Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

T
DENGAN DIAGNOSA MOIMA GEBURT DENGAN TINDAKAN
EKSTORPASI DAN KURETASE DI RUANG
IBS Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh:

Nama : Purnadi Nakalelu

Nim : 2018.C.10a.0945

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :


Nama : Purnadi Nakalelu
NIM : 2018.C.10a.0945
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan
Diagnosa Moima Geburt Dengan Tindakan Ekstorpasi Dan Kuretase
Di Ruang Perioperatif Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra-klinik Keperawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti S.Kep., Ners Merry Triana, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat : Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa Moima Geburt Dengan Tindakan
Ekstorpasi Dan Kuretase Di Ruang Perioperatif Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners., Ners Selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti S.Kep., Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya,06 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar belakang ...............................................................................................
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................
1.4 Manfaat penulisan..........................................................................................

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Konsep Mioma Geburt.................................................................................
2.1.1 Definisi Mioma geburt..................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi .........................................................................................
2.1.3 Etiologi ........................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi .....................................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (pathway) ................................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ........................................................
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.................................................................................
2.2 Prosedur Tindakan Ekstirpasi dan Kuretase………………………………..
2.2.1 Ekstripasi……………………………………………………………………
2.2.2 Kuretase…………………………………………………………………….
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan ...............................................................
2.3.1 Pengkajian keperawatan ..............................................................................
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................
2.3.3 Intervensi Keperawatan ...............................................................................
2.3.4 Implementasi Keperawatan .........................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan................................................................................
3.2 Diagnosa keperawatan....................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................
3.4 Implementasi keperawatan.............................................................................
3.5 Evaluasi keperawatan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mioma Geburt merupakan mioma submukosum yang dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks Mioma submukosa memang tidak
berbahaya tetapi kehadirannya sangat mengganggu dan sering menimbulkan anemia
(Thompson M, Carr B, 2016.)
Penelitian ini terdiri dari wanita yang memiliki mioma submukosa yang
diverifikasi dengan USG transvaginal dan histeroskopi kantor. Wanita yang cocok
dengan salah satu dari (Liang B, Xie Y-G, Xu X-P, Hu C-, 2018 Sep 19)
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh
kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar
kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan
masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt (Laughlin-Tommaso SK,2018.)
Angka kejadian Mioma Gobert antara 20-25% pada wanita berusia di atas 35
tahun. Berdasarkan penelitian World Health Organisation (WHO) penyebab dari
angka kematian ibu karena mioma Geburt pada tahun 2010 sebanyak 22 kasus
(1,95%) dan tahun 2011 sebanyak 21 kasus (2,04%) (Jurnal Keperawatan,2016).
Angka kejadian Mioma Gobert di Indonesia ditemukan 11,70% pada semua penderita
kasus ginekologi yang dirawat di rumah sakit. Jumlah kejadian mioma Gobert di
Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker serviks. (WHO, 2011)
Medical Survei Monthly Report, Armed Force Amerika Serikat periode 2001-
2010 melaporkan terdapat 11.931 kasus mioma Geburt (insedens rate 57,6 per 10.000
tiap tahun) pada wanita usia reproduksi aktif. Kejadian mioma submukosa uteri
menurut survei oleh (Yang et al., 2011) adalah sekitar 20-40% , dan penyakit ini
sering terjadi pada wanita berusia 30-50 tahun. (WHO, 2011)
Namun gejala yang sering muncul adalah adanya tumor masa di bawah perut,
perdarahan yang abnormal, nyeri dan adanya penekanan pada organ reproduksi. Pada
saat pemeriksaan abdomen di dapatkan adanya masa dengan konsistensi padat.
Penatalaksanaan mioma Geburt dengan gejala klinik pada umumnya yang tersering
adalah tindakan operatif yaitu histerektomi 3 (pengangkatan rahim) atau pada wanita
yang ingin mempertahankan kesuburannya dengan miomektomi (pengangkatan
mioma) dapat menjadi pilihan .
Berdasarkan data uraian diatas bahwa mioma Geburt yang merupakan salah
satu penyakit sistem reproduksi wanita. Faktor penyebab berdasarkan beberapa teori
yang menjelaskan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya mioma uteri seperti
stimulasi estrogen, umur, paritas, dan usia menarche. Selain itu menurut Apriyani
Yosi, 2013 bahwa wanita dengan paritas multipara mempunyai resiko 2,7 kali
mengalami mioma submukosum dari pada mengalami mioma suberosum. Dampak
dari tidak ada nya penanganan mioma uteri bisa berakibat pada perdarahan yang
berlebihan, infertiliras, abortus berulang ( setiati E, 2014 ).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis membatasi penelitian
bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan Stroke Non Hemoragik
dengan Anemia normositik.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 TujuanUmum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Dengan
Mioma Geburt.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnose
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan perawatan
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat mengatasi
masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung serta
permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.4 Manfaat Penulisan
Agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca tentang
Mioma Geburt.
1.4.1 Untuk mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Mioma Geburt.
1.4.2 Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab pada
penyakit dari Mioma Geburt dapat melakukan perawatan diri dirumah dengan
mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan maupun rumah
sakit dalam pengembangan dan peningkatan mutu dimasa yang akan datang.
1.4.4 Untuk IPTEK
Menambah keluasan ilmu teknologi terapan dalam bidang keperawatan dalam
menangani masalah Mioma Geburt.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep penyakit Mioma Geburt

2.1.1 Defenisi Mioma Geburt

Mioma Geburt merupakan mioma submukosum yang dapat tumbuh bertangkai


menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks Mioma submukosa memang tidak
berbahaya tetapi kehadirannya sangat mengganggu dan sering menimbulkan anemia
(Thompson M, Carr B, 2016.)
Mioma Geburt adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20%-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti (Anwar, 2011 :274)
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh
kearah kavum uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar
kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan
masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt (Laughlin-Tommaso SK,2018.)
Jadi dapat disimpulkan bahwa mioma geburt adalah sebuah pertumbuhan
jaringan yang abnormal pada bagian Rahim wanita lebih tepatnya pada bagian otot
uterus yang dimana jaringan yang abnormal itu disebut dengan fibroid daging tumbuh
non-kanker dalam rahim yang dapat muncul selama tahun-tahun masa subur seorang
wanita yang membuat gangguan kontraksi pada otot uterus..
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Anotomi Organ Reproduksi Wanita Wiknjosastro, 2002 mengemukakan bahwa
anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu ; genetalia eksterna dan genetalia
interna.
1. Genetalia eksterna

Gambar 2.1.2.1 : organ reproduksi eksterna pada wanita


1) Vulva
Vulva adalah nama yang di berikan untuk struktur genetalia eksterna. Kata
ini penutup atau pembungkus, vulva membentang dari mons pubis disebelah
anterior hingga perinium dan sebelah posterior pada masing- masing sisinya
yang di batasi oleh labia mayora.
2) Mons pubis
Mons pubis atau mons vaneris adalah jaringan lemak subkutan berbentuk
bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat jarang di atas
sinfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebase (minyak)
dan tumbuhi rambut warna hitam, kasar, dan ikal pada masa pubertas.
Mons pubis berperan dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis
selama koitus (hubungan seksual).
3) Labia mayora
Labia mayora adalah dua lapisan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.
Kemudian memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi labia
minora, berakhir di perinium pada garis tengah.
4) Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia mayora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit, dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah
dari bawah klitoris dan manyatu dengan faurchette.
5) Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang terletak
tepat dibawah arkus bubis. Dalam keadaan terangsang, bagian yang
terlihat adalah sekitar 6x6 mm atau kurang. Untuk badan klitoris di namai
glans dan lebih sensitif dari pada badannya. Saat wanita secara seksual
terangsang, glans dan badan klitoris membesar.
6) Vestibulum
Vestibulum adalah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong,
terletak diantara labia minora, klitoris, dan faurchette.
7) Perinium
Perinium adalah daerah muskular yang di tutupi kulit antara introitus
vagina dan anus, panjangnya kurang lebih empat cm. Perinium
membentuk dasar perinium.
2. Genetalia interna

Gambar 2.1.2.2 : organ reproduksi intena pada wanita


1) Vagina
Vagina adalah suatu tuba yang berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas, merupakan tabung yang dilapisi membran dar
jenis epitelium bergaris khusus yang di aliri banyak pembuluh darah dan
serabut saraf. Karena tonjolan serviks kebagian atas vagina, panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior
sekitar 9 cm. Pada puncak vagina menonjol leher rahim (serviks uteri) yang
disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.
Dinding vagina terdiri atas 4 lapisan :
1) Lapisan epitel berlapis; pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi
cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan kelembapan;
2) Jaringan konektil farioler yang di pasok pembuluh darah.
3 ) Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan serkuler.
4) lapisan luar jaringan ikat fibrisa berwarna putih yang bercampur
dengan facia pelvis.
2) Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang berongga, berdinding tebal, berotot,
berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan, ototnya di sebut miometrium. Uterus terapung di
dalam pelvis dengan jaringan ikat ligamen. Panjang uterus kurang lebih 7,5
cm dan lebar 5 cm tebal atau kedalaman 2,5 cm dan berat 50 gr. Pada rahim
wanita yang belum pernah menikah (bersalin), uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri tekan, licin dan teraba padat. Ligamen dan otot dasar pelvis
menopang uterus, termasuk badan perinium, secara keseluruhan ada 10 ligamen
yang menstabilisasi uterus kedalam rongga pelvis diantaranya :
1) Ligamentum kardinale kiri dan kanan, berfungsi mencegah supaya uterus
tidak turun;
2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak;
3) Ligamentum ratudum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus tetap dalam
keadaan antefleksi;
4) Ligamentum latum kiri dan kanan, ligamentum yang meliputi tuba;
5) Ligamentum infundibulo pelvikum,ligamentum yang berfungsi menahan
tuba fallopi.Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim) merupakan bagian uterus yang terletak di
antara kedua pangkal saluran telur;
b) Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim;
c) Servik uteri merupakan ujung serviks yang menuju puncak vagina
dan disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis
servikalis disebut ostium uteri internum. Fungsi uterus:
1) Saat siklus mentruasi,
2) Saat kehamilan,
3) Saat persalinan, untuk menahan ovum yang telah dibuahi
selama perkembangan. Sebutir ovum yang keluar dari avarium
dihantarkan melalaui tuba uterina, endometrium disiapkan untuk
menerima ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam dalam
endometrium. Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai keluar pelvis masuk
kedalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat
melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.
3) Tuba Fallopi
Tuba fallopi juga dikenal dengan istilah oviduct (saluran telur) dan kadang-
kadang disebut tuba uteri. Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uteri.
Tuba ini memanjang kearah lateral, mecapai ujung bebas ligamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium. Panjang tuba ini kira-kira 10
cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai lapisan peritonium di
bagian luar, lapisan tipis dibagian tengah, dan lapisan mukosa dibagian
dalam. Tuba fallopi terdiri atas :
1) Infundibulum, merupakan bagian yang paling distal. Muara
yang berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fibria. Fibria menjadi
bengkok dan hampir erektil saat ovulasi;
2) Ampula, membangun segmen distal dan segmen tengah tuba.
Seperma dan ovum bersatu dan fertilisasi terjadi di ampula;
3) Istmus, teletak proksimal terhadap ampula, istmus kecil dan padat,
sangat mirip ligamentum teres uteri;
4) Interstisial, melewati miometrium antara fundus dan korpus uteri dan
mempunyai lumen berukuran paling kecil (terowongan),
berdiameter kurang dari 1 mm. Sebelum ovum yang dibuahi dapat
melewati lumen ini, ovum tersebut harus melpaskan sel-sel
granulosa yang membungkusnya.
4) Ovarium (indung telur)
Wanita pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri, yang
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum, kiri
dan kanan. Ovarium adalah kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan
ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Pinggir
atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat ditemukannya
pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk ovarium. Ujung
yang dekat pada tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat pada
uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dan
infundibulum. Struktur ovarium terdiri atas:
1) kortek di sebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik,
2) medulla disebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan
pembuluh-pembuluh darah,serabut-serabut saraf, dan sedikit otot polos.
Diperkirakan pada wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap
bulan satu folikel akan keluar, yang dalam perkembangannya akan
menjadi folikel de Graaf. Folikel de Graaf yang matang terisi
dengan likuor felikuler, mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.
Pada ovulasi folikel yang matang dan yang mendekati permukaan ovarium
pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel granulosa yang melekat pada
ovum dan yang membentuk korona radinata bersama- sama ovum ikut di lepas.
Sebelum dilepas, ovum mulai mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai
persiapan untuk dapat dibuahi (NANDA 2015-2017).

2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan
“Cell Nest” oleh estrogen, faktor :
a. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
b. Atropi setelah menopause
c. Cepat membesar saat hamil
d. Sebagian besar masa reproduktif.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu
sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim).
Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri.
Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran
estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika
hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak
membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin
pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan
yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang
berkisar sebesar 0,04% (Yonika, 2012).

2.1.4 Klasifikasi

Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma


tumbuh.
Klasifikasi Mioma Geburt menurut letaknya dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Mioma submukosum: Dibawah endometrium dan menonjol ke cavum uteri
2) Mioma intramural : berada di dinding uterus di antara serabut miometrium
3) Mioma subserosum : tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus, diliputi oleh serosa (Nurafif &
Hardi, 2013 :445 ).

2.1.5 Patofisiologi
Mioma Geburt mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
WOC Faktor predisposisi : Hormonal, usia, paritas,
1. Usia penderita hederiter ,obesitas
2. Hormon endogen
3. Riwayat keluarga Reseptor esterogen
4. Makanan, kehamilan meningkat
dan paritas
Hiperplasia, sel imatur
(otot polos dan jaringan
ikat
MIOMA GEBURT

B1 B2 B3 B4 B5

Perbesaran organ lain Perdarahan Perbesaran uterus Penekana uterus Penekana Organ
sekitar

Operasi Anemia Gangguan kontraksi Uretra Ureter


Penekanan pada kolon
uterus
Post operasi Suplai darah menurun Retensio Urine Hidrosefalus
Penurunan
Penekanan saraf
peristaltik
Pengaruh obat anastesi Perpusi periper
Gangguan
tidak efektif Nyeri akut
eliminasi urine Konstipasi
pernafasan
Ekspansi rongga dada B6

Pengembangan paru Disregulasi sruktur

tidak maksimal evsikuler dalam


uterus
Sesak nafas
Perdarahan abnormal
Pola Nafas tidak
efektif Anemia

Kelemahan fisik

Intoleransi aktifitas
2.1.6 Manifestasi klinis
Hampir separuh kasus mioma Geburt ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul yaitu:
1. Perdarahan abnormal yaitu dapat berupa hipermenore, menoragia dan dapat
juga terjadi metroragia merupakan yang paling banyak terjadi. Beberapa
faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah:
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma endometrium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada
sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma
submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Namun gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khas pada mioma uteri.
3. Gejala dan tanda penekanan yang tergantung pada besar dan tempat mioma
Geburt. Gejala yang timbul dapat berupa poliuri, retention urine, obstipasi
serta edema tungkai dan nyeri panggul.
Pada Mioma Geburt gejala yang menonjol berupa perdarahan per vaginam di
antara siklus haid yang bervariasi mulai dari perdarahan bercak hingga perdarahan
masif. Darah yang keluar berupa darah segar dan kadang disertai nyeri sehingga dapat
diduga sebagai haid yang memanjang. Selain itu, mioma submukosa juga dapat
menyebabkan perdarahan intermenstrual, perdarahan post coital, perdarahan vaginal
terus-menerus atau dismenore.
         
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian mioma yaitu:
1. Faktor yang meningkatkan angka kejadian: wanita afrika-karibia,
peningkatan usia, nuligravida, obesitas.
2. Faktor yang menurunkan angka kejadian: merokok, penggunaan pil
kombinasi kontrasepsi oral, kehamilan aterm.

2.1.7 Komplikasi
Menurut Prawirohardjo, 2011). Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu
:
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua
sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.

2.1.8 Pemeriksaan penunjang


Menurut (Nurafif & Hardhi, 2013) pemerikasaan diagnostik mioma uteri
meliputi :
1. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat disebabkan oleh
nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan
hematokrit menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Tes kehamilan
terhadap chorioetic gonadotropin Sering membantu dalam evaluasi suatu
pembesaran uterus yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat
bersamaan dengan kehamilan.
3. Ultrasonografi
Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat membantu.
4. Pielogram intravena
a. Pap smear serviks Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia
serviks sebelum histerektomi.
b. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi
dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan
kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Menurut (Setyorini, 2014) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau
meningkat, Eritrosit turun.
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :
a) Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen bagian
bawah dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau
bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.
b) Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau
berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks
2.1.9 Penatalaksanaan medis
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah
sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid
asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.

2.2 Prosedur Tindakan Ekstirpasi dan Kuretase


2.2.1 Ekstripasi
Definisi Ekstirpasi (biopsi) adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor
beserta kapsulnya atau pengambilan spesimen jaringan atau sel dari organisme hidup
baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis.
1) Diagonisis lesi neoplasma,
2) Memeriksa lesi spesifik, proses granulomatosa, penyakit metabolik tertentu,
dan kelainan darah,
3) Mengetahui adanya gangguan pertumbuhan,
4) Menentukan tindakan yang akan dilakukan pada penyakit tertentu, dan
5) Evaluasi kemajuan hasil pengobatan.

2.2.2 Kuretase

Pengertian Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat


kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misanya perforasi
(Sofian, 2011).

Pendekatan transerviks pada abortus bedah mensyaratkan bahwa serviks mula


mula harus dibuka (dilatasi) dan kemudian kehamilan di evakuasi dengan mengerok
keluar secara mekanis isi (kuretase tajam), dengan mengisap keluar isi (kuretase
hisap), atau keduanya. Namun paling sering digunakan adalah kuret hisap tapi
memerlukan kanula kaku yang dihubungkan ke sumber vakum bertenaga listrik
(Cunningham, et al, 2014).
1. Tujuan Kuretase
Menurut Damayanti (2014) bahwa tujuan kuretase dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Kuret sebagai diagnostik suatu penyakit rahim Yaitu mengambil sedikit
jaringan lapis lendir rahim, sehingga dapat diketahui penyebab dari
perdarahan abnormal yang terjadi misalnya perdarahan pervaginam yang
tidak teratur, perdarahan hebat, kecurigaan akan kanker endometriosis
atau kanker rahim, pemeriksaan kesuburan/fertilitas.
2) Kuret sebagai terapi Bertujuan menghentikan perdarahan yang terjadi
pada keguguran kehamilan dengan cara mengeluarkan hail kehamilan
yang telah gagal berkembang, menghentikanperdarahan akibat mioma
dan polip dari dalam rongga rahim, menghentikan perdarahan akibat
gangguan hormone dengan cara mengeluarkan lapisan dalam
mengeluarkan lapisan dalam rahim misalnya kasus keguguran,
tertinggalnya sisa jaringan janin di dalam rahim setelah proes persalinan,
hamil anggur, menghilangkan polip rahim.
2. Manfaat Kuretase
Kuretase ini memiliki beberapa manfaat tidak hanya untuk calon ibu atau
wanita yang mengalami keguguran, namun juga beberapa hal lainnya
untuk memeriksa masalah atau kesehatan pada rahim, diantaranya adalah:
1) Membersihkan rahim sesudah keguguran.
2) Mendiagnosa keadaan tertentu yang ada pada rahim.
3) Pendarahan pervaginam yang tidak teratur.
4) Membersihkan jaringan plasenta yang tersisa sesudah proses persalinan
di kemudian hari.
5) Menghilangkan blighted ovum atau tidak ada janin dalam kandung
telur.
6) Hamil anggur
7) Menghindari rahim tidak bisa kontraksi karena pembuluh darah pada
rahim tidak menutup sehingga terjadi pendarahan.
8) Membersihkan sisa jaringan pada dinding rahim yang bisa menjadi
tempat kuman berkembang biak dan timbul infeksi.
3. Indikasi Kuretase
indikasi kuretase dibagi menjadi dua yaitu :
1) Diagnostik : Jaringan endometrium untuk diagnosis histologi
2) Terapeutik : Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau melahirkan,
mengangkat polip atau endometrium hiperplastik.
4. Prosedur Kuretase
Persiapan pasien sebelum kuretase adalah:
a. Puasa Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
b. Persiapan psikologis Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam
menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia
kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang merasakan biasa
saja, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat
individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.
Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka
munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi karena rasa takut akan
menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat
13 bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa
takutnya udah bekerja lebih dahulu
2.3 Manajelem Keperawatan
2.3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk penderita Mioma
Geburt yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah umur klien, karena
kasus Mioma Geburt banyak terjadi pada wanita dengan usia 35 - 45 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keadaan yang dirasakan oleh klien yang paling utama. Untuk masalah
post operasi Mioma Geburt yang paling banyak adalah nyeri di sekitar
luka
2) Riwayat kesehatan sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang
telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. Kaji dengan pendekatan
PQRST. P adalah paliatif (faktor pencetus), Q adalah quality of pain
(kualitas nyeri), R adalah region (lokasi), S adalah skala of pain (skala
nyeri), T adalah time (waktu).
3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang
pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma
uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat
alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu,
penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada
anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma
uteri yang perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir,
sebab Mioma Geburt tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan Mioma Geburt, dimana Mioma Geburt tumbuh cepat
pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada
masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol, Palpasi:
terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas
atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi.
2.3.2 Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembesaran organ lain (D.0005
Hal 26)
2. Perpusi perier tidak efektif berhubungan dengan perdarahan (D.0009 Hal 37)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agenpencedera fisik (perbesaran uterus)
(D.0077 Hal 172)
4. Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan penekanan uterus (D.0040
Hal 96)
5. Konstipasi berhubungan dengan penekana pada kolon (D.0049 Hal 113)
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan disregulasi struktur evsikuler
dalam uterus (D.0056 Hal 128)
2.3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola nafas tidak efektif Pola Napas SLKI (L.01004 hal. 95) Manajemen jalan napas SIKI (I.01011 hal.
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 186)
pembesaran organ lain selama 1x7 jam diharapkan pola napas Observasi:
(D.0005 hal. 28) efektif dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
1. Dyspnea menurun skor 5 usaha napas)
2. Penggunaan otot bantu napas menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
skor 5 gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
3. Ortopnea menurun skor 5 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pernapasan pursed-lip menurun skor 5 Terapeutik:
5. Pernapasan cuping hidung menurun skor 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
5 head-tilt (jaw-thrust jika curiga trauma
6. Frekuensi napas membaik skor 5 servikal)
7. Kedalaman napas membaik skor 5 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Perpusi perier tidak efektif Perpusi Periper (L.02011 Hal 84) Perawatan Sirkulasi (I.02079 Hal 345)
berhubungan dengan Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan Observasi :
perdarahan (D.0009 Hal 37) Selama 1 X 7 Jam Diharapkan perpusi 1. Periksa sirkulasi periper
periper kembali efektif Dengan Kriteria Hasil 2. Identifikasi factor resiko gangguan
1. Denyut nadi periper meningkat dengan sirkulasi
nilia 5 3. Monitor panas,kemerahan,nyeri atau
2. Penyembuhan luka meningkat dengan bengkak pada ekstremitas
nilai 5 4. Monitor Hemoglobin klien
3. Turgor kulit membaik dengan nilai 5 Terapeutik :
4. Nyeri ekstremitas menurun dengan nilai 1. Hindari pengukuran infus atau
5 pengambilan darah di area keterbatasan
5. Pengisian kapiler membaik dengan nilai perpusi
5 2. Hindari pengukuran tekanan darah
6. Kelemahan otot menurun dengan nilai 5 pada ekstremitas dengan keterbatasan
perpusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cedera
Edukasi:
1. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri SLKI (L.08066 hal. 145) Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
dengan agenpencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
(perbesaran uterus) (D.0077 selama 1x7 jam diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
hal. 172) dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
1. Keluhan nyeri menurun skor 5 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun skor 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun skor 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 memperingan nyeri
5. Pola napas membaik skor 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi, pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
4. Gangguan eliminasi Eliminasi urin SLKI (L.04034) Hal . Manajemen Eliminasi urine SIKI I.04152)
24 Observasi :
urin berhubungan
Setelah Tindakan Keerawatan 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
dengan penekanan Dilakukan Selama 1 X 7 Jam inkontinensia urine
Diharapkan Eliminasi urin membaik 2. Identifikasi factor yang menyebabkan retensi atau
uterus SDKI
Dengan Kriteria Hasil inkontinensia urine
(D.0040) Hal. 95 1. Sensai berkemih sedang dengan nilai
3. Monitor eliminasi urine
3 Terapeutik :
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Frekuensi BAK membaik dengan
2. Batasi asupan cairan
nilai 5
3. Ambil sampel urine tengah atau kultur
3. Karakteristik urine cukup membaik
Edukasi :
dengan nilai 4
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
3. Ajarkan mengambil specimen urine midstream
4. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
5. Konstipasi Elminasi Fekal SLKI (L.04033) Hal . Manajemen Konstipasi SIKI I.04152)
23 Observasi :
berhubungan dengan
Setelah Tindakan Keerawatan 1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
penekana pada kolon Dilakukan Selama 1 X 7 Jam 2. Periksa pergerakan isis, karakterisitik usus
Diharapkan Eliminasi fekal membaik 3. Identifikasi faktor konstipasi
(D.0049 Hal 113)
Dengan Kriteria Hasil Kontrol 4. Monitor tanda dan gejala ruptur usus dan peritonitis
pengeluaran feses meningkat dengan Terapeutik :
nilai 5 1. Anjurkan diet tinggi serat
1. Keluhan defekasi lama dan sulit 2. Lakukan masase abdomen, Jika perlu
menurun ndengan nilai 5 3. Lakukan evakuasi feses secara manual,jika perlu
2. Nyeri abdomen menurun dengan 4. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
nilai 5 Edukasi :
3. Kram abdomen menurun dengan 1. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
nilai 5 2. Anjurkan peningkatan asupan cairan,jika tidak ada
4. Peristaltik usus membaik dengan kontraindikasi
nilai 5 3. Latih buang air besar secara teratur
5. Frekuensi defekasi membaik dengan 4. Ajarkan cara mengatasi Konstipasi/impaksi
nilai 5 Kolaborasi :
1. Konsutsi dengan tim mendis tentang penurunan/
peningkatan frekuensi usus
2. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas SLKI (L.05047 hal. Dukungan ambulasi SIKI (I.06171 hal. 22)
berhubungan dengan 149) Observasi
disregulasi struktur evsikuler Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dalam uterus (D.0056 hal. selama 1x7 jam klien menunjukan toleransi fisik lainnya
128) aktivitas dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
1. Frekuensi nadi meningkat skor 5
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
2. Keluhan lelah menurun skor 5
darah sebelum memulai ambulasi
3. Dyspnea saat aktivitas menurun skor 5
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
4. Dyspnea setelah aktivitas menurun skor 5
ambulasi
5. Perasaan lemah menurun skor 5
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambualasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjalan seusai toleransi
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Perawat
melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien yang bermasalah
kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupaun beresiko.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Purnadi Nakalelu
NIM : 2018.C.10a.0945
Ruang Praktek : IBS (Inhalasi Bedah Sentral)
Tanggal Praktek : 07 November 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 November 2021 & 15.28 WIB

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Yosudaros XXI
Tgl MRS : 07 November 2021
Diagnosa Medis : Mioma Geburt

3.1.1 Riwayat Kesehatan /Perawatan


1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Klien mengatakan Nyeri pada bagian abdomen, dengan skala nyeri 4
(sedang dari 1-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri muncul saat duduk
saja,nyeri berlangsung sekitar 5-6 menit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 07 november 2021 klien dibawa oleh keluarganya untuk
dirujuk kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian abdomen saat
klien duduk, klien mengatakan sebelumnya ada perdarahan pervagina
yang dialami sejar 1 bulan terakhir darah yang keluar banyak dan kadang
bergumpal pada saat di IGD klien mendapatkan pemeriksaan TTV dengan
hasil TD : 110/80 mmHg, N :92 x/menit, S: 37 0C, RR : 20 x/menit , klien
disarankan untuk melakukan rawat inap pada tanggal 07 november 2021 dan
klien akan menjalani proses tindakan ekstirpasi + kuretase.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat
operasi)
Klien mengatakan ada penebalan dinding Rahim sehingga dilakukan
kurtase.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular ,menurun ,menahun serta tidak ada dalam keluarga yang
mengalami penyakit serupa.

GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
3.1.2 Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum :
Kesadaran Klien compos mentis,klien tampak gugup, klien terpasang
infus Nacl 0,9 % 20 tpm, klien mengatakan sedikit gugup untuk
melakukan tindakan operasi.
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 370C  Axilla  Rektal  Oral
b. Nadi/HR : 88 x/mt
c. Pernapasan/RR : 24x/mt
d. Tekanan Darah/BP : 110/80mm Hg
3. Pre Op
Klien tampak dengan kesadaran compos mentis, klien tampak gugup dan
cemas karena baru pertama kali ingin menjalankan operasi, Klien terpasang
infus Nacl 0,9 % 20 tpm, TTV TD : 110/80 mmHg, N :88 x/menit, S: 370C,
RR : 20 x/menit, Persediaan pemberian transfuse darah 1 WB
4. Intra Op
Klien dalam posisi lototomi, pada saat pemeriksaan dalam dengan in
speculo didapatkan massa sedikit , bentuk tidak m dari kanalis servikalis,
dinding vagina tidak terdapat kelainan, dilakukan tindakan ekstirpasi,
kemudian dilanjutkan kuretase, tampak mioma geburt diekstirpas, mioma
geburt sebesar 6 cm , perdarahan ± 70 cc, Klien terpasang infus Nacl 0,9
% 20 tpm, golongan darah B, TTV TD : 110/80 mmHg, N :88 x/menit, S:
370C, RR : 20 x/menit.
5. Post Op
Klien mengatakan merasa Nyeri pada bagian genetalianya dan luka bekas
operasi juga tampak kemerahan, klien tampak meringis dan skala nyeri 5
(sedang dari 1-10), nyeri seperti ditusuk-tusuk, dan nyeri berlangsung lama,
TTV TD : 130/80 mmHg, N :93 x/menit, S: 370C, RR : 24 x/menit.
6. Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Ny. T Tanggal : 07 November 2021
Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
WBC 12,3 4,4-11,3
RBC 4,34 4,1-5,1
HBG 10,1 12,3-15,3
PLT 344 350-470
SGOT 49 <31
GDS 113 70-140
SPGT 10 <32
Ureum 23 10-50
Creatinin 0,9 <1,1
HbsAg Negatif
Free T4 9,22 12,8-20,4
TSH 1,45 0,27-4,20
Terapi yang diberikan
Pre Op Intra Op Post Op
Inj. Keterolak 3x10 mg Anastesi regional Pemsangan infus Nacl
0,9 % 20 tpm
Infomed consent Pemsangan infus Nacl Betadine 10%
0,9 % 20 tpm
Pemsangan infus Nacl Inj. Keterolak 3x10 Inj. Cefotaxime 2x1 mg
0,9 % 20 tpm mg

Tanggal 07 November 2021


Parameter Result/hasil Interpretasi Unit
Rapid Test SARS- COV
2
Covid-19 Ag NEGATIF NEGATIF NEGATIF

Pemeriksaan Radiologi 1 November


Hari/ Tanggal Jenis Kesan /
Pemeriksaan
Interpretasi
07-11-2021 USG Mioma submukosa
hasil USG

7. Penatalaksanaan Medis (Preoperatif, Premedikasi, Post Operatif)


a. Preoperatif
pada saat sebelum melakukan operasi klien diposisikan klien merasa
gugup dan sedikit cemas sebelum melakukan operasi.
b. Premedikasi
Pada premedikasi klien mengatakan diruangan tidak ada diberikan obat
sebelum dilakukan tindakan, TTV N : 86x/menit, RR: 20x/menit, TD:
110/80 mmHg, Suhu: 36 ⁰C dan terpasang infus Nacl 0,9% 20Tpm
c. Post operatif
Setelah tindakan ekstirpasi + kuretase selesai dari ruang IBS, klien dibawa
ke ruang recovery room, untuk diobservasi lebih lanjut. Setelah klien
kembali dalam keadaan normal kembali, klien di jemput oleh perawat dari
ruangan dan klien diserah terimakan ke ruangan lain.

Palangka Raya 07 November 2021

Purnadi Nakalelu
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operasi Perbesaran uterus Nyeri akut
DS : Klien mengatakan
nyeri pada bagian Gangguan kontraksi uterus
pinggang saat klien duduk,
dengan skala nyeri 4 Penekanan syaraf
(sedang dari 1-10), nyeri
seperti ditusuk tusuk,Nyeri Nyeri akut

muncul saat duduk saja,


nyeri klien berlangsung 5-
6 menit

DO :
 Klien tampak
meringis
 Klien tampak
memegang bagian
perutnya bawahnya
 TTV
 TD : 110/80 mmHg,
 N : 92 x/menit,
 S: 370C,
 RR : 20 x/menit
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operasi Mioma submukosa Ansietas
DS : Klien mengatakan
Gugup dan cemas karena berada dibawah endometrium
baru pertama kali operasi & menonjol kedalam rongga
uterus
DO :
 Klien tampak perbesaran uterus
gugup
 Klien tampak
cemas Kurang pengetahuan
 Klien tampak
gelisah
Pre operasi
 Skala Ansietas 2
(sedang)
 TTV Ansietas
 TD : 110/80 mmHg,
 N : 92 x/menit,
 S: 370C,
 RR : 20 x/menit
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Intra Operasi ekstirpasi +kuretase Resiko Perdarahan
DS : -
pengangkatan fibroid
DO :
 Klien diberikan terputusnya jaringan
anastesi regional
 HB klien 10,1
 Tindakan pembedahan perdarahan
15 menit
 Golongan darah B
Resiko perdarahan
 Persediaan pemberian
transfuse darah 1 WB
 CRT < 2 detik
 Perdarahan ± 70 cc
 Klien terpasang infus
Nacl 0,9 % 20 tpm
 TTV
 TD : 110/80 mmHg,
 N : 92 x/menit,
 S: 370C,
 RR : 20 x/menit
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Post operasi Tindakan ekstirpasi + Nyeri akut
DS : Klien mengatakan kuretase
merasa Nyeri pada bagian
genetalianya dan luka post operasi
bekas operasi juga tampak
kemerahan, klien tampak Terputusnya jaringan kulit

meringis dan skala nyeri 5


robeknya pada jaringan
(sedang dari 1-10), nyeri
syaraf perifer
seperti ditusuk-tusuk, dan
nyeri berlangsung lama
Nyeri

DO : Nyeri akut
 Klien tampak
meringis
 Klien tampak
memegangi area
post operasi
 TTV
 TD : 110/80 mmHg,
 N : 92 x/menit,
 S: 370C,
 RR : 20 x/menit
PRIORITAS MASALAH

Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan perbesaran uterus ditandai Klien tampak
meringis , Klien tampak memegang bagian perutnya bawahnya , TTV
:TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
2. Ansietas berhubungan dengan pre operasi,Klien tampak gugup, Klien
tampak cemas, Klien tampak gelisah, Skala Ansietas 2 (sedang), TTV :
TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
Intra Operasi
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan Tindakan ekstirpasi +kuretase
ditandai dengan , Klien diberikan anastesi regional, HB klien 10,1 ,
Tindakan pembedahan lebih dari 2 jam, CRT < 2 detik ,Perdarahan ± 70
cc,Golongan darah B ,Persediaan transfuse 1 WB, Klien terpasang infus
Nacl 0,9 % 20 tpm, TTV TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 37 0C, RR : 20
x/menit
Post operasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan Klien
tampak meringis,Klien tampak memegani area post operasi klien,TTV
:TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.T


Ruang Rawat : Instalasi Bedah Sentral
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Pre Operatif: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
1. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1x 30 menit 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan perbesaran uterus maka tingkat nyeri menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
ditandai Klien tampak kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
meringis , Klien tampak 1. Keluhan nyeri menurun skor 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
memegang bagian perutnya 2. Meringis menurun skor 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
bawahnya , TTV :TD : 3. Gelisah menurun skor 5 memperingan nyeri
110/80 mmHg, N : 92 4. Frekuensi nadi membaik skor 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
x/menit, S: 370C, RR : 20 5. Pola napas membaik skor 5 tentang nyeri
x/menit 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi,
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Pre Operatif: Setelah di lakukan perawatan Observasi:
1. Ansietas berhubungan selama 1x30 menit diharapkan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan pre Ansietas menurun, dengan kriteria: 2. Monitor tanda-tanda ansietas
operasi,Klien tampak 1. Verbalisasi kebingungan Terapeutik:
gugup, Klien tampak menurun dengan nilai 5 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
cemas, Klien tampak 2. perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
gelisah, Skala Ansietas 2. Anjurkan keluarga untuk tetap besama pasien,
dengan nilai 5
2 (sedang), TTV : TD : jika perlu
110/80 mmHg, N : 92 3. perilaku tegang menurun Edukasi:
x/menit, S: 370C, RR : 20 dengan nilai 5 1. latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
x/menit 4. pucat menurun dengan nilai 5 ketegangan
2. latihan teknik rileksasi
Koloborasi :
1. .kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu.
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Intra Operatif: Setelah dilakukan perawatan Observasi:
3.Resiko perdarahan selama 1x30 menit diharapkan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
berhubungan dengan resiko pendarahan klien menurun 2. Monitor nilai hemoglobin sebelum dan setelah
Tindakan ekstirpasi +kuretase dengan kriteria hasil kehilangan darah
ditandai dengan , Klien 1. Kelembapan membran 3. Monitor tanda-tanda vital ortostastik
diberikan anastesi regional, mukosam meningkat dengan 4. Monitor kougalasi
HB klien 10,1 , Tindakan meningkat dengan nilai 5 Terapeutik:
pembedahan lebih dari 2 jam, 2. Kelembapan kulit meningakat 5. Pertahankan bed rest selama perdarahan
CRT < 2 detik ,Perdarahan ± dengan nilai 5 6. Batasi tindakan invasive,Jika perlu
70 cc,Golongan darah B 3. Tekanan darah membaik Kolaborasi:
,Persediaan transfuse 1 WB, dengan nilai 5 7. Kolaborasi obat pengontrol perdarahan.
Klien terpasang infus Nacl 4. Suhu tubuh membaik dengan 8. Kolaborasi pemberian produk darah
0,9 % 20 tpm, TTV TD : nilai 5
110/80 mmHg, N : 92 x/menit,
S: 370C, RR : 20 x/menit
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Post Operasi: Setelah dilakukan tindakan Observasi:
4. Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 1x60 menit 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan luka operasi maka tingkat nyeri menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
ditandai dengan Klien kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
tampak meringis,Klien 1. Keluhan nyeri menurun skor 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
tampak memegani area 2. Meringis menurun skor 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
post operasi klien,TTV 3. Gelisah menurun skor 5 memperingan nyeri
:TD : 110/80 mmHg, N : 92 4. Frekuensi nadi membaik skor 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
x/menit, S: 370C, RR : 20 5. Pola napas membaik skor 5 tentang nyeri
x/menit 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi,
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perluu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. T


Ruang Rawat : Instalasi Bedah Sentral
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
senin -08-11 2021 Diagnosa Kep: Nyeri akut Evaluasi dilakukan pukul 08:30 WIB
07:00 WIB 1. Mengidentifikasi Lokasi, Karakteristik, S : Klien mengatakan “saya masih merasa nyeri pada bagian
Durasi, Frekuensi, Kualitas, Intensitas perut bagian bawah saya, Nyeri seperti ditusuk-tusuk,
07:10 WIB Nyeri Skala Nyeri 3 dari (1-10) Skala Nyeri muncul setiap 3-4
07:20 WIB 2. Mengidentifikasi Skala Nyeri menit
3. Mengidentifikasi Respon Non Verbal O:
07: 30WIB
4. Mengidentifikasi Factor Yang  Klien tampak meringis
07:40 WIB Memperberat Dan Memperingan Nyeri  Klien terlihat memegang perut
07:50 WIB 5. Memberikan Teknin Nonfarmakologi  Klien diajari teknik teknik relaksasi nafas dalam
Untuk Mengurangi Rasa Nyeri A : Masalah belum teratasi
08:00 WIB
6. Mengotrol lingkungan yang memperberat P : Hentikan intervensi (Tindakan Operasi)
08:10 WIB rasanyeri
7. Menjelaskan Penyebab, Periode, Dan Purnadi Nakalelu
Pemicu Nyeri
Diagnosa 8. Mengajarkan Teknik Nonfarmakologi
keperawatan 1 Pre Untuk Mengurangi Rasa Nyeri
Operatif

Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Nama Perawat
Senin -08-11 2021 Diagnosa Kep : Ansietas Evaluasi dilakukan jam 10:00 WIB
09.00 WIB S : Klien mengatakan “saya merasa gugup dan cemas karen
1 Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah dilakukan tindakan operasi
09:06 WIB 2 Memonitor tanda-tanda ansietas O:
09:12 WIB 3 Menciptakan suasana terapeutik untuk  Klien masih tampak cemas
menumbuhkan kepercayaan  Klien tampak tegang
09:24 WIB
4 Menganjurkan keluarga untuk tetap besama  Ansietas klien skalanya masih 2 (sedang)
09:30 WIB  Klien diberikan teknik relaksasi nafas dalam untuk
pasien, jika perlu
5 Melatih teknik rilaksasi membuat klien sedikit tenang
 Klien diinformasikan tujuan dari tindakan operasi
 Keluarga klien dianjurkan 1 orang untuk tetap
Diagnosa bersama klien
keperawatan 2 A : Masalah belum teratasi Purnadi Nakalelu
P : Hentikan intervensi (Tindakan Operasi)
Pre Operatif:
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
Senin -08-11 2021 Diagnosa Kep : Resiko Pendarahan Evaluasi dilakukan jam 14:00 WIB
13.00 WIB S:-
1 Memonitor tanda dan gejala perdarahan O:
13:06 WIB 2 Memonitor tanda-tanda vital ortostastik  Klien terpasang infus Nacl 0,9 % 20 tpm
13:12 WIB 3 Memonitor kougalasi  Klien diberikan anastesi regional
13:24 WIB
4 Melakukan kolaborasi pemberian produk darah  Persediaan pemberian transfuse darah 1 WB
5 Memantau dan mengukur perdarahan selama  Perdarahan yang terjadi 70 CC
13:30 WIB  Terpasang monitor tanda-tanda vital
operasi berlangsung
 TTV
 TD : 120/80 mmHg,
 N : 70 x/menit,
Diagnosa
 S: 370C,
keperawatan 3  RR : 20 x/menit Purnadi Nakalelu
Intra Operatif: A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi1,2,3,4, dan 5 (diruang recovery
room)
1 Monitor tanda dan gejala perdarahan
2 Monitor tanda-tanda vital ortostastik
3 Monitor kougalasi
4 Lakukan kolaborasi pemberian produk darah
5 Pantau dan mengukur perdarahan selama operasi
berlangsung
Tanda tangan dan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nama Perawat
senin -08-11 2021 Diagnosa Kep: Nyeri akut Evaluasi dilakukan pukul 15:30 WIB
14:00 WIB 1. Mengidentifikasi Lokasi, Karakteristik, S : Klien mengatakan “saya merasa nyeri pada bagian luka operasi
Durasi, Frekuensi, Kualitas, Intensitas klien didaerah genetalianya dengan nyeri seperti ditusuk, lokasi
14:10 WIB Nyeri nyeri pada bagian genetalia bekas operasi, skala nyeri 5 dari (1-
14:20 WIB 2. Mengidentifikasi Skala Nyeri 10)
3. Mengidentifikasi Respon Non Verbal O:
14: 30WIB
4. Mengidentifikasi Factor Yang  Klien tampak memperagakan teknik non farmakologi
14:40 WIB Memperberat Dan Memperingan Nyeri yang diajarakan
14:50 WIB 5. Memberikan Teknin Nonfarmakologi  Klien tampak gelisah
Untuk Mengurangi Rasa Nyeri  Klien tampak meringis
15:00 WIB
6. Mengotrol lingkungan yang  Klien tampak memperagakan teknik nonfarmakologi
15:10 WIB memperberat rasanyeri berupa teknik relaksasi nafas dalam
15:20 WIB 7. Menjelaskan Penyebab, Periode, Dan  Klien tampak sering memegangi luka Purnadi Nakalelu
Pemicu Nyeri  Kolaborasi pemberian inj.keterolac 3x10 mg jalur IV
8. Mengajarkan Teknik Nonfarmakologi  TTV
Diagnosa Untuk Mengurangi Rasa Nyeri  TD : 110/80 mmHg,
keperawatan 4 Post
9. Berkolaborasi pemberian analgetik  N : 92 x/menit,
berupa Inj. Ketorolac 3x10 mg
Operatif:  S: 370C,
 RR : 20 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
1. Identifikasi Lokasi, Karakteristik, Durasi,Frekuensi,
Kualitas, Intensitas Nyeri
2. Identifikasi Skala Nyeri
3. Identifikasi Respon Non Verbal
4. Identifikasi Factor Yang Memperberat Dan Memperingan
Nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Thompson M, Carr B. Intramural myomas: to treat or not to treat. Int J Womens


Health. 2016 https://www.fertstert.org/article/S0015-0282(11)00176-2/pdf
Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014
Liang B, Xie Y-G, Xu X-P, Hu C-H. Diagnosis and treatment of submucous myoma
of the uterus with interventional ultrasound. Oncol Lett [Internet]. 2018 Feb 27
[cited 2018 Sep 19]; Available from:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/jmp/article/download/12045/9223.
Laughlin-Tommaso SK. Non-surgical Management of Myomas. J Minim Invasive
Gynecol. 2018
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:1132-53.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Cetakan III). Jakarta
Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Cetakan III). Jakarta
Selatan: PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Cetakan II).Jakarta
Selatan: PPNI
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MANAJEMEN NYERI

Di susun oleh:

Nama : Purnadi Nakalelu


NIM : 2018.C.10a.0945

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRORAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2021/2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Mioma geburt


Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Pada Pasien Dengan Diagnose
Medis Mioma Geburt
Sasaran : Ny . T
Hari/Tanggal : Senin, 08 November 2021
Waktu : 20 menit
Tempat : Ruang Recovery

A. Materi
Berikut adalah paparan materi yang akan disampaikan yaitu :
1. Menjelaskan pengertian nyeri.
2. Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri.
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
4. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri.
5. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post operasi
B. Metode
Berikut adalah metode yang akan kami gunakan dalam penyampaian materi
yaitu:
1. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan. Dalam metode tanya jawab terdapat
kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus
memperhatkan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan
digunakan.
C. Media
Berikut media yang digunakan untuk penyampaian materi yaitu:
1. Leaflet
D. Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi untuk penyampaian materi yaitu :
1. Penyaji : Purnadi Nakaleu
Penyaji adalah menyaji hasil diskusi.
Tugas seorang penyaji adalah menyajikan hasil diskusi dari peserta
dan memberiktahukan kepada moderator agar moderator dapat
memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusi
2. Moderator : Purnadi Nakalelu
Moderator adalah pengatur dan pengarah jalannya diskusi dengan
peserta lainnya.
Tugas seorang moderator adalah untuk mengatur dan memberi arahan
kepada peserta lainnya. Moderator juga bias disebut sebagai
pemimpin.
3. Notulen : Purnadi nakalelu
Penulis adalah orang yang mencatat data diskusi.
Tugas seorang penulis adalah mencatat semua data yang telah
disampaiakan oleh moderatot, penyaji, atau peserta.
4. Fasilitator : Purnadi Nakalelu
Peserta diskusi adalah pembantu penyaji menjawab dan juga bertanya.
Tugas peserta diskusi adalah membantu penyaji menjawab, bertanya,
dan juga memberi saran atau kritik kepada moderator atau juga peserta
lainnya

E. Denah Tempat

Edv

Keterangan :
Penyaji
Moderator
Notulen
Fasilitator
Peserta
F. Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan paserta Waktu
kegiatan
1 Orientasi  Mengucapkan salam  Menjawab 5
 Memperkenalkan diri salam Menit
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan
kegiatan yang akan  Memperhatikan
dilakukan.
2 Isi  Menjelaskan Pengertian  Mendengarkan 10
demam typhoid  Memerhatikan menit
 Menjelaskan Penyebab
demam typhoid
 Menjelaskan Tanda dan
gejala demam typhoid
 Menjelaskan Pencegahan
demam typhoid
 Menjelaskan Manajemen
nutrisi pada pasien demam
typhoid

3 Penutup  Memberi kesempatan pada 5 menit


peserta untuk bertanya.
 Menjawab pertanyaan dari
peserta
 Melakukan evaluasi
dengan memberikan
beberapa pertanyaan
kepada peserta.
 Menyimpulkan hasil dari
penyuluhan.
 Menutup sesi acara
dengan mengucapkan
salam

3.7 Evaluasi
Berikut evalusi dari penyampaian materi yaitu:
1. Kesiapan materi
2. Kesiapan SAP
3. Kesiapan media: Leaflet
4. Peserta ditempat penyuluhan
5. Penyelenggara dilaksanakan di ruang bougenville
6. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya.
MATERI PENYULUHAN

I. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan pengalaman yang sangat individual dan subjektif


yang dapat mempengaruhi semua orang di semua usia. Nyeri dapat
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Penyebab nyeri yaitu proses
penyakit, cedera, prosedur, dan intervensi pembedahan (Kyle, 2015).
II. Klasifikasi
Menurut Potter & Perry (2010) secara umum nyeri dibagi menjadi dua
yaitu,
a) Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga kurang dari 6 bulan biasanya
dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan
atau cidera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi
dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri
ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang terjadi
adalah nyeri pasca pembedahan (Potter & Perry, 2010).

b) Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan
penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak
memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga sering di
definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan 18 merupakan
suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan
nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2010).

III. Skala Nyeri

1. Skala Deskriptif Verbal (VDS)


Skala deskriptif verbal (VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai
“nyeri tidak tertahankan”. Perawat menunjukan klien skala
tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri
terbaru yang ia rasakan (Potter & Perry, 2013).
2. Skala Penilaian Numerik (NRS)
Skala penilaian numerik atau numeric rating scale (NRS)
lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.
Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10 (Potter
& Perry, 2013).
3. Skala Analog Visual (VAS)
VAS adalah suatu garis lurus yang mewakili intensitas
nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi
verbal pada ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan
penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri (Potter &

Perry, 2013).

4. Skala Nyeri Wajah


Skala wajah terdiri atas enam wajah dengan profil kartun
yang menggambarkan wajah yang sedang tersenyum (tidak
merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat
menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih
sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat)
(Potter & Perry, 2010).

V. Dampak Nyeri
Menurut Tanjung (2016) Nyeri akut baik yang ringan
sampai yang berat akan memberikan efek pada tubuh
seperti :

a. Sistem respirasi
Karena pengaruh dari peningkatan laju metabolisme,
pengaruh reflek segmental,dan hormon seperti bradikinin
dan prostaglandin menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen tubuh dan produksi karbondioksida mengharuskan
terjadinya peningkatan ventilasi permenit sehingga
meningkatkan kerja pernafasan. Hal ini menyebabkan
peningkatan kerja sistem pernafasan, khususnya pada pasien
dengan penyakit paru. Penurunan gerakan dinding thoraks
menurunkan volume tidal dan kapasitas residu fungsional.
Hal ini mengarah pada terjadinya atelektasis,
intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan terkadang dapat
terjadi hipoventilasi.
b. Sistem kardiovaskuler
Pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Terjadi
gangguan perfusi, hipoksia jaringan akibat dari efek nyeri
akut terhadap kardiovaskuler berupa peningkatan produksi
katekolamin, angiotensin II, dan anti deuretik hormon
(ADH) sehingga mempengaruhi hemodinamik tubuh seperti
hipertensi, takikardi dan peningkatan resistensi pembuluh
darah secara sistemik. Pada orang normal cardiac output
akan meningkat tetapi pada pasien dengan kelainan fungsi
jantung akan mengalami penurunan cardiac output dan hal
ini akan lebih memperburuk keadaanya. Karena nyeri
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen myocard,
sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya iskemia
myocardial.
c. Sistem gastrointestinal
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan
sfinkter dan menurunkan motilitas saluran cerna yang
menyebabkan ileus. Hipersekresi asam lambung akan
menyebabkan ulkus dan bersamaan dengan penurunan
motilitas usus, potensial menyebabkan pasien mengalami
pneumonia aspirasi. Mual, muntah, dan konstipasi sering
terjadi. Distensi abdomen memperberat hilangnya volume
paru dan pulmonary dysfunction.
d. Sistem urogenital
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan sfinkter saluran kemih
dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan retensi urin.

VI. Manajemen Nyeri


a. Farmakologi
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri yang
sangat hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah
analgesik. Menurut Smeltzer & Bare (2015), ada tiga jenis analgesik yakni:
a) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang
rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.
b) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan untuk
nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek
samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi,
konstipasi, mual muntah.
c) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative, anti
cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau menghilangkan
gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual

b. Non Farmakologi
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam
pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang obat
sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak
aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan
nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat
rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan
(Smeltzer & Bare, 2015).
a) Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer and Bare, 2015).
Beberapa sumber-sumber penelitian terkait tentang teknik distraksi yang
ditemukan peneliti sejauh ini efektif diterapkan pada pasien anak-anak
terutama usia prasekolah sebagaimana dalam penelitian Pangabean pada
tahun (2014), menurut Pangabean salah satu teknik distraksi adalah dengan
bercerita dimana teknik distraksi bercerita merupakan salah satu strategi non
farmakologi yang dapat menurunkan nyeri. Hal ini terbukti pada
penelitiannya dimana teknik distraksi dengan bercerita efektif dalam
menurunkan nyeri anak usia prasekolah pada pemasangan infus yakni dari
nyeri skala 3 ke nyeri skala 2. Kemudian Sartika, Yanti, Winda (2015),
menambahkan salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan dalam
penatalaksanaan nyeri lainnya adalah dengan menonton film cartun animasi,
dimana ini terbukti dalam penelitiannya bahwa dengan diberikan distraksi
berupa menonton film cartun animasi efektif dalam menurunkan nyeri anak
usia prasekolah saat pemasangan infus. Contoh dari distraksi adalah
menonton tv, mendengarkan musik, membaca buku,membayangkan hal-hal
indah dan aromaterapi.

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental. Perawat dapat menggunakan musik dengan
kreatif di berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan
suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan
musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi, 2015). Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang
dan waktu. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat
memberikan efek terapiutik. Dalam keadaan perawatan akut, mendengarkan
musik dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2010).
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan. Mekanisme kerja
perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem
fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat
mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Beberapa
jenis aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri adalah
aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender.
b) Relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom.
Dalam Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,
selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga
dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Pasien dapat
memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama
yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat
bersama setiap inhalasi dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare, (2015) tahapan relaksasi nafas dalam adalah
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil
merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan- lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali

Anda mungkin juga menyukai