Di SusunOleh :
NIM : 2018.C.10a.0949
NIM : 2018.C.10a.0948
Pembimbing Akademik
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyusun Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengan Diagnosa Medis Pjk
(Penyakit Jantung Koroner) Pada Sistem Kardiovaskuler. Laporan pendahuluan
ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Maria AdelheidEnsia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi NersSTIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Efri Dulie, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Meida sinta.A,S.Kep, Ners selaku kordinator Praktik pra klinik 2 program
study serjana keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
iii
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................47
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................48
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................51
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan pusat dari sistem peredaran darah mahluk hidup. Salah
satunya ada pada manusia yang berfungsi untuk memompakan darah ke berbagai
organ untuk metabolisme hidup manusia. Efisiensi jantung sebagai pemompa
bergantung pada nutrisi dan oksigen yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi pada
arteri koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang
dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial
(Muttaqin, 2014).
World Health Organization WHO (2017) menyatakan ada empat penyakit
tidak menular noncommunicable diseases (NCDs) terbesar yang sering terjadi.
Penyakit tersebut adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal
jantung, payah jantung, hipertensi dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis
dan diabetes. Dari empat penyakit tersebut penyakit kardiovaskuler dengan
diagnosa medis penyakit jantung koroner merupakan permasalahan yang masih
tinggi dan menjadi penyakit pembunuh tertinggi di negara maju dan juga negara
berkembang seperti Indonesia.
Penyakit jantung koroner atau PJK terjadi oleh sebab suplai darah ke otot
jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi) pembuluh darah arteri
koronaria (Wijaya dkk: 4, 2013). Penyakit jantung koroner ini terutama dipicu
dari adanya arterosklerosis yang menimbun lipid serta jaringan fibrosa dalam
arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.
Coronary heart desease (CHD) atau yang disebut PJK, mempengaruhi 16,3
juta jiwa di Amerika Serikat 7,3 juta kasus mengarah pada infark miokard dan 9
juta kasus mengarah pada angina pektoris dalam riset American Heart Assosiation
(Roger et al., 2011).
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Di benua Australia kasus Penyakit Jantung Koroner pada usia kebih dari
60 tahun mewakili 70% kasus dan sudah mengarah ke infark miokardium akut,
61% kasus intervensi koronaria perkutan (percutaneous coronary interventions),
1
2
dan 73% kasus pembedahan tandu pintas arteri koronaria (coronary artery bypass
graft surgery) (Chang, Daly, & Elliott, 2009). Penyakit jantung koroner dapat
terjadi tanpa tanda gejala khusus atau dapat langsung mengarah menuju angina
pectoris, syndrome arteri koroner akut, infark miokard (serangan jantung),
disritmia, gagal jantung, dan bahkan kematian yang tiba-tiba dalam (Lemone,
Burke, & Bauldoff: 909, 2011).
Menurut survey yang dilakukan Kementrian Kesehatan RI Berdasarkan
diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 ribu jiwa orang, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 juta
jiwa orang. 85%-90% pasien yang menderita penyakit jantung koroner pada usia
65 - 74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok
umur 75 tahun.
Solusi yang dapat digunakan sebagai perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada pasien PJK dengan nyeri akut yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Sesuai hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan terhadap keluhan dan segera
dalam memberikan implementasi yang sudah direncanakan dalam asuhan
keperawatan untuk menangani penyakit jantung koroner dan mengevaluasi hasil
dari Asuhan keperawatan yang diberikan. PJK tidak hanya bisa diatasi hanya
dengan tindakan farmakologis tanpa melibatkan intervensi non Farmakologis.
Intervensi non farmakologis ini mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku
kognitif pasien yang ada dalam asuhan keperawatan (Muttaqin, 2014).
Mengingat betapa pentingnya tindakan dalam menanggulangi penyakit
jantung koroner dengan nyeri akut yang dilakukan perawat kepada pasien yang
sedang dirawat atau menjalani program rehabilitasi serta perubahan yang terjadi
pada pasien setelah diberikan asuhan keperawatan. Maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Pjk (Penyakit Jantung
Koroner) Pada Sistem Kardiovaskuler”.
3
pentingnya ini bagi bereka dan mereka mampu untuk meningkatkan derajat
kesehatan mereka.
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri
sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik) (Muttaqin,
2019).
Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas fisik, dll.
5
6
a. Katup atrioventrikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup
atrio-ventrikuler, yaitu :
1. Katup trikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/
atau bikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup
atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel
(kontraksi).
b. Katup semilunar
1. Katup pulmonal
Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan.
2. Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar ini
mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel ke
8
untuk merangsang otot jantung dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan
impuls dimulai dari nodus SA, nodus AV, sampai ke serabut purkinye.
a. SA Node
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran listrik impuls
yang kemudian menggerakkan jantung secara otomatis. Pada keadaan normal,
impuls yang dikeluarkan frekuensinya 60-100 kali/ menit. Respons dari
impuls SA memberikan dampak pada aktivitas atrium. SA node dapat
menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker yang mengeluarkan
impuls secara otomatis. Sel ini dipengarungi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Stimulasi SA yang menjalar melintasi permukaan atrium menuju
nodus AV memberikan respons terhadap adanya kontraksi dari dinding atrium
untuk melakukan kontraksi. Bachman bundle menghantarkan impuls dari
nodus SA ke atrium kiri. Waktu yang diperlukan pada penyebaran impuls SA
ke AV berkisar 0,05 atau 50 ml/ detik.
b. Traktus Internodal
Berfungsi sebagai penghantar impuls dari nodus SA ke Nodus AV. Traktus
internodal terdiri dari :
1. Anterior Tract.
2. Middle Tract.
3. Posterior Tract.
c. Bachman Bundle
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri.
d. AV Node
10
AV node terletak di dalam dinding septum (sekat) atrium sebelah kanan, tepat
diatas katup trikuspid dekat muara sinus koronarius. AV node mempunya dua
fungsi penting, yaitu :
1. Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/ detik, untuk
memungkinkan pengisisan ventrikel selama atrium berkontraksi.
2. Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel.
AV node dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60 kali/ menit.
e. Bundle His
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke sistem bundle
branch.
f. Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Righ bundle branch (RBB/ cabang kanan), untuk mengirim impuls ke otot
jantung ventrikel kanan.
2. Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu deviasi ke
belakang (left posterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium
ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke depan (left
anterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium ventrikel kiri
bagian anterior dan superior.
g. Sistem Purkinye
Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berfungsi untuk menghantarkan/
mengirimkan impuls menuju lapisan sub-endokard pada kedua ventrikel,
sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel
pacemaker di subendokard ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan
frekuensi 20-40 kali/ menit. Pemacupemacu cadangan ini mempunyai fungsi
sangat penting, yaitu untuk mencegah berhentinya denyut jantung pada waktu
pemacu alami (SA node) tidak berfungsi. Depolarisasi yang dimulai pada SA
node disebarkan secara radial ke seluruh atrium, kemudian semuanya bertemu
di AV node. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung selama kira-kira 0,1
detik. Oleh karena hantaran di AV node lambat, maka terjadi perlambatan
kirakira 0,1 detik (perlambatan AV node) sebelum eksitasi menyebar ke
11
kemudian masuk ke atrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi
untuk membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki
atrium kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar
karbon dioksida tinggi antara 40-45%. Setelah beredar melalui kedua paru-
paru, kadar zat oksigen meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar
zat karbon dioksida menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-
paru berlangsung di alveoli, dimana gas oksigen disadap oleh komponen Hb.
Sebaliknya gas karbon dioksida dikeluarkan sebagian melalui udara
pernafasan.
b. Sistem peredaran darah besar
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral/ atau bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau
arteri, yang kemudian di supplai ke seluruh tubuh.
c. Sistem peredaran darah koroner
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem peredaran darah kecil
maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang
kemudian menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan.
Melalui sistem peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen,
nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan
fungsinya (Soeharto, 2012).
2.1.3 Etiologi
Faktor risiko yang mencetuskan PJK dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi :
a) Hipertensi
Hipertensi adalah hasil tekanan darah yang konsisten sistolik ≥ 140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi merusak sel endotel arteri,
kemungkinan disebabkan oleh kelebihan tekanan dan perubahan
karakteristik aliran darah. Kerusakan ini dapat merangsang
perkembangan plak ateroklerotik.
b) Diabetes
Diabetes mempengaruhi endotelium pembuluh darah, berperan pada
proses ateroklerosis. Hiperglikemia dan hiperinsulinemia, perubahan
fungsi trombosit, kenaikan kadar fibrinogen, dan inflamasi juga
berperan pada perkembangan aterosklerosis pada orang diabetes.
c) Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah kadar lemak dan lipoprotein tinggi yang
abnormal. Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah pembawa utama
kolesterol. Kadar tinggi LDL meningkatkan ateroklerosis karena LDL
menyimpan kolesterol pada dinding arteri. Kenaikan trigliserida juga
berperan pada risiko pada PJK.
d) Merokok
Pria perokok mempunyai dua hingga tiga kali risiko mengalami
penyakit jantung disbanding pria bukan perokok; wanita yang perokok
mempunyai risiko hingga empat kalinya. Nikotin membuat kontriksi
arteri, membatasi perfusi jaringan (pengiriman aliran darah dan
oksigen). Lebih lanjut, nikotin mengurangi kadar HDL dan
14
2.1.3.2 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Black & Hawks, 2014).
Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada
usia lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa
menopause, sehingga angka PJK pada wanita setelah menopause dua
atau tiga kali lipat pada usia yang sama sebelum menopause
2.1.4 Klasifikasi
Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
2.1.4.1 Asimtomatik (silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh
nyeri dada baik saat istirahat atau beraktifitas
2.1.4.2 Angina pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5
menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi segmen ST pada
pengukuran EKG,
2.1.4.3 angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu nyeri dada yang berlangsung
bisa lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat istirahat biasanya akan
terdapat deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG,
2.1.4.4 Infark miokard yaitu nyeri dada yang terasa ditekan, diremas berlangsung
selama 30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat
elevasi segmen ST (Potter & Perry, 2010).
2.1.5 Patofisiologi
pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut
sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).
Menurut Saparina (2010) gambaran klinik adanya penyakit jantung koroner dapat
berupa :
a) Angina pectoris
Angina Pectoris merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang
permanen pada miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris adalah
nyeri dada seperti tertekan benda berat atau terasa panas ataupun seperti
diremas. Rasa nyeri sering menjalar kelengan kiri atas atau bawah bagian
medial, keleher, daerah maksila hingga kedagu atau ke punggung, tetapi jarang
menjalar ketangan kanan. Nyeri biasanya berlangsung 1-5 menit dan rasa nyeri
hilang bila penderita istirahat. Angina pectoris juga dapat muncul akibat stres
dan udara dingin. Angina pectoris terjadi berulang- ulang. Setiap kali
keseimbangan antara ketersedian oksigen dengan kebutuhan oksigen
terganggu.
b) Infark Miokardium Akut
Merupakan PJK yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada kasus ini
disertai dengan nekrosis miokardium (kematian otot jantung) akibat gangguan
suplai darah yang kurang. Penderita infark miokardium akut sering didahului
oleh keluhan dada terasa tidak enak (chest discomfort) selain itu penderita
sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
c) Payah jantung
17
Payah jantung disebakan oleh adanya beban volume atau tekanan darah yang
berlebihan atau adanya abnormalitas dari sebagian struktur jantung. Payah
jantung kebanyakan didahului oleh kondisi penyakit lain dan akibat yang
ditimbulkan termasuk PJK. Pada kondisi payah jantung fungsi ventrikel kiri
mundur secara drastis sehingga mengakibatkan gagalnya sistem sirkulasi
darah.
d) Kematian Mendadak penderita
Kematian mendadak terjadi pada 50% PJK yang sebelumnya tanpa diawali
dengan keluhan. Tetapi 20% diantaranya adalah berdasarkan iskemia
miokardium akut yang biasanya didahului dengan keluhan beberapa minggu
atau beberapa hari sebelumnya.
18
WOC PJK PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan otot bahkan
kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara subyektif seperti rasa ditekan
benda berat, ditindih, dan ditusuk.
Penyakit Jantung
Kurangnya Informasi MRS Hospitalisasi Nyeri dada
Kurang Pengetahuan Koroner
Breath (B1) Blood ((B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)
Penyakit jantung Gangguan pompa jantung Gagal pompa ventrikel Penyakit Jantung
Penyempitan pembuluh Gagal pompa
darah arteri koroner koroner kanan Koroner
ventrikel kiri
Hambatan aliran ginjal
Tidak dapat Arteri coroner
Penurunan aliran Arteri coroner megakomodasi darah
Bradikardi/ Gangguan aliran ginjal menyempit
darah kejantung secara normal
takikardi menyempit
Terbatasnya aliran
Penurunan cardiac Aliran ginjal menurun Pembesaran vena darah kejantung
output Perubahan Terbatasnya aliran abdomen
kontraktilitas jantung darah kejantung RAA, Aldosteron, ADH
Kompensasi ventrikel Berkurangnya pasokan O2
meningkat Anoreksi dan mual
kiri menurun ke organ tubuh
Retensi natrium dan air
Sekresi pulmonal Penurunan Curah Nyeri dibagian dada Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
menurun Jantung menelan suplai O2
Nyeri Akut
Kelebihan volume cairan
2.1.7 Komplikasi
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah
komplikasi, seperti:
2.1.7.1 Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup darah.
2.1.7.2 Serangan jantung.
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
2.1.7.3 Gagal jantung.
Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
2.1.7.4 Gangguan irama jantung (aritmia).
Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan
memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi :
2.1.8.1 Elektrokardiografi (EKG)
EKG merupakan alat yang paling penting untuk mengetahui aktifitas
listrik jantung dan mempunyai nilai diagnostik seperti aritmia jantung,
hipertropi atrium, hipertropi ventrikel, iskemia, infark miocard, efek
digitalis dan antiaritmia, serta gangguan keseimbangan elektrolite. Pasien
dengan PJK dapat terjadi ST depresi, gelombang T tinggi bahkan ST
elevasi. ECG harus diulang ketika pasien mengalami chest pain untuk
memonitor secara kontinyu perkembangan ST segmen (Kumar & Clarks,
2012).
2.1.8.2 Biokimia Jantung (Kumar & Clarks, 2012)
a. Troponin
Pada orang normal Troponin tidak akan terdeteksi. Troponin I dan T
merupakan petunjuk adanya cedera atau nekrosis miokardium. Biokimia
ini harus diulang 9-12 jam setelah perawatan karena mempunyai prognosis
resiko kematian sehingga dapat diusahakan medikal terapi terbaik dan
tindakan revaskularisasi lebih awal. Troponin akan meningkat 4 hingga 6
jam setelah cidera miokardium dan akan menetap selama 10 hari.
b. CK-MB
CK-MB merupakan suatu enzim yang dilepaskan saat terjadi cedera otot,
dan petanda paling spesifik pada infark miokardium. Setelah infark akut
CK dan CK-MB meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam dengan kadar
puncak dalam 18-24 jam kembali menurun dan normal setelah 2-3 hari.
c. LDH
LDH adalah sub unit dari otot jantung dan dilepaskan keserum ketika
terjadi kerusakan otot jantung. LDH meningkat 14-24 jam setelah terjadi
kerusakan otot jantung, mencapai puncak 48-72 jam, menurun secara
pelan pelan dan kembali normal.
d. Protein C- reaktif (C-reactive Protein/CRP)
Pada inflamasi akut pada angina tidak stabil menyebabkan peningkatan
CRP.
e. Myoglobin/SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan
hati. AST yang tinggi ditemukan pada Infark Miocardial Akut. Setelah
nyeri dada yang hebat AST meningkat dalam 6 sampai 10 jam dan
mencapai puncak 12-18 jam dan kembali normal dalam waktu 4-6 hari.
2.1.8.3 Treadmill
Treadmill digunakan untuk menilai abnormalitas kardiovaskular pada
keadaan dimana tidak ditemukan kelainan pada saat istirahat.
2.1.8.4 Cardiac Scintigraphy
Cardiac scintigraphy merupakan miocardial perfusi scans, dengan
memasukan zat kontras untuk melihat indikator iskemia yang merupakan
tanda adanya stenosis.
2.1.8.5 Ekokardiografi
Ekokardiografi digunakan untuk menilai anatomi jantung, pembuluh darah
jantung dan fungsi serta hemodinamiknya.
2.1.8.6 Coronary Angiography
Angiography merupakan pemeriksaan invasif menunjukkan gambaran
yang paling akurat untuk jantung dan pembuluh darah seperti terjadinya
stenosis.
2.1.8.7 CT Coronary angiography
Merupakan pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan gambar
tomography digital dari sinat X yang menembus organ digunakan untuk
mendiagnosa coronary artery disease dan sebab lain seperti untuk melihat
pulmonary embolism.
2.1.8.8 Cardiovascular magnetic resonance (MR)
MR digunakan untuk menilai coronary anatomi.
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada pengkajian pada hari Senin 05 Desember 2020, pukul : 13.25 WIB,
Nama klien Ny.K berusia 66 tahun, jenis kelamin Wanita, suku
Jawa/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan petani, pendidikan tamat SMA,
status perkawinan menikah, alamat Jln. Banteng Ujung, Tanggal masuk
Rumah Sakit Palangka Raya pada tanggal 03 desember 2020 dengan diagnose
medis PJK (penyakit Jantung Koroner)
A. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri pada bagian dada kiri. P : Klien mengeluh nyeri
akibat penyakit yang diderita. Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk. R : Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke
tangan kiri. S : skala nyeri 8 (skala 1-10). T : Klien mengatakan nyeri
datang ± 5 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 02 Desember 2020 pada saat dirumah Ny.K mengatakan
dada kiri nya terasa nyeri tetapi klien dan keluarga tidak memiliki
kesadaran untuk membawa ny. K kerumah sakit, sehingga klien hanya
mengoleskan minyak kayu putih diarea yang nyeri lalu klien beristirahat
saja. Pada tanggal 03 Desember 2020 klien mengatakan nyeri di dada kiri
nya terasa menjalar hingga ke tangan kiri sehingga klien dibawa kerumah
sakit oleh keluarganya meggunakan kendaraan pribadi. Sesampainya di
rumah sakit klien dibawa ke UGD dan dilakukan pemeriksaan fisik dan
34
didapatkan TTV TD: 160/80 mmHg, HR: 100x/menit, S: 36°C, RR:
26x/menit, GCS : CM, pasien tampak meringis, pasien dapat melakukan
aktivitas dengan skala ADL=4 (Perawatan mandiri), dilakukan
pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan darah Gula Darah, HDL, LDL,
kolestrol, Ureum, Kreatinin kemudian pasien diberi terapi O2 3L/Menit,
Infus D5 20% tetes/menit, Injeksi Keterolak 3x40 mg, Injeksi OMZ 1x1,
Obat oral : ISDN 3 x 10 mg, ASPILET 3x1, Amlodipin 1x10 mg,
Bisoprolol 1x5 mg, dan Simpastatin 1x1. Direncanakan untuk dilakukan
katerisasi jantung. Lalu dengan persetujuan dari keluarga dan klien
kemudian klien dipindahkan ke ruang perawatan untuk mendapat
perawatan dan pemeriksaa lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ny. K mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak
10 tahun yang lalu dan pasien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti Ny. K dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat
penyakit turunan seperti Asma, kanker, Dll
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Garis Keturunan
= Tinggal Serumah
= Pasien
B. PEMERIKASAAN FISIK
1 Keadaan Umum :
Kesadarn klien compos mentis, pasien tampak meringis, kebersihan
diri baik, klien tampak rapi, terpasang infus D5% 20 tpm dilengan
kanan pasien
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien Compos Menthis, wajah terlihat meringis,
bentuk badan simetris, cara berbaring bebas, berbicara baik dan jelas,
suasana hati tenang, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif Orientasi
waktu klien mengetahui saat pagi, sore dan malam, Orientasi orang
klien mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi Tempat
klien mengetahui bahwa dirinya berada diRumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian Suhu badan klien 36oC Axilla, Nadi 100 x/menit,
Pernapasan 26 x/menit, Tekanan Darah 160/80 mmHg.
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada klien teraba simetris, tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak ada batuk maupun sputum, tidak ada nyeri dada, type
pernapasanan dada dan perut, irama pernapasan teratur, suara nafas
klien vesikuler tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Klien mengatakan nyeri dibagian dada, Capillary refill <2 detik,
pasien tidak pucat, vena jugularis klien tidak mengalami peningkatan,
dan suara jantung klienter dengar normal S1 S2 tunggal lup dup
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi
verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15
(normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya
kanan positif dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olvaktori): Klien dapat mencium bau makanan
dengan baik, Nervus Kranial II (Optik) :Klien kurang dapat melihat
dengan baik, NervusKranial III (Okulomotor) : Releks pupil positif,
dapat menggerakan dan memejamkan mata, Nervus Kranial IV
(Trokeal): Tidak memiliki penglihatan ganda, Nervus Kranial V
(Trigeminal): Dapat mengunyah makanan dengan baik, Nervus
Kranial VI (Abdusen): Dapat melihat kekanan&kekiri dengan bola
mata yang terkendali, Nervus Kranial VII (Fasial) :Dapat merasakan
rasa pahit obat, Wajah simetris, Nervus Kranial VIII (Auditor):Dapat
mendengar dengaan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Dapat
menelan dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus): Cara berbicara baik,
Nervus Kranial XI (Asesori): Klien dapat memalingkan kepala dengan
baik, Nervus Kranial XII (Hipoglosol):Klien dapat menjulurkan lidah
kedepan. Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji
kestablian tubuh positif, Bisep kanan dan kiri skala 5, Trisep kanan
dan kiri skala 5. Brakidioradialis kanan dan kiri skala 5, pattela kanan
da kiri skala 5, Akhiles kanan dan kiri skala 5.
Keluhan lainnya : P : Klien mengeluh nyeri akibat penyakit yang
diderita. Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R :
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke
tangan kiri. S : skala nyeri 8 (skala 1-10). T : Klien mengatakan
nyeri datang ± 5 menit
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine ±250ccml 2-3 x/hr, Warna kekuningan, Bau khas
amoniak, konsistensi urine cair, intake urine klien 700 cc output 250
cc,
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan
ANALISIS DATA
Do :
- Klien tampak Nyeri Akut
meringis
- Skala nyeri 8 (1-10)
- TTV
TD : 160/80 mmHg.
S : 36oC
N : 100 x/menit
RR : 26 x/menit
Intoleransi Aktivitas
47
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut b.d respon penyakit PJK d.d Klien mengeluh nyeri,. Klien
mengeluh nyeri akibat penyakit yang diderita, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke tangan kiri, skala nyeri 8 (skala 1-
10), nyeri datang ± 5 menit, ekspresi klien tampak meringis, TD 1600/80,
Nadi 100x/menit, Suhu 36°C, RR 26x/menit.
2. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan suplai O2 d.d klien
mengatakan kegiatan yang bisa dilakukan terbatas karena klien merasa
sesak nafas, Klien hanya berbaring, Dipsnea, TD 1600/80, Nadi
100x/menit, Suhu 36°C, RR 26x/menit.
3. Defisit Pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi d.d klien tampak
bertanya tentang penyakit dan penyebab penyakit yang dialaminya
49
RENCANA KEPERAWATAN
- RR 26x/menit Viona
Rizky F
54