Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISK INFEKSI


SALURAN KEMIH DI DI SISTEM PERKEMIHAN
RSUD DR. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :

Nama : Rama
NIM : 2018.C.10a.0981
Tingkat IIB

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Rama
NIM : 2018.C.10a,0981
Program Studi : S1- Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
R Dengan Diagnosa Medisisk infeksi saluran kemihDan Kebutuhan Dasaristirahat
dan tidur di ruangan after Rsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persayaratan untuk
menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan I Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing akademik Mengetahui

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.


Meida Sinta.A, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “LaporanPendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. R Dengan Diagnosa medis isk infeksi saluran kemih dan Kebutuhan
istirahat dan tidurDiruang afterRsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan,
masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Fransiska,S.Kep.,Ners selaku kepela ruang Gardenia RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 17 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................5
2.1.1 Definisi........................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................5
2.1.3 Etiologi........................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi ..............................................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................13
2.1.7 Komplikasi................................................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................21
2.3.1 Pengkajian.................................................................................................21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................26
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................26
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................29
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................29
3.1.1 Identitas Pasien..........................................................................................29
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan..............................................................29
3.1.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................30
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan..............................................................................34

iii
3.1.5 Sosial-Spritual...........................................................................................35
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)............36
3.1.7 Penatalaksanaan Medis..............................................................................37
3. 2Tabel Analisa Data.......................................................................................38
3.3 Rencana Keperawatan................................................................................42
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..................................................45
BAB IV PENUTUP..............................................................................................48
4.1 Kesimpulan...................................................................................................48
4.2 Saran.............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
(ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering di temukan di praktik
umum. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria dan maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
infeksi saluran kemih dari pada pria (Sukandar, 2007).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak
hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Arief Mansjoer, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi saluran kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara
berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
(WHO,2013) Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang
timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 (2,3 % angka
kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2%
sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%.
(Sochilin,2013) American Urology Association (AUA,2016) menyatakan bahwa
diperkirakan Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada 150 juta penduduk dunia
pertahunnya. Di Amerika Serikat, Infeksi saluran kemih (ISK) terhitung mencapai
lebih dari 100.000 kunjungan rumah sakit setiap tahunnya. memperkiraan jumlah
penderita Infeksi saluran kemih (ISK) di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun pada
2014. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita ISK
di Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk
pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Kemenkes, 2016). infeksi

1
saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering mennyerang pria dan wanita dari
berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode. Infeksi saluran kemih
(ISK) sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya Infeksi
saluran kemih (ISK). Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun,
adanya inokulasi bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat
terjadi. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih. Dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme. Saluran kemih manusia
merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin
serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse (NKUDIC), Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit
infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,1 juta
kasus dilaporkan per tahun. Sementara itu di Indonesia yang menderita infeksi
saluran kemih (ISK) diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.infeksi saluran kemih di
Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, menurut perkiraan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100
kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes Ri, 2014)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada pasein dengan khusunya pada Tn.R dengan diagnosa medis
isk infeksi saluran kencingdan dengan kebutuhan dasar manusia diruang
afterRSUD dr. Doris Sylvanus.

2
1.1 Tujuan Penulisan
1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana cara menerapkan Asuhan Keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada klien Tn.R dengan diagnosis medis dengan Kebutuhan Dasar
Manusia afterRSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.1 Tujuan khusus
Tujuan penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
Tn.Hdengan penyakit isk infeksi saluran kencing di Ruangan after RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn.R dengan
penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan rencana tindakan keperawatan sesuai
masalah keperawatan pada Tn.R dengan penyakit isk infeksi saluran
kencing di ruangan afterRSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Tn.R dengan penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after
RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Tn.R dengan
penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.6 Mahasiswa Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan
1.2 Manfaat Penulisan
1.2.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
Pasein dengan penyakit isk infeksi saluran kencing
1.2.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga

3
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit isk infeksi
saluran kencingsecara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.2.3 Manfaat Bagi Institusi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.2.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan
1.2.5 Manfaat Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan pada
Pasien penyakitisk infeksi saluran kencing

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam
sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi.
Umumnya, ISK terjadi pada kandung kemih dan uretra.

Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Kemudian, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter, menuju
kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine kemudian dibuang
dari tubuh melalui saluran pelepasan yang disebut uretra, hingga bermuara ke
lubang kencing.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Anatomi fisiologi perkemihan terdiri dari :

1. Ginjal ( Ren )
Ginjal terletak pada dinding poeterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 13.

Bentuk ginjal seperti kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri,karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-30 cm,dengan penampang 0,5 cm.Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

 Dinding luar jaringan ikat ( jaringan fibrosa )


 Lapisan tengah lapisan otot polos
 Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang
mendorong urin masuk kedalam kandung kemih.
3.Vesika Urinaria ( kandung kemih )

5
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). Letaknya dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul . vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung
kemih terdiri dari :

 Lapisan sebelah luar(peritoneum)


 Tunika muskularis(lapisan berotot)
 Tunika submukosa.
 Lapisan mukosa(lapisan bagian dalam).
3. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki-laki kira-kira 13,7-16,2 terdiri dari:

 Urethtra pars prostatica.


 Urethra pars membranosa(terdapat spinchter urethra externa).
 Urethra pars spongiosa.
Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm,sphincter urethra terletak disebelah
atas vagina(antara clitoris dan vagina)dan urethra disini hanya sebagai saluran
ekskresi.

2.1.3 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,
antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated
(simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK
complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-
lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat
akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif

6
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun
humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya

a. Sistis
1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke kandung
kemih.
2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim, dikarenakan
uretra yang cidera.
3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina )
4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan

b. Urethritis
1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar
sampai ke vagina melalui anus.
2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau
penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3) Paling sering disebabkan oleh gonococus

c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang tertahan pada
kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada prostat

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi infeksi salurn kemih (ISK) yaitu :Sistitis (inflamasi kandung
kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal
ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih
(refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.

1. Uretra (uretritis)

7
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum

1. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :

2. ISK Uncomplicated (simple)


ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,
anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial
kandung kemih.

3. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.

ISK ini terjadi bila terdapat keadaan- keadaan sebagai berikut :

 Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral


obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing
menetap dan prostatitis.
 Kelainan faal ginjal :GGA maupun GGK
 Gangguan daya tahan tubuh
 Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp
yang memproduksi urease.

2.1.5 Patofisiologi

8
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi
Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda
dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan
steroid jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses
perkembangan usia lanjut, anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan
hubungan seksual yang tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran
kencing ini dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal

Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat
dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta
penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan
kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang
tertahan pada kandung kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam )
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme patogen
seperti E. coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas, dan enterobacter.

Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan


respon pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem
pertahanan tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan
peningkatan metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu
di fagosit oleh sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia
skunder yang menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan
pada ureter, umumnya ketika hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien
mengalami oliguria. Selain itu ketika proses peradangan terjadi akan
meningkatkan frekuensi dorongan kontraksi uretra dan memunculkan persepsi
nyeri akibat proses depresi syaraf perifer.

Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi

9
Resiko injury
Uretra pendek, kebersihan
A.
buruk, pemasangan kateter,
Refluk vesike ureter
phymosis Infeksi berulang / Komplikasi
penanganan kurang tepat kerusakan ginjal
Statis urine
Kolonisasi bakteri di perineum/periputeum
dikandung kemih
(E.coli, staphylacocus, klebsiella)

bakteriuria Bakteri sampai ke ginjal(ISK


Masuk ke sal.kemih
bawah / pyelonephritis)

Melekat & multiplikasi


Reseptor histamine & kolinergik
divesika urinaria
muskarinik meningkat
Pengeluaran
pyrogen endogen Infeksi saluran kemih (ISK Merangsang pusat muntah
atas) cystitis / uretritis (medulla oblongata)
Pengeluaran mediator kimia
Merangsang endothel
hypotalamus Proses fagosit Bakteri mengeluarkan
Mual, muntah
endotoksin

Pembentukan prostaglandin
Reaksi inflamasi Resiko / deficit
volume cairan
Set point thermostat
meningkat

Edema / spasme mukosavesika Hesitansi


Peningkatan suhu tubuh urinaria / uretra

Gangguan eliminasi urine


Hyperthermia Nyeri berkemih
10 / dysuria

Nyeri Akut
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
2. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna
putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
3. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan
muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh,
dapat memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
7. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia

2.1.7 Komplikasi

1. Prostatitis
2. Epididimis
3. Striktura uretra
4. Sumbatan pada vasoepididinal
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin
kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal
rata-rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)

11
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan
untuk menentukan adanya divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang
dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam
vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri
dari traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina
dengan demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
2. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini,
misalnya dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long
course (7-10 hari).
3. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
4. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi
5. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka
program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh
diberikan
6. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam
berikutnya selama 6-7 bulan.

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 pengkajian
2.3.1.1 Identitas pasien Meliputi identitas klien yaitu:
nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tangggal MRS,
tanggal pengkajian, no.RM, diagnose medis, alamat.
2.3.1.2 Keluhan kutama
Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.biasanya kondisi dengan penyakit infeksi

12
saluran kemih seperti nyeri saat berkemih sering bolak balik ke kamar mandi tapi
kemih yang dikeluarkan hanya sedikit
2.3.1.2 Riwayat kesehatan sekarang
Pada penyakit infeksi saluran kemih biasanya di tandai dengan tanda-tanda
nyeri dibagian perut bawahdan serta perlu di tanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Riwayat Kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh
2.3.1.3 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut
akan menyambung. Penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan
fraktur patologis selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki yang sangat
beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik.
2.3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Baaimana pola hidup yang biasa diterapkan dalam keluarga, ada atau
tidaknya riwayat infeksi sistem perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyait hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
2.3.1.5 Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D,
antacid, aspirin dosis tinggi, personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi
makanan tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum
suplemen, control tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita
tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
b. Pola nutrisi dan metabolik Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia,
intake cairan inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan
dehidrasi.
c. Pola eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.

13
d. Pola aktivitas dan latihan Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise,
keterbatsan gerak sendi.
e. Pola istirahat dan tidur Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
f. Pola persepsi sensori dan kognitif Rasa panas pada telapak kaki, perubahan
tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit
kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa
kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
g. Persepsi diri dan konsep diri Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran.
h. Pola reproduksi dan seksual Penurunan libido, amenorea, infertilitas,
impotensi dan atropi testikuler.
2.3.6 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit
berat Tingkat kesadaran: menurun esuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat TTV: sering didapatkan adanya perubahan
RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat.
b. Sistem pernapasan Klien bernapas dengan bau uremia didapatkan adanya
pernapasa kusmaul. Pola napas cepat dan dalam merupakan upaya untuk
melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
c. Sitem hematologi Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif. TD meningkat, akral
dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama
jantung, edem penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah
jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai

14
akibat dari penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuromuskuler Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
retless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan
sesak napas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada
wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi
penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif
memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan
glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan
metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat
h. Sistem pencernaan Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan
diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan

15
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan
fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipertensi.

2.3.7 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges
adalah :
a. Urine
1) Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada.
2) Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.
3) Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
4) Klirens kreatinin, mungkin menurun
5) Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
6) Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
b. Darah
1) Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya kurang
dari 7-8 gr
2) Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
3) GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil
akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
4) Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan seluler
(asidosis) atau pengeluaran jaringan)
5) Magnesium fosfat meningkat
6) Kalsium menurun
7) Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau
sintesa karena kurang asam amino esensial.

16
8) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
2.3.1.6 Pemeriksaan radiologik
1) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
2) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa
3) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter dan retensi.
4) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
5) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan
seljaringan untuk diagnosis hostologis.
6) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal
(keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
7) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkanketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
8) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
9) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran
dan bentuk ginjal.
10) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
11) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya
lesi invasif ginjal.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit.
yang ditandai dengan Ny.N Merasa nyeri dan panas
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai
denganklien mengeluh sulit tidur, klien tampak gelisah, eksperesi wajah klien
tampak meringis dan lesu, tidak ada aktivitas tidur siang, aktivitas tidur malam
hanya 4 jam

17
3. Gangguan eliminasi berhubungan ketidaknyamanan yang ditandai dengan Ny.
N sering berkemih dan BAAK ketika malam hari,dan ketika berkemih dan
BAAK terasa nyeri.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


1. Kaji Pasien dapat mengenali awitan nyeri
2. Pasien dapat mengontrol nyeri
3. Pasien mengetahui tingkatan nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada)
4. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan
5. Kaji kebutuhan belajarpasien

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatussehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir
dari proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny.H kelamin perempuan umur 35 tahun,status perkawinan
kawin,beragama islam,suku bangsa jawa/indonesia, berpendidikan SD, pekerjaan
pasien sebagai swasta, alamat pasien di jl.diponegoro palangka raya, diagnosa
medis infeksi saluran kemih (ISK).

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
pasien mengatakan nyeri dan rasa panas di uretra ketika berkemih, skala nyeri
7dengan air kemih sedikit- sedikit, terdapat pus atau nanah serta rasa sakit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan nyeri saat berkemih sudah hampir 1 minggu Tn.R jarang
keluar rumah semenjak sakit, karena dengan adanya nyeri ketika berkemih dan
rasa ingin berkemih tetapi sedikit-sedikit membuat Ny.H merasa tidak nyaman .

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, klien tidak
pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tn.R mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang sama
dan tidak memiliki riwayat penyakit turunan.

19
Genogram Keluarga :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien

3.1.3 Pemerikasaan Fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum :
Kesadaran pasien compos menthis pasien tampak meringis, pasien tampak
sakit sedang, posisi berbaring semi fowler dengan badan terlentang, Tampak
pasien sering ingin berkemih.

3.1.3.2 Status Mental :


Tingkat kesadaran klien compos mentis, ekpresi wajah klien tampak
meringis, bentuk badan klien simetris, posisi berbaring semi fowler, klien
berbicara cukup jelas, suasana hati klien sedih, penampilan kliencukup rapi, klien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat membedakan antara perawat dan
keluarga serta mengetahui dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt klien baik,
dan mekanisme pertahanan diri klien adaptif.

20
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 29juni 2020 pukul 16:00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 36 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 88 x/menit dan
pernapasan/ RR = 27 x/menit, tekanan darah TD = 170/ 100 mmhg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan
merokok, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak
terdapat nyeri, tidak sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan
perut, irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak
ada suara nafas tambahan. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah Keperawatan :
tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada
pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik,
tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 55 cm, ictus cordis klien tidak
terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien
(S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan. Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri di punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat, kaki kiri dan
kaki kanan, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan
kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang. Uji
Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.

21
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya. 3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan
bola matanya ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat
dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi : Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari
kehidung. Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala
1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik
skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik
skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1. Keluhan lainnya :
tidak ada Masalah keperawatatan : Nyeri akut
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 150 ml 3 x 24
jam ( tidak normal), dengan warna kuning bernanah khas aroma ammonia, klien
mengalami masalah tidak atau lancer, tidak menetes, onkotinen, oliguria, nyeri,
retensi, poliguri, panas, hematuria, hematuria, terpasang kateter dan pernah
melakukan cytostomi.

Keluhan lainnya : Klien mengatakan sering BAK dimalam hari

dan Klien mengatakan saat BAK terasa sakit dan BAK sedikit

22
Masalah keperawatan : gangguan eliminasi

3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)


Bibir klien tampak lembab tidak ada perlukaan di sekitar bibir, jumlah gigi
klien lengkap tidak ada karies, gusi klien normal tampak kemerahan, lidah klien
tidak ada lesi, mokosa klien tidak ada pembengkakan, tonsil klien tidak ada
peradangan, rectum normal, tidak mengalami haemoroid, klien BAB 2x/hari
warna kekuningan dengan konsistensi lemah, tidak diarem tidak konstipasi, tidak
kembung, kembung, bising usus klien terdengar normal 15 x/hari, dan tidak ada
terdapat nyeri tekan ataupun benjolan. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah
keperawatan : tidak ada.
3.1.3.9 Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien tampak bebas, tidak ada parase, tidak
ada paralise, tidak ada hemiparese, tidka ada krepitasi, terdapat nyeri di bagian
punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat kaki kiri dan kaki kanan, tidak ada
bengkak, tidak ada kekakuan, tidak ada flasiditas, tidak ada spastisitas, ukuran
otot klien teraba simetris. Uji kekuatan otot ekstermitas atas = 5 (normal) dan
ektermitas bawah = 5 (normal). Keluhan lainnya : tidak ada. Masalsah
keperawatan : Tidak ada
3.1.10 Kulit-Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik dari obat, makanan kosametik dan
lainnya. Suhu kulit klien teraba panas, warna kulit coklat tua, turgor kuarng,
tekstur kasar, tidak ada tampak terdapat lesi, tampak terdapat jaringan parut di
punggung sebelah kanan, tangan kanan, pantat, kaki kiri dan kaki kanan klien,
tekstur rambut halus, tidak terdapat distribusi rambut dan betuk kuku simetris.
Keluhan lainnya : tidak ada Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.11 Sistem Penginderaan
3.1.3.11.1 Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan klien normal tidak ada masalah, gerakan bola mata
klien tampak bergerak normal dengan visus : mata kanan (VOD) = 6/6 dan mata
kiri (VOS) = 6/6, sclera klien normal/ putih, warna konjungtiva anemis, kornea
bening, tidak terdapat alat bantu penglihatan pada klien dan tidak terdapat adanya
nyeri.

23
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak
tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah
keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada
gatalgatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme Klien tidak ada program diet, klien tidak meras
mual, tidak ada muntah, tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada
merasa haus.
TB : 175 Cm
BB sekarang : 59 Kg
BB Sebelum sakit : 69 Kg
IMT = BB (TB)² = 59 (175)² = 51 (tidak normal)

24
Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 2 sendok makan 4 porsi
Nafsu Makan baik Baik
Jenis Makanan Bubur,lauk Bubur,nasi,lauk
Jenis Minuman 1 gelas 2-4 gelas
Jumlah minum/cc/24jam ± 600cc 1100-1500
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada

Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi

3.1.4.3 Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan sulit tidur, ruangan terasa panas, ekpresi wajah klien
tampak meringis, tidur sebelum sakit : siang 2 jam dan malam 8 jam, tidur
sesudah sakit : siang 1 jam, malam 6 jam. Masalah Keperawatan Gangguan pola
tidur
3.1.4.4 Kognitif
Klien mengatakan “ia tidak senang dengan keadaan yang dialaminya dan
ingin cepat sembuh” Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran)
Klien mengatakan tidak senang dengan keadaan yang dialaminya saat ini, klien
ingin cepat sembuh dari penyakitnya. Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari Sebelum sakit :
Klien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan
orang lain dan tidak ada gangguan rasa sakit. Sesudah sakit : Klien aktivitasnya
dibantu keluarga, sesak napas klien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-
harinya selain itu klien juga mengeluh lemah, letih, dan lesu. Masalah
keperawatan : Tidak ada
3.1.4.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Ibu klien mengatakan bila ada masalah Tn. R selalu bercerita dan meminta
bantuan kepada keluarga, dan keluarga selalu menolong Tn.R Masalah
keperawatan : Tidak ada
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Ibu klien mengatakan bahwa tidak tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang di anut. Masalah keperawatan : tidak ada.

25
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. R selama diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga
dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah anak dan istri.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas dengan keluarga dan
bekerja.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Klien beragama islam, ibadah sholat 5 waktu tidak tentu, jika sholat berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


1. Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal
HBG 11,8 g/d 11.0-16.0 gr/dl
WBC 9,61x10’6/ul 4.00-
10.00x10’3/ul
RBC 3,86x10’ 6/ul 3.50-5
50x10’6/ul
PLT 334x10’3/ul 150-400x10’3ul
GLUKOSA 97 mg/dl 200 mg/ul
CREATININ 1,9 <1,3 mg/dl

26
3.1.7 Penatalaksanaan Medis
Hari, tanggal : Senin, 17 Oktober 2020

No Nama Obat Dosis Rute Indikasi

1. Sulfamethoxazole 2x 650mg oral sulfamethoxazole adalah


obat pereda infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan
microorganisme.

2. Sefalosporin 3x 8 mg IV Sefalosporin adalah obat


untuk membunuh bakteri
dengan menghambat
pembentukan dinding sel
bakteri.

3. Antibiotic 3x 150,1/2 IV Antibiotic (erythoromycin)


(erythoromycin) cth adalah obat penghenti
perkembangan bakteri
penyebab infeksi.

Palangka Raya,29 Juni 2020


Mahasiswa
Rama
3. 2 Tabel Analisa Data
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : klien merasakan nyeri Agen pencideraan Nyeri akut
dibagian perut bawah dan fisiologi
klien mengatakan terasa
panas, nyeri bersekala 7 pencederaan kimiawi
DO: pencederaan fisik

wajah klien tampak

27
nyeri akut
meringis

-cara berbaring klien


terlentang semi fowler

- tampak Dari pemeriksaan


terdapat urinalisis akan
terdapat leukouria positif
dan terdapat 5 eritrosit pada
lapang pandang besar(LPB)
sedimen air kemih.

-Klien tampak memenggang


daerah supra pubik

2. DS : Gelisah Defisit nutrisi


- Klien mengeluh susah
tidur Waktu tidur berkurang
DO :
- klien Nampak gelisah Ketidak nyamanan
- wajah klien tampak
Gangguan pola tidur
meringis

3. gangguan eliminasi
DS :
Klien mengatakan sering kurang memperhatikan
BAK dimalam hari dan kebersihan organ bawah
klien mengatakan saat BAK
terasa nyeri
nyeri saat BAK

DO : Klien tanpak kurang


memperhatikan kebersihan

28
organ bawah

PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas


penyakit. yang ditandai dengan Ny.N Merasa nyeri dan panas
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang
ditandai denganklien mengeluh sulit tidur, klien tampak gelisah,
eksperesi wajah klien tampak meringis dan lesu, tidak ada aktivitas tidur
siang, aktivitas tidur malam hanya 4 jam
3. Gangguan eliminasi berhubungan ketidaknyamanan yang ditandai
dengan Ny. N sering berkemih dan BAAK ketika malam hari,dan
ketika berkemih dan BAAK terasa nyeri.

29
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1.Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1.Selalu memantau perkembangan 1. Selalu memantau perkembangan
asuhan keperawatan
dengan Inflamasi dan nyeri nyeri terhadap klien
2x7 jam diharapkan
peningkatanaktivitas masalah nyeri akut
dapat teratasi, dengan 2.Memberikan kondisi lingkungan 2. Memberikan kondisi lingkungan
penyakit. yang ditandai
kriteria hasil:
yang nyaman untuk membantu yang nyaman untuk membantu
dengan Ny.H Merasa nyeri 1. klien mengatakan
nyeri yang dirasakan meredakan nyeri meredakan nyeri
dan panas
mukai mengurang
2. skala nyeri
berkurang 5 ( 1-7 ) 3.Mencari tahu faktor 3. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri agar mempercepat proses
kesembuhan.

4.Bekerja sama dengan dokter 4. Bekerja sama dengan dokter


dalam pemberian dosis obat
dalam pemberian dosis obat

30
Nama Pasien : Tn. R

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
2Gangguan pola tidur Setelahdilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas dan 1. Mengumpulkan data seberapa lama
berhubungandengan tindakan tidur aktivitas dan tidur klien
ketidaknyamananyang ditandai keperawatan2x7 jam
denganklien mengeluh sulit diharapkan gangguan 2. Modifikasi lingkungan 2. Menciftakan lingkungan yang nyaman
tidur, klien tampak gelisah, pola tidur dapat
eksperesi wajah klien tampak berkurang atau
meringis dan lesu, tidak ada terkontrol dengan 3. Sesuaikan jadwal pemberian 3.Membantu dalam menunjang siklus
aktivitas tidur siang, aktivitas kriteria hasil: obat tidur
tidur malam hanya 4 jam -klien mengatakan
sudah tidak lagi 4. Tetapkan jadwal tidur rutin 4.Waktu tidur menjadi terkontrol
kesulitan tidur
Klien mengatakan 5.Jelaskan pentingnya tidur cukup 5.Memberitahukan pentingnya
tidak merasakan lesu selama sakit kecukupan tidur untuk meningkatkan
dan klien mengatakan kesehatan
mulai rileks
6.Anjurkan menepati kebiasaan

31
waktu tidur. 6.Mendorong waktu tidur tepat waktu.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
3. Gangguan eliminasi Setelahdilakukan 1.Identifikasi penyebab ganggaun 1.Catat hasil memperberat nyeri (suhu
berhubungan ketidaknyamanan tindakan keperawatan berkemih dan BAAK lingkungan)
yang ditandai dengan Ny. N 2x7 jam diharapkan
sering berkemih dan BAK berkemihBAAK klien
ketika malam hari,dan ketika dapat berkurang atau 2.Monitor keadaan bladder setiap 2.Membantu dalam siklus urine menjadi
berkemih dan BAAK terasa teratasi dengan 2 jam normal
nyeri. kriteria hasil: 3.Hindari faktor pencetus 3.membantu percepatan penyebuhan
1. Klien dapat inkontinensia urine seperti cemas
mengontrol
pengeluaran urine 4.Kolaborasi dengan Dokter 4. membantu dalam siklus nyeri
setiap 4 jam dalam pengobatan dan kateterisasi
2. Tidak ada tanda- 5.Jelaskan tentang pengobatan, 5.memberitahukan tentang pentingnya
tanda retensi dan Kateter, penyebab, dan tindakan pengobatan,Kateter, penyebab, dan
inkontinensia urine lain tindakan lain
3. Klien berkemih
dalam keadaan
rileks

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

32
Nama Pasien :Tn. R

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat


Senin , 17 Okt 2020 Diagnosa 1 : S: klien mengatakan nyeri
1. Memberikan teknik datang ketika efek obat
Jam 08.00 WIB
menghilang
nonfarmakologis. Terapi music
O : klien Nampak meringis
(klien masih tampak meringis) Klien dapat melakukan terapi
mandiri tanpa bantuan keluarga
2. Mengajarkan teknik
A: Masalah Sebagian teratasi (Rama)
nonfarmakologis untuk P: lanjutkan intervensi
1,2,3,&4
mengurangi rasa nyeri. Dapat
melakukan secara mandiri
3. Berkaloborasi dengan dokter
pemberian obat

33
Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang dahlia
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Kamis, 18 Okt 2020 Diagnosa 2 : S: Klien mengatakan tidur sudah
Jam 10.00 WIB 1 Mengidentifikasi pola aktivitas merasa nyaman
O:
dan tidur (Tidur siang dan tidur
-Klien mengerti dan ingin
malam tetapkan jadwal tidur melakukan jadwal tidur rutin ( Rama )
- Tidur siang pukul 12:00-14:00
rutin)
WIB dan tidur malam 21:00-
2 Modifikasi lingkungan (suhu 05:00 WIB, klien menjadi lebih
rileks
ruangan 20 °C kulit klien teraba
- Kulit klien teraba hangat
hangat) - Tidur malam mnejadi 7 jam
A: Masalah Sebagian teratasi
3 Menjelaskan pentingnya tidur
P: lanjjtkan intervensi 1,2,3,4,5
cukup selama sakit (klien mengerti & 6
dan ingin melakukan jadwal tidur
rutin)
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur
siang dan tidur malam , klien
menjadi lebih rileks

34
Nama Pasien : Tn. R

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat


Kamis, 18 Okt 2020 Diagnosa 3: S:
Jam 12.00 WIB 1. Mengidentifikasi penyebab - klien mengatakan sudah tidak
terasa nyeri saan BAK dan
gangguan eliminasi.
kencing
2. Monitor keadaan bladder setiap - klien mengatakan sudah ( Rama )
mulai nyaman dengan
2 jam
keadaan saat ini
3. Hindari faktor pencetus O:
- Klien dapat menjelaskan
inkontinensia urine seperti
kembali dan paham dengan
cemas apa yang telah dijelaskan
oleh perawat
4. Kolaborasi dengan Dokter
- Peradangan berkurang
dalam pengobatan dan - Siklus urin menjadi normal
kateterisasi
A: Masalah teratasi
Jelaskan tentang pengobatan, Kateter, P: hentikan intervensi

35
penyebab, dan tindakan lain

36
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-
tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya
keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.

Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui
infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.

Pengkajian pada pasien isk infeksi saluran kemihdengan kebutuhan dasar


manusia istirahat dan tidur terfokus pada pengkajian pemenuhan itirahat dan tidur,
pengkajian perkembangan kesembuhan pasien tentang penyakitnya.
Diagnose yang muncul pada laporan kasus ini adalah:Nyeri akut berhubungan
dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas penyakit. yang ditandai dengan Tn. R
Merasa nyeri dan panas dalam perencanaan keperawatan pada asuhan
keperawatan pada pasienisk, kaji terhadap, Selalu memantau perkembangan nyeri
Mencari tahu faktor memperberat dan memperingan nyeri agar mempercepat
proses kesembuhan,Memberikan kondisi lingkungan yang nyaman untuk
membantu meredakan nyeri

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini
perawat membandingkan hasil dari Tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil teratasi seluruhnya, teratasi Sebagian ,atau belum teratasi semuanya .

4.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
ASKEPnya diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami tentang Konsep
Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, sehingga pembaca dapat
memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang berkaitan dengan
hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuannya

37
mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, dan
diharapkan dapat menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan
bersungguh-sungguh menjadi perawat yang professional nantinya

38
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 1997. “ Keperawatan Medikal Bedah” Edisi 8. Jakarta:
EGC
Marylin E. Doengoes. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan” Jakarta: EGC.
Susan Martin Tucker et. all, 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Suharyanto,Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans info Media

39

Anda mungkin juga menyukai