T
DENGAN DIAGNOSA MOIMA GEBURT DENGAN TINDAKAN
EKSTORPASI DAN KURETASE DI RUANG
IBS Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Disusun Oleh:
Nim : 2018.C.10a.0945
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat : Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa Moima Geburt Dengan Tindakan
Ekstorpasi Dan Kuretase Di Ruang Perioperatif Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners., Ners Selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti S.Kep., Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................
1.4 Manfaat penulisan..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan
“Cell Nest” oleh estrogen, faktor :
a. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
b. Atropi setelah menopause
c. Cepat membesar saat hamil
d. Sebagian besar masa reproduktif.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu
sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim).
Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri.
Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran
estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika
hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak
membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin
pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan
yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang
berkisar sebesar 0,04% (Yonika, 2012).
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologi
Mioma Geburt mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
WOC Faktor predisposisi : Hormonal, usia, paritas,
1. Usia penderita hederiter ,obesitas
2. Hormon endogen
3. Riwayat keluarga Reseptor esterogen
4. Makanan, kehamilan meningkat
dan paritas
Hiperplasia, sel imatur
(otot polos dan jaringan
ikat
MIOMA GEBURT
B1 B2 B3 B4 B5
Perbesaran organ lain Perdarahan Perbesaran uterus Penekana uterus Penekana Organ
sekitar
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
2.1.6 Manifestasi klinis
Hampir separuh kasus mioma Geburt ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu:
1. Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa
faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.
3. Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma
Geburt. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi
serta edema tungkai dan nyeri panggul.
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di
antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan
masif. Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat
menyebabkan perdarahan intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan vaginal
terus-menerus atau dismenore.
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian mioma yaitu:
1. Faktor yang meningkatkan angka kejadian: wanita afrika-karibia,
peningkatan usia, nuligravida, obesitas.
2. Faktor yang menurunkan angka kejadian: merokok, penggunaan pil
kombinasi kontrasepsi oral, kehamilan aterm.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Prawirohardjo, 2011). Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu
:
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua
sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.
2.2.2 Kuretase
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembesaran organ lain (D.0005
Hal 26)
2. Perpusi perier tidak efektif berhubungan dengan perdarahan (D.0009 Hal 37)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agenpencedera fisik (perbesaran uterus)
(D.0077 Hal 172)
4. Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan penekanan uterus (D.0040
Hal 96)
5. Konstipasi berhubungan dengan penekana pada kolon (D.0049 Hal 113)
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan disregulasi struktur evsikuler
dalam uterus (D.0056 Hal 128)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Pola Napas SLKI (L.01004 hal. 95) Manajemen jalan napas SIKI (I.01011 hal.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 186)
pembesaran organ lain selama 1x7 jam diharapkan pola napas Observasi:
(D.0005 hal. 28) efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
1. Dyspnea menurun skor 5 usaha napas)
2. Penggunaan otot bantu napas menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
skor 5 gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Ortopnea menurun skor 5 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pernapasan pursed-lip menurun skor 5 Terapeutik:
5. Pernapasan cuping hidung menurun skor 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
5 head-tilt (jaw-thrust jika curiga trauma
6. Frekuensi napas membaik skor 5 servikal)
7. Kedalaman napas membaik skor 5 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Perpusi perier tidak efektif Perpusi Periper (L.02011 Hal 84) Perawatan Sirkulasi (I.02079 Hal 345)
berhubungan dengan Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Observasi :
perdarahan (D.0009 Hal 37) Selama 1 X 7 Jam Diharapkan perpusi 1. Periksa sirkulasi periper
periper kembali efektif Dengan Kriteria Hasil 2. Identifikasi factor resiko gangguan
1. Denyut nadi periper meningkat dengan sirkulasi
nilia 5 3. Monitor panas,kemerahan,nyeri atau
2. Penyembuhan luka meningkat dengan bengkak pada ekstremitas
nilai 5 4. Monitor Hemoglobin klien
3. Turgor kulit membaik dengan nilai 5 Terapeutik :
4. Nyeri ekstremitas menurun dengan nilai 1. Hindari pengukuran infus atau
5 pengambilan darah di area keterbatasan
5. Pengisian kapiler membaik dengan nilai perpusi
5 2. Hindari pengukuran tekanan darah
6. Kelemahan otot menurun dengan nilai 5 pada ekstremitas dengan keterbatasan
perpusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
Edukasi:
1. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri SLKI (L.08066 hal. 145) Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
dengan agenpencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
(perbesaran uterus) (D.0077 selama 1x7 jam diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
hal. 172) dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
1. Keluhan nyeri menurun skor 5 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun skor 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun skor 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 memperingan nyeri
5. Pola napas membaik skor 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi, pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
4. Gangguan eliminasi Eliminasi urin SLKI (L.04034) Hal . Manajemen Eliminasi urine SIKI I.04152)
24 Observasi :
urin berhubungan
Setelah Tindakan Keerawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
dengan penekanan Dilakukan Selama 1 X 7 Jam inkontinensia urine
Diharapkan Eliminasi urin membaik 2. Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
uterus SDKI
Dengan Kriteria Hasil inkontinensia urine
(D.0040) Hal. 95 1. Sensai berkemih sedang dengan nilai
3. Monitor eliminasi urine
3 Terapeutik :
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Frekuensi BAK membaik dengan
2. Batasi asupan cairan
nilai 5
3. Ambil sampel urine tengah atau kultur
3. Karakteristik urine cukup membaik
Edukasi :
dengan nilai 4
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
4. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
5. Konstipasi Elminasi Fekal SLKI (L.04033) Hal . Manajemen Konstipasi SIKI I.04152)
23 Observasi :
berhubungan dengan
Setelah Tindakan Keerawatan 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
penekana pada kolon Dilakukan Selama 1 X 7 Jam 2. Periksa pergerakan isis, karakterisitik usus
Diharapkan Eliminasi fekal membaik 3. Identifikasi faktor konstipasi
(D.0049 Hal 113)
Dengan Kriteria Hasil Kontrol 4. Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan peritonitis
pengeluaran feses meningkat dengan Terapeutik :
nilai 5 1. Anjurkan diet tinggi serat
1. Keluhan defekasi lama dan sulit 2. Lakukan masase abdomen, Jika perlu
menurun ndengan nilai 5 3. Lakukan evakuasi feses secara manual,jika perlu
2. Nyeri abdomen menurun dengan 4. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
nilai 5 Edukasi :
3. Kram abdomen menurun dengan 1. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
nilai 5 2. Anjurkan peningkatan asupan cairan,jika tidak ada
4. Peristaltik usus membaik dengan kontraindikasi
nilai 5 3. Latih buang air besar secara teratur
5. Frekuensi defekasi membaik dengan 4. Ajarkan cara mengatasi Konstipasi/impaksi
nilai 5 Kolaborasi :
1. Konsutsi dengan tim mendis tentang penurunan/
peningkatan frekuensi usus
2. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas SLKI (L.05047 hal. Dukungan ambulasi SIKI (I.06171 hal. 22)
berhubungan dengan 149) Observasi
disregulasi struktur evsikuler Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dalam uterus (D.0056 hal. selama 1x7 jam klien menunjukan toleransi fisik lainnya
128) aktivitas dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
1. Frekuensi nadi meningkat skor 5
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
2. Keluhan lelah menurun skor 5
darah sebelum memulai ambulasi
3. Dyspnea saat aktivitas menurun skor 5
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
4. Dyspnea setelah aktivitas menurun skor 5
ambulasi
5. Perasaan lemah menurun skor 5
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambualasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjalan seusai toleransi
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Purnadi Nakalelu
NIM : 2018.C.10a.0945
Ruang Praktek : IBS (Inhalasi Bedah Sentral)
Tanggal Praktek : 07 November 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 November 2021 & 15.28 WIB
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Yosudaros XXI
Tgl MRS : 07 November 2021
Diagnosa Medis : Mioma Geburt
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
3.1.2 Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran Klien compos mentis,klien tampak gugup, klien terpasang
infus Nacl 0,9 % 20 tpm, klien mengatakan sedikit gugup untuk
melakukan tindakan operasi.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 370C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 88 x/mt
c. Pernapasan/RR : 24x/mt
d. Tekanan Darah/BP : 110/80mm Hg
3. Pre Op
Klien tampak dengan kesadaran compos mentis, klien tampak gugup dan
cemas karena baru pertama kali ingin menjalankan operasi, Klien terpasang
infus Nacl 0,9 % 20 tpm, TTV TD : 110/80 mmHg, N :88 x/menit, S: 370C,
RR : 20 x/menit, Persediaan pemberian transfuse darah 1 WB
4. Intra Op
Klien dalam posisi lototomi, pada saat pemeriksaan dalam dengan in
speculo didapatkan massa sedikit , bentuk tidak m dari kanalis servikalis,
dinding vagina tidak terdapat kelainan, dilakukan tindakan ekstirpasi,
kemudian dilanjutkan kuretase, tampak mioma geburt diekstirpas, mioma
geburt sebesar 6 cm , perdarahan ± 70 cc, Klien terpasang infus Nacl 0,9
% 20 tpm, golongan darah B, TTV TD : 110/80 mmHg, N :88 x/menit, S:
370C, RR : 20 x/menit.
5. Post Op
Klien mengatakan merasa Nyeri pada bagian genetalianya dan luka bekas
operasi juga tampak kemerahan, klien tampak meringis dan skala nyeri 5
(sedang dari 1-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan nyeri berlangsung lama,
TTV TD : 130/80 mmHg, N :93 x/menit, S: 370C, RR : 24 x/menit.
6. Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. T Tanggal : 07 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
WBC 12,3 4,4-11,3
RBC 4,34 4,1-5,1
HBG 10,1 12,3-15,3
PLT 344 350-470
SGOT 49 <31
GDS 113 70-140
SPGT 10 <32
Ureum 23 10-50
Creatinin 0,9 <1,1
HbsAg Negatif
Free T4 9,22 12,8-20,4
TSH 1,45 0,27-4,20
Terapi yang diberikan
Pre Op Intra Op Post Op
Inj. Keterolak 3x10 mg Anastesi regional Pemsangan infus Nacl
0,9 % 20 tpm
Infomed consent Pemsangan infus Nacl Betadine 10%
0,9 % 20 tpm
Pemsangan infus Nacl Inj. Keterolak 3x10 Inj. Cefotaxime 2x1 mg
0,9 % 20 tpm mg
Purnadi Nakalelu
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operasi Perbesaran uterus Nyeri akut
DS : Klien mengatakan
nyeri pada bagian Gangguan kontraksi uterus
pinggang saat klien duduk,
dengan skala nyeri 4 Penekanan syaraf
(sedang dari 1-10), nyeri
seperti ditusuk tusuk,Nyeri Nyeri akut
DO :
Klien tampak
meringis
Klien tampak
memegang bagian
perutnya bawahnya
TTV
TD : 110/80 mmHg,
N : 92 x/menit,
S: 370C,
RR : 20 x/menit
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operasi Mioma submukosa Ansietas
DS : Klien mengatakan
Gugup dan cemas karena berada dibawah endometrium
baru pertama kali operasi & menonjol kedalam rongga
uterus
DO :
Klien tampak perbesaran uterus
gugup
Klien tampak
cemas Kurang pengetahuan
Klien tampak
gelisah
Pre operasi
Skala Ansietas 2
(sedang)
TTV Ansietas
TD : 110/80 mmHg,
N : 92 x/menit,
S: 370C,
RR : 20 x/menit
ANALISIS DATA
DO : Nyeri akut
Klien tampak
meringis
Klien tampak
memegangi area
post operasi
TTV
TD : 110/80 mmHg,
N : 92 x/menit,
S: 370C,
RR : 20 x/menit
PRIORITAS MASALAH
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan perbesaran uterus ditandai Klien tampak
meringis , Klien tampak memegang bagian perutnya bawahnya , TTV
:TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
2. Ansietas berhubungan dengan pre operasi,Klien tampak gugup, Klien
tampak cemas, Klien tampak gelisah, Skala Ansietas 2 (sedang), TTV :
TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
Intra Operasi
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan Tindakan ekstirpasi +kuretase
ditandai dengan , Klien diberikan anastesi regional, HB klien 10,1 ,
Tindakan pembedahan lebih dari 2 jam, CRT < 2 detik ,Perdarahan ± 70
cc,Golongan darah B ,Persediaan transfuse 1 WB, Klien terpasang infus
Nacl 0,9 % 20 tpm, TTV TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 37 0C, RR : 20
x/menit
Post operasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan Klien
tampak meringis,Klien tampak memegani area post operasi klien,TTV
:TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
RENCANA KEPERAWATAN
Di susun oleh:
A. Materi
Berikut adalah paparan materi yang akan disampaikan yaitu :
1. Menjelaskan pengertian nyeri.
2. Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri.
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
4. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri.
5. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post operasi
B. Metode
Berikut adalah metode yang akan kami gunakan dalam penyampaian materi
yaitu:
1. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan. Dalam metode tanya jawab terdapat
kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus
memperhatkan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan
digunakan.
C. Media
Berikut media yang digunakan untuk penyampaian materi yaitu:
1. Leaflet
D. Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi untuk penyampaian materi yaitu :
1. Penyaji : Purnadi Nakaleu
Penyaji adalah menyaji hasil diskusi.
Tugas seorang penyaji adalah menyajikan hasil diskusi dari peserta
dan memberiktahukan kepada moderator agar moderator dapat
memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusi
2. Moderator : Purnadi Nakalelu
Moderator adalah pengatur dan pengarah jalannya diskusi dengan
peserta lainnya.
Tugas seorang moderator adalah untuk mengatur dan memberi arahan
kepada peserta lainnya. Moderator juga bias disebut sebagai
pemimpin.
3. Notulen : Purnadi nakalelu
Penulis adalah orang yang mencatat data diskusi.
Tugas seorang penulis adalah mencatat semua data yang telah
disampaiakan oleh moderatot, penyaji, atau peserta.
4. Fasilitator : Purnadi Nakalelu
Peserta diskusi adalah pembantu penyaji menjawab dan juga bertanya.
Tugas peserta diskusi adalah membantu penyaji menjawab, bertanya,
dan juga memberi saran atau kritik kepada moderator atau juga peserta
lainnya
E. Denah Tempat
Edv
Keterangan :
Penyaji
Moderator
Notulen
Fasilitator
Peserta
F. Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan paserta Waktu
kegiatan
1 Orientasi Mengucapkan salam Menjawab 5
Memperkenalkan diri salam Menit
Menjelaskan tujuan Mendengarkan
kegiatan yang akan Memperhatikan
dilakukan.
2 Isi Menjelaskan Pengertian Mendengarkan 10
demam typhoid Memerhatikan menit
Menjelaskan Penyebab
demam typhoid
Menjelaskan Tanda dan
gejala demam typhoid
Menjelaskan Pencegahan
demam typhoid
Menjelaskan Manajemen
nutrisi pada pasien demam
typhoid
3.7 Evaluasi
Berikut evalusi dari penyampaian materi yaitu:
1. Kesiapan materi
2. Kesiapan SAP
3. Kesiapan media: Leaflet
4. Peserta ditempat penyuluhan
5. Penyelenggara dilaksanakan di ruang bougenville
6. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya.
MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian Nyeri
b) Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan
penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak
memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga sering di
definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan 18 merupakan
suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan
nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2010).
Perry, 2013).
V. Dampak Nyeri
Menurut Tanjung (2016) Nyeri akut baik yang ringan
sampai yang berat akan memberikan efek pada tubuh
seperti :
a. Sistem respirasi
Karena pengaruh dari peningkatan laju metabolisme,
pengaruh reflek segmental,dan hormon seperti bradikinin
dan prostaglandin menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen tubuh dan produksi karbondioksida mengharuskan
terjadinya peningkatan ventilasi permenit sehingga
meningkatkan kerja pernafasan. Hal ini menyebabkan
peningkatan kerja sistem pernafasan, khususnya pada pasien
dengan penyakit paru. Penurunan gerakan dinding thoraks
menurunkan volume tidal dan kapasitas residu fungsional.
Hal ini mengarah pada terjadinya atelektasis,
intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan terkadang dapat
terjadi hipoventilasi.
b. Sistem kardiovaskuler
Pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Terjadi
gangguan perfusi, hipoksia jaringan akibat dari efek nyeri
akut terhadap kardiovaskuler berupa peningkatan produksi
katekolamin, angiotensin II, dan anti deuretik hormon
(ADH) sehingga mempengaruhi hemodinamik tubuh seperti
hipertensi, takikardi dan peningkatan resistensi pembuluh
darah secara sistemik. Pada orang normal cardiac output
akan meningkat tetapi pada pasien dengan kelainan fungsi
jantung akan mengalami penurunan cardiac output dan hal
ini akan lebih memperburuk keadaanya. Karena nyeri
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen myocard,
sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya iskemia
myocardial.
c. Sistem gastrointestinal
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan
sfinkter dan menurunkan motilitas saluran cerna yang
menyebabkan ileus. Hipersekresi asam lambung akan
menyebabkan ulkus dan bersamaan dengan penurunan
motilitas usus, potensial menyebabkan pasien mengalami
pneumonia aspirasi. Mual, muntah, dan konstipasi sering
terjadi. Distensi abdomen memperberat hilangnya volume
paru dan pulmonary dysfunction.
d. Sistem urogenital
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan sfinkter saluran kemih
dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan retensi urin.
b. Non Farmakologi
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam
pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat
sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak
aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan
nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat
rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan
(Smeltzer & Bare, 2015).
a) Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer and Bare, 2015).
Beberapa sumber-sumber penelitian terkait tentang teknik distraksi yang
ditemukan peneliti sejauh ini efektif diterapkan pada pasien anak-anak
terutama usia prasekolah sebagaimana dalam penelitian Pangabean pada
tahun (2014), menurut Pangabean salah satu teknik distraksi adalah dengan
bercerita dimana teknik distraksi bercerita merupakan salah satu strategi non
farmakologi yang dapat menurunkan nyeri. Hal ini terbukti pada
penelitiannya dimana teknik distraksi dengan bercerita efektif dalam
menurunkan nyeri anak usia prasekolah pada pemasangan infus yakni dari
nyeri skala 3 ke nyeri skala 2. Kemudian Sartika, Yanti, Winda (2015),
menambahkan salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan dalam
penatalaksanaan nyeri lainnya adalah dengan menonton film cartun animasi,
dimana ini terbukti dalam penelitiannya bahwa dengan diberikan distraksi
berupa menonton film cartun animasi efektif dalam menurunkan nyeri anak
usia prasekolah saat pemasangan infus. Contoh dari distraksi adalah
menonton tv, mendengarkan musik, membaca buku,membayangkan hal-hal
indah dan aromaterapi.
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental. Perawat dapat menggunakan musik dengan
kreatif di berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan
suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan
musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi, 2015). Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang
dan waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat
memberikan efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut, mendengarkan
musik dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2010).
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan. Mekanisme kerja
perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem
fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat
mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Beberapa
jenis aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri adalah
aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender.
b) Relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom.
Dalam Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama
yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat
bersama setiap inhalasi dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare, (2015) tahapan relaksasi nafas dalam adalah
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan- lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali