PALANGKARAYA
OLEH :
ANJUWITA
2019. C.11a.0999
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Anjuwita
NIM : 2019.C.11a..0999
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Tn. H dengan Diagnosa Medis Tumor Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku penanggungjawab mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK).
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Ibu Erika Sihombing, S. Kep., Ners selaku pembiming lahan di ruang Gardenia
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang
telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Dahlia.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 22 Maret 2022
Anjuwita
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
iii
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.......................................................................................24
3.2 Analisis Data...................................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................38
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.......................................43
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................46
4.2 Saran..............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................47
SAP.......................................................................................................48
LEAFLET............................................................................................55
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor merupakan sebuah benjolan abnormal dalam tubuh yang dapat
bersifat jinak atau ganas dan biasanya disebabkan oleh penyebaran sel
abnormal yang tumbuh tidak terkontrol dan tidak terkendali (keganasan)
maupun infeksi (Iqbalawaty, et al., 2019). Tumor ganas paru berasal dari
tumor ganas epitel primer saluran nafas yang dapat menginvasi struktur
jaringan disekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah dan sistem limfatik (Tandi, Tubagus, & Simanjuntak, 2016). Tumor
ganas yang berasal dari epitel paru akan berkembang menjadi kanker paru
primer (Kemenkes RI, 2017).Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat
berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran
pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami
degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat
dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran
pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat .
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang mengancam nyawa
dan paling sering terjadi pada pria (Puruhito, 2013). WHO (2018) menyatakan
bahwa kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dengan
presentase sebesar 9.6 juta jiwa meninggal ditahun 2018 dan 2.09 juta jiwa
diantaranya meninggal akibat kanker paru. Sebanyak 51% kanker paru terjadi
pada laki-laki dan 49% diantaranya menyerang perempuan yang sering
terpapar dengan asap rokok (LungEvity Foundation, 2019).
Indonesia menempati urutan ke 8 di Asia Tenggara dan urutan ke 23 di
Asia untuk kategori angka kejadian penyakit kanker. Kanker paru menempati
posisi pertama di Indonesia untuk jenis kanker yang terjadi pada laki-laki
yaitu dengan presentase kematian sebesar 10,9 per 100.000 penduduk dan
diikuti dengan kanker hati pada posisi kedua. Sedangkan angka kejadian
tertinggi kanker yang terjadi pada wanita yaitu kanker payudara dengan rata-
rata kematian sebesar 17 per 100.000 penduduk dan diikuti oleh kanker leher
1
rahim (kanker servix) pada posisi kedua (Kemenkes RI, 2019). Salah satu
penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada pasien tumor paru adalah dengan
operasi (pembedahan). Pembedahan adalah tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani
(Mulyani, Purnawan, & Upoyo, 2019). Fase yang dimiliki oleh pembedahan
terdiri dari fase preoperatif, intra operatif, dan pasca-operatif. Preopertif
pembedahan terjadi saat pasien memutuskan untuk bersedia dilakukan
pembedahan dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang operasi.
Pembedahan sendiri merupakan pengalaman yang dapat menimbulkan
berbagai efek samping pada pasien, tidak terlepas juga efek psikologis seperti
kecemasan (Rahmayati, Silaban, & Fatonah, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Tumor Paru ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari laporan ini adalah:
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.H Dengan Tumor Paru
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Tumor Paru
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan
Pada Tn.H Dengan Tumor Paru
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
4. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
5. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Tn.H
Dengan Tumor Paru
6. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
Tn.H Dengan Tumor Paru
2
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
8. Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tumor Paru
2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada
pria maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di
dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain
yang menyebar ke paru- paru(Suryo, 2013).
4
tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum .Paru-
paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak)
diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam
dasar leher.Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks,
diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-
paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
a) Rongga hidung
b) Faring
5
dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga
region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratoriun dan digestif.
c) Laring
a) Trakhea
b) Bronkus
6
pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru
menuju laring.
c) Bronkiolus
d) Alveoli
e) Alveoulus
f) Paru-paru
7
b. Fisiologi
8
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan
oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira
0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini
menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan
waktu difusi.Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat
menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak
lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia,
tetapi tidak diakui sebagai faktor utama.
9
pernapasan.Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan
memungut lebih banyak O2.
10
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
factor utama,, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan pridisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imonologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung ( vitamin A, dan betakaronin ), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic (Nanda, 2015).
11
vertebra.Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati.Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
12
Faktor Predisposisi :
2.1.6 WOC Asap tembakau, Polusi udara, Pemajuan Okupasi,
Radon, Faktor Keturunan, Perubahan Peradangan
Kronik, Vitamin A
B2 B4 B5
B1 B3 Ketidakmampuan merawat diri
secara mandiri
Tumor menyebar
Suplai O² ke jaringan Matestase ke tulang Gangguan pertukaran
Perubahan Struktur ke nodus limfe
menurun dan jaringan gas
dan fungsi sel paru Ketergantungan terhadap orang
Menekan jalan lain
Sesak napas
Kelemahan Fisik Merangsang system masuknya makanan
Gangguan Pertukaran saraf Defisit perawatan
Gas Suplai cairan kedalam
Nutrisi menurun diri
Intoleransi Aktifitas tubuh kurang
Menstimulasi Nyeri
Haus Kekurangan Ketidak seimbangan nutrisi
Nyeri volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
13
2.1.7 Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis.Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium
lanjut.
b. Invasi local
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior
c. Gejala penyakit metastasi
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supra lavikula (sering menyertai
metastasis)
d. Sindrom paraneoplastik( terdapat pada 10 % kanker paru ) dengan
gejala
a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )
e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.
2.1.8 Komplikasi
14
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.
15
bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi
dantorakotomi.Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan
tipekanker.SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecil
mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang
atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang
berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik
dengan beberapa fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai
dengan sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin
dan dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan
pada karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh
dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk
skuamosa dan glandular dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel
jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya.
e. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang
diagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-
spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
f. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC
) ke tulang dilaporkan sebesar 15 %
d. Penatalaksanaan Medis
1. Keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau
nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen
sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan
kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
c. Anjurkan mobilisasi secara dini
16
d. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi
respirasi abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.
2. Medis
a. Pembedahan
b. Toraktomi eksplorasi
f. Radiasi
g. Kemoterapi
17
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan umum
Pengkajian keperawatan yang nyeri dada, sesak napas, mengi, batuk,
sputum mengandung darah (hemoptisis).
2. Riwayat
a) Terpajan terhadap lingkungan karsinogen (polusi udara, arsenik,
debu logam, asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos).
b) Penyakit kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan
pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
c) Riwayat kesehatan keluarga Salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah riwayat keluarga. Faktor gen menjadi salah satu penyebab
kanker.
d) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dada untuk mengetahui
a. Deformitas atau ketidakseimbangan
b. Retraksi intercostal
c. Gangguan atau penyimpangan gerakan pernapasan
d. Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas.
e. Retraksi inspirasi pada area supraklavikular
f. Kontraksi inspirasi sternomastoideus
2) Palpasi dada untuk mengetahui
a. Nyeri tekan
b. Pengkajian terhadap abnormalitas yang dapat dilihat
c. Ekspansi pernapasan
d. Fremitus taktil
e) Perkusi dada Bunyi jantung normal mungkin tidak ada pada
emfisema.
f) Auskultasi
18
a. Bunyi napas
b. Bunyi napas tambahan Crackles/rales, mengi atau ronchi,
wheezing.
c. Jika ada indikasi, bunyi suara yang ditransmisikan.
g) Pemeriksaan kuku jari dan tangan
Inspeksi : Falang dorsal membulat dan menggelembung.
Kecembunngan dari lempeng kuku meningkat. Sudut antara
lempeng kuku dan lipatan kuku proksimal bertambah sampai 180º
atau lebih. Lipatan kuku proksimal teraba seperti busa. Banyak
penyebab dan kondisi ini, termasuk hipoksia kronis dan kanker
paru.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang
berlebih
2) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
4) Intoleran aktivitas b.d ketidaksimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
19
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
produksi sputum yang berlebih selama 2x7 jam diharapkan pasien akan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
mempertahan keefektifan pola nafas kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Menunjukan jalan nafas yang paten 3. Monitor sputum (Jumlah, warna,
2. RR normal (16-20x/m) c. Saturasi O2 Aroma)
dalam batas normal Terapeutik :
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-titt dan chin-lift
5. Posisikan semi-fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan pengisapan lender kurang
dari 15 detuk
8. Beri oksigen, jika perlu
Edukasi :
9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
20
10..............................................................
Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi :
11..............................................................
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Nyeri akut b.d agen cedera biologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
selama 2x7 jam diharapkan nyeri pasien 1. Identifikasi pencetus dan Pereda
akan berkurang dengan kriteria hasil: nyeri
1. Skala nyeri berkurang 2. Monitor kualitas nyeri
2. Pasien mampu mengontrol nyeri 3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
3. Pasien menyatakan rasa nyaman 4. Monitor intensitas nyeri dengan
setelah nyeri berkurang menggunakan skala
4. Tanda vital dalam rentang normal 5. Monitor durasi dan prekuensi nyeri
5. Tidak mengalami gangguan tidur Terapeutik :
6. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
7. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
21
8. Jelaskan tujan dan prosedur
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
kebutuhan tubuh b. d faktor biologis selama 2x7 jam diharapkan pasien akan 1. Identifikasi status nutrisi
mempertahankan keseimbangan nutrisi 2. Identifikasi makanan yanbg disukai
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Nafsu makan pasien akan meningkat nutrein
2. Bb kembali normal 4. Monitor asupan makan
3. Bab lancar 5. Monitor berat badan
Terapeutik :
6. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Berikan makan tinggi kalori dan
tinggi protein
9. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
22
Edukasi :
10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrein yang dibutuhkan, jika perlu
23
rendah stimulus
5. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif/aktif
6. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edikasi :
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
24
cara meningkatkan asupan makanan
25
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
(Nursalam,2015).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
23
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 219.C.11A.0999
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 56 tahun
Suku/Bangsa : Banjar
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
24
1. Keluhan Utama :
25
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
: laki laki
: perempuan
: pasien
C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
2. Status Mental :
Tingkat Kesadaran pasien composmentis, saat dilakukan pengkajian
pasien terlentang lemes, berbicara jelas namun mengungkapkn cemas
karena takut efek setelah operasi yang dilakukan. klien pada orientasi
waktu yaitu klien dapat membedakan pagi siang dan malam, pada
orientasi orang klien dapat membedakan dokter, perawat dan keluarga,
pada orientasi tempat klien dapat mengetahui bahwa dirinya berada di
rumah sakit, pasien tidak terjadi halusinasi dan proses berpikir baik
serta mekanisme pertahanan yang adaptif.
26
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36.30C
b. Nadi/HR : 70 x/mt
c. Pernapasan/RR : 23 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 118/80 mmHg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Terdapat nyeri dadaa, CRT < 2 detik, ictus cordis tidak tampak vena
jungularis tidak meningkaat serta suara jantung normal
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Saat dilakukan pemeriksaan Nilai GCS : 15 dengan kesadaran
composmentis, Pupil isokor , refleks cahaya kanan dan kiri:+/+ ,
pasien tampak gelisah
Uji Syaraf Kranial :
27
Nervus Kranial V :Normal, pasien dapat menekuk rahang dan
mulut
Uji Koordinasi pada ektremis atas dan bawah +/+ +/+ seta uji
kestabilan tubuh +
28
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, ukuran otot simetris , saa
dilakukan Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas
bawah 5/5.
b. Telinga / Pendengaran :
c. Hidung / Penciuman:
29
tampak bersih, tidak ada lesi maupun kemerahaan
30
3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan pola tidurnya pada malam hari sebelum sakit 7-8
jam, dan pada siang hari 2-3 jam, selama sakit pada malam hari 6-7
jam dan pada siang hari1-2 jam.
4. Kognitif :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tau tentang penyakitnya, saat diberi
pertanyaan pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan mengenai penyakitnya.
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri pasien yaitu menyukai tubuhnya, ideal diri pasien ingin
sekalicepat sembuh, identitas diri pasien adalah seorang laki-laki,
harga diri pasienmenerima dirinya apa adanya, peran diri pasien
adalah seorang ayah dan kakek.
6. Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas klien sebelum sakit biasanya dapat melakukan aktivitasnya
secaramandiri, sesudah sakit sebagian aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya dan perawat karena setiap pasien melakukan aktivitas
secara berlebihan pasien merasa sesak.
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan apabila ada masalah klien hanya bercerita kepada
keluarganya. Klien memiliki koping yang baik dalam menghadapi
stress dan dapat mengatasi stress serta menyelesaikan masalah
31
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan selama mendapat pengobatan dan perawatan tidak
adatindakan dokter dan perawat yang bertentangan dengan
keyakinannya.
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada petugas kesehatan
dengankata- kata yang jelas.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa sehari-hari pada klien biasa menggunakan bahasa banjar dan
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Harmonis ditandai dengan adanya perhatian yang diberikan keluarga.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan klien dengan teman, petugas kesehatan dan orang lain baik,
klientampak kooperatif dan terbuka saat dilakukan pengkajian.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat klien adalah anak-anaknya dan keluarganya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat dan
berkumpul dengan keluarganya.
7. Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien tidak bisa beribadah seperti biasanya klien hanya
bisa berdoa sambil berbaring ditempat tidur saja
32
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Pemeriksaan labolatorium 11/3/2022
33
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi Medis Dosis Indikasi
Infus Nacl 0.9 % drip WB 1A/12 jam Digunakan pada kondisi
kekurangan natrium dan
klorida, pengganti cairan
isotonic plasma, dan
digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi.
Injeksi lanzoprazole 30 gr 1x1 Untuk mengobati tukak
lambung dan tukak 12 jari,
esophagitis erosive
(peradangan/luka pada lapisan
kerongkongan karena refluks
cairan lambung)
Injeksi ceftriaxone 1x2 Untuk mengatasi infeksi
bakteri gram negatif maupun
gram positif
Po/ curvit syr pct 500 3x1 Sebagai suplemen untuk
memperbaiki nafsu makan
Omeprazole 1x20 mg Untuk mengurangi kadar
asam lambung
Nebulizer ventolin 3x/hari Untuk meredakan gejala asma
Mahasiswa
Anjuwita
34
ANALISIS DATA
35
l/menit
• Frekuensi nadi meningkat
N : 112 x/menit
• RR : 23 x/menit
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
36
PRIORITAS MASALAH
37
RENCANA KEPERAWATAN
38
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
pencedera fisik D.0077
Stelah dilakukan tindakan 2x4 jam masalah Observasi :
nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Perilaku membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Terapeutik:
5. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi :
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
39
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Toleransi Aktivitas meningkat (L.05047) Manjemen energi (I.05178)
kelemahan D.0056
setelah dilakukan tindakan 2x4 jam Observasi :
Diharapkan Intoleransi meningkat dengan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kriteria hasil
mengakibatkan kelelahan
1. saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik
2. keluhan lelah menurun 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
3. dispnea saat/setelah melakukan selama melakukan aktifitas
aktivitas menurun Terapeutik :
4. frekuensi napas membaik 4. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
5. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edikasi :
40
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkaytkan asupan makan.
Ansietas berhubungan dengan krisis Tingkat ansietas L.09093 Reduksi Ansietas I.09314
situasional D.0080
Stelah dilakukan tindakan 1x4 jam Observasi :
diharapkan masalah ansietas teratasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan kriteria hasil:
(mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 2. Monitor tanda ansietas (verbal dan non
yang dihadapi menurun verbal)
2. Perilaku gelisah menurun
3. Orientasi membaik Terapeutik :
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
4. Temani pasien untuk mengurangi
41
kecemasan , jika memungkinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi :
6. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
8. kolaborasi pemberian obat anti ansietas
42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
43
oksigen
44
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 22 Maret 2022 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S:
tubuh yang mengakibatkan Pasien mengatkan mempunyai riwayat
10.00-11.00 WIB
kelelahan penyakit asma . jika beraktifitas terlalu
2. Memonitor kelelahan fisik lama sesak pasien kembali
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara O:
bertahap - Tampak pasie membatasi aktifitas
- Aktifitas dibantu keluarga dan
perawat
Anjuwita
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Managemen energi
45
Selasa, 22 Maret 2021 1. Mengidentifikasi saat tingkat S :
11.0-12.0 WIB ansietas berubah (mis. Kondisi, Pasien mengatakan bisa memahami
waktu, stressor) setelah diajarkan relaksasi dan ditemani
2. Mengidentifikasi Monitor tanda anaknya, rasa cemas tentang perbaikan
anxietas (verbal dan non verbal) kondisi setelah operasi
3. Menemani pasien untuk O : Anjuwita
mengurangi kecemasan , jika 1. Tampak cemas pasien menurun
memungkinkan 2. Tampak pasien lebih kooperatif
4. Memotivasi mengidentifikasi 3. Pasien tampak mempraktikkaan
situasi yang memicu kecemasan relaksasi yang telah diajarkan
5. Melatih teknik relaksasi didampingi sang anak
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
46
07.30-08.00 WIB Pasien mengatakan sesekali bernapas
2. Mengkolaborasi penentuan dosis tanpa menggunakan bantuan oksigen
oksigen
O:
Terapi oksigen 2 l/menit
RR: 21x/menit SPO2: 99%
A: Anjuwita
Masalah pola napas teratasi
P:
Hentikan intervensi
47
2. Mengkolaborasi pemberian injeksi mempraktikkan distraksi untuk
analgetik ketorolac 30 mg mengalihkan nyeri
• Nyeri berkurang saat melakukan
distraksi, nyeri seperti tersayat di
bagian dada kiri, skala nyeri 1, nyeri
hilang timbul.
O: Anjuwita
- Tampak pasin sesekali mempraktikan
distraksi yang telah diajarakan
- Terapi ketorolac 30 mg
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Jam Nama Perawat
Rabu, 23 Maret 2022 1. Memonitor kelelahan fisik S:
10.00-11.00 WIB 2. Anjurkan melakukan aktivitas Pasien mengatkan sudah belajar duduk
secara bertahap dan berpindah ke sisi tempat tidur
48
O:
Tampak keluarga membantu dan
mendampingi pasien untuk melakukan
ambulasi Anjuwita
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
49
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
OLEH :
Anjuwita
2019.C.11a.0999
48
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
Pendidikan
Sasaran :
Tujuan
Tujuan Instruksional
Media
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam
49
Waktu Pelaksanaan
50
51
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Teknik
Relaksasi Napas Dalam’
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengertian Teknik
Relaksasi Napas Dalam”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat Teknik
Napas Dalam”
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan,
Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Prosedur/Langkah-
Langkah Teknik Relaksasi Napas Dalam”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri”
52
MATERI PENYULUHAN
53
b. Posisi relaksasi dengan berbaring
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan
dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung.
c. Posisi relaksasi dengan keadaan berbaring terlentang
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan
disamping telinga.
d. Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki pada
lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain, gantungkan lengan pada sisi
atau letakkan pada lengan kursi dan pertahankan kepala sejajar dengan
tulang belakang.
4. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi
Nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui tiga mekanisme yaitu:
54
untuk mengatur ritme pernapasan menjadi teratur. Hal ini akan
mendorong terjadinya peningkatan kadar PCO2 dan akan
menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen
dalam darah (Handerson, 2015).
5. Langkah Teknik Relaksasi Napas Dalam
Berikut langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam yaitu :
1) Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan tenang.
2) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.
3) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi melalui
hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.
4) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap
konsentrasi / mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada
daerah nyeri.
5) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
6) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
7) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat.
55
Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk
Mengatasi Nyeri
Apa jenis-jenis teknik relaksasi napas
dalam ???
Tahun 2022
46
Apa saja langkah melakukan teknik 5. Menarik napas lagi melalui hidung
relaksasi napas dalam ??? dan menghembuskan melalui
mulut.
1. Tetap rilek dan tenang