Oleh :
Kriswanto Ciko
2018.C.10a.0941
YASYEKASOALNAHEKTAINHGAGRIAILPMPAULKAENSGEKHATRA
NYA PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini di susun oleh :
Nama : Kriswanto Ciko
NIM : 2018.C.10a.0941
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn. M Dengan Diagnosa Ulkus Dekubitus di ruang
Sistem integumen.
Telah melakukanasuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “ Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.M Dengan Diagnosa Ulkus Dekubitus.di ruang Sistem Integumen
RSUD”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Nia Pristina,S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku coordinator Praktik Pra Klinik 2
Program Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DACTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DACTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................2
1.4.1 Untuk Mahasiswa.......................................................................................2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga.........................................................................2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)....................................2
1.4.4 Untuk IPTEK..............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Konsep Penyakit...................................................................................................3
2.1.1 Definisi........................................................................................................3
2.1.2 Anatomi fisiologi.......................................................................................4
2.1.3 Etiologi........................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi...................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi................................................................................................10
2.1.6 Manisfestasi Klinis....................................................................................13
2.1.7 Komplikasi.................................................................................................. 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.............................................................................14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.....................................................................17
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..........................................................................17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................19
2.2.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................................26
2.2.5 Evaluasi keperawatan................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari
luar yang berlebihan. Umumnya terjadi pada penderita dengan penyakit kronik
yang berbaring lama. Ulkus dekubitus sering disebut sebagai ishmgnih uahgr,
prgssurg uahgr, prgssurg sjrg, dgf sjrg.
Dekubitus juga beresiko tinggi pada orang-orang yang tidak mampu
merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal
mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat
cedera, stroke, diabetes) dan koma. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit
kronis yang disebabkan oleh berkurangnya produksi insulin oleh pankreas,
Jumlah penderita DM tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia tercatat 175,4 juta
orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang, tahun 2020 menjadi
300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (WHO, 2011).
Bila seorang pasien mempunyai pengetahuan tentang risiko terjadinya ulkus
diabetes, maka pasien akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya dan
cenderung memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan diabetes
melitus seperti pasien akan melakukan
pengaturan pola makan yang benar, berolah raga secara teratur, mengontrol
kadar gula darah dan memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-benda lain
yang dapat menyebabkan luka. Apabila perawatan yang dilakukan dengan tepat
1
2
maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan pasien menjadi sehat
baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Nurhasan, 2011).
3
4
2.1.3 Etiologi
6
Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya luka tekan,
yaitu faktor tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan
intensitas tekanan diatas tulang yang menonjol adalah imobilitas, inakitifitas, dan
penurunan sensori persepsi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi toleransi
jaringan dibedakan menjadi dua yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
2.1.3.1 Faktor intrinsik :
1. Usia
Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka
tekan karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.
Penuaan mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin,
penurunan respon inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan
kohesi antara epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan
faktor penuaan lain akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya
terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang merobek.
2. Mobilitas dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Pasien
yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah
posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Imobilitas adalah faktor
yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan. Penelitian yang dilakukan
Suriadi (2003) di salah satu rumah sakit di Pontianak juga menunjukan
bahwa mobilitas merupakan faktor yang signifikan untuk perkembangan
luka tekan.
3. Kelembaban
Kelembapan yang disebabkan karena inkontinensia dapat
mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan
juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan dari pada inkontinensia urin karena adanya
bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
4. Penurunan sensori persepsi
7
Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan
memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Ada hubungaan
yang signifikan antara merokok dengan perkembangan terhadap luka tekan.
10. Temperatur kulit
Tekanan antar muka adalah kekuatan perunit area antara tubuh dengan
permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar dari pada
tekanan kapiler rata-rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah kolap,
daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik.
2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus
dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.
Sedangkan berdasarkan derajat dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Derajat I :
Derajat I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan
tanda-tanda akan terjadi luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut :
perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan
konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi
(gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih luka akan kelihatan
sebagai kemerahan yang menetap, sedangkan pada orang kulit gelap,
luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau
ungu. Cara untuk menentukan derajat I adalah dengan menekan daerah
kulit yang merah (erytema) dengan jari selama tiga detik, apabila
kulitnya tetap berwarna merah dan apabila jari diangkat juga kulitnya
tetap berwarna merah.
2) Derajat II :
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superfisial dengan warna dasar luka
merah-pink, abrasi, melepuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
Derajat I dan II masih bersifat refersibel.
3) Derajat III :
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai
pada fasia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam. Disebut sebagai
“typical decubitus” yang ditunjukkan dengan adanya kehilangan
bagian dalam kulit hingga subkutan, namun tidak termasuk tendon dan
tulang. Slough mungkin tampak dan mungkin meliputi undermining
dan tunneling.
4) Derajat IV :
Kehilangan jaringan secara penuh sampai dengan terkena tulang,
tendon atau otot. Slough atau jaringan mati (eschar) mungkin
ditemukan pada beberapa bagian dasar luka (wound bed) dan sering
1
2.1.5 Patofosiologi
Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan.
Semakin besar tekanan dan durasinya,maka semakin besar pula insidensinya
terbentuknya luka. Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa
tekanan. Tapi pada tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler
akan menurunkan atau menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya.
Jaringan ini menjadi hipoksia sehinggan terjadi cedera iskemi. Jika tekanan ini
lebih besar dari 32 mmHg dan tidak dihilangkan dari tempat yang mengalami
hipoksia, maka pembuluh darah kolaps dan trombosis.
Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit
akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih
berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring diatas kasur
busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit
mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nokrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan
total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang yang
terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus selama
dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor mekanik tambahan yang dapat
memudahkan terjadinya dekubitus :
1. Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah pada
penderita dengan posisi dengan setengah berbaring
2. Faktor terlipatnya kulit akiab gesekan badan yang sangat kurus dengan alas
1
Aliran Darah Ke Jaringan Sekitar Menurun Cedera Iskemia Hipoksia Iskemia Otot
DEKUBITUS
B2 B4
B1 B3 B5 B6
Kerusakan pada
Keseimbangan epidermis, dermis maupun jaringan subcutan
asam dan basa terganggu Perubahan
Hemokosentrasi Kulit Coklat,
temperatur Kulit
Ilius paralitik dan Kemerahan, Hitam
gangguan metabolisme
Veskositas Darah
Hiperventilasi Obstruksi Jaringan Meningkat, Dan Hipovolemia
Hilang
Sebagian la isan kulit Kasar,
Penurunan Hb Permukaan Kusam, Kering
dan Albumin, penurunan BB
Transportasi O2 Menekan Serabut
menurun Penurunan Aliran
Terjadi Luka
Darah Ke Ginjal Kerusakan pada
dermis,epidermi s, dan subcutan
Nyeri Defisit Nutrisi
Pola Nafas Risiko Infeksi Depresi viltrasi
13
2.1.6 Manifestasi Klinis
tanda dan gejala dari ulkus dekubitus di bagi berdasarkan stadium, yaitu
sebagai adalah sebagai berikut :
2.1.6.1 Stadium 1
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan
dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut :
perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), terubahan konsistensi
jaringan (lebih keras atau lunak), perubahan sensasi (gatal atau nyeri), pada orang
yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap.
sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah
yang menetap, biru atau ungu.
2.1.6.2 Stadium 2
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk
lubang yang
2.1.6.3 Stadium 3
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis
dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada pascia. Luka
terlihat seperti lubang yang dalam. nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang
atau tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam
stadium IV dari luka tekan.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun
dapat terjadi pada luka yang superfisial.
1. Infeksi
14
15
16
Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan
mungkin diperlukan.
4) Dekubitus derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula
diserta jaringan nekrotik ; semua langkah-langkah diatas tetap
dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan , sebaba
17
2.2.1.1.2 Keluhan utama : Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
sehingga ia mencari pertolongan. Keluhan yang diungkapkan klien pada
umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada
daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah belakang kepala,
daerah bokong, tumit, bahu, dan daerah pangkal paha yang mengalami
ischemia sehingga terjadi ulkus decubitus.
2.2.1.1.3 Riwayat penyakit sekarang : Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai
kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau
frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan serangan, serta
keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
18
2.2.1.2.2 B2 Blood
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi rate
meningkat.
2.2.1.2.3 B3 Brain
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi
penyakit yang serius.
2.2.1.2.4 B4 Bladder
Tanda : Haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakanototdalam;diuresis(setelahkebocorankapilerdan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
2.2.1.2.5 B5 Bowel
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak
nafsu makan. Kadang disertai penurunan berat badan.
2.2.1.2.6 B6 Bone
19
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
4.4.4 Filibjsl @gpgrlwltlb
2.3.2.4 Defisit Nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun. (D. 0019 Hal
56).
20
dadteanuganjarink gerauns, bs e lrakmu r a n1gx. 7 jam diharapkan Obse1r.vIansdie:tifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
akpaenrawkautalint nyeri klien Kriteria hasil : SLKI (L.08066 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
luka.
SDKI (D.0077 Hal 172). Hal 145) 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
3. Gelisah menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
5. Proses fikir membaik (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6. sPerasaan takut mengalami 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
cedera berulang (5) 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
7. Pola tidur membaik (5) Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353 Hal 316)
2
22
5. Gangguan Citra Tubuh Setelah diberikan asuhan keperawatan Promosi Citra Tubuh. SIKI (I.09305 Hal 258)
Berhubungan Dengan selama 1x7 jam diharapkan citra tubuh Observasi :
Hilangnya Lapisan Kulit, klien meningkat. 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Kecacatan, Nyeri. (D.0083 Kriteria hasil : SLKI (L.09067 hal 19) 2. Identifikasi budaa, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
2
Hal 186). 1. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
meningkat (5) 4. Monitor frekuensi pernyatan kritik terhadap diri sendiri
2. Verbalisasi perasaan negatif 5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
tentang perubahan tubuh menurun Terapeutik :
(5) 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
3. Fokus pada bagian tubuh (5) 2. Diskusikan perubahan penampilan fisik terhadap harga diri
4. Respon nonverbal pada perubahan 3. Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
tubuh membaik (5) 4. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh
5. Hubungan sosial membaik (5) 5. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
6. Menyembunyikan bagian tubuh 6. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
berlebihan (5) tubuh
Edukasi :
1. Jelaskan kepada kleuarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan menggunakan alat bantu
4. Anjurkan menggunakan kelompok pendukung
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6. Latih peningkatan penampilan diri
7. Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain
6. Risiko Infeksi Behubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal 278)
Dengan Ketidakadekuatan selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi Observasi :
Pertahanan Tubuh Primer: klien menurun. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Kerusakan Integritas Kulit Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) Terapeutik :
(D.0142 Hal 304) 1. Demam menurun (5) 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kemerahan menurun (5) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Nyeri menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
4. Bengkak menurun (5) lingkungan pasien
5. Kultur area luka membaik (5) 4. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
24
3.1. PENGKAJIAN
Suku/Bangsa : Dayak
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Hiu putih raya
Tgl MRS : 09 november 2020
Diagnosa Medis : Ulkus Dekubitus
Klien mengatakan ada luka di pinggang. nyeri dirasakan pada bagian pinggang, skala
setelah lama berbaring dan tidak melakukan aktivitas apapun selama berhari-hari
klien merasakan sakit dipinggang nya yang ternyata mengalami luka yang cukup
27
2
besar, Lalu pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri, sulit tidur dan tidak nafsu
makan. Diagnosa medis yang ditetapkan ulkus decubitus. Lalu klien langsung
dirawat diruang bedah untuk perawatan lebih lanjut.
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
Laki-laki Pasien
Perempuan.....................Tinggal Serumah
Hubungan
Meninggal
2. Status Mental :
2
3. Tanda-tanda Vital :
S: 39,50C Axilla, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, TD: 130/90mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Pada perkajian pernafasan bentuk dada simetris, pasien tidak perokok tidak ada
batuk dan tidak terdapat sputum. Saat istirahat dan beraktivitas tipe pernafasan
dada dan perut, pola nafas pasien teratur, suara nafas vesikuler,
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada tidak ada Kram kaki tidak ada Pucat ada pusing ada Clubing finger
tidak ada Sianosis tidak ada Sakit kepala ada Palpitasi tidak ada Pingsan tidak
ada Capillary refill time kurang dari 2 detik Oedema ada di Ekstrimitas atas
Asites tidak ada Ictus Cordis tidak terlihat Vena Jugularis Tidak Meningkat
Suara Jantung normal s1 lub, s2 dub
Keluhan Lainnya: terdapat pus, dan jaringan kulit mati
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Penilaian kesadaran pada Tn.M di dapatkan nilai. GCS : 15 dimana E : 4
(membuka mata spontan), V : 5 (orientasi baik), M : 6 (mengikuti perintah).
Kesadaran Compos Menthis. Pupil isokor reflex cahaya kanan positif dan kiri
positif. Nyeri dibagian luka dipinggang Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I :
(Olfaktrius) klien dapat membedakan bau parfum dengan minyak kayu putih.
Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas. Nervus Kranial
III : (Okulomotorius) pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
3
bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata. Nervus
Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata. Nervus Kranial VI :
(Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral. Nervus Kranial VII :
(Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus Kranial VIII :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada patah tulang, tulang belakang
normal, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ekstremitas atas 5/5 normal,
ekstremitas bawah 2/5 tidak normal. Ada peradangan luka dipinggang klien
Keluhan lainnya : Dari hasil pengkajian fisik, di sekitar luka klien tampak
kemerahan, terdapat pus dan jaringan kulit mati dengan derajad 1.
Masalah Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik, Gangguan intergrtitas
kulit/ jaringan & Resiko infeksi
Pada saat pengkajian ditemukan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi
baik dari obat, makanan kosametik dan lainnya. Suhu kulit teraba panas yaitu,
39,5oC, warna kulit coklat tua, turgor kurang, tekstur kasar, tidak ada tampak
terdapat lesi, terdapat ulkus lokasi luka dipinggang, tidak terdapat jaringan
parut, tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan bentuk kuku
simetris.
Masalah Keperawatan : Hipertermia
2. Nutrisida Metabolisme
TB 160 IMT = BB = 43 = 43 = 16
BB sekarang : 43 Kg TB (m) (1,60)
2 2
26,87
Keluhan lainnya
Tidak ada
Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi
3. Pola istirahat dan tidur
Klien mengatakan pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri yang
dirasakan. Sebelum sakit tidur malam klien sekitar 7-8 jam dan tidur siang
sekitar 1-2 jam, sesudah sakit tidur malam klien sekitar 3-4 jam saja tapi
kadang terbangun dan tidur siang 30 menit.
Masalah Keperawatan : Gangguan Pola tidur
4. Kognitif:
Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan
penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya.
3
Pasien bila ada keluhan hamya istirahat dan bercerita pada keluarganya
Masalah Keperawatan :
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien aktif dalam keyakinannya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Klien sangat kooperatif saat pengobatan, klien juga dapat bekerja sama dengan
petugas kesehatan serta dapat berkomunikasi juga dengan anggota keluarga.
5. Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah keluarga, terutama istri
Mahasiswa
(Kriswanto Ciko)
ANALISIS DATA
P : tekanan mobilitas
Q : kulit panas
R : Pada bagian pinggang Kerusakan pada
S : Skala nyeri 6 epidermis, dermis
T : Nyeri dirasakan setiap maupun jaringan
saat subcutan
Do :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah Obstruksi jaringan
- Posisi luka pada
pinggang ditengah
dengan derajat 1 Menekan serabut
- Nyeri disebabkan luka
dipinggang
- Klien sulit tidur
Nyeri akut
- Nyeri dirasakan setiap
saat
- Skala nyeri 6 (sedang)
- TTV
TD: 130o/90 mmHg.
S : 39,5 C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
penggunaan inkubator
Merangsang saraf
Merangsang
hipotelamus
meningkatkan suhu
3
Hipertemia
dipunggung klien
- Tampak kemerahan kemerahan, hitam
disekitar luka
- Posisi luka berada
tengah panjang luka kasar, permukaan
panjang luka ± 7 cm, kusam, kering
lebar luka ± 8 cm dan
kedalaman luka ± 2 cm
Terdapat pus diluka
kerusakan pada
-
subcutan
Gangguan intergrtitas
kulit/ jaringan
- J J a r in g a n kulit
T T am p a k
ma ti disekitar
k emeran terjadi luka
luka
Resiko infeksi
Gangguan mobilitas
fisik
3
PRIORITAS MASALAH
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Kerusakan Kulit Atau Jaringan Ditandai Dengan Klien Mengeluh Nyeri Klien ta
dHeinpgeratnerkmliaenbtearmhupbauknpguacnatd, eknlgieann minefneuknsij/uckeadnertaanfdisaik— jtarnidnag
4
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : Ruang Sistem Integumen
Diagnosa
No Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1 Nyeri Akut setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui jenis luka atau nyeri
Berhubungan keperawatan selama 1x7 jam durasi, frekuensi, kualitas, yang timbul
Dengan Kerusakan
diharapkan nyeri klien intensitas nyeri
Kulit Atau berkurang. 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan
Jaringan Ditandai Kriteria hasil : klien
Dengan
Klien Mengeluh 3. Identifikasi faktor yang 3. Untuk meminimalisir nyeri
Nyeri Klien tampak 1. Keluhan nyeri menurun memperberat dan memperingan
meringis, Klien (5) nyeri
tampak gelisah, 2. Meringis menurun (5) 4. Identifikasi respon nyeri non 4 Untuk mengetahui tingkat Pemahaman
Posisi luka pada 3. Gelisah menurun (5) verbal klien tentang nyeri
pinggang ditengah 4. Kesulitan tidur 5. Jelaskan penyebab, periode, dan 5. Untuk menambah pengetahuan
dengan derajat 1, menurun (5) pemicu nyeri dan pemahaman klien tentang
Nyeri disebabkan 5. Proses fikir membaik nyeri
luka dipinggang, (5) 6. Berikan tehnik nonfarmakologis
Klien sulit tidur 6. Perasaan takut untuk mengurangi rasa nyeri 6. Untuk mengalihkan rasa sakit dan
Nyeri dirasakan mengalami cedera berulang nyeri klien
setiap saat, (5) 7. Kolaborasi pemberian analgetik,
dengan skala nyeri 7. Pola tidur membaik (5) jika perlu 7. Untuk mengurangi rasa nyeri
6 (sedang) TTV
Tekanan Darah :
130/90 MmHg
dan Nadi :
80x/menit
S : 39,50C, RR : 20
x/M.
42
8 Gangguan Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Untuk meminimalkan terjadinya
Integritas Kulit keperawatan selama 1x7 jam integritas kulit gangguan integritas kulit
Berhubungan diharapkan integritas kulit dan 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 2. Untuk mengurangi penekanan pada
Dengan Kerusakan jaringan klien meningkat baring tubuh klien
Mekanis Dari Kriteria hasil : 3. Anjurkan menggunakan 3. Untuk menjaga kulit klien tetap
Jaringan Sekunder 1. Perfusi jaringan pelembab lembab
Akibat Tekanan meningkat (5) 4. Anjurkan minum air yang 4. Untuk mengindari dehidrasi
Dan Gesekan
cukup
Ditandai Dengan 5. Anjurkan meningkatkan asupan
Klien mengatakan 2. jaringan 5. Untuk menjaga asupan nutrisi klien
nutrisi
mK ernusraukna
n(5)
kulit kering dan 3. Keruskan lapisan kulit
6. Anjurkan menghindari terpapar 6. Untuk menghindari suhu kulit
kemerahan, luka menurun (5)
suhu ekstrim meningkat
dipunggung Posisi 4. Perdarahan menurun
(5) 7. Jelaskan tanda dan gejala 7. Untuk membantu pemaham klien
luka berada
5. Suhu kulit membaik (5) infeksi tentang penyakit
ditengah panjang
luka ± 7 cm, lebar 8. Kolaborasi pemberian 8. Bekerja sama dalam pemeberian
luka ± 8 cm dan antibiotik, jika perlu obat
kedalaman luka ±
2 cm, tampak
kemerahan
disekitar luka.
Terdapat pus pada
luka klien, jaringan
kulit mati.
44
6 Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui tanda dan gejala
Behubungan Dengan keperawatan selama 1x7 jam infeksi lokal dan sistemik terjadinya infeksi
Ketidakadekuatan diharapkan tingkat infeksi 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Agar tidak mengganggu istirahat
Pertahanan Tubuh klien menurun. klien
Primer: Kerusakan Kriteria hasil ; 3. Berikan perawatan kulit pada 3. Mengurangi oedema area luka
Integritas Kulit 1. Demam menurun (5) area edema klien
ditandai dengan 2. Kemerahan menurun (5) 4. Pertahankan tehnik aseptik 4. meminimalkan resiko infeksi pada
klien mengatakan 3. Nyeri menurun (5) pada pasien berisiko tinggi luka
ada luka dipinggang, 4. Bengkak menurun (5)
Posisi luka berada 5. Kultur area luka membaik 5. Jelaskan tanda dan gejala 5. Agar klien mengetahui tanda dan
ditengah panjang (5) infeksi gejala infeksi
luka ± 7 cm, lebar
luka ± 8 cm dan 6. Cuci tangan sebelum dan 6. Untuk menghindari kuman dan
kedalaman luka ± 2 sesudah kontak bakteri menempel ditangan
cm, Terdapat pus 7. Anjurkan meningkatkan 7. Agar tidak mengalami dehidrasi
pada luka klien, asupan cairan
Terdapat jaringan
8. Kolaborasi pemberian 8. Bekerja sama dalam pemberian
kulit mati,
Kemerahan disekitar imunisasi, jika perlu imunisasi
luka.
4
46
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi 1 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk memantau status nutrisi
Berhubungan x 7 jam maka nutrisi klien klien
Dengan penurunan membaik, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi kebutuhan kalori 2. Mengetahui berapa kalori yang
BB dan albumin. Ditandai Dengan Nafsu makan klien menurun, klien
dantampak kurus, Monitor
jenis nutrien Klien tampak mengalami
asupan penurunan
diperlukan
makanan berat badan ditandai dengan berat badan
klien
Berat badan membaik (5) 3. 3. Memonitor bagaimana
Nafsu makan membaik (5) perkembangan nutrisi klien
3. Porsimakananyang4.Monitor berat badan4. Agar tidak terjadi penurunan berat badan
dihabiskan meningkat (5) 5. Menjaga nafsu makanklien tetap baik
5. Berikan suplemen makanan,
bila perlu
43 kg, Klien
tampak tidak nafsu
makan, ditandai
dengan hanya
menghabiskan 1/5
porsi makan yang
di berikan Rumah
Sakit, Albumin
serum klien 2,82
%, Klien
melakukan diit
TKTP, hasil IMT =
16
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : Ruang Sistem Integumen
7 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi toleransi fisik 1. Untuk mengetahui ambulasi
Berhubungan Dengan Nyeri, keperawatan selama 1x7 melakukan ambulasi yang akan dilakukan
Gangguan Integritas Struktur jam diharapkan mobilitas
Tulang Berhubungan Dengan fisik klien meningkat. 2. Monitor frekuensi jantung dan 2. Untuk memantau kondisi
Keterbatasan Gerak Ditandai Kriteria hasil : tekanan darah sebelum memulai klien sebelum dan sesudah
Dengan Klien mengeluh sulit 1. Pergerakan ambulasi ambulasi
menggerakan ektremitasnya, meningkat (5)
Kekuatan otot klien menurun 3. Monitor kondisi umum selama 3. Untuk memastikan kondisi
dengan skala 2 kenormalan 2. Kekuatan otot melakukan ambulasi klien tidak memburuk
kekuatan 25%, Rentang gerak meningkat (5)
4. Fasilitasi aktivitas ambulasi 4. Untuk membantu aktivitas
klien menurun, Gerakan klien 3. Rentang gerak
dengan alat bantu ambulasi klien
terbatas, Fisik klien lemah meningkat (5)
5. Libatkan keluarga untuk 5. Agar keluarga mampu
4. Nyeri menurun (5)
membantu pasien dalam memahami bagaimana klien
5. Gerakan terbatas
meningkatkan ambulasi melakukan ambulasi
menurun (5)
6. Jelaskan tujuan dan prosedur 6. Agar klien dan keluarga
6. Kelemahan fisik
ambulasi tahu tujuan dan prosedur
48
Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Senin, 09 november 3. mengidentifikasi faktor yang memperberat dan S: Klien mengatakan nyeri belum (kriswanto ciko)
2020 memperingan nyeri berkurang
Pukul 10.00 WIB 4. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal O:
5. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Skala nyeri 6
6. Memberikan tehnik nonfarmakologis untuk
Diagnosa 1 - keluhan nyeri klien tidak menurun
Nyerri akut mengurangi rasa nyeri (sebutkan tehniknya) - klien masih sulit tidur
berhubungan dengan 7. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik - klien masih tampak gelisah
kerusakan kulit atau Naproxen
- klien masih tampak meringis
jaringan
- pola tidur belum membaik
1. engidentifikasi
- Klien diberikan nonfarmokologis
lokasi, karakteristik,
berupa terapi musik
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
A: Masalah belum teratasi
2. Mengidentifikasi skala
nyeri
4
50
Tanda tangan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Nama Perawat
Selasa, 10 november 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan S: klien mengatakan kwatir karena (kriswanto ciko)
2020 sistemik masih ada luka dipinggang
Pukul 10.00 WIB 2. Membatasi jumlah pengunjung O:
3. memberikan perawatan kulit pada area edema - Klien menjaga kebersihan
Diagnosa 4 4. Mempertahankan tehnik aseptik pada pasien badannya
Resiko infeksi berisiko tinggi - Kemerahan sekitar luka menurun
berhubungan dengan 5. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - Bengkak sekitar luka menurun
ketidakadekuatan 6. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak - Kultur sekitar area luka membaik
pertahanan primer 7. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan - Cuci tangan dilakukan sebelum
kerusakan integritas 8. Berkolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu dan sesudah betemu dengan pasien
kulit
- Klien mulai memahami tanda dan
gejala infeksi
- Jumlah yang bisa berkunjung 1-2
orang
52
DG iangngousan5p
4. MkMeebliaskinugkan, psurohsue,dmu ar tAi duarntyeargnaynegrgi u
ola tidur
-
nonfarmakalogis
54
Tanda tangan
Hari / Tanggal dan Nama Perawat
Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
(kriswanto ciko)
Rabu, 11 november1. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi S: Klien mengatakan sudah
20202. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah klien sebelum
mendinganmemulai
untuk ambulasi
bergerak O:
Pukul 01.00 WIB Memonitor kondisi umum klien selama melakukan
3. - Pasien terlihat mampu sedikit-dikit
DGiangngousan7 4. aFma sbi luilt a s i aktivitas ambulasi dengan alat bantu- KmKmenkggetau arnakoktoatnkelkiestnremaistiahsnleyma ha
mobilitas fisik berhubungan
5. dengan nyerikeluarga
Melibatkan dan kekuatan untukotot menurun.
membantu Klien dalam- Gerakan masih terbatas meningkatkan ambulasi- Fisik masih lemah Menjelaskan tu
6.
7. Menganjurkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan A : masalah belum teratasi
P : lanjut intervensi 1, 2, 4, 7
5
Hltltlb pgr`gndlbilb K
56
Diagnosa III 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit S: klien masih mengeluh dengan (kriswanto ciko)
2. Mengubah posisi tiap 2 jam saat tirah baring
3. menganjurkan menggunakan pelembab lukanya
O:
4. Menganjurkan minum air yang cukup - Terdapat pus pada luka klien,
5. Mengajurkan menghindari terpapar suhu ekstrim - terdapat jaringan kulit mati
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- terdapat kemerahan disekitar luka
7. Melakukan kolaborasi pemberian Inj. Ceftazeidim
- Suhu kulit sekitar luka hangat
- Klien mulai memahami tanda dan
gejala
- Klien mulai menggunakan
pelembab
5
58
d ip r o g r a m
- m a k a n a n y a ng diberikan (kriswanto ciko)
1 porsi sudah mulai bisa dihabiskan
Diagnosa VII 1. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi S: Klien mengatakan sudah (kriswanto ciko)
2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah klien mendingan untuk bergerak
sebelum memulai ambulasi O:
5
3. Memonitor kondisi umum klien selama melakukan - Pasien terlihat mampu sedikit-
ambulasi dikit menggerakkan
4. Melibatkan keluarga untuk membantu Klien dalam ekstremitasnya
meningkatkan ambulasi - Kekuatan otot klien masih lemah
- Gerakan masih terbatas
- Fisik masih lemah
- Nyeri menurun
Hltltlb pgr`gndlbilb KK
60
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Diagnosa II 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. S : Klien mengatakan suhu badannya (kriswanto ciko)
dehidrasi, terpapar lingkungan panas, pengunaan sudah menurun
incubator) O:
2. Memonitor suhu tubuh - Klien sudah tidak dehidrasi
3. Menganti linen setiap hari atau lebih sering jika - Suhu tubuh 36 C, 0
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebihan) - Linen klien telah diganti
4. Melakukan pendinginan eksternal (mis. selimut - Pedinginan eksternal kompres
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, telah dilakuakn pada pada bagian
dada,abdomen, aksila) dahi klien
5. Berkolabrasi pemberian Nacl 0,9% - Pemberiann cairan intervena
berupa Nacl 0,9% sesuai indikasi
A : Masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Diagnosa III 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit S: klien sudah tidak mengeluh dengan - Klien mulai
2. Mengubah posisi tiap 2 jam saat tirah baring menggunakan
3. menganjurkan menggunakan pelembab lukanya
O:
4. Menganjurkan minum air yang cukup - Pus tidak ada
5. Mengajurkan menghindari terpapar suhu ekstrim - jaringan kulit membaik
6. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
- kemerahan disekitar luka sudah
7. Melakukan kolaborasi pemberian Inj. Ceftazeidim
tidak ada
- Suhu kulit sekitar luka hangat
- Klien mulai memahami tanda dan
gejala
5
(kriswanto ciko)
6
pelembab
- Mencegah terjadinya infeksi saat
melakukan perawatan luka
- Posisi klien dijadwalkan tiap 12
jam sekali
- Pemberian Inj. Ceftazeidim 2g
sesuai indikasi
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Diagnosa IV 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan S: klien mengatakan lukanya sudah
sistemik mulai sembuh
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
S : Klien mengatakan sudah mulai (kriswanto ciko)
Diagnosa V 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur bisa tidur nyenyak
2. Mengidentifikasi faktor penganggu tidur (fisik O:
dan/atau psikologis) - Aktivitas klien bebas dan pola tidur
3. Modifikasi lingkungan (mis. pencahayaan,
62
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
Diagnosa VI Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien S: klien mengatakan nafsu makannya mulai membaik
Memonitor asupan makanan O:
Mengidentifikasi status nutrisi -indeks masa tubuh membaik
Memonitor berat badan
Memberikan suplemen makanan, bila perlu - Nafsu makan klien mulai membaik
-
- kfkrleieknuensimmelaakkaunkmanembdaiket
yang
diprogram
makanan yang diberikan 1 porsi sudah mulai bisa dihabiskan
-
Diagnosa VII 1. mengidentifikasi toleransi fisik melakukan ambulasiS: Klien mengatakan sudah (kriswanto ciko)
6
2. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah klien mendingan untuk bergerak
sebelum memulai ambulasi O:
3. Memonitor kondisi umum klien selama melakukan - Pasien terlihat mampu sedikit-
ambulasi dikit menggerakkan
4. Melibatkan keluarga untuk membantu Klien dalam ekstremitasnya
meningkatkan ambulasi - Kekuatan otot klien masih lemah
- Gerakan masih terbatas
- Klien dibantu keluarganya
melakukan aktivitasnya
- Fisik masih lemah
- Nyeri menurun
P : lanjut intervensi 1, 2,
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kerusakan decubitus adalah kerusakan lokal kulit dan jaringan dibawah kulit
disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut. Luka decubitus
disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada klien.
Tekanan imobilitas yang lama akan mengakibatkan terjaadinya dekubitus, kalau
salah satu bagian tubuh berada pada suatu gradient (titik perbedaan antara dua
tekanan). Luka tekan/berkembang dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam
(top-down) juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia dan
otot walaupun tanpa adanya kerusakan pada permukaan kulit. Pemeriksaan
diagnostik diarahkan terhadap kultur dan albumin serum penatalaksanaan medis
meliputi, perawatan luka decubitus, terafi fisik, terapi obat, terapi diet. Pengkajia
6
kulit dan jaringan yang dilakukan secara teliti dan idetifikasi faktor resiko perlu
dilakukan untuk menemukan peluang terjadinya decubitus.
4.2 Saran
Diharapkan bagi masyarakat mampu menjaga kesehatan bagi masyarakat
mampu mencegah timbulnya masalah kesehatan dan mampu meningkatkan status
kesehatan.
Untuk diagnosa keperawatan dikembangkan berdasarkan data pengkajian
dan juga meliputi penyebab masalah yang dialami klien intervensi dan
implementasi dilakukan sesuai pengkajian dan diagnosa yang tepat. Evaluasi
dalam askep decubitus antara lain keefektifan tindakan, peran anggota keluarga
untuk membantu klien, kepatuhan pengobatan dan pengevaluasi masalah baru
yang kemungkinan muncul
63
DAFTAR PUSTAKA
Ulkus Dekubitus
Oleh :
Kriswanto Ciko
(2018.C.10a.0941)
(SAP)
Topik : Pencegahan Ulkus Dekubitus
Sasaran : Tn. M dan
keluarganya Waktu Pertemuan : 1 x 15
menit
Tanggal : 12 November 2020
Penyuluh : Kriswanto Ciko
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah dilakukan selama 15 menit, pasien dan keluarga dapat memahami dan
menjelaskan tentang. Pencegahan Dekubitus
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan selama 15 menit pasien dan keluarga mampu menjelaskan:
a. Pengertian Dekubitus
b. Faktor penyebab
c.Tanda dan gejala
e. Pencegahan Dekubitus
B. Pokok Bahasan: Pencegahan Dekubitus
D. Metode Pembelajaran
1. virtual
2. Diskusi/Tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Setting Tempat
Kamera (virtual)
G. Pengorganisasian
CI Akademik : Nia Pristina, S.Kep., Ners
H. Kegiatan Penyuluhan
diajukan
Penutup mmenjelaskan kembali Mendengarkan
I. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
1) Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
b. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu mengetahui tentang Systemic Lupus
Erythematosus dan manifestasi klinisnya.
Mahasiswa
(Kriswanto Ciko)
Lampiran
DEKUBITUS
1. DEFINISI
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan
jaringan yang terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar,
penginderaan sensasi nyeri yang berkurang, imobilisai dalam waktu yang lama,
kekurangan nutrisi pada jaringan bawah kulit serta kurangnya monitoring dan
perawatan pada bagian kulit yang tertekan (Ari, PN, 2008)
Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:
a. Faktor Intrinsik
b. Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga
kulit akan menjadi tipis.
c. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan
d. Kemampuan system kardiovaskuler yang menurun dan system
arteriovenosus yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi
kulit secara progresif.
e. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan
insufisiensi kardiovaskular perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler
seperti pada pasien pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah
pada kulit menurun.
f. Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
g. Anemia
h. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan
memperjelek penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan
menyebabkan kadar albumin darah menurun.
i. Penyakit-penyakit neurologic, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh
darah, juga mempermudah dan memperparah dekubitus
j. Keadaan hidrasi atau cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
k. Faktor Ekstrinsik
l. Kebersihan tempat tidur
m. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medic yang
menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga
memudahkan terjadinya dekubitus.
n. Posisi yang tidak tepat
o. perubahan posisi yang jarang dilakukan
3. Faktor Resiko
menurut budiartha (2010) resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada
:
a. orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat lemah
b. orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan
suatu tanda yang normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan
saraf misalnya akibat cedera, stroke, diabetis dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan merasakan nyeri.
c. orang-orang yang mengalami kekureangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki
lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan
sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
d. gesekan dan kerusakan lainya pada lapisan kulit paling luar bisa
menyebabkan terbentguknya ulkus. baju yang terlalu besar atau terlalu
kecil, kerutan pada seprai yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan
cedera pada kulit. Pemaparan oleh kelembaban dalam jangka panjang
(karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit.
4. Manifestasi Klinis
5. Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dan
perbedaan temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus di bagi
menjadi 3 (Budiartha, Putu 2010):
a. Tipe Normal
Mempunyai beda temperature lebih kurang 2,5°C dabandingkan dengan
kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan 6 minggu. Ulkus ini
terjadi karena Iskemia jaringan tempat akibat tekanan, tetapi aliran darah
dan pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.
b. Tipe Arterioskelerosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 °C antara aerahy ulkus dan
kulit sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat
berd s a rk a n d e r a ja t d e k u b it u s y a i t u :
a . D e r aj a t 1 : P e n g a w a s a n t e r p e nting adalah
memberikan perhatian agar tidak meningkat menjadi lebih lanjut dengan
memberikan perubahan posisi minimal 2 jam sekali agar tidak menjadi
lebih parah. Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat
dan sabun, diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali/hari. Tetap
memberikan asupan gizi yang baik sehingga terbentuk jaringan
penyokong yang baik dan