M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS STROKE NON HEMORAGIK
SISTEM PERSYARAFAN
Oleh :
NIM : 2018.C.10a.0926
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
i
ii
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Stroke
Non Hemoragik Sistem Persyarafan.” Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranty, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................. 4
2.1 Konsep Dasar Anatomi Fisiologi Kepala................................................ 4
2.2 Konsep Dasar Penyakit Stroke Non Hemoragik..................................... 13
2.2.1 Definisi ................................................................................................... 13
2.2.2 Etiologi ................................................................................................... 13
2.2.3 Klasifikasi .............................................................................................. 13
2.2.4 Manifestasi Klinis................................................................................... 15
2.2.5 Patifisiologi (Pathway)............................................................................ 17
2.2.6 Komplikasi .............................................................................................. 20
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang............................................................................... 20
2.2.8 Penatalaksanaan Medis........................................................................... 22
2.3 Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan............................................. 24
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................... 29
2.3.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 30
2.3.4 Implementasi Keperawatan .................................................................... 36
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 37
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 38
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 38
3.2 Diagnosa ................................................................................................. 45
3.3 Intervensi................................................................................................. 47
3.4 Implementasi .......................................................................................... 48
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
3
1) Melakukan pengkajian status kesehatan pada Ny. M dengan masalah stroke non
hemoragik.
2) Menegakkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Ny. M dengan
masalah stroke non hemoragik.
3) Membuat intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada Ny.
M dengan stroke non hemoragik.
4) Membuat implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang dibuat pada
Ny. M dengan stroke non hemoragik.
5) Membuat evaluasi asuhan keperawatan pada Ny. M dengan stroke non
hemoragik.
3
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
4
2.1.2 Tengkorak
Tengkorak adalah tulang kerangka kepala yang disusun menjadi dua bagian
yaitu cranium terdiri dari atas delapan tulang dan kerangka wajah yang terdiri dari atas
14 tulang.Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah
tengkorak, licin pada permukaan luar dan pada permukaan dalam ditandai dengan gili-
gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah.
Tengkorak dibentuk oleh gabungan beberapa tulang yang disambung oleh
sutura.Sutura dibentuk pleh selapis tipis jaringan fibrosa yang mengunci piringan tulang
yang bergerigi. Sutura mengalami osifikasi setelah umur 35 tahun. Fungsi tengkorak :
1) Melindungi otak dan indra penglihatan dan pendengaran
2) Sebagai tempat melekatnya otot yang bekerja pada kelapa
3) Sebagai tempat penyangga gigi
Tulang tengkorak terdiri dari os frontale, os parietale dextra dan sinistra, os
occipital, os temporal dextra dan sinistra, os ethmoidale, os sphenoidale,
maxilla, mandibula, os ozygomaticum dextra dan sinistra, os palatinum dextra dan
sinistra, os nasale dextra dan sinistra, os lacrimale dextra dan sinistra, vomer dan concha
dextra dan sinistra.
1. Pia Mater
Pia mater adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada
otak.Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah untuk mensuplai jaringan saraf.Pia
meter merupakan membran vaskular dan berhubungan dengan permukaan luar otak dan
medulla spinalis.
2. Lapisan Araknoid
Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia mater dan mengandung sedikit
pembuluh darah. Memiliki ruang subaraknoid yang berfungsi untuk memisahkan lapisan
araknoid dari pia meter dan mengandung cairan serebrospinalis, pembuluh darah, serta
jaringan penghubung seperti selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap pia
meter di bawahnya. Ada juga berkas kecil jaringan araknoid, vili araknois, menonjol ke
dalam sinus vena (dural) dura mater.
3. Dura Mater
Dura mater merupakan lapisan terluar yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan.Lapisan ini biasanya terus bersambungan, tetapi terputus pada beberapa sisi
spesifik. Kedua lapisan tersebut antara lain:
1) Lapisan Periosteal Luar
Lapisan periosteal luar pada dura mater melekat di permukaan dalam kranium dan
berperan sebagai periosteum dalam tulang tengkorak.
2) Lapisan Meningeal Dalam
Lapisan meningeal dalam pada dura mater tertanam sampai kedalam fisura otak
dan terlipat kembali ke arahnya untuk membentuk bagian- bagian berikut:
(1) Falks serebrum
Falks serebrum terletak dalam fisura longitudinal antar hemisfer serebral.
Bagian ini melekat pada krista galli tulang etmoid.
(2) Falks serebelum
Falks serebelum membentuk bagian pertengahan antar hemisfer serebelar.
(3) Tentorium serebelum
Merupakan pemisah serebrum dari serebelum
(4) Sela diafragma
Bagian yang memanjang di atas sela tursika, tulang yang
membungkus kelenjar hipofisis. Pada beberapa regia, kedua lapisan ini dipisahkan
oleh pembuluh darah besar, sinus vena yang mengalirkan darah keluar dari otak.
4. Ruang Subdural
Ruang subdural merupakan ruang yang memisahkan dura mater dari araknois
pada regia kranial dan medulla spinalis.
5. Ruang Epidural
Ruang epidural adalah ruang potensial antara periosteal luar dan lapisan
meningeal dalam pada dura maer di regia medulla spinalis.
2.1.4 Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer semua alat tubuh, bagian dari semua saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Gambar 4 Bagian-Bagian dari Otak (www.annehira.com)
1) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari otak
besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
2) Lobus parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan
seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
3) Lobus temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan
pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
4) Lobus occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan
visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap
objek yang ditangkap oleh retina mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah
ini.
Gambar 5 Pembagian Area pada Lobus Otak (www.annehira.com)
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi
dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.Kedua belahan itu
terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak
kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan
tubuh.Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik.Sedangkan otak
kiri untuk logika dan berpikir rasional.
(1) Diensepalon adalah bagian batang otak paling atas, terdapat diantara
serebellum dengan mesensepalon.
(2) Mesensepalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran
pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
(3) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
(4) Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik.Sistem
limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, metabolisme dan
juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari sistem limbik adalah hipotalamus yang salah satu fungsinya
adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang
tidak.Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera.Dialah
yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan
kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong
orang dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai
tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan
dan kejujuran.
1. Komposisi
Cairan serebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstisial tetapi
hanya mengandung sedikit protein. Jumlah totalnya kira-kira 120 ml dengan tekanan 60-
150 mmH2O mengandung 200-300 mg protein/l dan sekitar 2,8-4,4 mmol glukosa/l.
Jumlah ini dapat berubah jika terjadi penyakit.
2. Produksi
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh:
1) Pleksus koroid
Pleksus koroid adalah jaring-jaring kapilar berbentuk bunga kol yang menonjol
dari pia mater ke dalam dua ventrikel otak
2) Sekresi oleh sel-sel ependimal
Sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan
melapisi kanal sentral medulla spnalis.
3. Sirkulasi
4. Fungsi
Fungsi cairan serebrospinalis adalah sebagai bantalan air untuk jaringan lunak
otak dan medulla spinalis, media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan
otak serta medulla spinalis. Fungsi lain dari cairan serebrospinalis adalah untuk
mempertahankan tekanan di dalam tengkorak konstan.
2.2 Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik
2.2.1 Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran
darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan-jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. (Batticaca, 2008:57)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002:2131).
Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat terjadinya
emboli dan trombosis serebral, biasanya dapat terjadi saat setelah lama beristirahat,
baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif
Muttaqin, 2008:130).
Stroke iskemik atau stroke non hemoragik didefinisikan, secara patofisiologis,
sebagai kematian jaringan otak oleh karena pasokan darah yang tidak adekuat.
Definisi klinis stroke iskemik ialah defisit neurologis fokal yang timbul akut dan
berlangsung lebih lama dari 24 jam dan tidak disebabkan oleh perdarahan.
(Lumbantobing, 2011:95).
2.2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya stroke non hemoragik secara umum karena adanya
gangguan aliran darah ke otak yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah
atau tertutupnya salah satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena:
2.2.2.1 Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi karena pembuluh darah yang mengalami okulasi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitrnya. Trombosis (penyakit trombo-okulsif) merupakan penyebab
stroke yang paling sering dikaitkan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh
darah.Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:
1) Aterosklerosis
Ateroskleroris adalah pengerasan pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
dan elastisitas pembuluh darah.
2) Hiperkoagulasi pada polisitemia
Darah bertambah kental, penambahan viskositas atau hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebri.
3) Arteritis (radang pada arteri)
2.2.4 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat)
pada gangguan lokal (tsrombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis
sering sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerosis, atau darah dapat beku pada daerah stenosis, tempat aliran darah
mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Stroke non hemoragik atau iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan
aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia
kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefelitis,
atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral,
jika aneurisma pecah atau ruptur.
Trombosis, emboli dan perdarahan serebral merupakan faktor penyebab yang
dapat mengakibatkan terjadinya oklusi pada pembuluh darah otak, sehingga akan
terjadi penurunan perfusi jaringan serebral, karena suplai oksigen dalam jaringan
berkurang sehingga akan terjadi iskemia kemudian terjadi metabolisme anaerob dan
menimbulkan penimbunan asam laktat, dari iskemia juga dapat menghentikan
aktivitas elektrolit sehingga pompa Na dan K gagal, mengakibatkan edema serebral
sehingga perfusi jaringan otak menurun dan terjadi nekrosis jaringan serebral atau
stroke.
(Arif Muttaqin, 2008).
WOC STROKE HEMORAGIK
Infark jaringan Trombus, emboli Penurunan darah ke Kematian sel-sel otak Supali darah ke otak Infark jaringan serebral
serebral serebral otak berkurang
Perubahan perfusi
Cerebrum (otak besar)
Infark batang otak Sumbatan aliran darah Hipoksia serebri Iskemik jaringan
& O2 serebral
Hambatan mobilitas
Gangguan persepsi fisik
Obstruksi jalan nafas sensori
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
ketubutuhan tubuh
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
2.2.5 Komplikasi
Komplikasi stroke non hemoragik dapat berasal dari kerusakan jaringan otak
sendiri dari akibat kematian dalam beberapa hari atau cacat fisik sekunder akibat
kerusakan otak.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) komplikasi stroke dibagi menjadi 2
(dua) sebagai berikut:
Komplikasi neurologi yang terbagi menjadi:
1) Cacat mata dan cacat telinga
2) Kelumpuhan
3) Lemah
Komplikasi non neurologi yang terbagi menjadi:
Akibat non neurologi yang terbagi menjadi:
1) Tekanan darah sistemik meninggi
2) Reaksi hipeglikemi (kadar gula dalam darah meninggi)
3) Oedema paru
4) Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)
Akibat mobilisasi meliputi:
Bronko pneumonia, emboli paru, depresi, nyeri, dan kaku bahu, kontraktur,
deformitas, infeksi traktus urinarius, dekubitus dan atropi otot.
GENOGRAM KELUARGA
Keterangan:
: Sudah meninggal
: Laki-laki
44
99
: Perempuan
44 : Pasien
99
: Tinggal serumah
Jenis makanan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur,
sambal
Kebiasaan makan Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur,
sambal
3.1.5 Sosial-Spiritual
Pasien sangat lancar berbicara dan tidak terbata-bata, saat ditanya pasien mampu
menjawab sesuai apa yang ditanyakan oleh perawat. Bahasa yang sering
digunakan oleh pasien adalah bahasa dayak ketika sedang berbicara dengan
keluarga. Keluarga terlihat begitu dekat dan peduli dengan pasien. Pasien dapat
berinteraksi dengan baik, terutama dengan keluarga dan perawat ruangan. Bagi
pasien orang yang dekat dan berarti adalah suami dan anak-anak pasien.
Kebiasaan menggunakan waktu luang pasien beristirahat atau berkumpul bersama
anak dan suaminya. Pasien juga selalu beribadah dan pergi kegereja di hari
minggu.
Armia Silviani
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
Data Subjektif dan Data Kemungkinan Masalah
Objektif Penyebab
DS:- Penyumbatan pembuluh Perubahan perfusi jaringan
DO: darah otak serebral
Pasien gelisah. ↓
Pasien tampak cemas. Suplay O2 ke otak
Infus yang terpasang ↓
Infus Ring As + MgSo4 Iskemik jaringan pada
20% 5cc 20 tetes per otak
menit ↓
TTV : Hipoksia
TD:140/100mmHg
RR: 20x/menit
N : 75x/menit
S : 36˚C
DS: Pasien mengatakan Iskemik pada arteri Gangguan mobilitas fisik
“tangan kanan saya terasa serebral anterior
lemah.” ↓
DO: Kerusakan
Pasien tampak cemas. neuromuskular
Infus yang terpasang ↓
Infus Ring As + MgSo4 Hemiparesis
20% 5cc 20 tetes per ↓
menit Kelemahan
Kekuatan otot: neuromoskuler pada
3 5 ekstremitas
3 5
DS : Pasien mengatakan “ Kerusakan Defisit perawatan diri
tangan saya sulit untuk neuromuskular
memegang sisir dan tidak ↓
bisa menggenggam.” Hemiparesis
DO : ↓
Pasien tampak cemas. Kelemahan
Pasien sulit untuk neuromoskuler pada
menyisir rambut sendiri. ekstremitas
Infus yang terpasang ↓
Infus Ring As + MgSo4 Kehilangan kontrol otot
20% 5cc 20 tetes per atau koordinasi di
menit tandai oleh kelemahan
untuk ADL, seperti
makan, mandi dll.
3.2.2 Prioritas Masalah
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai darah dan O2 ke
otak menurun.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromoskuler pada
ekstremitas
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan kontrol otot atau
koordinasi di tandai oleh kelemahan untuk ADL, seperti makan, mandi dll.
3.3 Intervensi Keperawatan
1) Perubahan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tanda-tanda vital. a. Untuk mengetahui keadaan umum
perfusi keperawatan selama 1 x 7 b. Beritahu pasien (bed rest) total pasien.
jaringan jam diharapkan perfusi dengan posisi tidur telentang. b. Monitor tanda-tanda status
serebral b/d jaringan tercapai secara c. Ciptakan lingkungan yang tenang neurologis dengan GCS
suplai darah optimal dengan, dan batasi pengunjung c. Rangsangan aktivitas dapat
dan O2 ke otak d. Kolaborasi : pemberian terapi meningkatkan tekanan
menurun. Kriteria hasil: sesuai intruksi dokter. intrakranial.
- Pasien tidak gelisah e. Bantu pasien untuk membatasi d. Tujuannya untuk menurunkan
- Pasien tidak cemas muntah, batuk, anjurkan pasien premeabilitas kapiler, menurunkan
- TTV dalam batas menarik nafas apabila bergerak edema serebri, menurunkan
normal atau berbalik dari tempat tidur. metabolik sel dan kejang.
f. Berikan penjelasan kepada e. Aktivitas ini dapat meningkatkan
keluarga pasien tentang sebab tekanan intrakranial dan intra-
peningkatan TIK dan akibatnya. abdomen dan dapat melindungi
diri dari efek valsava.
f. Keluarga lebih berpartisipasi
dalam proses penyembuhan.
3) Defisit Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan dan tingkat a. Membantu dalam mengantisipasi
perawatan diri keperawatan selama 1 x 7 penurunan dalam skala 0-4 untuk dan merencanakan pertemuan
b/d Kehilangan jam diharapkan terjadi melakukan ADL. kebutuhan individu.
kontrol otot atau perilaku peningkatan b. Hindari apa yang tidak dapat b. Pasien dalam keadaan cemas dan
koordinasi di perawatan diri dengan, dilakukan oleh pasien dan bantu tergantung hal ini dilakukan untuk
tandai oleh bila perlu. mencegah frustasi dan harga diri
kelemahan Kriteria hasil: c. Menyadarkan tingkah laku atau pasien.
untuk ADL, sugesti tindakan pada c. Pasien memerlukan empati, tetapi
-Pasien tidak cemas
seperti makan, perlindungan kelemahan. perlu mengetahui perawatan yang
-Pasien dapat menyisir
mandi dll. Pertahankan dukungan pola pikir konsisten dalam menangani
rambut sendiri
dan ijinkan pasien melakukan pasien, sekaligus meningkatkan
-TTV dalam batas normal
tugas, beri umpan balik yang harga diri pasien, memandirikan
-Pasien menunjukkan
positif untuk usahanya. pasien, dan menganjurkan pasien
perubahan gaya hidup
untuk terus mencoba.
untuk kebutuhan
merawat diri
-Pasien mampu melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai dengan tingkat
kemampuan
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan