Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. H DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR PARU

DI RUANG GARDENIA RSUD Dr. DORIS SLYVANUS

PALANGKARAYA

OLEH :

ANJUWITA

2019. C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :

Nama : Anjuwita

NIM : 2019.C.11a..0999

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan


Diagnosa Medis Tumor Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklink Keperawatan 3 (PPK 3) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S. Kep., Ners Erika Sihombing, S. Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Tn. H dengan Diagnosa Medis Tumor Paru Di Ruang Gardenia Rsud Dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK 3).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep.,Ners selaku penanggungjawab mata kuliah Praktik
Praklinik Keperawatan II (PPK).
4. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Ibu Erika Sihombing, S. Kep., Ners selaku pembiming lahan di ruang Gardenia
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang
telah memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan di ruang Dahlia.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 22 Maret 2022

Anjuwita

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................1


1.2. Rumusan Masalah ...............................................................2
1.3. Tujuan ..................................................................................
2
1.4. Manfaat.................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Tumor Paru


2.1.1. Definisi .....................................................................................4
2.1.2. Anatomi Fisiologi......................................................................4
2.1.3. Etiologi .....................................................................................11
2.1.4. Klasifikasi ................................................................................11
2.1.5. Patofisiologi..............................................................................11
2.1.6. WOC.........................................................................................13
2.1.7. Manifestasi Klinis.....................................................................14
2.1.8. Komplikasi................................................................................14
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................15
2.1.10. Penatalaksanaan medis..............................................................16
2.2. Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian ................................................................................18
2.2.2. Diagnosa....................................................................................19
2.2.3. Intervensi ..................................................................................20
2.2.4. Impelementasi ..........................................................................23
2.2.5. Evaluasi.....................................................................................23

iii
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.......................................................................................24
3.2 Analisis Data...................................................................................35
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................38
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.......................................43
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan....................................................................................46
4.2 Saran..............................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................47

SAP.......................................................................................................48

LEAFLET............................................................................................55

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor merupakan sebuah benjolan abnormal dalam tubuh yang dapat
bersifat jinak atau ganas dan biasanya disebabkan oleh penyebaran sel
abnormal yang tumbuh tidak terkontrol dan tidak terkendali (keganasan)
maupun infeksi (Iqbalawaty, et al., 2019). Tumor ganas paru berasal dari
tumor ganas epitel primer saluran nafas yang dapat menginvasi struktur
jaringan disekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah dan sistem limfatik (Tandi, Tubagus, & Simanjuntak, 2016). Tumor
ganas yang berasal dari epitel paru akan berkembang menjadi kanker paru
primer (Kemenkes RI, 2017).Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat
berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran
pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami
degenerasi maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat
dan bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran
pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat .
Kanker paru merupakan penyakit keganasan yang mengancam nyawa
dan paling sering terjadi pada pria (Puruhito, 2013). WHO (2018) menyatakan
bahwa kanker merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia dengan
presentase sebesar 9.6 juta jiwa meninggal ditahun 2018 dan 2.09 juta jiwa
diantaranya meninggal akibat kanker paru. Sebanyak 51% kanker paru terjadi
pada laki-laki dan 49% diantaranya menyerang perempuan yang sering
terpapar dengan asap rokok (LungEvity Foundation, 2019).
Indonesia menempati urutan ke 8 di Asia Tenggara dan urutan ke 23 di
Asia untuk kategori angka kejadian penyakit kanker. Kanker paru menempati
posisi pertama di Indonesia untuk jenis kanker yang terjadi pada laki-laki
yaitu dengan presentase kematian sebesar 10,9 per 100.000 penduduk dan
diikuti dengan kanker hati pada posisi kedua. Sedangkan angka kejadian
tertinggi kanker yang terjadi pada wanita yaitu kanker payudara dengan rata-
rata kematian sebesar 17 per 100.000 penduduk dan diikuti oleh kanker leher

1
rahim (kanker servix) pada posisi kedua (Kemenkes RI, 2019). Salah satu
penatalaksanaan yang dapat di lakukan pada pasien tumor paru adalah dengan
operasi (pembedahan). Pembedahan adalah tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani
(Mulyani, Purnawan, & Upoyo, 2019). Fase yang dimiliki oleh pembedahan
terdiri dari fase preoperatif, intra operatif, dan pasca-operatif. Preopertif
pembedahan terjadi saat pasien memutuskan untuk bersedia dilakukan
pembedahan dan berakhir pada saat pasien dipindahkan keruang operasi.
Pembedahan sendiri merupakan pengalaman yang dapat menimbulkan
berbagai efek samping pada pasien, tidak terlepas juga efek psikologis seperti
kecemasan (Rahmayati, Silaban, & Fatonah, 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Tumor Paru ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari laporan ini adalah:
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
Pada Tn.H Dengan Tumor Paru
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Tumor Paru
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan
Pada Tn.H Dengan Tumor Paru
3. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
4. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
5. Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Tn.H
Dengan Tumor Paru
6. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
Tn.H Dengan Tumor Paru

2
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.H Dengan Tumor
Paru
8. Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh.

1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga


Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga
kesehatannya dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentang Tumor
Paru
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
1.4.4 Bagi Iptek
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada
pasien dengan Tumor Paru

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tumor Paru
2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru
merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada
pria maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di
dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain
yang menyebar ke paru- paru(Suryo, 2013).

Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis


atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan
bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus
(Muttaqin, 2008).

Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas


primer system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nanda.2015 ).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


a. Anatomi

Gambar 2.2 Anatomi Paru

Paru-Paru merupakan alat pernapasan utama.Paru-paru


mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan

4
tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya
dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum .Paru-
paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks (puncak)
diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam
dasar leher.Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks,
diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang
menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tampak paru-
paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi
depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.

Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring,


laring,§ trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya
terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan
udara sebelum sampai ke alveoli.Terdapat juga suatu sistem
pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang
masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.

Anatomi sistem pernafasan antara Lain :

1. Saluran pernafasan bagian atas:

a) Rongga hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang


sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa
hidung.Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel –
sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan
bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia.Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran,
melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke
dalam paru – paru.

b) Faring

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung

5
dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga
region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus
respiratoriun dan digestif.

c) Laring

Laring adalah struktur epitel kartilago yang


menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya
adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring
juga melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batuk.

2. Saluran pernafasan bagian bawah:

a) Trakhea

Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk


seperti sepatu kuda yang panjangnya kurang lebih 5
inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus
utama kiri dan kanan dikenal sebagai karina. Karina
memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan
bronkospasme dan batuk yang kuat jika dirangsang.

b) Bronkus

Terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan


kiri.Broncus kanan lebih pendek dan lebar, merupakan
kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir
vertikal.Bronchus kiri lebih panjang dan lebih sempit,
merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang
lebih tajam.Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis.Bronkus dan bronkiolus dilapisi
oleh sel – sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut

6
pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru
menuju laring.

c) Bronkiolus

Yaitu membentuk percabangan menjadi bronkiolus


terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan
silia. Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional
antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas.

d) Alveoli

Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli.Terdapat


tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel
epitel yang membentuk dinding alveolar.Sel alveolar
tipe II sel – sel yang aktif secara metabolik, mensekresi
surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.Sel
alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel –
sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing
dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

e) Alveoulus

Struktur anatomi yang memiliki bentuk yang


berongga.Terdapat pada parenkim paru-paru,
yangmerupakan ujung dari pernapasan, dimana kedua
sisi merupakan tempat pertukaran darah

f) Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari


gelembung (gelombung hawa, alveoli).

7
b. Fisiologi

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih


tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja
mekanik otot-otot.Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi
sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar
karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot
yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot
seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru- paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke
atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks
berkurang.Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan
intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.

Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,


sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan
tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. Tahap
kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 µm).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan
parsial antara darah dan fase gas.Tekanan parsial oksigen dalam
atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg.

Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka


tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103
mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa
udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic
saluran udara dan dengan uap air.Perbedaan tekanan karbondioksida
Universitas Sumatera Utara antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus.
Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.

8
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan
oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira
0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini
menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan
waktu difusi.Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat
menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak
lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia,
tetapi tidak diakui sebagai faktor utama.

Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan


metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah
ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan
keluar melalui hidung dan mulut.

Empat proses yang berhubungann dengan pernapasan pulmoner atau


pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara


dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru – paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam


jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.

CO2 lebih mudah berdifusi drpd oksigen.

Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang


meninggalkan paru- paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2.
Pada waktu gerak badan, lebih banyak darah datang di paru–paru
membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah
CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah
arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak
unutk memperbesar kecepatan dan dalamnya

9
pernapasan.Penambahan ventilasi ini mngeluarkan CO2 dan
memungut lebih banyak O2.

Pernapasan jaringan atau pernapasan interna.Darah yang


telah menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen
(oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai
kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon
dioksida.

Perubahan – perubahan berikut terjadi pada komposisi


udara dalam alveoli, yang disebabkan pernapasan eksterna dan
pernapasan interna atau pernapasan jarigan.Udara (atmosfer) yang
di hirup: Nitrogen (79 %), Oksigen ( 20 %), Karbon dioksida ( 0-
0,4 %).Udara yang masuk alveoli mempunyai suhu dan
kelembapan atmosfer. Udara yang diembuskan: Nitrogen (79 %),
Oksigen (16%), Karbon dioksida (4-0,4 %).

Daya muat udara oleh paru-paru. Besar daya muat udara


oleh paru – paru ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 41/2 sampai 5
literudara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10nya
atau 500 ml adalah udara pasang surut (tidal air), yaitu yang di
hirup masuk dan diembuskan keluar pada pernapasan biasa dengan
tenang.

Kapasitas vital.Volume udara yang dapat di capai masuk


dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut
kapasitas vital paru-paru.Diukurnya dengan alat spirometer.Pada
seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan,
3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru- paru,
penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan
kelemahan otot pernapasan.

10
2.1.3 Etiologi
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan-bahan karsiogenik merupakan
factor utama,, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan pridisposisi
hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imonologis
seperti kekebalan tubuh. Dari beberapa kepustakaan kebiasaan merokok
menjadi penyebab utama dan penyebab lain seperti polusi udara, diet yang
kurang mengandung ( vitamin A, dan betakaronin ), infeksi saluran
pernapasan kronik, dan keturunan/ genetic (Nanda, 2015).

2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan TNM : Tumor, Nodul, Metastase


1) T : T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : Diameter tumor < 3cm, dapat disertai atelektasis atau
pneumonitis, namun berjarak lebih dari 2cm dari karina, serta
belum ada efusi pleura.
T2 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disertai efusi pleura.
2) N : N0 : tidak didapatkan perjalaran ke kelenjar limfe
Regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau
kontralateral
N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3) M : M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ-organ lain
2.1.5 Patosisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan
oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

11
vertebra.Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal.Gejala – gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.Pada stadium lanjut, penurunan
berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati.Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

12
Faktor Predisposisi :
2.1.6 WOC Asap tembakau, Polusi udara, Pemajuan Okupasi,
Radon, Faktor Keturunan, Perubahan Peradangan
Kronik, Vitamin A

Invasi ke saluran pernapasan melalui inhalasi

Sillia hilang dan perubahan epitel

Inflamasi pada saluran pernapasan


B6
Pengendapan Karsinogen
Kelemahan otot dan nyeri
Tumor Paru sendi

B2 B4 B5
B1 B3 Ketidakmampuan merawat diri
secara mandiri
Tumor menyebar
Suplai O² ke jaringan Matestase ke tulang Gangguan pertukaran
Perubahan Struktur ke nodus limfe
menurun dan jaringan gas
dan fungsi sel paru Ketergantungan terhadap orang
Menekan jalan lain
Sesak napas
Kelemahan Fisik Merangsang system masuknya makanan
Gangguan Pertukaran saraf Defisit perawatan
Gas Suplai cairan kedalam
Nutrisi menurun diri
Intoleransi Aktifitas tubuh kurang
Menstimulasi Nyeri
Haus Kekurangan Ketidak seimbangan nutrisi
Nyeri volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
13
2.1.7 Manifestasi Klinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala
klinis.Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium
lanjut.

a. Gejala dapat bersifat local( tumor tumbuh setempat) :


a) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b) Hemoptisis
c) Mengi(wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

b. Invasi local
a) Nyeri dada
b) Dispnea karena efusi pleura
c) Sindrom vena cava superior
c. Gejala penyakit metastasi
a) Pada otak, tulang, hati, adrenal
b) Limfadenopati servikal dan supra lavikula (sering menyertai
metastasis)
d. Sindrom paraneoplastik( terdapat pada 10 % kanker paru ) dengan
gejala
a) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b) Hematologi : leukositosi, anemia
c) Neurologic : ataksia, tremor
d) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid ( hiperkalasemia )
e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b) Kelainan berupa nodul soliter.
2.1.8 Komplikasi

1. Sindrom vena kava superior

Obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior, merupakan


komplikasi potensial kanker paru, terutama ketika tumor melibatkan

14
mediastinum superior atau nodus limfe mediatinal.

2. Sindrom paraneoplastik biasanya berkaitan dengan kanker paru


mencakup sindrom sekresi ADH yang tidak tepat ( SIADH ) dengan
retensi cairan, edema, terkait ACTH abnormal dan hiperkalsemia.
Tumor paru juga dapat menghasilkan factor prokoagulasi,
meningkatkan risiko thrombosis vena, emboli paru, dan endokarditis
trombotik. Pada kanker paru, gejala neuromuscular seperti kelemahan
otot dan keletihan ekstermitas dapat menjadi indikasi pertama penyakit
.
c. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-scan dan MRI
Pemeriksaan CT-scan dada lebih sensitif dibandingkan dengan
fotodada PA karena dapat mendeteksi massa ukuran 3 mm. MRI
dilakukan untuk mengetahui penyebaran tumor ke tulang belakang.
b. Foto dada secara postero-anterior
Pada foto dada PA dapat dilihat adanya gambaran massa di daerah
hilus atau parahiler atau apeks, lesi parenkim, obstruksi, kolaps
didaerah peripleura dan pembesaran mediastinum.
c. Pemeriksaan sitologi sputum
Pemeriksaan sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada keluhan
seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil
positif karena ia tergantung dari :
1. Letak tumor terhadap bronkus
2. Waktu pemeriksaan sputum ( sputum harus segar)
Pemeriksaan sitologi lain untuk diagnostic kanker paru dapat
dilakukan pada cairan pleura, aspirasi kelenjar getah bening servikal,
supraklavikula, bilasan dan sikatan bronkus pada bronkoskopi.
d. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi merupakan standar baku penegakan
diagnosis kanker paru. Pengumpulan bahannya dapat melalui

15
bronkoskopi, biopsi transtorakal, torakoskopi, mediastinoskopi
dantorakotomi.Hasil pemeriksaan dapat mengklasifikasikan
tipekanker.SCLC ditandai dengan gambaran yang khas dari sel kecil
mirip gandum dengan sitoplasma yang sedikit dalam sarang-sarang
atau kelompok tanpa organisasi skuamosa atau glandular.
Pada SCC ditandai dengan variasi sel-sel neoplasma yang
berkeratin yang berdiferensiasi baik sampai dengan tumor anaplastik
dengan beberapa fokus diferensiasi.Pada adenokarsinoma ditandai
dengan sel-sel kanker berbentuk sel kelenjar dengan produksi musin
dan dikelilingi dengan jaringan desmoplastik di sekitarnya.Sedangkan
pada karsinoma sel besar menunjukkan gambaran histologi yang aneh
dan tidak khas selain ketiga jenis lainnya, bisa dalam bentuk
skuamosa dan glandular dengan diferensiasi buruk dengan seldatia, sel
jernih dan varian sel berbentuk kumparan di dalamnya.
e. Pemeriksaan serologi
Beberapa petanda kanker paru yang dipakai sebagai penunjang
diagnosis yaitu CEA (carcinoma embryonic antigen), NSE(neuron-
spesific enolase) dan Cyfra 21-1(Cytokeratin fragment19).
f. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke
tulang. Insedens metastasis tumor non small cell lung cancer ( NSCLC
) ke tulang dilaporkan sebesar 15 %
d. Penatalaksanaan Medis
1. Keperawatan
a. Penatalaksanaan keperawatan adalah Terapi Oksigen. Jika terjadi
hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau
nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak
terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen
sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan
kecemasan.
b. Monitor asupan dan keluaran sertapertahankan hidrasi
c. Anjurkan mobilisasi secara dini

16
d. Periksa tanda tanda vital dan awasi serta laporkan bila terjadi
respirasi abnormal dan perubahan lainnya.
e. Lakukan penghisapan secret sesuai kebutuhan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan dalam dan batuk sesegera mungkin. Periksa
sekresi lebih sering.

2. Medis

a. Pembedahan

Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru


lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak
terkena kanker.

b. Toraktomi eksplorasi

Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau


toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

c. Pneumonektomi (pengangkatan paru)

Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua


lesi bisa diangkat.

d. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)

e. Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus,


bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.

f. Radiasi

Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan


kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor
dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan
terhadap pembuluh darah/ bronkus.

g. Kemoterapi

17
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan umum
Pengkajian keperawatan yang nyeri dada, sesak napas, mengi, batuk,
sputum mengandung darah (hemoptisis).
2. Riwayat
a) Terpajan terhadap lingkungan karsinogen (polusi udara, arsenik,
debu logam, asap kimia, debu radioaktif, dan asbestos).
b) Penyakit kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan
pembentukan jaringan parut dan fibrosis pada jaringan paru.
c) Riwayat kesehatan keluarga Salah satu hal yang perlu diperhatikan
adalah riwayat keluarga. Faktor gen menjadi salah satu penyebab
kanker.
d) Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi dada untuk mengetahui
a. Deformitas atau ketidakseimbangan
b. Retraksi intercostal
c. Gangguan atau penyimpangan gerakan pernapasan
d. Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas.
e. Retraksi inspirasi pada area supraklavikular
f. Kontraksi inspirasi sternomastoideus
2) Palpasi dada untuk mengetahui
a. Nyeri tekan
b. Pengkajian terhadap abnormalitas yang dapat dilihat
c. Ekspansi pernapasan
d. Fremitus taktil
e) Perkusi dada Bunyi jantung normal mungkin tidak ada pada
emfisema.
f) Auskultasi

18
a. Bunyi napas
b. Bunyi napas tambahan Crackles/rales, mengi atau ronchi,
wheezing.
c. Jika ada indikasi, bunyi suara yang ditransmisikan.
g) Pemeriksaan kuku jari dan tangan
Inspeksi : Falang dorsal membulat dan menggelembung.
Kecembunngan dari lempeng kuku meningkat. Sudut antara
lempeng kuku dan lipatan kuku proksimal bertambah sampai 180º
atau lebih. Lipatan kuku proksimal teraba seperti busa. Banyak
penyebab dan kondisi ini, termasuk hipoksia kronis dan kanker
paru.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang
berlebih
2) Nyeri akut b.d agen cedera biologis
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor
biologis
4) Intoleran aktivitas b.d ketidaksimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

19
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
produksi sputum yang berlebih selama 2x7 jam diharapkan pasien akan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
mempertahan keefektifan pola nafas kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Menunjukan jalan nafas yang paten 3. Monitor sputum (Jumlah, warna,
2. RR normal (16-20x/m) c. Saturasi O2 Aroma)
dalam batas normal Terapeutik :
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-titt dan chin-lift
5. Posisikan semi-fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan pengisapan lender kurang
dari 15 detuk
8. Beri oksigen, jika perlu
Edukasi :
9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi

20
10..............................................................
Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi :
11..............................................................
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Nyeri akut b.d agen cedera biologis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
selama 2x7 jam diharapkan nyeri pasien 1. Identifikasi pencetus dan Pereda
akan berkurang dengan kriteria hasil: nyeri
1. Skala nyeri berkurang 2. Monitor kualitas nyeri
2. Pasien mampu mengontrol nyeri 3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
3. Pasien menyatakan rasa nyaman 4. Monitor intensitas nyeri dengan
setelah nyeri berkurang menggunakan skala
4. Tanda vital dalam rentang normal 5. Monitor durasi dan prekuensi nyeri
5. Tidak mengalami gangguan tidur Terapeutik :
6. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
7. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :

21
8. Jelaskan tujan dan prosedur
pemantauan
9. Informasikan hasil pemantauan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
kebutuhan tubuh b. d faktor biologis selama 2x7 jam diharapkan pasien akan 1. Identifikasi status nutrisi
mempertahankan keseimbangan nutrisi 2. Identifikasi makanan yanbg disukai
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Nafsu makan pasien akan meningkat nutrein
2. Bb kembali normal 4. Monitor asupan makan
3. Bab lancar 5. Monitor berat badan
Terapeutik :
6. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
7. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8. Berikan makan tinggi kalori dan
tinggi protein
9. Berikan suplemen makanan, jika
perlu

22
Edukasi :
10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrein yang dibutuhkan, jika perlu

Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :


ketidaksimbangan antara suplai dan selama 2x7 jam diharapkan pasien akan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kebutuhan mempertahankan toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Pasien mampu melakukan aktivitas emosional monitor pola dan jam tidur
sehari-hari secara mandiri 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. TTV pasien dalam batas normal selama melakukan aktivitas
3. Pasien nyaman saat beraktivitas Terapeutik :
4. Sediakan lingkungan nyaman yang

23
rendah stimulus
5. Lakukan Latihan rentang gerak
pasif/aktif
6. Berikan aktifitas distraksi yang
menenangkan
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edikasi :
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
10. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
11. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

24
cara meningkatkan asupan makanan

25
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditunjukkan pada perawat untuk membuat klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan oleh karena itu rencan tindakan
yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksaan adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
(Nursalam,2015).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaan yang sudah berasil di capai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor yang terjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

23
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Anjuwita

NIM : 219.C.11A.0999

Ruang Praktek : Ruang Gardenia

Tanggal Praktek : 21 Maret 2022

Tanggal & Jam Pengkajian : 22 Maret 2022

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H

Umur : 56 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/Bangsa : Banjar

Agama : Islam

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Pendidikan : SMA

Status Perkawinan : Kawin

Alamat : Jl. Telawan Raya

Tgl MRS : 10 Maret 2022

Diagnosa Medis : Tumor paru

B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN

24
1. Keluhan Utama :

Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, nyeri bertambah saat


melakukan aktifitas dan berkurang saat istrahat. Nyeri seperti tersayat
di dada sebelah kiri dan nyeri hilang timbul.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 10 Maret 2022 diantar


keluarga dengan keluhan sesak napas, nyeri dada sebelah kiri
memberat 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri bertambah saat
miring kekiri. Nyeri seperti di tusuk tusuk, Skala nyeri 5, Nyeri terus
menerus. Pasien terjadwal operasi torakotomi eksisi tumor pada
tanggal 18 Maret 2022 Saat dilakukan pengkajian pada tanggaal 22
Maret 2022 pasien masih mengeluhkan nyeri dada namun sudah
berkurang. Hasil pemeriksaan didapatkan GCS : 15, TD : 118/87
mmhg, N : 78 x/menit, S : 36,5 ℃, RR : 23 x/menit. Pasien terpasang
infus pada tangan sebelah kiri NaCl 0.9 20 tpm.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit Asma, pasien


mempunyai riwayat alergi obat Salbutamol

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatkan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit


sepertinya. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular maupun
penyakit menular.

25
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: laki laki

: perempuan

: pasien

: tinggal dalam satu rumah

C. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :

Pasien tampak lemah kesadaran umum compos menthis klien


terbaring terpasang infus Nacl 0.9 20 tpm pada tangan sebelah kiri,
pasien sesak terpasang oksigen nasal canul 2 l/menit, posisi tubuh
semi fowler, SPO² : 97 %.

2. Status Mental :
Tingkat Kesadaran pasien composmentis, saat dilakukan pengkajian
pasien terlentang lemes, berbicara jelas namun mengungkapkn cemas
karena takut efek setelah operasi yang dilakukan. klien pada orientasi
waktu yaitu klien dapat membedakan pagi siang dan malam, pada
orientasi orang klien dapat membedakan dokter, perawat dan keluarga,
pada orientasi tempat klien dapat mengetahui bahwa dirinya berada di
rumah sakit, pasien tidak terjadi halusinasi dan proses berpikir baik
serta mekanisme pertahanan yang adaptif.

26
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36.30C
b. Nadi/HR : 70 x/mt
c. Pernapasan/RR : 23 x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 118/80 mmHg

4. PERNAPASAN (BREATHING)

Dari hasil pemeriksaan Bentuk Dada simetris, pasien mengeluhkan


sesak napas serta nyeri, bertambah saat miring kekiri , nyeri hilang
timbul tidak ada Kebiasaan merokok., Irama Pernafasan tidak teratur
dan suara napas vesikuler . tidak ada bunyi tambahan

Masalah keperawatan : Pola Napas Tidak Efektif

5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Terdapat nyeri dadaa, CRT < 2 detik, ictus cordis tidak tampak vena
jungularis tidak meningkaat serta suara jantung normal

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Saat dilakukan pemeriksaan Nilai GCS : 15 dengan kesadaran
composmentis, Pupil isokor , refleks cahaya kanan dan kiri:+/+ ,
pasien tampak gelisah
Uji Syaraf Kranial :

Nervus Kranial I :Normal, pasien mampu mencium bau minyak


kayu putih

Nervus Kranial II :Normal, pasien mampu membaca tulisan pada


kemasan minyak kayu putih

Nervus Kranial III :Normal, pasien dapat menutup mata saat


menerima cahaya

Nervus Kranial IV :Normal, pasien dapat menggerakan bola mata


ke atas dan kebawah

27
Nervus Kranial V :Normal, pasien dapat menekuk rahang dan
mulut

Nervus Kranial VI :Normal, pasien dapat menggerakan bola mata


ke kiri dan kekanan

Nervus Kranial VII :Normal, pasien dapat tersenyum

Nervus Kranial VIII :Normal, pasien dapat mendengarkan perkataan


perawat

Nervus Kranial IX :Normal, pasien dapat membedakan rasa pahit


dan manis

Nervus Kranial X :Normal, pasien dapat berbicara dengan jelas

Nervus Kranial XI :Normal, pasien dapat menggerakan kepala

Nervus Kranial XII :Normal, pasien dapat menggerakan lidah

Uji Koordinasi pada ektremis atas dan bawah +/+ +/+ seta uji
kestabilan tubuh +

7. ELIMINASI URI (BLADDER) :


Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan input pasien ± 1000 ml,
pasien terpasang kateter urine. Produksi Urine : 700 ml- 1000
ml/hr,Warna : jernih kekuningan, Bau khas urin.
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir tidak ada sianosis, Gigi semua gigi geraham sudah tanggal, Gusi
tidak ada pendarahan pada gusi, Lidah bersih, Mukosa lembab, Tonsil
tidak ada pembesaran tonsil, Rectum bersih, Haemoroid tidak ada,
BAB 1x/2hr Warna kuning kecoklatan Konsistensi padat, Bising usus
9x/menit, Nyeri tekan, lokasi kuadran bawah kanan , Benjolan tidak
ada

Keluhan lainnya : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada keluhan

28
9. TULANG - OTOT – INTEGUMEN (BONE) :
Kemampuan pergerakan sendi bebas, ukuran otot simetris , saa
dilakukan Uji kekuatan otot : Ekstrimitas atas 5/5 Ekstrimitas
bawah 5/5.

10. KULIT-KULIT RAMBUT


Pasien mengatakan memunyai Riwayat alergi obat Salbutamol , suhu
kulit saat pengkajian hangat, warna kulit normal , turgor baik ,tekstur
halus serta bentuk kuku simetris

11. SISTEM PENGINDERAAN :


a. Mata/Penglihatan

Pasien mengatakan Fungsi penglihatan berkurang seiring


bertambahnya usia , gerakan bola mata normal, sclera normal/putih,
kornea bening . pasien mengatakan tidak memakai alat bantu
kacamata

Keluhan lain : Tidak ada keluhan

b. Telinga / Pendengaran :

Pasien mengatakan Fungsi pendengaran agak berkurang karena


faktor usia

c. Hidung / Penciuman:

Bentuk simetris, tampak bersih , tidak ada pembesaran polip dan


tidak ada perdarahan Masalah Keperawatan : tidak ada maslah

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Saat dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan massa , jaringan parut ,
pembesaran kelenjar limfe maupun tyroid

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria

29
tampak bersih, tidak ada lesi maupun kemerahaan

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan bahwa ia hanya sedikit tau dengan penyakit yang
dialaminya, namun cemas serta gelisah dengan kondisi kesehatannya
saat ini. Klien juga berharap cepat sembuh agar dapat beraktivitas
seperti biasanya.
Masalah Keperawatan : Ansietas
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 155 Cm
BB sekarang : 52 Kg
BB Sebelum sakit : 51 Kg

Pasien mendapatkan Diet biasa dan tidak ada kesukaran menelan


Rasa haus

Keluhan lainnya: tidak ada keluan

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x/hari 3x/hari

Porsi 1 porsi 1 porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Biasa Biasa

Jenis Minuman Air putih Air putih

Jumlah minuman/cc/24 500cc 700-800cc


jam

Kebiasaan makan Pagi, Siang, Sore Pagi, Siang, Malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada maslah

30
3. Pola istirahat dan tidur
Pasien mengatakan pola tidurnya pada malam hari sebelum sakit 7-8
jam, dan pada siang hari 2-3 jam, selama sakit pada malam hari 6-7
jam dan pada siang hari1-2 jam.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

4. Kognitif :
Pasien mengatakan bahwa dirinya tau tentang penyakitnya, saat diberi
pertanyaan pasien dan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang
diberikan mengenai penyakitnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran )
Gambaran diri pasien yaitu menyukai tubuhnya, ideal diri pasien ingin
sekalicepat sembuh, identitas diri pasien adalah seorang laki-laki,
harga diri pasienmenerima dirinya apa adanya, peran diri pasien
adalah seorang ayah dan kakek.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas klien sebelum sakit biasanya dapat melakukan aktivitasnya
secaramandiri, sesudah sakit sebagian aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya dan perawat karena setiap pasien melakukan aktivitas
secara berlebihan pasien merasa sesak.
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
7. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien mengatakan apabila ada masalah klien hanya bercerita kepada
keluarganya. Klien memiliki koping yang baik dalam menghadapi
stress dan dapat mengatasi stress serta menyelesaikan masalah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

31
8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien mengatakan selama mendapat pengobatan dan perawatan tidak
adatindakan dokter dan perawat yang bertentangan dengan
keyakinannya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada petugas kesehatan
dengankata- kata yang jelas.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa sehari-hari pada klien biasa menggunakan bahasa banjar dan
Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Harmonis ditandai dengan adanya perhatian yang diberikan keluarga.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan klien dengan teman, petugas kesehatan dan orang lain baik,
klientampak kooperatif dan terbuka saat dilakukan pengkajian.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat klien adalah anak-anaknya dan keluarganya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat dan
berkumpul dengan keluarganya.
7. Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien tidak bisa beribadah seperti biasanya klien hanya
bisa berdoa sambil berbaring ditempat tidur saja

32
F. DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATO RIUM,
PENUNJANG LAINNYA)
Pemeriksaan labolatorium 11/3/2022

pemeriksaan hasil nilai rujukan

hbsAg Negatif Negatif

Pemeiksaan pada tanggal 18 maret 2022

Parameters Unit Referance Ranges

WBC 13.95+(10^3/uL) WBC ( 4.50-11.00)

RBC 3.99-(10^6/uL) RBC (4.00-6.00)

HGB 12.5 (g/dl) HGB (10.5-18.0)

HCT 34.6-(%) HCT (37.0-48.0)

MCV 86.7 (fL) MCV (86.6-102.0)

MCH 31.3 + (pg) MCHC (28.2-31.5)

MCHC 36.1 + (g/dl) PLT (150-400)

PLT 300 (10^3 /UL) RDW-SD (38.0-50.0)

RDW-SD 41.5 (FL) RDW-CV (11.2- 13.7)

RDW-CV 13.0 (%) PDW (9.5-15.2)

PDW 9.0 - (fL) MPV (9.2-12.1)

MPV 8.9 - (fL)

P-LCR 15.8 – (%)

PCT 0.27 (%)

33
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi Medis Dosis Indikasi
Infus Nacl 0.9 % drip WB 1A/12 jam Digunakan pada kondisi
kekurangan natrium dan
klorida, pengganti cairan
isotonic plasma, dan
digunakan sebagai pelarut
sediaan injeksi.
Injeksi lanzoprazole 30 gr 1x1 Untuk mengobati tukak
lambung dan tukak 12 jari,
esophagitis erosive
(peradangan/luka pada lapisan
kerongkongan karena refluks
cairan lambung)
Injeksi ceftriaxone 1x2 Untuk mengatasi infeksi
bakteri gram negatif maupun
gram positif
Po/ curvit syr pct 500 3x1 Sebagai suplemen untuk
memperbaiki nafsu makan
Omeprazole 1x20 mg Untuk mengurangi kadar
asam lambung
Nebulizer ventolin 3x/hari Untuk meredakan gejala asma

Palagka Raya, 22 Maret 2022

Mahasiswa

Anjuwita

34
ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH


DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Masa tumor mendesak Pola Napas


• Pasien mengeluhkan sesak bronkus Tidak Efektif
napas serta nyeri,
bertambah saat miring Penyempitan ruang
kekiri bronkus
• Pasien mengatakan sesak
napas, sesak bertambah Kompensasi tubuh
jika tidur dalam posisi meningkatkan jalan napas
terklentang
• DO: Hambatan upaya napas
• Pasien tampak berbaring
dengan posisi semi flowler
• Pasien terpasang Oksigen
nasal canul 2 l/menit
• RR: 23x/menit SPO 97%
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Tumor dinding dada kiri Nyeri Akut


Pasien mengatakan nyeri
dada sebelah kiri, nyeri Prosedur pembedahan
berkurang saat isirahat dan (TTNA)
bertambah saat miring ke kiri.
DO : Agen pencedera fisik
• Pasien tampak gelisah dan
tegang
• Pasien terpasang terapi
oksigen nasal canul 2

35
l/menit
• Frekuensi nadi meningkat
N : 112 x/menit
• RR : 23 x/menit
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Prosedur invasif Intoleransi


Pasien mengatakan nyeri Aktivitas
dada dan sesak bertambah
saat melakukan aktivitas, Nyeri dan seseg aat
berkurang saat istirahat banyak aktivitas
DO :
• Pasien tampak lemah
dan terbaring di tempat Kelemahan
tidur dan mengurangi
aktivitas.
• Pasien memiliki Riwayat
asma
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS: Gelisah Ansietas


Pasien mengatakan gelisah
dan cemas tentang kondisinya Cemas dengan kondisi
setelah operasi yang dihadapi setelah
DO: operasi
• Pasien tampak gelisah
Pasien tampak tegang Krisis situasional

36
PRIORITAS MASALAH

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya


napas ditandai dengan Pasien mengeluhkan sesak napas serta
nyeri, bertambah saat miring kekiri, Pasien mengatakan sesak
napas, sesak bertambah jika tidur dalam posisi terklentang, Pasien
tampak berbaring dengan posisi semi flowler, Pasien terpasang
Oksigen nasal canul 2 l/menit, RR: 23x/menit, SPO 97%.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan
Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, Nyeri berkurang saat
istirahat bertambah saat miring kiri, Nyeri seperti tersayat dengan
Skala nyeri 4, nyeri Hilang timbul. Pasien tampak meingis
kesakitan, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak tegang
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan Pasien mengatakan nyeri dada dan seseg bertambah saat
melakukan aktifitas berkurang saat istirahat, Pasien tampak lemah
dan terbaring di tempat tidur dan mengurangi aktifitas, riwayat
penyakit asma
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
Pasien mengatakan gelisah dan cemas tentang kondisinya setelah
operasi,Pasien tampak gelisah, tampak tegang.

37
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.H

Ruang Rawat : R. Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Pola napas tidak efektif berhubungan Pola Napas L.01004 Pemantauan Respirasi
dengan hambatan upaya napas D.0005 Stelah dilakukan tindakan 2x4 jam Observasi:
diharapkan Pola napas membaik dengan 1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
kriteria hasil: oksigen
1. Dispnea menurun 2. Monitor frekuensi, irama, kedalaman
2. frekuensi napas membaik dan upaya napas
3. Melakukan Terapi Oksigen
Observasi :
4. Monitor kecepatan aliran oksigen
Terapeutik :
5. Berikan oksigen
Kolaborasi :
6. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

38
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan agen Tingkat nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
pencedera fisik D.0077
Stelah dilakukan tindakan 2x4 jam masalah Observasi :
nyeri akut teratasi dengan kriteria hasil :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Perilaku membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
Terapeutik:
5. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Edukasi :
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

39
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Toleransi Aktivitas meningkat (L.05047) Manjemen energi (I.05178)
kelemahan D.0056
setelah dilakukan tindakan 2x4 jam Observasi :
Diharapkan Intoleransi meningkat dengan
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
kriteria hasil
mengakibatkan kelelahan
1. saturasi oksigen meningkat 2. Monitor kelelahan fisik
2. keluhan lelah menurun 3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
3. dispnea saat/setelah melakukan selama melakukan aktifitas
aktivitas menurun Terapeutik :
4. frekuensi napas membaik 4. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
5. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edikasi :

40
6. Anjurkan tirah baring
7. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkaytkan asupan makan.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi

Ansietas berhubungan dengan krisis Tingkat ansietas L.09093 Reduksi Ansietas I.09314
situasional D.0080
Stelah dilakukan tindakan 1x4 jam Observasi :
diharapkan masalah ansietas teratasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
dengan kriteria hasil:
(mis. Kondisi, waktu, stressor)
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi 2. Monitor tanda ansietas (verbal dan non
yang dihadapi menurun verbal)
2. Perilaku gelisah menurun
3. Orientasi membaik Terapeutik :
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
4. Temani pasien untuk mengurangi

41
kecemasan , jika memungkinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
Edukasi :
6. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
8. kolaborasi pemberian obat anti ansietas

42
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 22 Maret 2021 S:
1. Memonitor pola nafas, monitor
saturasi oksigen Pasien mengatakan sesak napas
07.30-08.00 WIB
2. Memonitor frekuensi, irama, berkurang setelah diberikan oksigen

kedalaman dan upaya napas O:

3. Memonitor kecepatan aliran oksigen Terapi oksigen 2 l/menit

4. Memberikan oksigen RR: 21x/menit SPO2: 99%

5. Mengkolaborasi penentuan dosis A:

oksigen Masalah pola napas teratasi sebagian


Anjuwita
P:
Lanjutkan intervensi
1) Terapi oksigen
2) Memonitor kecepatan aliran oksigen
3) Mengkolaborasi penentuan dosis

43
oksigen

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa,22 Maret 2022 1. MengiIdentifikasi lokasi, S:
Pasien mengatakan masih nyeri dada
karakteristik, durasi, frekuensi,
08.0-10.0 WIB setelah operasi, berkurang saat minum
kualitas, intensitas nyeri obat dan mempraktikkabn relaksasi
yang diajarkan
2. Mengidentifikasi faktor yang
p : nyeri berkurang saat istirahatda
memperberat dan memperingan
bertambah saat miring kiri
nyeri
q: nyeri seperti tersayat
3. Memberikan teknik nonfarmakologi
r: dada kiri
untuk mengurangi rasa nyeri
S: skala nyeri 4 menjadi skala 1 Anjuwita
4. Mengkolaborasi pemberian injeksi
T: hilang timbul
analgetik ketorolac 30 mg
O:
Pasien tampak meringis , gelisah
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
1) Memberikan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri: teknik
distraksi

44
Hari/Tanggal Tanda tangan dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 22 Maret 2022 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi S:
tubuh yang mengakibatkan Pasien mengatkan mempunyai riwayat
10.00-11.00 WIB
kelelahan penyakit asma . jika beraktifitas terlalu
2. Memonitor kelelahan fisik lama sesak pasien kembali
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara O:
bertahap - Tampak pasie membatasi aktifitas
- Aktifitas dibantu keluarga dan
perawat
Anjuwita
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Managemen energi

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat

45
Selasa, 22 Maret 2021 1. Mengidentifikasi saat tingkat S :
11.0-12.0 WIB ansietas berubah (mis. Kondisi, Pasien mengatakan bisa memahami
waktu, stressor) setelah diajarkan relaksasi dan ditemani
2. Mengidentifikasi Monitor tanda anaknya, rasa cemas tentang perbaikan
anxietas (verbal dan non verbal) kondisi setelah operasi
3. Menemani pasien untuk O : Anjuwita
mengurangi kecemasan , jika 1. Tampak cemas pasien menurun
memungkinkan 2. Tampak pasien lebih kooperatif
4. Memotivasi mengidentifikasi 3. Pasien tampak mempraktikkaan
situasi yang memicu kecemasan relaksasi yang telah diajarkan
5. Melatih teknik relaksasi didampingi sang anak
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat
Rabu, 23 Maret 2021 S:
1. Memonitor kecepatan aliran oksigen

46
07.30-08.00 WIB Pasien mengatakan sesekali bernapas
2. Mengkolaborasi penentuan dosis tanpa menggunakan bantuan oksigen
oksigen
O:
Terapi oksigen 2 l/menit
RR: 21x/menit SPO2: 99%
A: Anjuwita
Masalah pola napas teratasi
P:
Hentikan intervensi

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Jam Nama Perawat
Rabu 23 Maret 2021 1. Memberikan teknik nonfarmakologi S:
08.0-10.0 WIB
untuk mengurangi rasa nyeri • Pasien mengatakan bisa

47
2. Mengkolaborasi pemberian injeksi mempraktikkan distraksi untuk
analgetik ketorolac 30 mg mengalihkan nyeri
• Nyeri berkurang saat melakukan
distraksi, nyeri seperti tersayat di
bagian dada kiri, skala nyeri 1, nyeri
hilang timbul.
O: Anjuwita
- Tampak pasin sesekali mempraktikan
distraksi yang telah diajarakan
- Terapi ketorolac 30 mg
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Jam Nama Perawat
Rabu, 23 Maret 2022 1. Memonitor kelelahan fisik S:
10.00-11.00 WIB 2. Anjurkan melakukan aktivitas Pasien mengatkan sudah belajar duduk
secara bertahap dan berpindah ke sisi tempat tidur

48
O:
Tampak keluarga membantu dan
mendampingi pasien untuk melakukan
ambulasi Anjuwita
A:
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi

49
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru-paru


merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria
maupun wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam
paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang
menyebar ke paru- paru(Suryo, 2013).

Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas


primer system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan
berasal dari mukosa percabangan bronkus (Nanda.2015 ).

4.2 Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan Pada Tn. H Di Ruang


Gardenia Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dan kesimpulan yang telah
ditulis oleh mahasiswa seperti di atas, maka mahasiswa memberikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam pemberiaan asuhan keperawatan dapat digunakan pendekatan
proses keperawatan serta perlu adanya keikutsertaan keluarga karena
keluarga merupakan orang terdekat pasien yang tahu akan perkembangan
dan kebiasaan pasien.
2. Dalam memberikan implementasi tidak harus sesuai dengan apa yang
terdapat pada teori, akan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan pasien serta menyesuaikan dengan kebijakan rumah sakit.
3. Dalam memberikan perawatan diagnosa harus tercatat dengan baik agar
perawat terarah melakukan Tindakan.
4. Dalam penyuluhan menggunakan media dengan baik dan dokumentasi
dengan baik.

46
DAFTAR PUSTAKA

Alimul . A. H.. (2008) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Ed. 5. Salemba Medika. Jakarta
Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 8 No 8. Brunner &
Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1.
Jakarta:EGC
Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi 6.Elsevier
Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit .2019 . Peringatan Hari Kanker
Sedunia Tahun 2019 .Jakarta.
Guyton, Arthur C (2003), fisiologi manusia dan mekanisme penyakit EGC
penerbitan buku kedokteran, Jakarta
Gloria M. Bulehek, dkk (2016) Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi
keenam
Nurarif A. H & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit
Mediaction
Tylor M. Cyntia & Ralph Sparks Shella (2003). Diagnosis Keperawatan Dengan
Rencana Asuhan. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

47
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

OLEH :

Anjuwita

2019.C.11a.0999

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022

48
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN

SAP : Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk Mengatasi Nyeri

Topik

Pendidikan

Sasaran :

Pada Pasien Post Operasi & Keluarga

Tujuan

Tujuan Instruksional

Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu


memahami dan mampu menjelaskan tentang Cara Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan Instruksi Khusus:

1. Menjelaskan pengertian Teknik Relaksasi Napas Dalam


2. Menjelaskan Tujuan Teknik Relaksasi Napas Dalam
3. Menjelaskan jenis-jenis Relaksasi Napas Dalam
4. Menjelaskan Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
persepsi nyeri
5. Menjelaskan langkah-langkah Teknik Relaksasi
Metode

1. Ceramah dan Tanya Jawab

Media

1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk
selembar mengenai informasi Tentang Teknik Relaksasi Napas Dalam

49
Waktu Pelaksanaan

1. Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2022


2. Pukul : 11.00-11.30 s/d
3. Alokasi : 20 Menit
No Kegiatan Waktu Metode
.

1. Pendahuluan : 4 Menit - Menjawab salam


- Memberi salam dan memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan maksud dan tujuan penyuluhan - Menjawab pertanyaan
- Melakukan evaluasi vadilasi

2. Penyajian : 7 Menit -Mendengarkan dengan


- Menjelaskan pengertian Teknik Relaksasi seksama
Napas Dalam -Mengajukan pertanyaan
- Menjelaskan Tujuan Teknik Relaksasi Napas
Dalam
- Menjelaskan jenis-jenis Relaksasi Napas
Dalam
- Menjelaskan Pengaruh teknik relaksasi napas
dalam terhadap penurunan persepsi nyeri
- Menjelaskan langkah-langkah Teknik
Relaksasi
-
3. Evaluasi : 5 Menti - Menjawab
- Memberikan pertanyaan akhir dan evaluasi - Mendemontrasi

4. Terminasi : 5 Menit - Mendengarkan


- Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan - Menjawab salam
penyuluhan
- Menutup penyuluhan dan mengucapkan
salam

50
51
 EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Teknik
Relaksasi Napas Dalam’
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengertian Teknik
Relaksasi Napas Dalam”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat Teknik
Napas Dalam”
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan,
Hal-Hal yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Prosedur/Langkah-
Langkah Teknik Relaksasi Napas Dalam”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Pengaruh teknik
relaksasi napas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri”

52
MATERI PENYULUHAN

1. Definisi Teknik Relaksasi Napas Dalam


Relaksasi adalah hilangnya ketegangan otot yang dicapai dengan teknik
yang disengaja (Smeltzer & Bare, 2018). Pernafasan dalam adalah pernafasan
melalui hidung, pernafasan dada rendah dan pernafasan perut dimana perut
mengembang secara perlahan saat menarik dan mengeluarkan nafas (Smith,
2016). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan bentuk asuhan keperawatan,
disini perawat mengajarkan klien tentang bagaimana cara melakukan nafas
dalam (Smeltzer & Bare, 2018).
2. Tujuan Teknik Relaksasi Napas Dalam
Relaksasi bertujuan untuk mengatasi atau menurunkan kecemasan,
menurunkan ketegangan otot dan tulang, serta mengurangi nyeri dan
menurunkan ketegangan otot yang berhubungan dengan fisiologis tubuh
(Kozier, 2016).
Teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan nyeri pada pasien post
operasi, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam
neyri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam (Majid et al, 2019).
Setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terdapat hormon yang
dihasilkan yaitu hormon adrenalin dan hormon kortison. Kadar PaCO2 akan
meningkat dan menurunkan PH, sehingga akan meningkatkan kadar oksigen
dalam darah (Majid et al, 2019).
3. Jenis Relaksasi Napas Dalam
Ada beberapa jenis cara yang dapat dilakukan dalam melakukukan relaksasi,
menurut Trullyen (2013), dibagi menjadi lima yaitu :
a. Posisi relaksasi dengan terlentang
Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak meregang
lurus kearah luar, letakkan pada lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi
tubuh, pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang dan gunakan
bantal yang tipis dan kecil di bawah kepala.

53
b. Posisi relaksasi dengan berbaring
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan
dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung.
c. Posisi relaksasi dengan keadaan berbaring terlentang
Kedua lutut ditekuk, berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan
disamping telinga.
d. Posisi relaksasi dengan duduk
Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi, letakkan kaki pada
lantai, letakkan kaki terpisah satu sama lain, gantungkan lengan pada sisi
atau letakkan pada lengan kursi dan pertahankan kepala sejajar dengan
tulang belakang.
4. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Persepsi
Nyeri
Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri
melalui tiga mekanisme yaitu:

a. Dengan merelaksasikan otot skelet yang mengalami spasme yang


disebabkan insisi (trauma) jaringan saat pembedahan
b. Relaksasi otot skelet akan meningkatkan aliran darah ke daerah
yang mengalami trauma sehingga mempercepat proses
penyembuhan dan menurunkan (menghilangkan) sensasi nyeri
c. Teknik relaksasi napas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh
untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin
(Smeltzer & Bare, 2008).
Pernyataan lain mengatakan bahwa penurunan nyeri oleh
teknik relaksasi napas dalam disebabkan ketika seseorang
melakukan relaksasi napas dalam untuk mengendalikan nyeri yang
dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan kompenen saraf
parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya
kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang
mempengaruhi tingkat stres seseorang sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi dan membuat pasien merasa tenang

54
untuk mengatur ritme pernapasan menjadi teratur. Hal ini akan
mendorong terjadinya peningkatan kadar PCO2 dan akan
menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadar oksigen
dalam darah (Handerson, 2015).
5. Langkah Teknik Relaksasi Napas Dalam
Berikut langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam yaitu :
1) Ciptakan lingkungan tenang, usahakan tetap rileks dan tenang.
2) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1, 2, 3 perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut
sambil merasakan ekstremitas atas dan bawah rileks.
3) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali, menarik nafas lagi melalui
hidung dan menghembuskan melalui mulut secara perlahan-lahan.
4) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap
konsentrasi / mata sambil terpejam, pada saat konsentrasi pusatkan pada
daerah nyeri.
5) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang.
6) Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
7) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat.

55
Teknik Relaksasi Napas Dalam Untuk
Mengatasi Nyeri
Apa jenis-jenis teknik relaksasi napas
dalam ???

1. Posisi relaksasi dengan terlentang


2. Posisi relaksasi dengan berbaring
3. Posisi relaksasi dengan keadaan
Apa itu Teknik Relaksasi Napas
Dalam ??? berbaring terlentang
4. Posisi relaksasi dengan duduk

Oleh: Teknik Relaksasi Napas Dalam merupakan


teknik yang digunakan untuk
Nama : Anjuwita
menghilangkan nyeri dengan cara menarik
Nim : 2019.C.11a.0999 Apa Tujuan Teknik Relaksasi Napas
napas melalui hidung, dan menghembuskan
Tingkat : III A napas secara perlahan melalui mulut. Dalam???

1. Mengurangi rasa nyeri


YAYASAN EKA HARAP 2. Mengurangi Rasa Cemas, Kawatir

PALANGKA RAYA SEKOLAH dan gelisah


3. Merelaksasikan ketegangan otot
TINGGI ILMU KESEHATAN
4. Meningkatkan Oksigenasi darah
PRODI S1 KEPERAWATAN

Tahun 2022
46
Apa saja langkah melakukan teknik 5. Menarik napas lagi melalui hidung
relaksasi napas dalam ??? dan menghembuskan melalui
mulut.
1. Tetap rilek dan tenang

2. Menarik napas dalam dari hidung


dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3.

Apa persiapan melakukan teknik


relaksasi napas dalam ???
6. Biarkan telapak tangan dan kaki
1. Teknik napas dalam tidak
rileks
memerlukan alat sehingga mudah
7. Tetap konsentrasi sambil mata
dilakukan kapan saja
terpejam
2. Pastikan dalam keadaan tenang dan
3. Perlahan-lahan udara dihembuskan 8. Saat konsentrasi pusatkan pada
santai
melalui mulut. daerah yang nyeri
3. Posisi yang nyaman dengan baring
4. Bernapas dengan irama normal 3 9. Mengurang teknik relaksasi napas
dan duduk.
kali dalam hingga nyeri terasa
berkurang
47

Anda mungkin juga menyukai