksanakan tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk
mengatasi apendicitis yaitu
1. Nyeri Akut : Teratasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh : Teratasi
3. Gangguan pola tidur : Teratasi
4. Ansietas : Teratasi
5. Resiko infeksi : Tidak
PHATWAY APENDISITIS

Etiologi :
Infeksi kuman dari kolon
Obstruksi lumen appendix oleh: (E. Koli)
Fecalith
Ketidak (massafeses yang keras) 
puasan tidur
 Hiperplasiadarifolikellimfoid
 Benda asing  (seperti biji cabai, biji
jeruk)
 Tumor apendiks
  Facalist, bendaasing, tumor

 Obstruksi lumen apendiks dan peningkatan tekanan intra

 Penekanan pembuluhdarah lumen dan  terjadikematiansel/kerusakanjaringan

Inflamasiapendik
APENDISITIS
 Tindakan pembedahan
Pre OP Post OP

 Respon peradangan Peningkatan  Distensi


Tindakanin  Efekanes  Luka
vaskularisasi vasifapendi abdomen tesi
Pelepasan mediator nyeri
dan merangsang  dan ktomi
permeabilitas  Pemajanan
reseptor pada ujung saraf  Spasme  Mualmu mikroorganism
bebas serabut tipe C darahm abdomen ntah
eningkat Perubahan e
status kesehatan
Nyeri
Pengiriman impuls Peningkatan Intra
post of
nyerike medulla spinalis  abdominal dan   Ketidaktahua
sehingga terjadi nyeri penekanan gaster Risiko
n Mengurangi
difus epigastrium  infeksi
menjalar ke RLQ  Koping individu kualitas
abdomen tidak efektif tidur
Mual muntah

 Nyeri Akut Anoreksia


Anxietas
Gangguan
Ketidakseimbangn pola tidur
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W DENGAN


DIAGNOSA POST OPERASI APENDICITIS AKUT
DI RUANG BOUGENVILLE BRSU TABANAN
TANGGAL 27 – 30 OKTOBER 2020

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
Nama : Ny. W
No rekam medis : 575xxx
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jln. Ngurah Rai Anyar Kediri
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Pendidikan : S1 Hukum
Pekerjaan : Penjaga Kantin di SMK Negeri 1 Tabanan
Sumber informasi : Keluarga, pasien rekam medis
Diagnosa medis : Apendicitis Akut Post Operasi
Tgl masuk : 26 Oktober 2020
Tgl pengkajian : 27 Oktober 2020

PENANGGUNG
Nama penanggung jawab : Tn. S
Hubungan dengan pasien : Anak

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

2. RIWAYAT KELUARGA

3.

Keterangan :
: Perempuan : Menikah
: Laki- laki : Memiliki penyakit yang
sama
: Tinggal dalam satu rumah : Pasien

4. STATUS KESEHATAN
a. Status Kesehatan Saat ini
 Keluhan Utama
- Saat MRS : pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

- Saat pengkajian : pasien mengatakan nyeri perut kanan


bawah pada daerah luka post operasi
 Alasan Masuk Rumah Sakit Dan Perjalan Penyakit Saat ini
Pada tanggal 26 oktober 2020 pukul 09.00 wita klien datang
ke IGD BRSU Tabanan dengan keadaab sadar diantar oleh
keluarganya. Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah
sejak 3 hari yang lalu, nyeri yang dirasakan tertusuk-tusuk,
nyeri yang diorasakan di perut kanan bawaha, skala nyeri 6
dari (0-10), nyeri yang dirasakaan setiap saat. Pasiern
mengatakan badannya lemas. Kemudian dilakukan tindakan
pengukuran tanda-tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg,
nadi 92x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 37 0C,
pemasangan IVFD asering 20 tpm dan pengambilan sampel
darah. Setelahj pemeriksaan tersebut dilakukan dan
dikonsultasikan dengan dokter lalu didapatkan diagnosa
keperawatan Apendicitis Akut. Adapun terapi yang
diberikan yaitu :
1. Ketorolac 2 x 30 mg ( IV)
2. Ranitidine 2 x 50 mg (IV)
3. Cefoperazone 3 x 1 gr (IV)
4. IVFD asering 20 tpm ( IV)

Kemudian pukul 11.00 wita dilakukan tindakan operasi


apendicitis. Jam 15.00 wita pasien dibawa ke Ruang
Bougenviile. Saat pengkajian pasien mengeluh nyeri
setelah operasi.

 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Klien diajak berobat ke BRSU Tabanan untuk penangan ,
pengobatan dan perawatan lebih lanjut.

b. Status Kesehatan Masa Lalu


 Penyakit yang pernah dialami

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini


seelumnya.
 Pernah dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit karena operasi
caesaria dan baru ini di rawat kembali karena penyakit
apendicitis.
 Alergi
Klien mengatkan tidak memiliki alergi terhadap obat dan
makanan tertentu
 Kebiasaan : merokok/kopi/alkohol/lain-lain yang merugika
kesehatan
Klien mengatakn tidak merokok , minum kopi atau minum-
minum alkohol

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti
penyakit jantung, hipertensi dan diabetes mellitus

d. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnsoa medis : Apendicitis Akut

Nama Obat Dosis Cara Fungsinya


Pemberian

Ketorolac 2 x 30 mg IV Meredakan pembengkakan dan


nyeri

Ranitidine 2 x 50 mg IV Untuk meredakan atau


menurunkan kadarasam lambung
akibat pemberian ketorolac

Cefoperazone 3 x 1 gr IV Antibiotik untuk mencegah


adanya infeksi

IVFD asering 20 tpm Ivset Sebagai sumber pengganti


elektrolit

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

5. POLA FUNGSI KESEHATAN ( 11 Pola Fungsional Gordon)


1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Sebelum sakit : Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang
penting bagi dirinya, jika dirinya sakit pasien
hanya beristirahat dan berobat ke bidan atau
dokter
Saat sakit : Klien mengatakan sadar akan penyakit yang
dialami, klien akan mengikuti pengobatan dan
saran yang diberikan oleh dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
2. Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit makan seperti
biasa yaitu 3x sehari dengan 1 kali makan
dengan 1 porsi habis, minum 1.680 cc per hari
dan biasanya pasien ngemil setelah makan menu
makanan yaitu sayur, buah, dan daging.
Saat sakit : Klien mengatakan bisa menhabiskan 1 porsi
makanan yang diberikan dengan menu yaitu
bubur, wortel, kacang dan buah pisang. Klien
juga makan roti yang dibawa dari rumah, minum
1.200cc per hari
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidak ada gangguan pada
BAB dan BAK. BAB 1-2x sehari, warna kuning
kecoklatan, tidak ada darah, bau khas, BAK
biasanya 5x sehari, warna kuning, tidak ada
darah, bau khah amoniak.

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Saat sakit : Klien mengatakan BAB 1x sehari, warnak kuning


kecoklatan, tidak ada darah, bau khas. BAK 5x
sehari, warna kuning pekat, tidak ada darah, bau
khas
4. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: diabntu


orang lain dan alat, 4: ketergantungan total.
Oksigenasi :
Klien tidak terpasang oksigenasi
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan sebelum sakit pasien dapat
tidur dan istirahat seperti biasanya dan tidak ada
gangguan pola tidur, biasanya pasien
mengatakan tidur jm 22.00 wita dan bangun jam
05.30 wita, pasien tidak tidur siang
Saat sakit : Klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena
masih merasakan nyeri nyeri pada perut kanan
bawah, klien mengatakan nyeri pada luka post
operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada
perut kanan bawah, skala nyeri 5 dari 0-10,
nyeri terasa saat bergerak dan istirahat. Klien
mengatakan kurang nyaman dengan lingkungan
yang baru, tidak bisa tidur siang , hanya dapat
tidur ±4 jam, klien mengatakan istirahatnya
kurang cukup.

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

6. Pola kognitif-perseptual
Sebelum sakit : Klien mengatakan selalu berkomunikasi
dengan baik bersama keluarga dan tetangganya.
Klien mengatakan tidak ada gangguan dalam
melihat, mendengar, meraba, mengecap, dan
mencium
Saat sakit : Klien mengatakan dapat melihat, mendengar,mencium,
mengecap dan meraba dengan baik.

7. Pola konsep diri


Sebelum sakit
a. Citra diri : Klien termasuk orang yang perhatian terhadap
tubuhnya
b. Harga diri : Klien mengatakan percaya diri
c. Ideal diri : Klien mengatakan ingin bersama keluarganya
d. Identitas personal : Klien sebagai seorang ibu
e. Peran : Klien sadar dengan perannya tersebut sebagai ibu
rumah tangga.

Saat sakit
a. Citra diri : Klien mengatakan tidak nyaman dengan
keadaannya saat ini
b. Harga diri : Klien mengatakan tidak malu dengan
keadaannya saat ini
c. Ideal diri : Klien mengatakan sudh tidak bisa beraktivitas
seperti biasa
d. Identitas personal : Klien tidak bisa menjalankan
identitasnya sebagai seorang ibu dan ingin cepat sembuh
e. Peran: Klien tidak dapat menjalankan perannya selama sakit
8. Pola seksual-reproduksi

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Ny. W adalah perempuan yang mempunyai 1 suami dan 2 orang


anak perempuan

9. Pola peran-berhubungan
Sebelum sakit : Ny. W berperan sebagai seorang ibu yang
memiliki hubungan baik dengan anggota
keluarganya
Saat sakit : Ny. W tidak dapat menjalankan perannya sebagai
ibu, hubungan tetap baik dengan anggota
keluarga yang lain

10. Pola manajemen koping stress


Sebelum sakit : Ny. W adalah seorang perempuan yang terbuka
dengan anggota keluarganya dan teman-
temannya
Saat sakit : Ny. W sering bercerita dengan anaknya dan
temannya karena anaknya dan temannya lebih
sering merawat dan menjaga di rumah sakit
11. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Ny. W mengatakan beragama hindu, dan
bersembahyang setiap hari
Saat sakit : Ny. W mengatakan hanya bisa berbaring dan berdoa
di tempat tidur.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
Tingkat kesadaran : Kompos mentiss
GCS = E4V5M6

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

b. Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmH, RR: 20x/menit, Nadi:


80x/menit, Suhu: 38 oC
c. Keadaan fisik (IPPA)
1) Kepala dan leher
- Kepala
I : Bentuk simetris, warna rambut hitam merata, tidak ada
lesi
Pa : Tidak ada massa, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan
- Muka
Inspeksi : muka tampak bersih, tidak tampak bekas luka,
muka tampak pucat, tidak adda benjolan, pasien tampak
meringis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
- Mata
I : Bentuk mata simetris, pergerakan mata normal,
konjungtiva anemis, tampak kantong mata, tampak
lingkaran hitam dibawah mata sclera tidak icterus, refleks
pupil isokor

Pa : Tidak ada nyeri tekan, gerakan bola mata tidak kaku,


dapat bergerak bebas
- Hidung
I : Bentuk hidung simetris, bersih, tidak ada cairan yang
keluar atau menetes
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
- Mulut
I : Mukosa mulut lembab, bentuk simetris, gigi masih
merata, gusi tidak berdarah, tidak ada caries pada gigi,
lidah tampak bersih dan berwarna merah muda
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
- Telinga

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

I : Bentuk simetris, tidak ada alat bantu pendengaran


bersih dan tidak ada serumen
Pa : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
- Leher
I : Leher bersih, tidak terlihat pembesaran vena jugularis
Pa : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran kelenjar limfe
2) Kulit dan kuku
- Kulit
I : Warna kulit sawo matang, tidak ada bekas luka pada
kulit
Pa : Turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan, kulit teraba
hangat
- Kuku
I : Kuku tampak bersih, tidak panjang, tidak ada kelainan
pada kuku
Pa : Tidak ada nyeri tekan pada daerah kuku
3) Dada
- Paru
I : Bentuk dada simetris, RR = 20x/menit, tidak adanya
lesi didaerah dada, tidak tampak otot bantu pernafasan
Pa : Tidak adanya nyeri tekan dan tidak adanya benjolan
Pe : Terdengar suara sonor
A : Terdengar suara vesikuler
- Jantung
I : Ada denyutan aorta, pulmonalis, triskuspidalis, dan
PMI/ictus cordis
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan serta pembesaran jantung.
Pe : Terdengar suara dullnes
A : S1- S2 tunggal regular, TD = 110/80 mmHg
- Payudara dan ketiak
I : Tidak tampak lesi, bentuk simetris

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Pa: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba masa

4) Abdomen
I : Bentuk simetris, adanya bekas luka operasi cesar dan
post operasi apendicitis
A : Bising usus 15x/menit
Pe : terdengar suara tympani
Pa : adanya nyeri tekan pada daerah post operasi apendik

5) Genitalia dan anus


Ny. W mengatakan tidak ada masalah pada genitalianya,
tidak ada hemoroid, tidak ada lesi

6) Ekstremitas
a. Superior : Tidak adanya odema pada tangan, tangan
kiri terpasang infus asering ukuran makro dengan 20
tetes/menit,pergerakan tangan normal
b. Inferior : Bagian kaki kiri berukuran lebih kecil dari
pada kaki kanan,pergerakan kaki kiri tidak normal
c. Kekuatan otot

555 555

555 444

7) Pemeriksaan neurologis
 Status mental dan emosi
Status mental klien baik, klien dapat mengenali emosi dan
mengontrol emosinya dengan baik.

 Pengkajian saraf kranial

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

1) N I (Olfaktorius) : Klien mampu mengidentifikasi bau


2) N II (Optikus) : Klien mampu menggerakan bola mata
dengan baik, lapang pandang baik, mampu membedakan
warna.
3) N III (Okulomotorius) : Tidak ada edema pada kelopak
+/+
mata, pupil isokor, refleek pupil
4) N IV (Troklearis) : Dapat menggerakan mata kebawah
dan kesamping kanan atau kiri
5) N V (Trigeminus) : Reflek berkedip (+), rasa raba baik,
otot massetor berkontraksi
6) N VI (Abdusen) : Dapat melirik kekanan dan kekiri
7) N VII (Facialis) : mampu mengangkat alis,
mengembangkan pipi, tersenyum, pengecapan baik.
8) N VIII (Vestibulokoklearis) : Klien mampu mendengar
dengan baik
9) N IX (Glosofaringeus) : Reflek muntah (+)
10) N X (Vagus) : Palatum lidah simetris
11) N XI (Accessorius) : Dapat menggerakkan kepala dan
bahu dengan tahanan.
12) N XII (Hypoglosus) : Dapat menunjukkan lidah dan
mengeluarkan lidah tanpa tremor

 Pemeriksaan Reflek
- Reflek fisiologis
a. Bisep : Adanya fleksi lengan bawah disendi siku (+)
b. Trisep : Adanya ekstensi lengan bawah disendi siku
(+)
c. Patella : Adanya ekstensi tungkai bawah karena
kontraksi M quadrisep (+)

- Reflek patologis

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

a. Babinsky : Tidak ada dorsoflrkdi jempol kaki dan


pembukaan jari lain (-)
b. Caddock : Tidak ada dorsofleksi jempol kaki dan
pembukaan jari lain (-)

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal permintaan : 26 Oktober 2020 / 09:31
Tanggal hasil : 26 Oktober 2020 / 10 : 40

Jenis Pemeriksaan Ket Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode


DARAH LENGKAP :
Hemoglobin 11,9 gr/dL 11,5-16,5 Spectrophotomet
Hematocrit 35,0 % 35,0-49,0 Kalkulasi
Lekosit H 17,1 10ʌ3/uL 4,0-10,0 Optical Count
Trombosit 212 10ʌ3/uL 150-500 Optical Count
Eritrosit L 4,04 10ʌ6/uL 4,4-6,0 Optical Count
HITUNG JENIS
(DIFF) :
NEU % H 84,2 % 40,0-74,0 Kalkulasi
LIM % L 9,69 % 19,0-48,0 Kalkulasi
MONO % 5,49 % 3,40-9,00 Kalkulasi
EOS% L 0.050 % 0,6-7,0 Kalkulasi
BASO % 0,613 % 0,0-1,5 Kalkulasi
ERITROSIT :
MCV 86,5 fl 82-92 Optical Count
MCH 29,5 Pg 27-31 Kalkulasi
MCHC 34,1 g/dL 32-36 Kalkulasi
RDW L 11.0 % 11,6-14,8 Kalkulasi
MPV L 5,97 fL 6,8-10,0 -
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
Glukosa H 136 mg/dL 74-106 GHOD-PAP
BUN 10 mg/dL 8-18 GLDH

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Creatinin 0,8 mg/dL 0,60-1,10 Jaffe

Tanggal permintaan : 26 Oktober 2020/ 09:30


Tanggal hasil : 26 Oktober 2020 / 10:40

Jenis Pemeriksaan Ket Hasil Satuan Nilai Rujukan Metode


WARNA Kuning Kuning Visual
muda-kuning
Kekeruhan Keruh Jernih Visual
Kimia urine:
Blood H 2+ Ery/µL NEGATIF Carik Celup
pH/reaksi 5,0 4,8-7,8 Carik Celup
Berat jenis 1,025 1,003-1,030 Carik Celup
Reduksi NEGATIF mg/dL NEGATIF Carik Celup
Bilirubin NEGATIF NEGATIF Carik Celup
Urobilirubin NORMAL mg/dL NORMAL Carik Celup
Protein H 1+ mg/dL NEGATIF Carik Celup
Nitrit NEGATIF NEGATIF Carik Celup
Lekosit 2+ Leu/µL
Keton H 3+ NEGATIF Carik Celup

MIKROSKOPI
Eritrosit 16-20 Sel/LPB 0-2 Mikroskopi
Lekosit 20-25 Sel/LPB 4-6 Mikroskopi
Epitel 18-20 Sel/LPB 6-8 Mikroskopi
Bakteri NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
Jamur NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
Silinder NEGATIF /LPB NEGATIF Mikroskopi
Kristal NEGATIF /LPB NEGATIF Mikroskopi
Thrycomonas NEGATIF NEGATIF Mikroskopi
vaginalis
URINE

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi S1 Keperawatan NERS STIKES Advaita

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah


No Hari/tgl Data fokus Etiologi Masalah Ttd
1 Selasa, 27 DS : Obstruksi apendik Nyeri Akut
Oktober  P = pasien mengatakan nyeri ( D.0077)
2020 pada luka post operasi Apendik menegang
B.  Q = pasien mengatakan nyeri ANAL
I SIS
seperti ditusuk-tusuk Tekanan intra luminal
DATA
 R= pasien mengatakan nyeri
pada perut kanan bawah Aliran darah terganggu

 S = skala nyeri 5 dari 0-10


 T = nyeri terasa saat bergerak Terjadinya ulserasi dan invasi

dan istirahat pada dinding apendik

DO: Apendicitis

 Pasien tampak meringis


Pembedahan/operasi
 Pasien tampak mengeluh sakit
pada luka post operasi
Nyeri akut
 Pasien tampak lemas
1. Selasa, 27 DS : Nyeri post op Gangguan
Oktober  Klien mengatakan tidak bisa Pola tidur
2020 tidur nyenyak karena masih Mengurangi kualitas tidur ( D.0055)
merasakan nyeri pada perut
kanan bawah Ketidakpuasan tidur
 Klien mengatakan kurang
nyaman dengan lingkungan Gangguan Pola Tidur
yang baru, tidak bisa tidur siang
, hanya dapat tidur ±4 jam.
 Klien mengatakan istirahatnya
kurang cukup.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan pada perut kanan bawah, skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri saat bergerak dan saat istirahat
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur ditandai dengan Klien mengatakan tidak bisa tidur
nyenyak karena masih merasakan nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan kurang nyaman dengan lingkungan yang
baru, tidak bisa tidur si ang , hanya dapat tidur ±4 jam, k lien mengatakan istirahatnya kurang cukup,k lien tampak pucat,klien
tampak ada kantong mata, tampak lingkaran hitram dibawah mata.
3. Risiko infeksi b/d post operasi atau pembedahan apendicitis ditandai dengan Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka
post operasi terdapat luka insisi pada perut kanan bawah post operasi Lekosit 17,1 dari normal 4,0-10,0.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Hari/Tgl No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Ttd


Diagnosa Hasil
1 Selasa, 27 1 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor TTV Klien
Oktober keperawatan selama 3x24 2. Observasi nyeri, catat lokasi
2020 jam diharapkan nyeri karakteristik, skala nyeri 0-10.
pasien dapat teratasi Selidiki dan laporkan perubahan nyeri
Dengan kriteria hasil : dengan cepat dengan tehnik PQRST
1. Skala nyeri pada pasien
berkurang 0-10 3. Berikan posisi nyaman
2. Pasien tidak mengeluh
nyeri 4. Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas
3. Pasien tampak tidak dalam, distraksi
meringis
4. Pasien nyaman setelah 5. Delegatif pemberian ketorolac 2x30
nyeri berkurang mg, ranitidine 2x50 mg
2 Selasa, 27 2 Setelah diberikan asuhan NIC Label
. Oktober keperawatan selama 3x24 Sleep Enhancement
1. Monitor TTV Klien
2020 jam diharapkan gangguan
pola tidur klien teratasi
2. Jelaskan pentingnya tidur yang
dengan kriteria hasil
adekuat
NOC label
Sleep: Extent ang pattern
1. Jumlah jam tidur dalam 3. Ciptakan lingkungan yang
batas normal 6-8 nyaman sebelum tidur seperti
jam/hari batasi pengunjung
2. Kualitas tidur klien
meningkat 4. Anjurkan klien minum air hangat
3. Kantung mata dan sebelum tidur
lingkaran hitam
dibawah mata tampak
5. Bantu klien mendapatkan posisi
berkurang
yang nyaman saat tidur
4. Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat
6. Catat jumlah jam tidur setiap
1.
harinya
3 Selasa, 07 3 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda infeksi pada
juni 2016 keperawatan selama 2x24 pasien
jam diharapkan tidak
terjadinya resiko infeksi 2. Lakukan perawatan luka
Dengan kriteria hasil :
1. Tidak adanya tanda- 3. Jaga luka agartetap steril
tanda infeksi seperti
kalor,dolor,lubor,tumor 4. Informasikan kepada keluarga pasien
dan perubahan fungsi untuk tidak membuka balutan luka
2. Tidak adanya pus pada pasien dan tetap kering
padadaerah luka
5. Delegatif pemberian cefoperazone
3x1 gr

D. IMPLEMENTASI

No
No Hari/Tgl Implementasi Respon Ttd
Diagnosa
1 Selasa, 27 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Klien mengatakan
Oktober Dx,12 bersedia
Jam 09.00 O : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 20 x/menit

09.15 1 2. Mengobservasi nyeri, catat S:


lokasi karakteristik, skala nyeri  Pasien mengatakan nyeri
0-10. pada daerah luka
 Pasien mengatakan
walaupun masih nyeri tapi
nyeri tidak sehebat 1 hari
yang lalu
 Pasien mengatakan skala
nyeri 4 dari 0-10
 Nyeri hanya dirasakan
perut bagian bawah
 Nyeri yang dirasakan saat
bergerak dan istirahat
O:
 Pasien tampak meringis
 Nadi 80 x/menit

S:
Jam 09.15 3. Delegatif pemberian ketorolac Klien mengatkan bersedia
Dx.1 1ml, ranitidine 2ml diberikan obat
O:
Tmpak diberikan obat
ketorolac 1 ml , ranitidine 2
ml melauli intravena set

S : Klien mengatakan
bersedia
14.00 Dx 1,2 4. Memonitor tanda-tanda vital O : TD : 12070 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36 0C
RR : 19 x/menit
S:
 Pasien mengatakan tidak
14.30 Dx 3 5. Observasi tanda-tanda infeksi ada keluhan panas pada
pada pasien badannya

O:
 Suhu : 37 oC
 Pada daerah luka tidak ada
dolor,lubor, dan pus

S : Klien dan keluarga


mengatakan sudah mengerti
16.00 Dx.2 6. Menjelaskan pentingnya tidur tentang pentingnya tidur yang
yang adekuat adekuat.
O : Klien tampak
mendengarkan dengan baik
penjelasan yang diberikan

S : Klien mengatakan
18.00 Dx.1 7. Memberikan posisi nyaman dengan posisi
nyaman (terlentang) terlentang
O: Klien tampak nyaman
dengan posisinya
2 Rabu, 28 Dx 1,2 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Klien mengatkan nyeri
Oktober post operasi sudah mulai
2020 berkurang.
Jam 08.00 O : TD : 110/70 mmHg, S :
36 0C, RR : 20x/menit, N:
75x/menitTD = 120/80
mmHg

08.15 1 2.Mengobservasi nyeri, catat S : Klien mengatakan nyeri


lokasi karakteristik, skala nyeri 0- diperut bawah sudah
10. berkurang
Nyeri yang dirasakan
tertusuk tusuk , nyeri hanya
dirasakan di perut bagian
bawah , skala nyeri 4, nyeri
dirasakan saat bergerak dan
istirhat
09.00 3 O : Pasien tampak sedikit
meringis
3. Melakukan perawatan luka
S : Klien mengatakan
bersedia
13.40 3 O: Tampak ada luka post
operasi apendik
4. Menginformasikan kepada Tidak ada kemerahan, pus.
keluarga pasien untuk tidak
membuka balutan luka pada S : Klien mengatakan
16.00 1 pasien dan tetap kering mengerti tentang apa yang
dijelaskan perawat
O: Klien tampak kooperatif
5. Mengajarkan teknik
relaksasi seperti nafas
dalam, distraksi S : Klien mengatakan lebih
nyaman dan nyeri yang
dirasakan berkurang setelah
dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam .
Klien mengatakan
mengalihkan rasa nyerinya
18.00 2 dengan mendengarkan musik
O: Tampak klien mampu
melakukan teknik relaksasi
nafas dalam dan distraksi
6. Menganjurkan klien minum
air hangat sebelum tidur S : Klien mengatakan
bersedia untuk minum air
18.15 3 hangat sebelum tidur
O : Klien dan keluarga
tampak mendengarkan
dengan baik

18.30 2 7. Delegatif pemberian


cefoperazone 3x1 gr
S : klien mengatakan
bersedia diberikan obat
O : Tampak dimasukan obat
8. Mencatat jumlah jam tidur cefoperazone 1 gr melalui Iv
set

S : Klien mengatakan belum


bisa tidur nyenyak karena
belum bisa beradaptasi
dengan ruangan
O: Tampak kantong mata
dan lingkaran dibawah mata
klien masih terlihat.
3 Kamis, 29 Dx.1,2 1. Memonitor tanda-tanda vita S : Pasien mengatakan
Oktober bersedia
2020 O: Tekanan darah : 120/70
Jam 08.00 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C

Jam 08.20 Dx.3 2. Mengobservasi tanda-tanda


infeksi pada pasien S:
 Pasien mengatakan tidak
merasa panas pada
badannya
O:
 Suhu = 36,5 oC
 Pada daerah luka tidak
ada dolor,lubor atau tumor
dan pus
Jam 10.00 Dx.3 3. Melakukan perawatan luka
S:
 Pasien mengatakan lebih
baik setelah balutan luka
diganti
O:
 Pasien tampak lebih baik
 Balutan luka tampak lebih
bersih

S:
11.00 Dx.1 4. Mengajarkan teknik  Pasien mengatakan lebih
relaksasi nafas dalam dan rileks dan tenang setelah
distraksi melakukan tehnik nafas
dalam

O:
 Pasien tampak lebih tenang
dan rileks
S : Pasien mengatakan
bersedia
13.00 Dx.1,2 O: Tekanan darah : 130/70
5. Memonitor tanda-tanda vita mmHg
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C

S : Pasien mengatakan sudah


bisa berisitirahat dan mulai
14.30 Dx.2 beradaptasi dengan
6. Menciptakan lingkungan lingkungan
yang nyaman sebelum tidur O : Muka pasien tidak pucat
seperti batasi pengunjung Pasien tampak segar

S : Pasien mengatakan lebih


16.00 Dx.1 nyaman posisi terlentang
7. Memberikan posisi nyaman O : Pasien tampak nyaman
(terlentang) dengan posisinya

S : Klien mengatakan sudah


17.00 Dx.2 bisa tidur nyenyak
8. Mencatat jumlah jam tidur O: Tampak kantong mata
dan lingkaran dibawah mata
klien sudah berkurang

S : Pasien mengatakan
18.00 Dx.3 bersedia
O : Tampak diberikan obat
melalui Iv cefoperazone 1 gr
9. Delegatif pemberian
cefoperazone 3x1 gr

E. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/Tgl S O A P

1 Jumat , 30  Pasien mengatakan  Pasien tampak tenang - Pertahankan kondisi klien


Oktober nyerinya berkurang  Pasien tidak mengeluh nyeri - Anjurkan klien tetap
2020  Pasien mengatakan  Pasien tampak tidak meringis melakukan teknik relaksasi
skala nyeri 3 dari 0-10  Nadi 20x/menit nafas dalam dan distraksi

2 Jumat, 30  Klien mengatakan lebih  Kantong mata dan lingkaran - Pertahankan kondisi klien
Oktober mudah untuk tidur hitam sudah mulai berkurang
2020  Klien mengatakan  Klien tampak lebih tenang dan
dapat tidur siang 1 jam nyaman
3. Jumat, 30  Klien mengatakan tidak  Tampak balutan luka klien - Pertahankan kondisi klien
Oktober merasakan panas pada bersih
2020 tubuh dan sekitar  Pada daerah luka tidak ada
lukanya dolor,lubor, ataupun tumor dan
 Klien mengatakan pus
balutan lukanya bersih
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam Bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori yang ada dengan
kenyataan yang terjadi dalam kasus, argumen atas kesenjangan yang terjadi
dan solusi atau pemecahan yang diambil untuk mengatasi masalah yang
terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Ny.W dengan post
operasi apendisitis Akut Di Ruang BOUGENVIL BRSU Kabupaten
Tabanan, Tanggal 27 sampai dengan 30 Oktober 2020. Pembahasan meliputi
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang


dilaksanakan pada pasien Ny.W melalui beberapa teknik yaitu wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Pengkajian yang kami lakukan berpaduan pada pengakjian keperawatan
medikal bedah dengan menggunakan 11 pola gordon dan pemeriksaan fisik
head to toe (kepala, wajah, leher, dada, abdomen dan pinggang, pelvis dan
perineum, ekstremitas).
Dalam pengkajian juga ditampilkan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pasien dalam menentukan diagnosis yang tepat, juga terapi yang
didapatkan pasien sesuai dengan indikasinya.

B. DIAGNOSA

Secara teori diagnosa yang muncul pada pasien dengan infark miokard akut
adalah sepuluh diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan/insisi bedah; trauma jaringan;
distensi jaringan usus oleh inflamasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan ingesti; digesti; absorpsi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Fisiologis : Demam, mual,
posisi, nyeri.
4. Ansietas berhubungan denganperubahan status kesehatan; kemungkinan
dilakukannya operasi.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh ;
prosedur invasiv (insisi bedah).

Sedangkan setelah dilakukan pengkajian pada pasien, terdapat tiga diagnosa


yang muncul yaitu:
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis d/d pasien mengatakan nyeri pada
luka post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada
perut kanan bawah, skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri saat bergerak dan
saat istirahat
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
ditandai dengan Klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak karena
masih merasakan nyeri pada perut kanan bawah, klien mengatakan
kurang nyaman dengan lingkungan yang baru, tidak bisa tidur si ang , hanya
dapat tidur ±4 jam, k lien mengatakan istirahatnya kurang cukup,k lien
tampak pucat,klien tampak ada kantong mata, tampak lingkaran hitram
dibawah mata.
3. Risiko infeksi b/d post operasi atau pembedahan apendicitis ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
terdapat luka insisi pada perut kanan bawah post operasi Lekosit 17,1
dari normal 4,0-10,0.

Dapat disimpulkan bahwa, tidak semua diagnosa yang muncul pada teori
ditemukan pada pasien,ada beberapa diagnosa yang tidak ditemukan yaitu:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan ingesti; digesti; absorpsi.
2. Ansietas berhubungan denganperubahan status kesehatan; kemungkinan
dilakukannya operasi.
C. INTERVENSI
Tindakan yang kami rencanakan untuk mengatasi masalah yang dialami
oleh pasien antara lain:
a. Diagnosa :
1. Monitor TTV Klien
2. Observasi nyeri, catat lokasi karakteristik, skala nyeri 0-10.
Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan cepat dengan
tehnik PQRST
3. Berikan posisi nyaman
4. Ajarkan teknik relaksasi seperti nafas dalam, distraksi
5. Delegatif pemberian ketorolac 2x30 mg, ranitidine 2x50 mg
b. Diagnosa 2:
1. Monitor TTV Klien
2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman sebelum tidur seperti batasi
pengunjung
4. Anjurkan klien minum air hangat sebelum tidur
5. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman saat tidur
6. Catat jumlah jam tidur setiap harinya
c. Diagnosa 3:
1. Observasi tanda-tanda infeksi pada pasien
2. Lakukan perawatan luka
3. Jaga luka agartetap steril
4. Informasikan kepada keluarga pasien untuk tidak membuka
balutan luka pada pasien dan tetap kering
5. Delegatif pemberian cefoperazone 3x1 gr

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai rencana selama 3 x 24 jam dengan
kriteria hasil:
Diagnosa 1:
1. Skala nyeri pada pasien berkurang 0-10
2. Pasien tidak mengeluh nyeri
3. Pasien tampak tidak meringis
4. Pasien nyaman setelah nyeri berkurang
Diagnosa 2:
1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
2. Kualitas tidur klien meningkat
3. Kantung mata dan lingkaran hitam dibawah mata tampak
berkurang
4. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
Diagnosa 3:
1. Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti kalor, dolor , lubor,
tumor dan perubahan fungsi
2. Tidak adanya pus padadaerah luka

E. EVALUASI
Setelah dilakukan asuhan keperawan, selama tiga hari, dari tiga diagnosa
yang timbul pada pasien, semua masalah keperawatan pasien dapat
teratasi, sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan pada pasien.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan Apendiksitis adalah
peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering.Apendiks disebut juga umbai
cacing. Diagnosa Post Operasi Apendicitis Akut ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik. Sesuai dengan teori diagnose yang muncul pada
penderita,
Berdasarkan analisis, tidak semua diagnosa yang muncul pada teori,
muncul pada pasien. Hal ini dikarenakan teori merupakan landasan kita
sebagai perawat untuk melakukan pengkajian pada pasien, kita selalu
berusaha berpedoman pada teori yang ada namun bagaimana pun juga
kondisi pasien tidak dapat selalu sama dengan teori yang ada karena
banyak faktor yang mepengaruhi seperti perkembangan pengetahuan
pasien, perkembangan ilmu pengobatan, keadaan daya tahan tubuh yang
berbeda, social ekonomi, pola hidup pasien yang sehat dan lingkungan
tempat tinggal dan lain sebagainya.

B. SARAN
Kami mengharapkan dengan disusunnya laporan kasus ini dapat
menjadi inspirasi atau sumber pengetahuan baru bagi pembaca dan
dapat dikembangkan kembali dalam penyusunan laporan kasus
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai