Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

K DENGAN DIAGNOSA MEDIS PJK (PENYAKIT JANTUNG


KORONER) PADA SISTEM KARDIOVASKULER

Di SusunOleh :

NAMA : VIONA RIZKY FEBRIASESA

NIM : 2018.C.10a.0949

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini disusun oleh :

Nama : Viona Rizky Febriasesa

NIM : 2018.C.10a.0948

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M


Dengan Diagnosa Medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner) Pada
Sistem Kardiovaskuler

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra-klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Asuhan keperawatan ini telah disahkan oleh :

Pembimbing Akademik

Efri Dulie, S. Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyusun Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny. K Dengan Diagnosa Medis Pjk
(Penyakit Jantung Koroner) Pada Sistem Kardiovaskuler. Laporan pendahuluan
ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Maria AdelheidEnsia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi NersSTIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Efri Dulie, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Meida sinta.A,S.Kep, Ners selaku kordinator Praktik pra klinik 2 program
study serjana keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya,05 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


2.1 Konsep penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK).................................5
2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)......................................................5
2.1.2 Anatomi fisiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK).......................................5
2.1.3 Etiologi.........................................................................................................12
2.1.4 Klasifikasi.....................................................................................................15
2.1.5 Patofisiologi..................................................................................................15
2.1.6 Manifestasi klinis..........................................................................................19
2.1.7 Komplikasi....................................................................................................20
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................21
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................22
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................25
2.2.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................25
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................29
2.2.3 Intervensi Keperawatan................................................................................29
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................31
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................32

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................33


3.1 Pengkajian Keperawatan..............................................................................33

iii
3.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................47
3.3 Intervensi Keperawatan................................................................................48
3.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................51
3.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................54

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan pusat dari sistem peredaran darah mahluk hidup. Salah
satunya ada pada manusia yang berfungsi untuk memompakan darah ke berbagai
organ untuk metabolisme hidup manusia. Efisiensi jantung sebagai pemompa
bergantung pada nutrisi dan oksigen yang cukup pada otot jantung. Sirkulasi pada
arteri koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang
dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial
(Muttaqin, 2014).
World Health Organization WHO (2017) menyatakan ada empat penyakit
tidak menular noncommunicable diseases (NCDs) terbesar yang sering terjadi.
Penyakit tersebut adalah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung koroner, gagal
jantung, payah jantung, hipertensi dan stroke), kanker, penyakit pernapasan kronis
dan diabetes. Dari empat penyakit tersebut penyakit kardiovaskuler dengan
diagnosa medis penyakit jantung koroner merupakan permasalahan yang masih
tinggi dan menjadi penyakit pembunuh tertinggi di negara maju dan juga negara
berkembang seperti Indonesia.
Penyakit jantung koroner atau PJK terjadi oleh sebab suplai darah ke otot
jantung berkurang sebagai akibat tersumbatnya (obstruksi) pembuluh darah arteri
koronaria (Wijaya dkk: 4, 2013). Penyakit jantung koroner ini terutama dipicu
dari adanya arterosklerosis yang menimbun lipid serta jaringan fibrosa dalam
arteri koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah.
Coronary heart desease (CHD) atau yang disebut PJK, mempengaruhi 16,3
juta jiwa di Amerika Serikat 7,3 juta kasus mengarah pada infark miokard dan 9
juta kasus mengarah pada angina pektoris dalam riset American Heart Assosiation
(Roger et al., 2011).
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh terganggunya
peredaran darah ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri
koroner. Di benua Australia kasus Penyakit Jantung Koroner pada usia kebih dari
60 tahun mewakili 70% kasus dan sudah mengarah ke infark miokardium akut,
61% kasus intervensi koronaria perkutan (percutaneous coronary interventions),

1
2

dan 73% kasus pembedahan tandu pintas arteri koronaria (coronary artery bypass
graft surgery) (Chang, Daly, & Elliott, 2009). Penyakit jantung koroner dapat
terjadi tanpa tanda gejala khusus atau dapat langsung mengarah menuju angina
pectoris, syndrome arteri koroner akut, infark miokard (serangan jantung),
disritmia, gagal jantung, dan bahkan kematian yang tiba-tiba dalam (Lemone,
Burke, & Bauldoff: 909, 2011).
Menurut survey yang dilakukan Kementrian Kesehatan RI Berdasarkan
diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 ribu jiwa orang, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 juta
jiwa orang. 85%-90% pasien yang menderita penyakit jantung koroner pada usia
65 - 74 tahun yaitu 2,0 persen dan 3,6 persen, menurun sedikit pada kelompok
umur 75 tahun.
Solusi yang dapat digunakan sebagai perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada pasien PJK dengan nyeri akut yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Sesuai hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan terhadap keluhan dan segera
dalam memberikan implementasi yang sudah direncanakan dalam asuhan
keperawatan untuk menangani penyakit jantung koroner dan mengevaluasi hasil
dari Asuhan keperawatan yang diberikan. PJK tidak hanya bisa diatasi hanya
dengan tindakan farmakologis tanpa melibatkan intervensi non Farmakologis.
Intervensi non farmakologis ini mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku
kognitif pasien yang ada dalam asuhan keperawatan (Muttaqin, 2014).
Mengingat betapa pentingnya tindakan dalam menanggulangi penyakit
jantung koroner dengan nyeri akut yang dilakukan perawat kepada pasien yang
sedang dirawat atau menjalani program rehabilitasi serta perubahan yang terjadi
pada pasien setelah diberikan asuhan keperawatan. Maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian tentang “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. M Dengan Diagnosa Medis Pjk (Penyakit Jantung
Koroner) Pada Sistem Kardiovaskuler”.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Pjk
(Penyakit Jantung Koroner)

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Agar penulis mampu berpikir secara tepat dan ilmiah dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan Pjk (Penyakit Jantung Koroner) dengan
menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai
dengan standard keperawatan secara professional.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan diagnosa
medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner)
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada klien dengan diagnosa
medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner)
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada klien dengan diagnosa
medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner)
1.3.2.4 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada klien dengan diagnosa
medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner)
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada klien dengan diagnosa medis
Pjk (Penyakit Jantung Koroner)
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada klien dengan diagnosa
medis Pjk (Penyakit Jantung Koroner)

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Pjk
(Penyakit Jantung Koroner) Untuk Klien Dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami mengenai Pjk (Penyakit Jantung
Koroner) sehingga keluarga dan klien mampu mengetahui betapa
4

pentingnya ini bagi bereka dan mereka mampu untuk meningkatkan derajat
kesehatan mereka.

1.4.2 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)


Institusi mampu mengembangkan dan memperbaiki laporan mengenai Pjk
(Penyakit Jantung Koroner) sehingga mampu mengembangkan ilmu untuk
dibagi kepada institusi/ mahasiswa pada institusi tersebut sehingga dapat
membuat institus semakin berkembang menjadi lebih baik dan lebih bijak.
1.4.3 Untuk IPTEK
IPTEK mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahua di
bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan pada pasien Pjk
(Penyakit Jantung Koroner)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep penyakit Penyakit Jantung Koroner (PJK)
2.1.1 Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu kondisi dimana
ketidakseimbangan antara suplai darah ke otot jantung berkurang sebagai akibat
tersumbatnya pembuluh darah arteri koronaria dengan penyebab tersering adalah
aterosklerosis (Wijaya dkk, 2013).
PJK merupakan gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan
darah dari penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan
nyeri dada terasa tidak nyaman di dada atau dada terasa tertekan berat ketika
sedang mendaki juga pada kerja berat ataupun berjalan terburu- buru pada saat
berjalan datar atau berjalan jauh (RISKESDAS, 2013).

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaaan arteri koroner yang


menyempit dan tersumbat, sehingga menyebabkan aliran darah ke area jantung
yang disuplai arteri tersebut berkurang (Black & Hawks, 2014).

Dapat disimpulkan, PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung


akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang menghambat
suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan
otot bahkan kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh
klien secara subyektif seperti rasa ditekan benda berat, ditindih, dan ditusuk.

2.1.2 Anatomi fisiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri
sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium
(serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik) (Muttaqin,
2019).
Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas fisik, dll.

5
6

Jantung dewasa normal berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit,


menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per detakan, dan keluaran
totalnya sekitar 5 L/ menit (Smeltzer dan Bare, 2012).

Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang


berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut
pericardium, lapisan tengah atau miokardium merupakan lapisan berotot, dan
lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2
ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel.
2.1.1.1 Atrium
a. Atrium kanan, berfungsi sebagai tempat penampungan darah yang
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui
vena cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang
berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel
kanan dan selanjutnya ke paru.
b. Atrium kiri, berfungsi sebagai penerima darah yang kaya oksigen dari
kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir
ke ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
2.1.1.2 Ventrikel (bilik)
Permukaan dalam ventrikel memperlihatkan alur-alur otot yang disebut
trabekula. Beberapa alur tampak menonjol, yang disebut muskulus
papilaris. Ujung muskulus papilaris dihubungkan dengan tepi daun katup
atrioventrikuler oleh serat-serat yang disebut korda tendinae.
7

a. Ventrikel kanan, menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke


paru-paru melalui arteri pulmonalis.
b. Ventrikel kiri, menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan ke
seluruh tubuh melalui aorta. Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat
yang disebut septum ventrikel.

Untuk menghubungkan antara ruang satu dengan yang lain, jantung


dilengkapi dengan katup-katup, diantaranya :

a. Katup atrioventrikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup
atrio-ventrikuler, yaitu :
1. Katup trikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan, serta mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitral/
atau bikuspidalis.
Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri, serta mempunyai 2 buah katup. Selain itu katup
atrioventrikuler berfungsi untuk memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing atrium ke ventrikel pada fase diastole
ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat sistole ventrikel
(kontraksi).
b. Katup semilunar
1. Katup pulmonal
Terletak pada arteri pulmonalis, memisahkan pembuluh ini dari
ventrikel kanan.
2. Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar ini
mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
simetris disertai penonjolan menyerupai corong yang dikaitkan
dengan sebuah cincin serabut. Adapun katup semilunar
memungkinkan darah mengalir dari masingmasing ventrikel ke
8

arteri pulmonalis atau aorta selama sistole ventrikel, dan mencegah


aliran balik waktu diastole ventrikel.
Jantung dipersyarafi oleh serabut simpatis, parasimpatis, dan sistem syaraf
autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf simpatis berasal dari trunkus
simpatikus bagian servical dan torakal bagian atas dan syaraf parasimpatis berasal
dari nervous vagus. Sistem persyarafan jantung banyak dipersyarafi oleh serabut
sistem syaraf otonom (parasimpatis dan simpatis) dengan efek yang saling
berlawanan dan bekerja bertolak belakang untuk mempengaruhi perubahan pada
denyut jantung, yang dapat mempertinggi ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem
syaraf otot.
Serabut parasimpatis mempersyarafi nodus SA, otot-otot atrium, dan nodus
AV melalui nervus vagus. serabut simpatis menyebar keseluruh sistem konduksi
dan miokardium. Stimulasi simpatis (adregenic) juga menyebabkan melepasnya
epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medulla adrenal. Respon jantung
terhadap stimulasi simpatis diperantai oleh pengikatan norepinefrin dan epinefrin
ke reseptor adregenic tertentu; reseptor α terletak pada sel-sel otot polos pembuluh
darah, menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, dan reseptor β yang terletak pada
nodus AV, nodus SA, dan miokardium, menyebabkan peningkatan denyut
jantung, peningkatan kecepatan hantaran melewati nodus AV, dan peningkatan
kontraksi miokardium (stimulasi reseptor ini menyebabkan vasodilatasi).
Hubungan sistem syaraf simpatis dan parasimpatis bekerja untuk
menstabilkan tekanan darah arteri dan curah jantung untuk mengatur aliran darah
sesuai kebutuhan tubuh (Kasron, 2011).
Di dalam otot jantung, terdapat jaringan khusus yang menghantarkan aliran
listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus, yaitu :
a. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan.
b. Irama : pembentukan impuls yang teratur.
c. Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
d. Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan dan teratur
jantung akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem hantar
9

untuk merangsang otot jantung dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan
impuls dimulai dari nodus SA, nodus AV, sampai ke serabut purkinye.

a. SA Node
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan aliran listrik impuls
yang kemudian menggerakkan jantung secara otomatis. Pada keadaan normal,
impuls yang dikeluarkan frekuensinya 60-100 kali/ menit. Respons dari
impuls SA memberikan dampak pada aktivitas atrium. SA node dapat
menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker yang mengeluarkan
impuls secara otomatis. Sel ini dipengarungi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Stimulasi SA yang menjalar melintasi permukaan atrium menuju
nodus AV memberikan respons terhadap adanya kontraksi dari dinding atrium
untuk melakukan kontraksi. Bachman bundle menghantarkan impuls dari
nodus SA ke atrium kiri. Waktu yang diperlukan pada penyebaran impuls SA
ke AV berkisar 0,05 atau 50 ml/ detik.
b. Traktus Internodal
Berfungsi sebagai penghantar impuls dari nodus SA ke Nodus AV. Traktus
internodal terdiri dari :
1. Anterior Tract.
2. Middle Tract.
3. Posterior Tract.
c. Bachman Bundle
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus SA ke atrium kiri.
d. AV Node
10

AV node terletak di dalam dinding septum (sekat) atrium sebelah kanan, tepat
diatas katup trikuspid dekat muara sinus koronarius. AV node mempunya dua
fungsi penting, yaitu :
1. Impuls jantung ditahan selama 0,1 atau 100 ml/ detik, untuk
memungkinkan pengisisan ventrikel selama atrium berkontraksi.
2. Mengatur jumlah impuls atrium yang mencapai ventrikel.
AV node dapat menghasilkan impuls dengan frekuensi 40-60 kali/ menit.
e. Bundle His
Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari nodus AV ke sistem bundle
branch.
f. Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang menjadi dua bagian,
yaitu :
1. Righ bundle branch (RBB/ cabang kanan), untuk mengirim impuls ke otot
jantung ventrikel kanan.
2. Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu deviasi ke
belakang (left posterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium
ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke depan (left
anterior vesicle), menghantarkan impuls ke endokardium ventrikel kiri
bagian anterior dan superior.
g. Sistem Purkinye
Merupakan bagian ujung dari bundle branch. Berfungsi untuk menghantarkan/
mengirimkan impuls menuju lapisan sub-endokard pada kedua ventrikel,
sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-sel
pacemaker di subendokard ventrikel dapat menghasilkan impuls dengan
frekuensi 20-40 kali/ menit. Pemacupemacu cadangan ini mempunyai fungsi
sangat penting, yaitu untuk mencegah berhentinya denyut jantung pada waktu
pemacu alami (SA node) tidak berfungsi. Depolarisasi yang dimulai pada SA
node disebarkan secara radial ke seluruh atrium, kemudian semuanya bertemu
di AV node. Seluruh depolarisasi atrium berlangsung selama kira-kira 0,1
detik. Oleh karena hantaran di AV node lambat, maka terjadi perlambatan
kirakira 0,1 detik (perlambatan AV node) sebelum eksitasi menyebar ke
11

ventrikel. Pelambatan ini diperpendek oleh perangsangan saraf simpatis yang


menuju jantung dan akan memanjang akibat perangsangan vagus. Dari puncak
septum, gelombang depolarisasi menyebar secara cepat di dalam serat
penghantar purkinye ke semua bagian ventrikel dalam waktu 0,08-0,1 detik.
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal
dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistole, dan diastole.
Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah dikeluarkan dari
jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel dan kontraksi atrium,
dimana terjadi pengisian darah dari atrium ke ventrikel.
a. Periode sistole (periode kontriksi)
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana bagian ventrikel dalam
keadaan menguncup. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan
tertutup, dan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri
pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan mengalir ke arteri
pulmonalis, dan masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan. Darah dari ventrikel
kiri mengalir ke aorta dan selanjutnya beredar keseluruh tubuh.
b. Periode diastole (periode dilatasi)
Periode diastole adalah suatu keadaan dimana jantung mengembang. Katup
bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga darah dari
atrium kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan masuk ke
ventrikel kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru kiri kanan
melalua vena pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah dari seluruh
tubuh melalui vena cava superior dan inferior masuk ke atrium kanan.
c. Periode istirahat
Adalah waktu antara periode diastole dengan periode sistole dimana jantung
berhenti kira-kira sepersepuluh detik (Kasron, 2011).
Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dalam setiap organ ataupun jaringan
maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran darah tubuh,
secara garis besar terdiri dari tiga sistem, yaitu :
a. Sistem peredaran darah kecil
Dimulai dari ventrikel kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui arteri
pulmonal untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida
12

kemudian masuk ke atrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi
untuk membersihkan darah yang setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki
atrium kanan dengan kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar
karbon dioksida tinggi antara 40-45%. Setelah beredar melalui kedua paru-
paru, kadar zat oksigen meningkat menjadi sekitar 96% dan sebaliknya kadar
zat karbon dioksida menurun. Proses pembersihan gas dalam jaringan paru-
paru berlangsung di alveoli, dimana gas oksigen disadap oleh komponen Hb.
Sebaliknya gas karbon dioksida dikeluarkan sebagian melalui udara
pernafasan.
b. Sistem peredaran darah besar
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
katup mitral/ atau bikuspidal, untuk kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau
arteri, yang kemudian di supplai ke seluruh tubuh.
c. Sistem peredaran darah koroner
Sistem peredaran darah koroner berbeda dengan sistem peredaran darah kecil
maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang
kemudian menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan.
Melalui sistem peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen,
nutrisi, serta zat-zat lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan
fungsinya (Soeharto, 2012).

2.1.3 Etiologi

Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,


penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem
pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian
(Hermawatirisa, 2014).
13

Faktor risiko yang mencetuskan PJK dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi :

2.1.3.1 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

a) Hipertensi
Hipertensi adalah hasil tekanan darah yang konsisten sistolik ≥ 140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi merusak sel endotel arteri,
kemungkinan disebabkan oleh kelebihan tekanan dan perubahan
karakteristik aliran darah. Kerusakan ini dapat merangsang
perkembangan plak ateroklerotik.
b) Diabetes
Diabetes mempengaruhi endotelium pembuluh darah, berperan pada
proses ateroklerosis. Hiperglikemia dan hiperinsulinemia, perubahan
fungsi trombosit, kenaikan kadar fibrinogen, dan inflamasi juga
berperan pada perkembangan aterosklerosis pada orang diabetes.
c) Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah kadar lemak dan lipoprotein tinggi yang
abnormal. Lipoprotein densitas rendah (LDL) adalah pembawa utama
kolesterol. Kadar tinggi LDL meningkatkan ateroklerosis karena LDL
menyimpan kolesterol pada dinding arteri. Kenaikan trigliserida juga
berperan pada risiko pada PJK.
d) Merokok
Pria perokok mempunyai dua hingga tiga kali risiko mengalami
penyakit jantung disbanding pria bukan perokok; wanita yang perokok
mempunyai risiko hingga empat kalinya. Nikotin membuat kontriksi
arteri, membatasi perfusi jaringan (pengiriman aliran darah dan
oksigen). Lebih lanjut, nikotin mengurangi kadar HDL dan
14

meningkatkan agregasi trombosit, meningkatkan risiko pembentukan


thrombus.
e) Obesitas
Obesitas umumnya didefinisikan sebaga indeks massa tubuh (IMT) 30
kg/m2 atau lebih dan distribusi lemak yang mempengaruhi risiko PJK.
Orang yang obes mempunyai risiko hipertensi, diabetes, dan
hyperlipidemia yang lebih tinggi dibanding dengan yang nornal.
f) Kurang aktifitas fisik
Kurang aktifitas fisik dikaitkan dengan risiko PJK yang lebih tinggi.
Manfaat latihan pada kardiovaskular mencakup peningkatan
ketersediaan oksigen ke otot jantung, penurunan kebutuhan oksigen dan
beban kerja jantung, serta peningkatan fungsi miokardium dan stabilitas
listrik. Efek positif lain dari aktifitas fisik teratur mencakup oenurunan
tekanan darah, lemak darah, kadar insulin, agregasi trombosit, dan berat
badan.
g) Diet
Diet adalah faktor risiko PJK terutama supan lemak dan kolesterol
secara bebas. Diet banyak buah, sayur, gandum utuh, dan asam
lemaktidak jenuh tampak mempunyai efek perlindungan untuk
mencegah penyakit PJK.

2.1.3.2 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (Black & Hawks, 2014).

a) Keturunan (termasuk ras)


Anak-anak dari orang tua yang memiliki penyakit jantung memiliki
risiko PJK yang lebih tinggi. Peningkatan risiko ini terkait dengan
predisposisi genetik pada hipertensi, peningkatan lemak darah, diabetes
dan obesitas yang meningkatkan risiko PJK.
b) Pertambahan usia
Usia mempengaruhi risiko dan keparahan PJK. PJK simtomatis
tampaknya lebih banyak pada orang berusia lebih dari 40 tahun, 4 dari 5
orang yang meninggal karena PJK berusia 65 tahun atau lebih.
c) Jenis kelamin
15

Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada
usia lebih muda, risiko pada wanita meningkat signifikan pada masa
menopause, sehingga angka PJK pada wanita setelah menopause dua
atau tiga kali lipat pada usia yang sama sebelum menopause

2.1.4 Klasifikasi
Pada PJK klasifikasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
2.1.4.1 Asimtomatik (silent myocardial ischemia) yang tidak pernah mengeluh
nyeri dada baik saat istirahat atau beraktifitas
2.1.4.2 Angina pektoris stabil (STEMI) terdapat yaitu nyeri yang berlangsung 1-5
menit dan hilang timbul dan biasanya terdapat depresi segmen ST pada
pengukuran EKG,
2.1.4.3 angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) yaitu nyeri dada yang berlangsung
bisa lebih dari lima menit dan terjadi bisa pada saat istirahat biasanya akan
terdapat deviasi segmen ST pada rekaman hasil EKG,
2.1.4.4 Infark miokard yaitu nyeri dada yang terasa ditekan, diremas berlangsung
selama 30 menit atau bahkan lebih biasanya hasil rekaman EKG terdapat
elevasi segmen ST (Potter & Perry, 2010).

2.1.5 Patofisiologi

Perkembangan PJK dimulai dari penyumbatan pembuluh jantung oleh plak


pada pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah pada awalnya disebabkan
peningkatan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah berlebihan dan
menumpuk pada dinding arteri sehingga aliran darah terganggu dan juga dapat
merusak pembuluh darah (Al fajar, 2015).

Penyumbatan pada pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh


penumpukan lemak disertai klot trombosit yang diakibatkan kerusakan dalam
pembuluh darah. Kerusakan pada awalnya berupa plak fibrosa pembuluh darah,
namun selanjutnya dapat menyebabkan ulserasi dan pendarahan di bagian dalam
16

pembuluh darah yang menyebabkan klot darah. Pada akhirnya, dampak akut
sekaligus fatal dari PJK berupa serangan jantung (Naga, 2012).

Pada umumnya PJK juga merupakan ketidakseimba ngan antara penyedian


dan kebutuhan oksigen miokardium. Penyediaan oksigen miokardium bisa
menurun atau kebutuhan oksigen miokardium bisa meningkat melebihi batas
cadangan perfusi koroner peningkatan kebutuhan oksigen miokardium harus
dipenuhi dengan peningkatan aliran darah. gangguan suplai darah arteri koroner
dianggap berbahaya bila terjadi penyumbatan sebesar 70% atau lebih pada
pangkal atau cabang utama arteri koroner. Penyempitan <50% kemungkinan
belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung kepada
beratnya arteriosklerosis dan luasnya gangguan jantung (Saparina, 2010).

Menurut Saparina (2010) gambaran klinik adanya penyakit jantung koroner dapat
berupa :

a) Angina pectoris
Angina Pectoris merupakan gejala yang disertai kelainan morfologik yang
permanen pada miokardium. Gejala yang khas pada angina pectoris adalah
nyeri dada seperti tertekan benda berat atau terasa panas ataupun seperti
diremas. Rasa nyeri sering menjalar kelengan kiri atas atau bawah bagian
medial, keleher, daerah maksila hingga kedagu atau ke punggung, tetapi jarang
menjalar ketangan kanan. Nyeri biasanya berlangsung 1-5 menit dan rasa nyeri
hilang bila penderita istirahat. Angina pectoris juga dapat muncul akibat stres
dan udara dingin. Angina pectoris terjadi berulang- ulang. Setiap kali
keseimbangan antara ketersedian oksigen dengan kebutuhan oksigen
terganggu.
b) Infark Miokardium Akut
Merupakan PJK yang sudah masuk dalam kondisi gawat. Pada kasus ini
disertai dengan nekrosis miokardium (kematian otot jantung) akibat gangguan
suplai darah yang kurang. Penderita infark miokardium akut sering didahului
oleh keluhan dada terasa tidak enak (chest discomfort) selain itu penderita
sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
c) Payah jantung
17

Payah jantung disebakan oleh adanya beban volume atau tekanan darah yang
berlebihan atau adanya abnormalitas dari sebagian struktur jantung. Payah
jantung kebanyakan didahului oleh kondisi penyakit lain dan akibat yang
ditimbulkan termasuk PJK. Pada kondisi payah jantung fungsi ventrikel kiri
mundur secara drastis sehingga mengakibatkan gagalnya sistem sirkulasi
darah.
d) Kematian Mendadak penderita
Kematian mendadak terjadi pada 50% PJK yang sebelumnya tanpa diawali
dengan keluhan. Tetapi 20% diantaranya adalah berdasarkan iskemia
miokardium akut yang biasanya didahului dengan keluhan beberapa minggu
atau beberapa hari sebelumnya.
18
WOC PJK PJK merupakan suatu penyakit pada organ jantung akibat penimbunan plak berupa lipid atau jaringan fibrosa yang
menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke bagian otot jantung sehingga menimbulkan kelelahan otot bahkan
kerusakan yang biasanya diproyeksikan sebagai rasa tidak enak oleh klien secara subyektif seperti rasa ditekan
benda berat, ditindih, dan ditusuk.

Etiologi: Manifestasi Klinis: Pemeriksaan Penunjang:


Hipertensi, Merokok, Obesitas, Kurang aktifitas 1. Nyeri dada 1. Elektrokardiografi (EKG)
fisik, Keturunan (termasuk ras), Pertambahan usia 2. Perubahan pola EKG 2. Biokimia Jantung
3. Sesak napas 3. Treadmill
Penyempitan atau penyumbatan 4. Diaphoresis 4. Cardiac Scintigraphy
pembuluh darah tersebut dapat 5. Pusing 5. Ekokardiografi
menghentikan aliran darah ke otot 6. Kelelahan 6. Coronary Angiography
jantung yang sering ditandai dengan 7. CT Coronary angiography
terpisah /terlepas nya epitel pigmen dan retina sensorik dalam retina.
nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah
dapat hilang. Penglihatan menurun

Penyakit Jantung
Kurangnya Informasi MRS Hospitalisasi Nyeri dada
Kurang Pengetahuan Koroner

Breath (B1) Blood ((B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)

Penyakit jantung Gangguan pompa jantung Gagal pompa ventrikel Penyakit Jantung
Penyempitan pembuluh Gagal pompa
darah arteri koroner koroner kanan Koroner
ventrikel kiri
Hambatan aliran ginjal
Tidak dapat Arteri coroner
Penurunan aliran Arteri coroner megakomodasi darah
Bradikardi/ Gangguan aliran ginjal menyempit
darah kejantung secara normal
takikardi menyempit
Terbatasnya aliran
Penurunan cardiac Aliran ginjal menurun Pembesaran vena darah kejantung
output Perubahan Terbatasnya aliran abdomen
kontraktilitas jantung darah kejantung RAA, Aldosteron, ADH
Kompensasi ventrikel Berkurangnya pasokan O2
meningkat Anoreksi dan mual
kiri menurun ke organ tubuh
Retensi natrium dan air
Sekresi pulmonal Penurunan Curah Nyeri dibagian dada Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
menurun Jantung menelan suplai O2
Nyeri Akut
Kelebihan volume cairan

Pola Nafas Tidak Resiko


Efektif Defisit Nutrisi Intoleransi
ketidakseimbangan
Aktivitas
20

2.1.6 Manifestasi klinis


Meski kebanyakan penderita PJK mempunyai masalah pokok yang sama,
yaitu penyempitan arteri koronia, namun gejala yang timbul tidak sama. Gejala-
gejala penyakit jantung korner antara lain:
Manifestasi klinik yang biasa terjadi pada kasus PJK (Penyakit Jantung Koroner)
meliputi:
2.1.6.1 Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian
bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul.
Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang
tajam dan berat, biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri.
Tidak seperti nyeri angina, nyeriini muncul secara spontan (bukan setelah
kerja berat atau gangguan emosi) danmenetap selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan tidak akan hilang denganistirahat maupunnitrogliserin.
Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
2.1.6.2 Perubahan pola EKG
Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST.
Gelombang Tinverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan
nekrosis. Distrimia dan Blok Jantung. Disebabkan kondisi yang
mempengaruhi sensitivitassel miokard ke impuls saraf seperti iskemia,
ketidakseimbangan elektrolit dan stimulus sarat simpatis dapat berupa
bradikardi, takikardi, premature ventrikel,contraction (ventrikel ekstra
systole), ventrikel takikardi dan ventrikel fibrilasi
2.1.6.3 Sesak napas
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung
tidakmampu memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru
juga berkurang.
2.1.6.4 Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
2.1.6.5 Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa
memompa darahke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
2.1.6.6 Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat
penyempitan pembuluh darah.
2.1.6.7 Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada
dan didaerah perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana
yang bermasalah. Nyeri pada ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area
infark merangsang refleksvasofagal

2.1.7 Komplikasi
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah
komplikasi, seperti:
2.1.7.1 Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup darah.
2.1.7.2 Serangan jantung. 
Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot
jantung.
2.1.7.3 Gagal jantung. 
Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan
jantung.
2.1.7.4 Gangguan irama jantung (aritmia). 
Kurangnya suplai darah ke jantung atau kerusakan pada jantung akan
memengaruhi impuls listrik jantung, sehingga memicu aritmia.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik meliputi :
2.1.8.1 Elektrokardiografi (EKG)
EKG merupakan alat yang paling penting untuk mengetahui aktifitas
listrik jantung dan mempunyai nilai diagnostik seperti aritmia jantung,
hipertropi atrium, hipertropi ventrikel, iskemia, infark miocard, efek
digitalis dan antiaritmia, serta gangguan keseimbangan elektrolite. Pasien
dengan PJK dapat terjadi ST depresi, gelombang T tinggi bahkan ST
elevasi. ECG harus diulang ketika pasien mengalami chest pain untuk
memonitor secara kontinyu perkembangan ST segmen (Kumar & Clarks,
2012).
2.1.8.2 Biokimia Jantung (Kumar & Clarks, 2012)
a. Troponin
Pada orang normal Troponin tidak akan terdeteksi. Troponin I dan T
merupakan petunjuk adanya cedera atau nekrosis miokardium. Biokimia
ini harus diulang 9-12 jam setelah perawatan karena mempunyai prognosis
resiko kematian sehingga dapat diusahakan medikal terapi terbaik dan
tindakan revaskularisasi lebih awal. Troponin akan meningkat 4 hingga 6
jam setelah cidera miokardium dan akan menetap selama 10 hari.
b. CK-MB
CK-MB merupakan suatu enzim yang dilepaskan saat terjadi cedera otot,
dan petanda paling spesifik pada infark miokardium. Setelah infark akut
CK dan CK-MB meningkat dalam waktu 4 hingga 6 jam dengan kadar
puncak dalam 18-24 jam kembali menurun dan normal setelah 2-3 hari.
c. LDH
LDH adalah sub unit dari otot jantung dan dilepaskan keserum ketika
terjadi kerusakan otot jantung. LDH meningkat 14-24 jam setelah terjadi
kerusakan otot jantung, mencapai puncak 48-72 jam, menurun secara
pelan pelan dan kembali normal.
d. Protein C- reaktif (C-reactive Protein/CRP)
Pada inflamasi akut pada angina tidak stabil menyebabkan peningkatan
CRP.
e. Myoglobin/SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan
hati. AST yang tinggi ditemukan pada Infark Miocardial Akut. Setelah
nyeri dada yang hebat AST meningkat dalam 6 sampai 10 jam dan
mencapai puncak 12-18 jam dan kembali normal dalam waktu 4-6 hari.
2.1.8.3 Treadmill
Treadmill digunakan untuk menilai abnormalitas kardiovaskular pada
keadaan dimana tidak ditemukan kelainan pada saat istirahat.
2.1.8.4 Cardiac Scintigraphy
Cardiac scintigraphy merupakan miocardial perfusi scans, dengan
memasukan zat kontras untuk melihat indikator iskemia yang merupakan
tanda adanya stenosis.
2.1.8.5 Ekokardiografi
Ekokardiografi digunakan untuk menilai anatomi jantung, pembuluh darah
jantung dan fungsi serta hemodinamiknya.
2.1.8.6 Coronary Angiography
Angiography merupakan pemeriksaan invasif menunjukkan gambaran
yang paling akurat untuk jantung dan pembuluh darah seperti terjadinya
stenosis.
2.1.8.7 CT Coronary angiography
Merupakan pemeriksaan diagnostik yang menghasilkan gambar
tomography digital dari sinat X yang menembus organ digunakan untuk
mendiagnosa coronary artery disease dan sebab lain seperti untuk melihat
pulmonary embolism.
2.1.8.8 Cardiovascular magnetic resonance (MR)
MR digunakan untuk menilai coronary anatomi.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Beragam teknik telah dikembangkan untuk membuka pembuluh darah dan
mengembalikan aliran darah melalui arteri koroner seperti percutaneous
coronary intervention (PCI), percutaneous transluminal coronary
angioplasty (PTCA), dan tindakan bedah seperti coronary artery bypass
graft (CABG) (Black & Hawks, 2014).
2.1.9.1 Farmakologi
a) Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin)
diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara
pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu.
b) Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan
menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti
menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai
efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai
oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual,
kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
c) Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan
diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
d) Rombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut
adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi/Reperfusi). Hal ini didasari oleh proses
patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan atau trombosis dari arteri
koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan
obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue
plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated
plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain
urokinase-type plasminogen activator). Pemberian trombolitik terapi
sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark.
Terapi ini masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan
infark.
e) Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung
sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu
betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia.
2.1.9.2 Non-farmakologi
a) Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok.
b) Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena :
1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
2. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
3. Menurunkan tekanan darah
4. Meningkatkan kesegaran jasmani
5. Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan
hiperkolesterolemia. Tujuannya untuk menjaga pola makan gizi
seimbang, makan makanan yang dapat menurunkan kadar kolesterol
dengan menerapkan diet rendah lemak (Rahman, 2007).
6. Terapi diet pada PJK yang merupakan panduan dalam masalah
kesehatan kardiovaskuler yang telah diikuti secara luas adalah dari
AHA dan NCEP. Terapi diet ini secara khusus bertujuan untuk
memperbaiki profil lemak darah pada batas-batas normal. Terapi diet
dasar atau tingkat 1 dapat menurunkan ≥ 10% dari total kalori
berasal dari asam lemak tidak jenuh majemuk (poly-unsaturated faty
acid). bila kadar total kolesterol darah turun 10% atau lebih dan
memenuhi batas yang ditargetkan, diet telah dianggap berhasil dan
perlu dipertahankan. Namun, apabila penurunan < 10%, diet
dilanjutkan ke tingkat 2 selama 8-10 minggu, dan pada akhir
c) dilakukan tes darah. Bila hasilnya belum juga mencapai sasaran,
mungkin sekali tubuh tidak cukup responsif terhadap diet dan individu
perlu berkonsultasi dengan dokter mengenai kemungkian pemakaian
obat (Sudoyo, et all 2011 ; Rahman, 2013).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian menurut Wiwik dan Sulistyo (2018) antara lain :
1. Data subjektif
a. Identitas Klien : Nama klien, nomor RM, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal MRS, diagnosa medis:
diagnosa medis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang, tidak bisa
hanya dengan manifestasi klinik yang ada, tanggal engkajian, jam pengkajian
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
a) Ptekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat pendarahan dibawah kulit,
keluarnya darah dari pembuluh darah ke dermis, dan ruam tidak memucat
bila ditekan. Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika ditekan.
Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura. Petekie ditemukan bila jumlah
trombosit < 30.000/mm3.
b) Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan gejala ini terjadi
mendadak pada penderita ITP. Ekimosis yang bertambah dan perdarahan
yang lama akibat trauma ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.
c) Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm.
Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi
cairan serosa di atas dermis.
d) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih, genital,
respirasi)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan dari hidung
yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya kelainan lokal pada
rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dari
tubuh.
b) Menoragia
Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau berkepanjangan
(abnormal), periode inilah yang menyebabkan kehilangan banyak darah dan
dapat juga disertai kram.
c) Malaise
Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu makan
menurun dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan dapat terjadi dengan
atau tanpa disertai saat pendarahan terjadi akibat
kekurangan suplai darah tidak seimbang dengan kebutuhan.
d) Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan
perdarahan haid dalam jumlah yang melebihi 80 ml.
Sedangkan metroragia yaitu terjadinya perdarahan berupa bercak bercak
diluar siklus haid.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan satu atau beberapa
obat penyebab trombositopenia (heparin, kuinidin, kuinin, antibiotik yang
mengandung sulfa, beberapa obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin).
4) Riwayat penyakit keluarga
ITP juga memiliki kecenderungan genetik pada kembar monozigot dan pada
beberapa keluarga, serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri akibat kelemahan, sehingga
menimbulkan masalah kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang
serius akibat infeksi.
2) Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, dan sering terjadi
pendarahan pada saluran pencernaan.
3) Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi akut karena asupan nutrisi
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal.
Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering
dihadapi klien.
4) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang sering terjadi.
5) Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan otot, kelelahan, nyeri akan
mempengaruhi aktifitas pada penderita ITP.
6) Pola persepsi diri
Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi, ketakutan dan mudah
terangsang, perasaan tidak berdaya dan tidak punya harapan untuk sembuh.
7) Pola kognitif perseptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca indra
penglihatan dan pendengaran akibat dari efek samping obat pada saat dalam
tahap penyembuhan.
8) Pola toleransi koping stress
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan keluarga pada
klien.
9) Pola reproduksi seksual Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas
pada penderita ITP.
10) Pola hubungan peran
Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan interpersonal karena klien
dengan ITP dikenal sebagai penyakit yang menakutkan.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan yang
hebat atau penderita tampak kurang sehat.
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Penderita dalam kelemahan, composmentis, apatis, stupor, somnolen, soporo
coma dan coma. Penilaian GCS sangat penting untuk diperhatikan.
Tanda vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea, dyspnea, tekanan darah
sistolik meningkat dengan diastolik normal.
b. Pemeriksaan Fisik (B1-B6)
Breathing (B1)
Inspeksi: Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung darah, terjadi
pendarahan spontan pada hidung
Palpasi : Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan
buruk karena pendarahan pada saluran respirasi
Perkusi : Suara paru sonor atau pekak
Auskultasi : Adanya suara napas tambahan whezing atau ronchi yang muncul
akibat dari komplikasi gejala lain.
Blood (B2)
Inspeksi : Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma dan Sianosis
akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit, purpura.
Palpasi : Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama dan kualitas
denyut nadi, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba. Takikardi,
adanya petekie pada permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia
kompensasi).
Perkusi : Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
Auskultasi : Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi peningkatan
sistolik, namun normal pada diastolik.
Brain (B3)
Inspeksi : Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan tingkat
kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.
Bladder (B4)
Inspeksi: Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-
sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di
suatu tempat di sepanjang saluran kemih.
Palpasi : Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi
sebagai bentuk komplikasi
Bowel (B5)
Inspeksi : Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan nafsu makan,
dan peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa. Adanya
hematemesis dan melena.
Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada saluran
cerna
Perkusi: Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam abdomen
Auskultasi: Terdengar bising usus menurun (normal 5-12x/menit).
Bone (B6)
Inspeksi: Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas
mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan.
Toleransi terhadap aktivitas sangat rendah.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Nyeri Akut b.d respon penyakit PJK D.0077) hal. 172
2.2.2.2 Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2 (D.0056) hal. 128
2.2.2.3 Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi (D.0111) hal. 246

2.2.3 Intervensi Keperawatan


2.2.3.1 Intervensi 4 Nyeri Akut b.d respon penyakit PJK
Kriteria hasil :
1. Tidak tampak meringis
2. Tidak gelisah
3. Tidak ada nyeri
Rencana tindakkan:
1. Identifikasi Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
Rasional : Untuk mengetahui seberapa berat tingkat nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Rasional : mengetahui berapa skala nyeri yang dirasakan
3. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : mengetahui factor penyebab terjadinya nyeri
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Rasional : mengetahui apakah ada reaksi alergi
5. Fasilitas istirahat dan tidur
Rasional : Memberi rasa nyaman bagi klien
6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Rasional : Klien tahu apa penyebab dari nyeri yang diderita
7. Jelaskan Strategi meredakan nyeri
Rasional : Pasien tahu bagaimana strategi meredakan nyeri yang
diderita.
8. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Rasional : pasien bisa melakukan teknik nonfarmakologis untuk
meredakan nyeri secara mandiri.
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Rasional : Analgetik mampu meredakan nyeri
2.2.3.2 Intervensi 2 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2
Kriteria hasil:
1. Pasien mampu beraktivitas tanpa cepat kelelahan dalam 3 hari
2. Pasien mampu beraktivitas tanpa sesak nafas dalam 4 hari
Rencana tindakkan
1. monitor kelelahan fisik dan emosional
Rasional : Mengetahui faktor penyebab kelelahan fisik dan emosional
pasien
2. Monitor pola dan jam tidur
Rasional : Mengetahui pola dan jam tidur pasien
3. lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : Mempermudah aktivitas gerak tubuh pasien
4. Berikan aktivitasndistraksi yang menenangkan pasien
Rasional : Dapat menenangkan pasien
5. anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : Melatih kebugaran tubuh pasien
6. kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
Rasional : Memperbaiki stamina tubuh pasien.
2.2.3.3 Intervensi 3 Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi
Kriteria Hasil :
1. Pasien tampak mengerti tentang penyakit yang dideritanya
2. Pasien paham tentang penyebab penyakit yang diderita
3. Pasien tampak mengerti
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi kesediaan dan kemampuan menerima informasi
Rasional :mengetahui apakah klien siap menerima informasi yang
diberikan
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi prilaku hidup bersih dan sehat
Rasional :Untukmeningkatkan kesediaan dalam menerima informasi
3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Rasional : menfasilitasi dalam pemberian informasi
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Rasional :memberikan informasi dan edukasi sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan dalam bertanya
Rasional :membantu menjawab sesuai dengan apa yang dipertanyakan
oleh klien
6. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Rasional :mengurangiresiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan prilaku hidup sehat
Rasional :klien dan keluarga mengerti cara berprilaku hidup sehat
8. Ajarkan strategi yang dapat diggunakan untuk meningkatkan prilaku
hidup berish dan sehat
Rasional : pasien mengerti cara meningkatkan prilaku hidup sehat

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelakasaan tindakan yang harus dilaksanakan
berdasarkan diagnosis perawat. Pelaksaan tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan oleh sebagian perawat, perwata secara mandiri atau bekerja sama
dengan tim kesehatan luar. Dalam hal ini perwat adalah pelaksana asuhan
keperawatan yaitu memberikan pelayanan keperwatan dengan tindakan
keperawatan menggunakan proses keperwatan
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila
masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha
untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali
rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang
ada.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Viona Rizky Febriasesa
NIM : 2018.C.10a.0949
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek : 05 Desember 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 05 Desember 2020 & 13.25 WIB

3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Pada pengkajian pada hari Senin 05 Desember 2020, pukul : 13.25 WIB,
Nama klien Ny.K berusia 66 tahun, jenis kelamin Wanita, suku
Jawa/Indonesia, beragama Islam, pekerjaan petani, pendidikan tamat SMA,
status perkawinan menikah, alamat Jln. Banteng Ujung, Tanggal masuk
Rumah Sakit Palangka Raya pada tanggal 03 desember 2020 dengan diagnose
medis PJK (penyakit Jantung Koroner)
A. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Klien mengeluh nyeri pada bagian dada kiri. P : Klien mengeluh nyeri
akibat penyakit yang diderita. Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk. R : Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke
tangan kiri. S : skala nyeri 8 (skala 1-10). T : Klien mengatakan nyeri
datang ± 5 menit
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 02 Desember 2020 pada saat dirumah Ny.K mengatakan
dada kiri nya terasa nyeri tetapi klien dan keluarga tidak memiliki
kesadaran untuk membawa ny. K kerumah sakit, sehingga klien hanya
mengoleskan minyak kayu putih diarea yang nyeri lalu klien beristirahat
saja. Pada tanggal 03 Desember 2020 klien mengatakan nyeri di dada kiri
nya terasa menjalar hingga ke tangan kiri sehingga klien dibawa kerumah
sakit oleh keluarganya meggunakan kendaraan pribadi. Sesampainya di
rumah sakit klien dibawa ke UGD dan dilakukan pemeriksaan fisik dan

34
didapatkan TTV TD: 160/80 mmHg, HR: 100x/menit, S: 36°C, RR:
26x/menit, GCS : CM, pasien tampak meringis, pasien dapat melakukan
aktivitas dengan skala ADL=4 (Perawatan mandiri), dilakukan
pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan darah Gula Darah, HDL, LDL,
kolestrol, Ureum, Kreatinin kemudian pasien diberi terapi O2 3L/Menit,
Infus D5 20% tetes/menit, Injeksi Keterolak 3x40 mg, Injeksi OMZ 1x1,
Obat oral : ISDN 3 x 10 mg, ASPILET 3x1, Amlodipin 1x10 mg,
Bisoprolol 1x5 mg, dan Simpastatin 1x1. Direncanakan untuk dilakukan
katerisasi jantung. Lalu dengan persetujuan dari keluarga dan klien
kemudian klien dipindahkan ke ruang perawatan untuk mendapat
perawatan dan pemeriksaa lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Ny. K mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak
10 tahun yang lalu dan pasien mengatakan tidak memiliki riwayat operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti Ny. K dan keluarganya juga tidak memiliki riwayat
penyakit turunan seperti Asma, kanker, Dll
GENOGRAM KELUARGA :

KETERANGAN:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Garis Keturunan

= Tinggal Serumah

= Pasien
B. PEMERIKASAAN FISIK
1 Keadaan Umum :
Kesadarn klien compos mentis, pasien tampak meringis, kebersihan
diri baik, klien tampak rapi, terpasang infus D5% 20 tpm dilengan
kanan pasien
2. Status Mental :
Tingkat kesadaran klien Compos Menthis, wajah terlihat meringis,
bentuk badan simetris, cara berbaring bebas, berbicara baik dan jelas,
suasana hati tenang, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif Orientasi
waktu klien mengetahui saat pagi, sore dan malam, Orientasi orang
klien mengetahui petugas kesehatan dan keluarga, Orientasi Tempat
klien mengetahui bahwa dirinya berada diRumah Sakit.
3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian Suhu badan klien 36oC Axilla, Nadi 100 x/menit,
Pernapasan 26 x/menit, Tekanan Darah 160/80 mmHg.

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk dada klien teraba simetris, tidak memiliki kebiasaan merokok,
tidak ada batuk maupun sputum, tidak ada nyeri dada, type
pernapasanan dada dan perut, irama pernapasan teratur, suara nafas
klien vesikuler tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Klien mengatakan nyeri dibagian dada, Capillary refill <2 detik,
pasien tidak pucat, vena jugularis klien tidak mengalami peningkatan,
dan suara jantung klienter dengar normal S1 S2 tunggal lup dup
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi
verbal baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15
(normal), kesadaran klien tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya
kanan positif dan kiri positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olvaktori): Klien dapat mencium bau makanan
dengan baik, Nervus Kranial II (Optik) :Klien kurang dapat melihat
dengan baik, NervusKranial III (Okulomotor) : Releks pupil positif,
dapat menggerakan dan memejamkan mata, Nervus Kranial IV
(Trokeal): Tidak memiliki penglihatan ganda, Nervus Kranial V
(Trigeminal): Dapat mengunyah makanan dengan baik, Nervus
Kranial VI (Abdusen): Dapat melihat kekanan&kekiri dengan bola
mata yang terkendali, Nervus Kranial VII (Fasial) :Dapat merasakan
rasa pahit obat, Wajah simetris, Nervus Kranial VIII (Auditor):Dapat
mendengar dengaan baik, Nervus Kranial IX (Glosofaringeal): Dapat
menelan dengan baik, Nervus Kranial X (Vagus): Cara berbicara baik,
Nervus Kranial XI (Asesori): Klien dapat memalingkan kepala dengan
baik, Nervus Kranial XII (Hipoglosol):Klien dapat menjulurkan lidah
kedepan. Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke
hidung positif, ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji
kestablian tubuh positif, Bisep kanan dan kiri skala 5, Trisep kanan
dan kiri skala 5. Brakidioradialis kanan dan kiri skala 5, pattela kanan
da kiri skala 5, Akhiles kanan dan kiri skala 5.
Keluhan lainnya : P : Klien mengeluh nyeri akibat penyakit yang
diderita. Q : Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk. R :
Klien mengatakan nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke
tangan kiri. S : skala nyeri 8 (skala 1-10). T : Klien mengatakan
nyeri datang ± 5 menit
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi urine ±250ccml 2-3 x/hr, Warna kekuningan, Bau khas
amoniak, konsistensi urine cair, intake urine klien 700 cc output 250
cc,
Keluhan Lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan

8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :


Bibir tampak lembab, gigi lengkap, tidak ada karies ataupun
peradangan, gusi tidak ada pembengkakan, tidak ada lesi dan
peradangan,lidah tidak ada lesi dan peradangan, mukossa kering,
tonsil tidak peradangan, BAB 1x sehari warna kuning padat, bising
usus 15-20 x/menit, tidak teraba massa ataau benjolan.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :


Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan pada lokasi kaki
kanan, ukuran otot simetris, Deformitas tulang, Lokasi tidak ada
perlukaan dan peradangan, Lokasi tidak ada patah tulang, Tulang
belakang normal kekuatan otot ekstrimitas atas 5/5 kekuatan otot
ekstrimitas bawah 5/5.
Keluhan lainnya : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Suhu kulit Hangat, Warna kulit normal, Turgor baik, Tekstur halus,
rambut Halus dan Distribusi rambik baik/merata, bentuk kukusimteris.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
11. SISTEM PENGINDERAAN :
Gerakan bola mata bergerak normal, Visus mata kanan (COD) + mata
kiri (VOS) + Selera Normal/putih, Kongjutiva merah muda, fungsi
pendengaran baik, kronea bening, hidung/penciuman beentuk simetris.
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Masa Tidak, Jaringan Perut Tidak, Kelenjar Limfe teraba, kelenjar
tiroid tidak teraba, dan metabolissme leher bebas.

13. SISTEM REPRODUKSI


( Tidak dilakukan)

C. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan bahwa klien ingin cepat sembuh dan ingin
beraktivitas seperti biasanya.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 167 Cm
BB sekarang : 59 Kg
BB Sebelum sakit : 62 Kg
Keterangan : IMT : BB : 59 kg
TB x TB 167 x 167 cm (diubah ke meter)
= 59
1,67 x 1,67 m
= 59
2,78 m
= 21,2
Keluhan lainnya : tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Tabel Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Manusia
Status Gizi Kategori IMT
Kurus sekali Kekurangan BB < 17,0
tingkat berat
Kurus Kekurangan BB 17,0 – 18,4
tingkat kurang
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan BB 25,1 – 27,0
tinngkat ringan
Obesitas Kelebihan BB tingkat >27, 0
berat
Diet : Biasa
Keluhan lainnya : Tidak ada

Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit


hari
Frekuensi/hari 1-3x/sehari 1-3x/sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan baik Baik
Jenis Makanan Nasi, lauk pauk, Nasi, lauk pauk,
sayur,buah sayur,buah
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah 700 cc 1500 cc
minuman/cc/24 jam
Kebiasaan makan Teratur Teratur
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Ny. K mengatakan frekuensi tidur klien ± 8 jam/hari,
dengan kualitas tidur yang baik dan tidak mengalami gangguan tidur
(insomnia,parasomnia). Sesudah sakit : Ny. K tidak ada perubahan
dalam pola tidur pasien
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Kognitif :
Klien mengatakan “kenapa saya bisa menderita penyakit jantung
seperti ini, apa penyebabnya?”
Klien tampak bertanya tentang penyakit yang diderianya dan apa
penyebabnya.
Masalah Keperawatan : Defisit Pengetahuan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Gambaran diri, Ny. K mengatakan ikhlas dengan penyakit Ablasio
retina yangdialami. Ideal diri, Ny. K mengatakan ingin cepat sembuh
setidaknya bisa beraktivitas dan Ny. K mengatakan bahwa Ny. K
harus tetap bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan
melakukan aktivitas secara mandiri. Identitas diri, Ny. K mengakui
bahwa dirinya seorang wanita Harga diri, Ny. K tidak merasa malu
karena penyakit PJK (penyakit Jantung Koroner) yang diderita Peran,
Ny. K berperan sebagai seorang istri dan seorang ibu
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit aktivitas berjalan seperti biasa. Setelah sakit klien
mengatakan kegiatan yang bisa dilakukan terbatas karena klien merasa
sesak nafas dan klien mengatakan rasa nyeri yang datang sedikit
menggangu aktivitas sehari-harinya
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan bila ada masalah pengobatan klien berdiskusi
dengan keluarganya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien dan keluarga menganut agama islam
D. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Mampu berkomunikasi dengan baik dan jelas
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan klien sehari-hari, yaitu Bahasa Jawa dan
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan dengan keluarga terjalin dengan baik
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan
lingkungan sekitar, perawat maupun dokter
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang paling dekat dengan Ny. K adalah suami dan anak
keluarganya
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien menggubnakan waktu yang luang dengan berkumpul bersama
keluarga dan beristirahat.
7. Kegiatan beribadah :
Untuk kegiatan tetap dilaksanakan dengan semestinya
E. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
1. Labolatorium
Pemeriksaan Labolatoriun dilakukan pada tanggal 03 Desember 2020
Jam : 15.00 WIB
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
2. 1. GDS 93 mg/dL 80-160 mg/dL
2. HDL 120 mg/dl < 150 mg/dl
3. LDL 80 mg/dl <100 mg/dl
4. Kolesterol 180 mg/dL  200 mg/dL
5. Ureum 8 mg/dL 6-21 mg/dL
6. Kreatinin 1,0 mg/dL  0,5–1,1 mg/dL

Pemeriksaan EKG : 03 Desember 2020


F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Obat
Terapi oksigen 3 lpm Nasal Terapi oksigen untuk membantu klien
dalam bernafas
Infus D5% 20 tpm IV sebagai terapi pengganti cairan tubuh
saat mengalami dehidrasi. Dextrose
Anhydrate adalah sumber utama energi
dalam metabolisme sel.
Injeksi 3x40 IV Obat ini sering digunakan setelah
Keterolak mg operasi atau prosedur medis yang bisa
menyebabkan nyeri. 
Injeksi OMZ 1x1 IV OMZ digunakan untuk obat untuk
mengatasi penyakit yang disebabkan
oleh asam lambung,
ISDN 3x 10 Oral untuk mengatasi nyeri dada (angina)
mg pada orang dengan kondisi jantung
tertentu, seperti penyakit jantung
koroner. 
ASPILET 3x1 Oral untuk mengobati serta mencegah nyeri
dada pada serangan jantung.
Amlodipin 1x10 Oral untuk menurunkan tekanan darah
mg tinggi yang juga membantu mencegah
stroke, serangan jantung dan masalah
ginjal. Obat ini juga digunakan untuk
mencegah angina (nyeri pada dada).
Bisoprolol 1x5 mg Oral untuk mengobati hipertensi atau
tekanan darah tinggi, angina pektoris,
aritmia, dan gagal jantung
Simpastatin 1x1 Oral untuk menurunkan kadar kolesterol
dalam darah

Palangka Raya, 03 Desember 2020


Mahasiswa,

Viona Rizky Febriasesa


46

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH


DAN DATA PENYEBAB
OBYEKTIF
Ds : Penyakit jantung koroner Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri
- Klien mengeluh nyeri
akibat penyakit yang Arteri Koroner menyempit
diderita, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri
pada bagian dada kiri Terbatasnya aliran darah
menjalar ke tangan kejantung
kiri, skala nyeri 8
(skala 1-10), nyeri
datang ± 5 menit Nyeri dada

Do :
- Klien tampak Nyeri Akut
meringis
- Skala nyeri 8 (1-10)
- TTV
TD : 160/80 mmHg.
S : 36oC
N : 100 x/menit
RR : 26 x/menit

Ds : Penyakit jantung koroner Intoleransi Aktivitas


klien mengatakan
kegiatan yang bisa
Arteri Koroner menyempit
dilakukan terbatas karena
klien merasa sesak nafas
Terbatasnya aliran darah
Do :
kejantung
- Klien hanya
berbaring
- Dipsnea Berkurangnya pasokan O2
- TTV ke organ tubuh
TD : 160/80 mmHg.
S : 36oC Ketidakseimbangan suplai
N : 100 x/menit O2
RR : 26 x/menit

Intoleransi Aktivitas
47

Ds : Kurangnya terpapar Defisit Pengetahuan


informasi
Klien mengatakan
“kenapa saya bisa
Ketidakpahaman
menderita penyakit
jantung ini, apa
Kebingungan
penyebabnya?”
Do :
Defisit Pengetahuan
- Klien tampak
bertanya tentang
penyakit dan
penyebab penyakit
yang dialaminya
- Klien tampak tidak
mengerti
48

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut b.d respon penyakit PJK d.d Klien mengeluh nyeri,. Klien
mengeluh nyeri akibat penyakit yang diderita, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri pada bagian dada kiri menjalar ke tangan kiri, skala nyeri 8 (skala 1-
10), nyeri datang ± 5 menit, ekspresi klien tampak meringis, TD 1600/80,
Nadi 100x/menit, Suhu 36°C, RR 26x/menit.
2. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan suplai O2 d.d klien
mengatakan kegiatan yang bisa dilakukan terbatas karena klien merasa
sesak nafas, Klien hanya berbaring, Dipsnea, TD 1600/80, Nadi
100x/menit, Suhu 36°C, RR 26x/menit.
3. Defisit Pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi d.d klien tampak
bertanya tentang penyakit dan penyebab penyakit yang dialaminya
49

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.K


Ruang Rawat : -
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi Skala Nyeri 1. Mengetahui apakah apakah
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama ada penurunan skala nyeri
respon penyakit PJK 3x7 jam diharapkan Nyeri pada klien
dibuktikan dengan Akut berkurang dengan 2. Identifikasi lokasi, 2. Selalu memantau
Klien mengeluh nyeri, kriteria hasil : karakteristik, durasi, perkembangan nyeri
Klien mengeluh nyeri 1. Nyeri klien berkurangan frekuensi, kualitas, intensitas
akibat penyakit yang dengan skala 5 (skala 1- nyeri
diderita, nyeri seperti 10) 3. Identifikasi factor yang 3. Mencari tahu factor
ditusuk-tusuk, nyeri 2. Ekspresi klien tampak memperberat dan memperberat dan
pada bagian dada kiri tenang memperingan nyeri memperingan nyeri agar
menjalar ke tangan 3. Tekanan darah klien mempercepat proses
kiri, skala nyeri 8 menurun menjadi 130/70 kesembuhan.
(skala 1-10), nyeri 4. RR menurun menjadi 4. Control lingkungan yang 4. Memberikan kondisi
datang ± 5 menit, 20x/menit memperberat rasa nyeri. lingkungan yang nyaman
ekspresi klien tampak untuk membantu meredakan
meringis, TD 1600/80, nyeri
Nadi 100x/menit, Suhu 5. Berikan teknik 5. Salah satu cara mengurangi
36°C, RR 26x/menit. nonfarmakologis nyeri
6. Kaloborasi dengan dokter 6. Bekerja sama dengan dokter
pemberian analgetik, jika dalam pemberian dosis obat.
perlu.
50

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


2. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. monitor kelelahan fisik dan 1. Mengetahui faktor penyebab
berhubungan dengan asuhan keperawatan selama emosional kelelahan fisik dan emosional
Ketidakseimbangan 3x7 jam diharapkan pasien
intoleransi aktivitas 2. monitor pola dan jam tidur 2. Mengetahui pola dan jam tidur
suplai O2 dibuktikan
menurun dengan kriteria pasien
dengan klien hasil : 3. lakukan latihan rentang gerak 3. Mempermudah aktivitas gerak
mengatakan kegiatan 1. Pasien dapat melakukan pasif atau aktif tubuh pasien
yang bisa dilakukan aktivitas secara 4. berikan aktivitas distraksi 4. Dapat menenangkan pasien
terbatas karena klien bertahap yang menenangkan pasien
merasa sesak nafas, 2. Dipnea berkurang 5. anjurkan melakukan aktivitas 5. Melatih kebugaran tubuh
Klien hanya berbaring, 3. RR : 20 secara bertahap
pasien
Dipsnea, TD 1600/80, 6. kolaborasi dengan ahli gizi 6. Memperbaiki stamina tubuh
Nadi 100x/menit, Suhu tentang cara meningkatkan pasien.
36°C, RR 26x/menit asupan makanan.
51

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiadan dan 1. Mengetahui apakah klien siap
asuhan keperawatan selama kemampuan menerima menerima informasi yang
Pengetahuan
1x7 jam diharapkan defisit informasi diberikan
berhubungan pengetahuan teratasi dengan 2. Identifikasi factor-faktor yang 2. Meningkatkan kesediaan
kriteria hasil : dapat meningkatkan dan dalam menerima infomasi
dengan kurangnya
1. Klien memahami informasi menurunkan motiviasi perilaku
terpapar informasi yang diberikan hidup bersih dan sehat
2. Klien sudah paham tentang 3. Sediakan materi dan media 3. Memfasilitasi dalam
dibuktikan dengan
apa itu penyakit PJK pendididkan kesehatan pemberian informasi
klien tampak penyebabnya 4. Jadwalkan pendidikan 4. Memberikan infomasi dan
3. Klien tampak mengerti aka kesehatan sesuai kesepakantan edukasi sesuai kesepakatan
bertanya tentang
napa yang dijelaskan 5. Berikan kesempatan untuk 5. Membantu sesuai dengan apa
penyakit dan bertanya
yang dipertanyakan klien
penyebab penyakit 6. Jelaskan factor resiko yang 6. Mengurangi resiko yg dapat
yang dialaminya dapat mempengaruhi mempengaruhi kesehatan
kesehatan
52

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Ny. M
Ruang rawat : -
No Tanggal / No. Diagnosis Penatalaksanaan/ tindakan Evaluasi tindakan/respons klien Nama mhs
Jam Keperawatan keperawatan
1. 05/12/2020 Dx1 1. Mengientifikasi Skala Nyeri S : klien mengatakan “ Klien mengatakan Viona
2. Mengidentifikasi lokasi, rasa nyeri sedikit berkurang” Rizky F
karakteristik, durasi, frekuensi, ”
kualitas, intensitas nyeri O : - skala nyeri 6 (skala 1-10)
3. Mengidentifikasi factor yang - Nyeri dirasakan di dada sebelah kiri
memperberat dan memperingan ,seperti ditusuk tusuk, durasi kurang
nyeri lebih 5 menit
4. Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri. - Ekspresi klien tampak lebih tenang
5. Memberikan teknik
- Teknik nonfarmakologi berupa
nonfarmakologis
peralihan rasa nyeri dengan teknik
6. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam diberikan
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri - Klien diajarkan teknik
7. Berkolaborasi dengan dokter nonfarmakologi berupa relaksasi
pemberian analgetik, jika perlu. nafas dalam
- Injeksi keterolak diberikan sesuai
indikasi dengan rute IV
- Tekanan darah klien menurun
menjadi (140/70)
53

- RR 26x/menit Viona
Rizky F

A : masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi
- Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Mengkontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
- Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
- Berkolaborasi dengan dokter
pemberian analgetik, jika perlu.
54

2. 05/12/2020 Dx2 1. Memonitor kelelahan fisik dan Viona


emosional Rizky F
2. Memonitor pola dan jam tidur
3. Melakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
4. Memberikan aktivitas distraksi
yang menenangkan pasien S : - Pasien masih merasa sedikit sesak
5. Menganjurkan melakukan nafas jika beraktivitas
aktivitas secara bertahap - Pasien mengatakan belum bisa
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi beraktivitas secara otodidak
tentang cara meningkatkan O : - pola tidur pasien diperpanjang
asupan makanan. - Dilakukan Latihan gerak pasif dan
aktif
- Distraksi yang dilakukan memberi
sedikit ketenangan bagi pasien
- Aktivitas dilakukan secara bertahap
- klien diberikan dengan jumlah yang
standar dengan makanan yang
rendah lemak dan tinggi protein dan
karbohidrat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intevensi 2, 3, 4, 5, dan 6
- Memonitor pola dan jam tidur
- Melakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Memberikan aktivitas distraksi
yang menenangkan pasien
55

3 05/12/2020 Dx3 1. Mengidentifikasi kesiadan dan - Menganjurkan melakukan aktivitas


kemampuan menerima informasi secara bertahap
2. Mengidentifikasi factor-faktor - Berkolaborasi dengan ahli gizi
yang dapat meningkatkan dan tentang cara meningkatkan asupan
menurunkan motiviasi perilaku makanan.
hidup bersih dan sehat
3. Menyediakan materi dan media S : - Pasien mengatakan “sudah paham
pendididkan kesehatan dengan penjelasan dan sudah paham
4. Menjadwalkan pendidikan dengan penyakit yang diderita serta
kesehatan sesuai kesepakantan
penyebab dari penyakit yang
5. Memberikan kesempatan untuk
bertanya diderita”
6. Menjelaskan factor resiko yang O : - klien dan keluarga tampak bersedia
dapat mempengaruhi kesehatan menerima informasi yang akan
7. diberikan
- Pasien tampak dapat menerima
informasi yang diberikan
- Materi tersedia dalam bentuk media
leaflet
- Pendidikan kesehatan klien dari jam
11.00-11.30 WIB
- Klien memiliki pertanyaan yang
diajukan seputar informasi yang
diberikan
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
56
DAFTAR PUSTAKA
Hermawatirisa. (2014). Ilmu Kesehatan Jantung. Surabaya : Airlangga
UniversityPress
Naga. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Cetakan Kesatu. Jakarta :
EGC.
Saparina. (2012). Patofiologi Jantung Koroner. Edisi 13. Jakarta : EGC.
Wiwik dan Sulistyo. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin. (2014). Anatomi fisiologi jantung. Jakarta : EGC.
World Health Organisation (WHO,2017). Prevelensi Penyakit jantung coroner.
Black & Hawks. (2014). Etiologi dan factor resiko jantung koroner. Edisi
Revisi.Jakarta: Salemba Medika.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata & Penglihatan : Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta :EGC.
Wartonah & Tarwono. (2015).Kebutuhan Dasar Manusia
dan Proses Keperawatan. Edisi 5. Jakarta : SalembaMedika.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta:Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

54

Anda mungkin juga menyukai