Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

LOKAKARYA MINI 1

Di Susun Oleh :

Aprilia Windasari
Astrid Wulandari
Claudia Violita Uneputty
Doly Rosdiana Mouw
Dyan Ayu Maheswari
Erina Safitri
Eunike Adriona Nahumury
Fanny Desfa Hapsari
Imanuel Galandjindjinay
Inel Dina Mariska Saogo
Rambu Eri Lika Amah
Williamson Djaga
Yenni Dayanti Gultom
Yosina Corina Kwaar
Arif Wijaya
Nanang Apriyanto

PROGAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
LOKAKARYA MINI DESA KEDUNGSARI
I. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan pendekatan pada
resiko tinggi melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak kuratif dan
rehabillatif. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah dengan pengkajian, analisis
data dan diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam
perawatan kesehatan masyarakat keterlibatan kader kesehatan, tokoh-tokoh masyarakat
formal dan informal sangat diperlukan dalam tahap pelayanan keperawatan secara terpadu
dan menyeluruh sehingga masyarakat benar-benar mampu dan mandiri dalam setiap
upaya pelayanan kesehatan dan keperawatan yang diberikan.
Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health
family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan kepada orang lain (WHO,1974). Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya, pertama pelayanan
keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga dan kelompok
dalam konteks komunitas, kedua perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakat (Health General community) dan mempertimbangkan bagaimana masalah
atau issue kesehatan masyarakat dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.
Musyawarah masyarakat desa merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan
keperawatan komunitas yang kegiatannya mempertemukan antara masyarakat desa,
kepala desa dan kepala puskesmas wilayah terkait dengan tenaga kesehatan. Hasil
pengkajian yang dilakukan di RW VIII kelurahan Rowosari didapatkan masalah tentang
lansia. Masalah tersebut muncul berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengkajian.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di RW VIII kelurahan
Rowosari maka perlu diadakan musyawarah masyarakat desa.
a. Kriteria Kelompok / Komunitas
Pada tanggal 3 November 2021 telah dilakukan wawancara dan observasi dengan
ketua RT di rt 1-5 rw 8 Kelurahan Rowosari, kec. Tembalang , kab. Semarang.
Setelah dilakukan wawancara dan observasi didapatkan data perbulan Oktober,
jumlah KK yang terdapat di RT 1-5 berjumlah 385 KK, yang terdiri dari jumlah laki-
laki sebanyak 592 jiwa dan perempuan sebanyak 561 jiwa dengan distribusi lansia
laki-laki berjumlah 54 jiwa sedangkan perempuan 70 jiwa.
b. Data yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut
Setelah dilakukan pengkajian melalui observasi dan wawancara dengan ketua Rw 08
serta penyebaran angket kepada warga, maka didapatkan data-data yang perlu dikaji
untuk didiskusikan dalam musyawarah masyarakat desa, guna mendapatkan solusi
dari data-data tersebut. Hasil pengkajian keperawatan komunitas di Desa Kedungsari :
 Lansia sebanyak 100 jiwa, rata-rata penyakit yang diderita lansia adalah hipertensi
sebanyak 58 jiwa , Dimensia 32 jiwa , Merokok 10 jiwa.
 Di dapatkan data Lingkungan Fisik :
1) Perumahan : permanen dan rata-rata dalam kategori layak untuk dihuni.
2) Penerangan : di lingkungan penerangan pada malam hari cukup.
3) Sirkulasi udara : lingkungan di Rw 08 Kel.Rowosari sejuk karena banyak
pohon yang ditanam warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang
ventilasi rumahnya kurang memadai seperti kurangnya jendela dan dekatnya
jarak antar rumah
4) Kepadatan penduduk : tergolong padat
 Keamanan dan transportasi
1) Pemadam kebakaran :tidak ada
2) Polisi : tidak ada namun ada siskampling tetapi tidak rutin
3) Sarana transportasi : sepeda, motor dan mobil pribadi
4) Keadaan jalan : jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
 Pelayanan kesehatan dan social
1. Tempati badah : terdapat 1 mushola
2. Sekolah: terdapat 1 SD, TK dan MI
3. Pantisocial : tidak ada
4. Pasar : tidak ada pasar, tetapi beberapa warga membuka took sembako dirumah
5. Tempat pertemuan: terletak dirumah ketua RT
6. Posyandu : Ada posyandu setiap satu bulan sekali
7. Hygiene perumahan : sanitasi warga dalam keadaan baik
8. Sumber air bersih: PDAM dan sumur
9. Pembuangan sampah : sampah tidak dipisahkkan antara sampah organic dan non
organic, biasanya ada petugas sampah yang mengangkut sampah, tetapi ada juga
warga yang membakar sampah didepan rumah
10. Pembuangan air limbah : dialirkan lancar keselokan dan tidak menggenang
11. Sarana MCK: semua dilakukan dikamar mandi masing-masing dan tidak ada yang
disungai
12. Sumber polusi : -

II. Tujuan Kegiatan


1. Untuk meningkatkan upaya pengetahuan mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status
kesehatan lansia, mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan
penyakit
2. Untuk memberdayakan masyarakat agar mampu secara mandiri meningkatkan
kesehatan serta mencegah terjadinya masalah Kesehatan dan cara mengontrol
tekanan darah dengan relaksasi otot progresif

III. ANALISA DATA


DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Rata-rata warga mengatakan Pemilihan gaya hidup tidak Perilaku kesehatan
selalu mengkonsumsi makanan asin. sehat cenderung beresiko
Selain itu makanan untuk lansia
didalam rumah tidak dipisah dengan
anggota keluarga lain.

DO : Sesuai data pengakjian didapat


10 orang warga memiliki kebiasaan
merokok. 58 orang lansia memiliki
riwayat tekanan darah tinggi.

DS : Program tidak mengatasi Defisit kesehatan


seluruh masalah kesehatan komunitas
DO : Hasil pengkajian (wawancara) komunitas
dan data dari puskesmas tampak
bahwa pada RW 8 terjadi masalah
kesehatan komunitas yaitu rata-rata
warga memiliki riwayat darah tinggi
DS : Hambatan kognitif Pemeliharaan kesehatan
tidak efektif
DO : Dari hasil pengakajian 32
lansia mengalami masalah
demensia. Lansia tidak mampu
mengingat tahun lahir, presiden
bahkan hari dan bulan sekarang.

IV. Masalah Keperawatan Kelompok/Komunitas


Dari data-data yang diperoleh melalui pengkajian berupa observasi, wawancara
dengan ketua RW 08, dan penyebaran angket kepada warga, maka didapatkan
masalah yang harus ditangani melalui musyawarah masyarakat desa. Berikut adalah
masalah keperawatan yang didapatkan :
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d Pemilihan gaya hidup tidak sehat
2. Defisit kesehatan komunitas b.d Program tidak mengatasi seluruh masalah
kesehatan komunitas
3. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d Hambatan kognitif
V. Rencana Kerja (POA)
No Masalah Tujuan Intervensi Saranan Waktu Tempat Dana PJ
/Diagnosis (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Perilaku Setelah di lakukan tindakan Edukasi perilaku upaya Warga yang RW 8 mahasiswa
kesehatan keperawatan selama kesehatan: memiliki Keluraha
cenderung 2x/minggu di harapkan Observasi: kebiasaan n
beresiko b.d Perilaku kesehatan  Identifikasi merokok di Rowosari
Pemilihan gaya cenderung beresiko dapat Kesiapan dan RW 8
hidup tidak sehat teratasi dengan Kriteria kemampuan Kelurahan
Hasil: menerima Rowosari
1. Perilaku kesehatan: informasi
 Penerimaan Terapeutik:
terhadap perubahan  Sediakan materi
status kesehatan dan media
meningkat pendidikan
 Kemampuan kesehatan
melakukan tindakan  Jadwalkan pe
pencegahan masalah didikan
kesehatan kesehatan sesuai
meningkat krsepakatan
 Kemampuan  Berikan
peningkatan kesempatan
kesehatan untuk bertanya
menimgkat Edukasi:
 Pencapaian  Jelaskan
pengendalian Penangananan
kesehatan masalah
meningkat kesehatan
 Informasikan
sumber yang
tepat yang
tersedia di
masyarakat
 Anjurkan
menggunakan
fasilitas
kesehatan
 Ajarkan progam
kesehatan dalam
kehidupan
sehari-hari
2 Defisit kesehatan Setelah di lakukan tindakan Promosi perilaku upaya Warga RW 8 Mahasisw
komunitas b.d keperawatan selama kesehatan: dengan Keluraha a
Program tidak 2x/minggu di harapkan Observasi: hipertensi di n
mengatasi seluruh Defisit kesehatan komunitas  Identifikasi RW 8 Rowosari
masalah dapat teratasi dengan perilaku upaya Kelurahan
kesehatan Kriteria Hasil: kesehatan yang Rowosari
komunitas 1. Status kesehatan dapat di
komunitas tingkatkan
 Ketersediaan Terapeutik:
progam promosi  Berikan
kesehatan limgkungan yang
meningkat mendukung
 ketersedian kesehatan
progam proteksi  Orientasi
kesehatan pelayanan
meningkat kesehatan yang
 Partisispasi dapat di
dalam manfaatkan
progamkesehata Edukasi:
n komunitas  Anjurkan
meningkat melakukan
 Pravelensi aktifitas fisik
penyakit setiap hari
menurun
3 Pemeliharaan Setelah di lakukan tindakan Stimulasi Kognitif Warga RW 8 Mahasisw
kesehatan tidak keperawatan selama Observasi dengan Keluraha a
efektif b.d 2x/minggu di harapkan  Identifikasi demensia di n
Hambatan tingkat pengetahuan keterbatasan RW 8 Rowosari
kognitif meningkat dengan kriteria kemampuan Kelurahan
hasil: kognitif Rowosari
 Kemampuan Terapeutik
menjelaskan  Sediakan
pengetahuan suatu kalender
topik meningkat  Orientasikan
 Kemampuan waktu, tempat
menggambarkan dan orang
pengalaman  Tunjukan
sebelumnya yang sensitivitas
sesuai dengan topik dalam perawatan
meningkat dengan segera
 Persepsi yang keliru merespon
terhadap masalah  Berikan
kesempatan
untuk
bertanggung
jawab pada tugas
dan pekerjaan
 Libatkan dalam
kegiatan budaya
dan seni secara
aktif
 Berikan
kesempatan
memberikan
pendapat
Edukasi
 Anjurkan sering
berinteraksi
dengan orang
lain
 Anjurkan
mengungkapkan
kembali pikiran
untuk
menstimulasi
memori
 Anjurkan
mengulang
informasi yang
didapatkan
VI. Pembahasan
Hipertensi adalah suata keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus lebih
dari suatu periode dengan tekanan sistolik diatas 140mmHg dan tekanan diastolic
diatas 90 mmHg. Laki – laki berusia 35 – 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi mengalami hipertensi. Jika usia bertambah makan tekanan darah meningkat ,
faktor ini tidak dapat dikendalikan tetapi gaya hidup dapat dikendalikan dengan
pasien hidup dengan pola hidup sehat dengan menghindari pemicu hipertensi.
Tetapi pengkajian yang kami temukan di Kelurahan RW 8, Kab. Semarang
bahwa mayoritas lansia pada Desa Kedungsari yaitu terdapat 58 lansia memiliki
masasalah kesehatan Hipertensi. Hasil dari survey yang kami lakukan dengan metode
WS yaitu metode mengelilingi lingkungan serta melihat keseluruhan lingkungan dan
melakukan pengkajian didapatkan 80% kemampuan lansia mengenal masalah secara
dini penyakit hipertensi kurang baik yang didukung dengan distribusi tingkat
pendidikan lansia dimana mayoritas lansia tamat SD sebanyak 47% , dan lansia yang
tidak bersekolah 29%.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau
ditanggulangi dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam
tubuh sampai organ yang membutuhkan suplai darah arteri. Komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita hipertensi yaitu Stroke , Infark miokard, gagal janung, dan
kerusakan ginjal. Kerusakan setiap organ akan mempengaruhi penurunan kesehatan
dan aktivitas lansia, dimana dapat meningkatkan kebutuhan aktivitas lansia 100%
bergantung pada keluarga atau orang lain, nantinya dapat menimbulkan masalah
kesehatan baru dikeluarga lansia. Sehingga diperlukan kesiapan peningkatan
pengetahun sangat diperlukan bagi lansia yang membutuhkan informasi secara
kognitif untuk memenuhi tujuan yang terkait dengan masalah kesehatan lansia
sehingga dapat mengantisipasi.
Pencegahan pemeliharan kesehatan tidak efektif adalah dengan kemampuan
melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan dan mengendalikan masalah
kesehatan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan dan perilaku seseorang akan
berdampak pada status kesehatannya. Pengetahuan pasien mengenai hipertensi juga
berpengaruh pada kepatuhan pasien dalam melakukan pengobatan, baik pengobatan
secara farmakologi atau nonfarmakologi. Lansia dengan tingkat pengetahuan yang
kurang baik akan tidak mengetahu penyakitnya, penyebabnya, dan pantangan untuk
penyakit tersebut dan menyebabkan hipertensi yang tidak terkontrol.
Perilaku sehat sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu
dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya mengubah perilaku tetapi juga untuk
mempertahankan perubahan tersebut. Dari data hasil survey yang kelompok kami
lakukan 50% lansia dengan masalah kesehatan hipertensi jarang untuk kontrol atau
datang ke pelayanan kesehatan yang sudah tersedia di lingkungan kelurahan Rowosari
RW 8. Dukungan social dari anggota keluarga dan sahabat dalam bentuk waktu,
motivasi dan uang merupakan factor penting dalam kepatuhan pasien. Tetapi
modifikasi perilaku juga harus dilakukan anara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan agar tercipta perilaku sehat.
Peran akif pemberi layanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai kebijakan dan
program – program yang dapat direncanakan mencakup segi promotif, preventif dan
kuratif. Seperti yang tertuang dalam UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, PP No.43 tahun 2004 tetang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan
lanjut usia, dimana lansia juga akan mendapat obat antihipertensi secara cuma –
cuma. Sehingga peran aktif pemberi layanan dan keluarga lansia untuk mengajak
lansia hipertensi untuk rutin kontrol ke layanan kesehatan.

VII. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Gambaran lansia di Desa Kedungsari RW 8 Kelurahan Rowosari 58 lansia


menderita hipertensi
2. Gambaran lansia di Desa Kedungsari RW 8 Kelurahan Rowosari 32 lansia
menderita dimensia
3. Gambaran lansia di Desa Kedungsari RW 8 Kelurahan Rowosari 10 lansia
perokok aktif
Saran

1. Bagi lansia penderita hipertensi


Hendaknya melakukan penatalaksanaan hipertensi dengan baik secara
farmakologi dengan kontrol kesehatan rutin , minum oba antihipertensi rutin,
dan mendapatkan obat hipertensi dengan resep dokter sehingga dapat
meminimalkan terjadinya komplikasi akibat hipertensi. Selain itu, diharapkan
lansia dapat melakukan penatalaksanaan nonfarmakologi yang baik dengan
melakukan aktivias relaksasi otot progesif , mengurangi makana yang
berminyak, makana bersantan dan makanan yang asin serta dapat mengelola
stress dengan baik.
2. Bagi keluarga lansia
Hendaknya lebih peduli terhadap penatalaksanaan hipertensi pada lansia
hipertensi dengan mau mengantarkan lansia untuk kontrol kesehatan rutin,
mengingatkan lansia untuk meminum obat antihipertensi rutin, membantu
memberikan lansia makanan yang tidak berminyak, bersantan, dan
asin. Serta dukunga secara social dan spiritual untuk kesehatan lansia.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Melakuka kegiatan atau hal – hal yang dapat mendukung lansia hipertensi
memiliki penatalaksanaan hipertensi yang lebih baik, seperti dengan
penyuluhan tentang pentalaksanaan hipertensi terutama untuk kontrol rutin,
minum oba rutin da mendapatkan obat antihipertensi sesuai dengan resep
dokter, penyuluhan tentang tatalaksanaan nonfarmakologi hiperensi seperti
diet hipertensi, relaksasi otot progesif.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2009. Asuhan Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC

Aspiani, R. Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. (S.K. Ns.


Wuri Praptiani, Ed.) (1st ed.). Jakarta.

Brunner dan Suddarth. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Bulchek, G. M. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. EGC. Debora, Oda
(2013).Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta : Salemba Medika

Dharma, K. K. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan


Menerapkan Hasil Penelitian). (Jusirman & A. Maftuhin, Eds.) (Revisi tah). Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuhamedika.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.). Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sudarsono, E. K. (2017). Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan


Tekanan Darah , 3, 26–38.

Sugiyono (2016) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.Bandung :Alfabeta

Supardi, S., & Rustika. (2013). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. (T. Ismail, Ed.).
Jakarta: CV. Trans Info Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Implementasi Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai