M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIK
SISTEM PERSYARAFAN
Oleh :
NIM : 2018.C.10a.0926
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
i
ii
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Stroke
Non Hemoragik Sistem Persyarafan.” Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranty, S.Kep.,Nersselaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
2.1 Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Kepala................................................ 4
2.2 Konsep Dasar Penyakit Stroke Non Hemoragik..................................... 13
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 13
2.2.2 Etiologi ................................................................................................... 13
2.2.3 Klasifikasi .............................................................................................. 13
2.2.4 Manifestasi Klinis................................................................................... 15
2.2.5 Patifisiologi (Pathway)............................................................................ 17
2.2.6 Komplikasi .............................................................................................. 20
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 20
2.2.8 Penatalaksanaan Medis........................................................................... 22
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan............................................. 24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 29
2.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 30
2.3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 36
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 37
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 38
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 38
3.2 Diagnosa ................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 47
3.4 Implementasi .......................................................................................... 48
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
3
1) Melakukan pengkajian status kesehatan pada Ny. M dengan masalah stroke non
hemoragik.
2) Menegakkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Ny. M dengan
masalah stroke non hemoragik.
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada Ny.
M dengan stroke non hemoragik.
4) Membuat implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat pada
Ny. M dengan stroke non hemoragik.
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. M dengan stroke non
hemoragik.
3
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Tengkorak
Tengkorak aalah tulang kerangka kepala yang disusun menjadi dua
bagian yaitu cranium terdiri dari atas delapan tulang dan kerangka wajah yang
terdiri dari atas 14 tulang.Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang
dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan
dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan
pembuluh darah.
Tengkorak dibentuk oleh gabungan beberapa tulang yang disambung oleh
sutura.Sutura dibentuk pleh selapis tipis jaringan fibrosa yang mengunci piringan
5
tulang yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Fungsi
tengkorak :
1) Melindungi otak dan indra penglihatan dan pendengaran
2) Sebagai tempat melekatnya otot yang bekerja pada kelapa3)
Sebagai tempat penyangga gigi
Tulang tengkorak terdiri dari os frontale, os parietale dextra dan sinistra,
os occipital, os temporal dextra dan sinistra, os ethmoidale, os sphenoidale,
maxilla, mandibula, os ozygomaticum dextra dan sinistra, os palatinum dextra dan
sinistra, os nasale dextra dan sinistra, os lacrimale dextra dan sinistra, vomer dan
concha dextra dan sinistra.
2.1.3 Meninges
5
6
Meninges adalah lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian
luar dan tiga lapisan jaringan ikat.Lapisan meningeal terdiri dari pia mater, lapisan
araknoid, dan dura mater.
1. Pia Mater
Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada
otak.Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan
saraf.Pia meter merupakan membran vaskular dan berhubungan dengan permukaan
luar otak dan medulla spinalis.
2. Lapisan Araknoid
Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia mater dan mengandung
sedikit pembuluh darah. Memiliki ruang subaraknoid yang berfungsi untuk
memisahkan lapisan araknoid dari pia meter dan mengandung cairan serebrospinalis,
pembuluh darah, serta jaringan penghubung seperti selaput yang mempertahankan
posisi araknoid terhadap pia meter di bawahnya. Ada juga berkas kecil jaringan
araknoid, vili araknois, menonjol ke dalam sinus vena (dural) dura mater.
3. Dura Mater
Dura mater merupakan lapisan terluar yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan.Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tetapi terputus pada beberapa sisi
spesifik. Kedua lapisan tersebut antara lain:
1) Lapisan Periosteal Luar
Lapisan periosteal luar pada dura mater melekat di permukaan dalam kranium
dan berperan sebagai periosteum dalam tulang tengkorak.
6
7
2.1.4 Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer semua alat tubuh, bagian dari semua saraf sentral yang terletak di
dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
7
8
1) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari otak
besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
2) Lobus parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
8
9
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.Kedua
belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum,
belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol
sisi kanan tubuh.Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan
artistik.Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
9
10
(1) Diensepalon adalah bagian batang otak paling atas, terdapat diantara
serebellum dengan mesensepalon.
(2) Mesensepalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan
mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
(3) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah
kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
mengontrol funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan, dan pencernaan.
(4) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
10
11
Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak.Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh
oleh indera.Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat
bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai
"Alam Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam
perilaku baik seperti menolong orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux
mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu
manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran.
1. Komposisi
11
12
2. Produksi
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh:
1) Pleksus koroid
Pleksus koroid adalah jaring-jaring kapilar berbentuk bunga kol yang
menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak.
Sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan
melapisi kanal sentral medulla spnalis.
3. Sirkulasi
12
13
direabsorpsi di villi araknoid (granulasi) ke dalam sinus vena pada dura mater dan
kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut.
4. Fungsi
Fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai bantalan air untuk jaringan
lunak otak dan medulla spinalis, media pertukaran nutrien dan zat buangan antara
darah dan otak serta medulla spinalis. Fungsi lain dari cairan serebrospinalis adalah
untuk mempertahankan tekanan di dalam tengkorak konstan.
13
14
berlangsung lebih lama dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh perdarahan.
(Lumbantobing, 2011:95).
2.2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya
gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah
atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena:
2.2.2.1 Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi karena pembuluh darah yang mengalami okulasi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitrnya. Trombosis (penyakit trombo-okulsif) merupakan penyebab
stroke yang paling sering dikaitkan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh
darah.Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:
1) Aterosklerosis
Ateroskleroris adalah pengerasan pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
dan elastisitas pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
Darah bertambah kental, penambahan viskositas atau hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebri.
3) Arteritis (radang pada arteri)
14
15
15
16
16
17
17
18
2.2.4 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (tsrombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis
sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerosis, atau darah dapat beku pada daerah stenosis, tempat aliran darah
mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Stroke non hemoragik atau iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan
aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia
kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefelitis,
atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur.
Trombosis, emboli dan perdarahan serebral merupakan faktor penyebab yang
dapat mengakibatkan terjadinya oklusi pada pembuluh darah otak, sehingga akan
terjadi penurunan perfusi jaringan serebral, karena suplai oksigen dalam jaringan
berkurang sehingga akan terjadi iskemia kemudian terjadi metabolisme anaerob dan
menimbulkan penimbunan asam laktat, dari iskemia juga dapat menghentikan
aktivitas elektrolit sehingga pompa Na dan K gagal, mengakibatkan edema serebral
sehingga perfusi jaringan otak menurun dan terjadi nekrosis jaringan serebral atau
stroke.
18
19
19
20
Suplay O2 ke otak
Iskemik pada arteri serebral anterior Iskemik pada arteri serebral medial Iskemik pada arteri serebral posterior
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi stroke non hemoragik dapat berasal dari kerusakan jaringan otak
sendiri dari akibat kematian dalam beberapa hari atau cacat fisik sekunder akibat
kerusakan otak.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) komplikasi stroke dibagi menjadi 2
(dua) sebagai berikut:
Komplikasi neurologi yang terbagi menjadi:
1) Cacat mata dan cacat telinga
2) Kelumpuhan
3) Lemah
Komplikasi non neurologi yang terbagi menjadi:
Akibat non neurologi yang terbagi menjadi:
1) Tekanan darah sistemik meninggi
2) Reaksi hipeglikemi (kadar gula dalam darah meninggi)
3) Oedema paru
4) Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)
Akibat mobilisasi meliputi:
Bronko pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktur,
deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu
hari-hari pertama.
2.2.6.3 CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2.2.6.4 MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
2.2.6.5 USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
2.2.6.6 EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan infark sehingga menurunkan impuls listrik dalam jaringan otak.
2.2.6.7 Pemeriksaan Laboratorium
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Pemeriksaan darah rutin.
Laboratorium:
a. Hemoglobin, hematokrit, eritrosit, lekosit, hitung jenis, trombosit, masa
perdarahan dan pembekuan, laju endap darah.
b. Ureum, kreatinin, fungsi hati, urin lengkap.
c. Bila perlu: elektrolit (Natrium, Kalium) dan gas darah
d. Rontgen thoraks
e. Elektrokardiografi
(Lumbantobing, 2011:107)
22
23
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
23
24
24
25
25
26
Gejala: Sinkop atau pusing, sakit kepala, akan sangat berat dengan adanya
perdarahan intraserebral atau perdarahan subarakhnoid, kelemahan, kesemutan,
atau kebas. Penglihatan menurun, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan
ganda. Sentuhan, hilangnya rangsang sensorik kolateral pada ekstremitas dan
kadang-kadang ipsilateral pada wajah. Gangguan rasa pengecapan dan
penciuman.
Tanda: status mental atau tingkat kesadaran menurun, gangguan tingkah laku
(latergi, apatis, menyerang), gangguan fungsi kognitif atau penurunan memori,
kelemahan atau parasilis pada ekstremitas, reflek tendon melemah. Afasia,
kehilangan kemampuan menggunakan motorik (afraksia), ukuran atau reaksi
pupil tidak sama, dan kejang.
7) Nyeri/Kenyamanan
Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, dan ketegangan pada otot (fasia).
8) Pernafasan
Gejala: merokok
Tanda: ketidakmampuan menelan, batuk, hambatan jalan nafas. Timbulnya
pernafasan sulit, tidak teratur, dan suara nafas terdengan ronchi.
9) Interaksi sosial
Tanda: masalah bicara, dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
10) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi
oral, dan kecanduan alkohol.
26
27
Meliputi nama, umur (kebanyakkan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk
rumak sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi,
dan penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas ataupun sedang beristirahat. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-obat anti koagulan, aspirin, vasolidator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat penyakit keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6) Pengkajian psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosi meningkat, interaksi meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan
tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam
melakukan ibadah sehari-hari.
7) Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus optikus
(nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III), gangguan
27
28
dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam menggerakkan
bola mata kolateral (nervus VI).
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada nervus olfaktorius
(nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus, adanya
kesulitan menelan.
e. Dada
Inspeksi : Bentuk simetris.
Palpasi : Tidak adanya massa dan benjolan.
Perkusi : nyeri tidak ada bunyi jantung lup-dup.
Auskultasi : Nafas cepat dan dalam, adanya ronchi, suara jantung I
dan II mur-mur atau gallop.
f. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, pembesaran tidak ada.
Auskultasi : bising usus agak lemah.
Perkusi : nyeri tekan tidak ada, nyeri perut tidak ada.
g. Ekstremitas
Pada pasien dengan stroke biasanya ditemukan hemiplagi paralisa atau
hemiparase, mengalami kelemahan otot dan perlu juga dilakukan pengukuran
kekuatan otot, normal:5
Pengukuran kekuatan otot menurut (Arif Muttaqin, 2008)
Nilai 0: Bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
Nilai 2 : Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan grafitasi.
Nilai3 : Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan tekanan
pemeriksaan.
Nilai 4 : Bila dapat melawan tekanan pemeriksaan tetapi kekuatannya
berkurang.
28
29
29
30
30
31
31
32
Intervensi:
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab peningkatan TIK dan
akibatnya.
Rasional : keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan.
b. Baringkan klien (bed rest) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal.
Rasional : monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
c. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum klien.
d. Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk, anjurkan klien menarik nafas
apabila bergerak atau berbalik dari tempat tidur.
Rasional : aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
intraabdomen dan dapat melindungi diri dari efel valsava.
e. Ajarkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan.
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial
dan potensial terjadi perdarahan ulang.
f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : rangsangan aktivitas dapat meningkatkan tekanan intrakranial
g. Kolaborasi: pemberian terapi sesuai intruksi dokter, seperti steroid, aminofel,
antibiotika.
Rasional : tujuannya untuk menurunkan premeabilitas kapiler,
menurunkan edema serebri, menurunkan metabolik sel dan kejang.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, perubahan
tingkat kesadaran.
Tujuan:
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu
meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan
mencegah aspirasi.
Kriteria hasil:
32
33
Bunyi nafas terdengar bersih, rinkhi tidak terdengar, trakeal tube terdengar bebas
sumbatan, menunjukkan batuk efektif, tidak ada penumpukan secret di jalan
nafas, frekuensi pernafasan 16-20x/menit.
Intervensi:
a. Kaji keadaan jalan nafas.
Rasional : obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret.
b. Lakukan pengisapan lendir jika diperlukan.
Rasional : pengisapan lendir dapat membebaskan jalan nafas dan tidak
terus menerus dilakukan dan durasinya dapat dikurangi untuk mencegah
hipoksia.
c. Ajarkan klien batuk efektif.
Rasional : batuk efektif dapat mengeluarkan secret dari jalan nafas.
d. Lakukan postural drainage perkusi/penepukan.
Rasional : mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran secret.
e. Kolaborasi: pemberian oksigen 100%.
Rasional : dengan pemberian oksigen dapat membantu pernafasan dan
membuat hiperpentilasi mencegah terjadinya otelaktasisi dan mengurangi
terjadinya hipoksia.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia,
kelemahan neuromoskuler pada ekstremitas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam mobilitas fisik
teratasi.
Kriteria hasil :
Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian
tubuh yang terkena atau kompensasi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secara fungsional dengan cara yang teratur klasifikasikan
melalui skala 0-4.
33
34
34
35
d. Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan
pada waktu berubah posisi.
Rasional : menghindari kerusakan kapiler.
e. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap
kehangatan dan pelunakan jaringan tiap mengubah posisi.
Rasional : kehangatan dan pelunakan merupakan tanda kerusakan jaringan.
f. Jaga kebersihan kulit dan hindari seminimal mungkin trauma panas terhadap
kulit.
Rasional : untuk mempertahankan keutuhan kulit.
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol otot atau koordinasi di
tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam terjadi perilaku
peningkatan perawatan diri.
Kriteria hasil :
Klien menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien
mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan,
mengidentifikasikan personal masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan
ADL.
Rasional : membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan
kebutuhan individu.
b. Hindari apa yang tidak dapat di lakukan oleh klien dan bantu bila perlu.
Rasional : klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini di lakukan untuk
mencegah frustasi dan harga diri klien.
c. Menyadarkan tingkah laku atau sugesti tindakan pada perlindungan
kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir dan ijinkan klien melakukan
tugas, beri umpan balik yang positif untuk usahanya.
35
36
36
37
Kriteria hasil :
gangguan eliminasi urin tidak terjadi lagi, pola eliminasi BAK normal.
Intervensi :
a. Kaji pola eliminasi urin
Rasional : untuk mengetahui masalah dalam pola berkemih.
b. Kaji multifaktoral yang menyebabkan inkontensia.
Rasional : untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.
c. Membatasi intake cairan 2-3 jam sebelum tidur.
Rasional : untuk mengatur supaya tidak terjadi kepenuhan pada kandung
kemih.
d. Batasi intake makanan yang menyebabkan iritasi kandung kemih.
Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi pada kandung kemih.
e. Kaji kemampuan berkemih.
Rasional : untuk menentukan penatalaksanaan tindak lanjut jika klien tidak
bisa berkemih.
f. Modifikasi pakaian dan lingkungan.
Rasional : untuk mempermudah kebutuhan eliminasi.
g. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional : mempermudah klien dalam memenuhi kebutuhan eliminasi urine.
37
38
38
39
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Tempat Praktek : RSUD dr. Doris Sylanus
Tanggal Praktek : 26 Oktober 2020
Sumber : Pasien, Keluarga, Perawat ruangan, Status pasien
3.1 Pengkajian Keperawatan
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Tjilik Riwut KM 29
TGL MRS : 26 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
3.1.2 Riwayat Kesehatan Keperawatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan “tangan saya sebelah kanan terasa lemah dan tidak mampu
untuk memegang sisir, juga tidak dapat menggenggam.”
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit dibawa oleh keluarga pada tanggal 26 Oktober 2020
dengan keluhan bahwa tangan terasa lemah dan tidak mampu menggenggam
sejak jam 5 pagi, tangan pasien sempat diurut oleh adik pasien sambil menunggu
suami pasien datang dari kantor, setelah suami pasien datang, pasien langsung
diantar ke rumah sakit. Saat di IGD klien diberikan tindakan pemasangan infus
infus Ring As+MgSo4 20 % 5cc dengan order 20tpm pada tangan kiri serta
pengambilan darah dan dijadwalkan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan.
Setelah diobservasi pasien dipindahkan keruang perawatan untuk dilanjutkannya
perawatan berkala di rumah sakit.
40
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan:
: Sudah meninggal
: Laki-laki
44
99
: Perempuan
44 : Pasien
99
: Tinggal serumah
40
41
41
42
kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif
dengan skala 5.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
7) Eliminasi urine (Bladder)
Produksi urin 1500 ml dalam 1 hari, warna kuning jernih dengan bau khas
amoniak.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
8) Eliminasi Alvi (Bowel)
Tidak ada keluhan dan masalah keperawatan pada bagian mulut dan faring, pasien
BAB 1 kali sehari dengan warna kecoklatan, padat dan lembek. Bising usus
terdengar 20 kali selama 5 menit, tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
9) Tulang otot- Integumen (Bone)
Terdapat parese, lokasi tangan kanan, ukuran otot simetris, krepitasi tidak
ada ,nyeri tidak ada , kekakuan ada tidak dapat menggenggam sisir, flasiditas
tidak ada, spastisitas tidak ada ukuran otot simetris
Keluhan Lainya : Tidak dapat menggenggam sisir dan kesulitan dalam
menyisir rambut
Masalah Keperawatan : Gangguan Mobilitas Fisik
10) Kulit-kulit Rambut
Tidak ada riwayat alergi, suhu kulit hangat, warna kulit normal, turgor kulit cukup
dan halus, dan tidak ada lesi. Pasien memiliki tekstur rambut kusut dan pendek
dan tebal.
Keluhan lainnya : Kesulitan dalam menyisir rambut
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
11) Sistem Pengindraan
Bola mata bergerak normal, visus mata sebelah kanan kurang lebih pasien dapat
melihat dari jarak 4 meter dan visus mata sebelah kiri kurang lebih dari jarak 5
42
43
meter. Selera normal atau putih, pucat atau anemic, kornea berwarna bening.
Tidak ada gangguan pada telinga atau pendengaran dan tidak ada gangguan pada
hidung atau penciuman.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
12) Leher dan Kelenjar Limfe
Massa dan jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe dan kelenjar tyroid tidak
teraba, dan mobilitas leher bebas.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
13) Sistem Reproduksi
Pada sistem reproduksi semuanya normal tidak terdapat gangguan, kebersihannya
pun baik.
Keluhan Lainya : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
1) Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit
Pasien mengatakan sehat itu sangat penting sehingga dapat bekerja dan
melakukan aktifitas lainnya disaat sakit seperti ini terutama untuk bekerja menjadi
lebih sulit karena tangan kanan yang lemah.
2) Nutrisida metabolisme
Tinggi badan 160 cm, berat badan sekarang 56 kg, berat badan sebelum sakit 56 kg.
Makanan yang dikonsumsi tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
43
44
sambal
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tabel.
Lainya 3.1 Pola: Tidak
makanAda
sehari-hari
44
45
3.1.5 Sosial-Spiritual
Pasien sangat lancar berbicara dan tidak terbata-bata, saat ditanya pasien mampu
menjawab sesuai apa yang ditanyakan oleh perawat. Bahasa yang sering
digunakan oleh pasien adalah bahasa dayak ketika sedang berbicara dengan
keluarga. Keluarga terlihat begitu dekat dan peduli dengan pasien. Pasien dapat
berinteraksi dengan baik, terutama dengan keluarga dan perawat ruangan. Bagi
pasien orang yang dekat dan berarti adalah suami dan anak-anak pasien.
Kebiasaan menggunakan waktu luang pasien beristirahat atau berkumpul bersama
anak dan suaminya. Pasien juga selalu beribadah dan pergi kegereja di hari
minggu.
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan Laboratrium 26 oktober 2020
Hasil Klinik Kimia
Parameter Hasil Normal
Glukosa s 116 <200 mg/dL
Creatini 0, 82 0,17-1,5 mg/dL
WBC 10,89 4,00-10,00 x 10 ^3/uL
RBC 4,36 3,50-5.50 x 10^6/uL
HGB 13,1 11,0-16,0 g/dL
PLT 446 150-400 x 10^3/uL
45
46
Armia Silviani
46
47
47
48
48
49
49
50
1) Resiko Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tanda-tanda vital. a. Untuk mengetahui keadaan umum
Gangguan keperawatan selama 1 x 7 b. Beritahu pasien (bed rest) total pasien.
Perfusi jam diharapkan perfusi dengan posisi tidur telentang. b. Monitor tanda-tanda status
Jaringan jaringan tercapai secara c. Ciptakan lingkungan yang tenang neurologis dengan GCS
Serebral b/d optimal dengan, dan batasi pengunjung c. Rangsangan aktivitas dapat
suplai darah d. Kolaborasi : pemberian terapi meningkatkan tekanan
dan O2 ke otak Kriteria hasil: sesuai intruksi dokter. intrakranial.
menurun. - Pasien tidak gelisah e. Bantu pasien untuk membatasi d. Tujuannya untuk menurunkan
- Pasien tidak cemas muntah, batuk, anjurkan pasien premeabilitas kapiler, menurunkan
- TTV dalam batas menarik nafas apabila bergerak edema serebri, menurunkan
normal atau berbalik dari tempat tidur. metabolik sel dan kejang.
f. Berikan penjelasan kepada
e. Aktivitas ini dapat meningkatkan
keluarga pasien tentang sebab tekanan intrakranial dan intra-
peningkatan TIK dan akibatnya. abdomen dan dapat melindungi
diri dari efek valsava.
f. Keluarga lebih berpartisipasi
dalam proses penyembuhan.
2) Gangguan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan secara a. Untuk mengidentifikasi
mobilitas fisik keperawatan selama 1 x 7 fungsional dengan cara yang kelemahan dan dapat memberikan
b/d kelemahan jam diharapkan mobilitas teratur klasifikasikan melalui skala informasi mengenai pemulihan.
50
51
3) Defisit Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan dan tingkat a. Membantu dalam mengantisipasi
perawatan diri keperawatan selama 1 x 7 penurunan dalam skala 0-4 untuk dan merencanakan pertemuan
b/d Kehilangan jam diharapkan terjadi melakukan ADL. kebutuhan individu.
kontrol otot atau perilaku peningkatan b. Hindari apa yang tidak dapat b. Pasien dalam keadaan cemas dan
koordinasi di perawatan diri dengan, dilakukan oleh pasien dan bantu tergantung hal ini dilakukan untuk
tandai oleh bila perlu. mencegah frustasi dan harga diri
kelemahan Kriteria hasil: c. Menyadarkan tingkah laku atau pasien.
untuk ADL, -Pasien tidak cemas sugesti tindakan pada c. Pasien memerlukan empati, tetapi
seperti makan, -Pasien dapat menyisir perlindungan kelemahan. perlu mengetahui perawatan yang
mandi dll. rambut sendiri Pertahankan dukungan pola pikir konsisten dalam menangani
-TTV dalam batas normal dan ijinkan pasien melakukan pasien, sekaligus meningkatkan
-Pasien menunjukkan tugas, beri umpan balik yang harga diri pasien, memandirikan
positif untuk usahanya. pasien, dan menganjurkan pasien
51
52
52
53
53
54
54
55
55