Disusun Oleh :
Nama : Rama
NIM : 2018.C.10a.0981
Tingkat IIB
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “LaporanPendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Tn. R Dengan Diagnosa medis isk infeksi saluran kemih dan Kebutuhan
istirahat dan tidurDiruang afterRsud Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan arahan,
masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini
4. Fransiska,S.Kep.,Ners selaku kepela ruang Gardenia RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya dan pembimbing Klinik yang telah memberikan
izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan di ruang Flamboyan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................5
2.1.1 Definisi........................................................................................................5
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................................5
2.1.3 Etiologi........................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi....................................................................................................9
2.1.5 Patofisiologi ..............................................................................................10
2.1.6 Manifestasi Klinis .....................................................................................13
2.1.7 Komplikasi................................................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis..............................................................................15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan................................................................21
2.3.1 Pengkajian.................................................................................................21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................26
2.3.3 Intervensi Keperawatan.............................................................................26
2.3.4 Implementasi Keperawatan.......................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................................28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................29
3.1 PENGKAJIAN.............................................................................................29
3.1.1 Identitas Pasien..........................................................................................29
3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan..............................................................29
3.1.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................30
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan..............................................................................34
iii
3.1.5 Sosial-Spritual...........................................................................................35
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)............36
3.1.7 Penatalaksanaan Medis..............................................................................37
3. 2Tabel Analisa Data.......................................................................................38
3.3 Rencana Keperawatan................................................................................42
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..................................................45
BAB IV PENUTUP..............................................................................................48
4.1 Kesimpulan...................................................................................................48
4.2 Saran.............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih
(ISK) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering di temukan di praktik
umum. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria dan maupun wanita dari
semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
infeksi saluran kemih dari pada pria (Sukandar, 2007).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine di
kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak
hanya mengenai kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Arief Mansjoer, 2008).
Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi saluran kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki. Indonesia merupakan negara
berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat.
(WHO,2013) Berdasarkan survey dirumah sakit Amerika Serikat kematian yang
timbul dari Infeksi Saluran Kemih diperkirakan lebih dari 13000 (2,3 % angka
kematian). Pada usia muda kurang dari 40 tahun mempunyai prevalensi 3,2%
sedangkan diatas 65 tahun angka infeksi saluran kemih sebesar 20%.
(Sochilin,2013) American Urology Association (AUA,2016) menyatakan bahwa
diperkirakan Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada 150 juta penduduk dunia
pertahunnya. Di Amerika Serikat, Infeksi saluran kemih (ISK) terhitung mencapai
lebih dari 100.000 kunjungan rumah sakit setiap tahunnya. memperkiraan jumlah
penderita Infeksi saluran kemih (ISK) di Indonesia adalah 90-100 kasus per
100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun pada
2014. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita ISK
di Indonesia masih cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk
pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Kemenkes, 2016). infeksi
1
saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering mennyerang pria dan wanita dari
berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode. Infeksi saluran kemih
(ISK) sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya Infeksi
saluran kemih (ISK). Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun,
adanya inokulasi bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat
terjadi. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih. Dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme. Saluran kemih manusia
merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin
serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih dan uretra. Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse (NKUDIC), Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit
infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,1 juta
kasus dilaporkan per tahun. Sementara itu di Indonesia yang menderita infeksi
saluran kemih (ISK) diperkirakan sebanyak 222 juta jiwa.infeksi saluran kemih di
Indonesia dan prevalensinya masih cukup tinggi, menurut perkiraan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100
kasus per 100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun (Depkes Ri, 2014)
2
1.1 Tujuan Penulisan
1.1.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagai mana cara menerapkan Asuhan Keperawatan kebutuhan
dasar manusia pada klien Tn.R dengan diagnosis medis dengan Kebutuhan Dasar
Manusia afterRSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.1 Tujuan khusus
Tujuan penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
Tn.Hdengan penyakit isk infeksi saluran kencing di Ruangan after RSUD
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Tn.R dengan
penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan rencana tindakan keperawatan sesuai
masalah keperawatan pada Tn.R dengan penyakit isk infeksi saluran
kencing di ruangan afterRSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan
pada Tn.R dengan penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after
RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.5 Mahasiswa mampu membuat evaluasi keperawatan pada Tn.R dengan
penyakit isk infeksi saluran kencingdi Ruangan after RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya
1.3.2.6 Mahasiswa Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan
1.2 Manfaat Penulisan
1.2.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada
Pasein dengan penyakit isk infeksi saluran kencing
1.2.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
3
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit isk infeksi
saluran kencingsecara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan
mandiri.
1.2.3 Manfaat Bagi Institusi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.2.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan
1.2.5 Manfaat Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan pada
Pasien penyakitisk infeksi saluran kencing
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam
sistem kemih, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi.
Umumnya, ISK terjadi pada kandung kemih dan uretra.
Berawal dari ginjal, zat sisa di dalam darah disaring dan dikeluarkan
dalam bentuk urine. Kemudian, urine dialirkan dari ginjal melalui ureter, menuju
kandung kemih. Setelah ditampung di kandung kemih, urine kemudian dibuang
dari tubuh melalui saluran pelepasan yang disebut uretra, hingga bermuara ke
lubang kencing.
1. Ginjal ( Ren )
Ginjal terletak pada dinding poeterior abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 13.
Bentuk ginjal seperti kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal
kiri,karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-30 cm,dengan penampang 0,5 cm.Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
5
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah
pir (kendi). Letaknya dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul . vesika
urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung
kemih terdiri dari :
2.1.3 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,
antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated
(simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK
complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-
lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat
akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif
6
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun
humoral
e. Adanya hambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya
a. Sistis
1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke kandung
kemih.
2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim, dikarenakan
uretra yang cidera.
3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan vagina )
4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan
b. Urethritis
1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar
sampai ke vagina melalui anus.
2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau
penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3) Paling sering disebabkan oleh gonococus
c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang tertahan pada
kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada prostat
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi infeksi salurn kemih (ISK) yaitu :Sistitis (inflamasi kandung
kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal
ini dapat disebabkan oleh aliran balik irin dari utetra kedalam kandung kemih
(refluks urtovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
1. Uretra (uretritis)
7
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non gonoreal adalah
uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum
1. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal
3. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.
2.1.5 Patofisiologi
8
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi
Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda
dan juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan
steroid jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses
perkembangan usia lanjut, anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan
hubungan seksual yang tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran
kencing ini dapat mengenai kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal
Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat
dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta
penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan
kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang
tertahan pada kandung kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam )
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme patogen
seperti E. coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas, dan enterobacter.
Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi
9
Resiko injury
Uretra pendek, kebersihan
A.
buruk, pemasangan kateter,
Refluk vesike ureter
phymosis Infeksi berulang / Komplikasi
penanganan kurang tepat kerusakan ginjal
Statis urine
Kolonisasi bakteri di perineum/periputeum
dikandung kemih
(E.coli, staphylacocus, klebsiella)
Pembentukan prostaglandin
Reaksi inflamasi Resiko / deficit
volume cairan
Set point thermostat
meningkat
Nyeri Akut
2.1.6 Manifestasi Klinis
1. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
2. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa berwarna
putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
3. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan
muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh,
dapat memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
7. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
2.1.7 Komplikasi
1. Prostatitis
2. Epididimis
3. Striktura uretra
4. Sumbatan pada vasoepididinal
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat fungsi ginjal .
2. Pengukuran berat derajat obstruksi
a. Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan (normal,sisa urin
kosong dan batas intervensi sisa urin lebih dari 100 cc)
b. Pancaran urin (oroflowmetri)
syarat : jumlah urin dalam vesika 125 sampai dengan 150 ml. Angka normal
rata-rata 10-12 ml/ detik, obstruksi ringan
3. Pemeriksaan lain
a. BNO ( Blass Nier Overzicht) /IVP (Intravenous Pyleogram)
11
adalah studi sinar x terhadap ginjal, rahim dan saluran kemih, dilakukan
untuk menentukan adanya divertikel, penebalan bladder.
b. Trans abdominal USG
Dilakukan untuk mendeteksi bagian prostat yang meonjol ke buli-buli, yang
dipakai untuk meramalkan derajat berat obstruksi apabila ada batu di dalam
vesika.
c. Sitoscopy , yaitu untuk melihat apakan ada penebalan pada bladder.
12
saluran kemih seperti nyeri saat berkemih sering bolak balik ke kamar mandi tapi
kemih yang dikeluarkan hanya sedikit
2.3.1.2 Riwayat kesehatan sekarang
Pada penyakit infeksi saluran kemih biasanya di tandai dengan tanda-tanda
nyeri dibagian perut bawahdan serta perlu di tanyakan mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
Riwayat Kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang di derita oleh
2.3.1.3 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien Pada pengkajian ini ditemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut
akan menyambung. Penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan
fraktur patologis selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki yang sangat
beresiko terjadinya osteomylitis akut maupun kronik.
2.3.1.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama. Baaimana pola hidup yang biasa diterapkan dalam keluarga, ada atau
tidaknya riwayat infeksi sistem perkemihan yang berulang dan riwayat alergi,
penyait hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
2.3.1.5 Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan Penggunaan obat laksatif, diamox, vitamin D,
antacid, aspirin dosis tinggi, personal hygiene kurang, konsumsi toxik, konsumsi
makanan tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum
suplemen, control tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada penderita
tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
b. Pola nutrisi dan metabolik Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia,
intake cairan inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia), penggunanan diuretic, demam karena sepsis dan
dehidrasi.
c. Pola eliminasi Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna urin.
13
d. Pola aktivitas dan latihan Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise,
keterbatsan gerak sendi.
e. Pola istirahat dan tidur Gangguan tidur (insomnia/gelisah atau somnolen)
f. Pola persepsi sensori dan kognitif Rasa panas pada telapak kaki, perubahan
tingkah laku, kedutan otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul, sakit
kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-
hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur, kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa
kebas pada telapak kaki, kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati
perifer), gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.
g. Persepsi diri dan konsep diri Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak
ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran.
h. Pola reproduksi dan seksual Penurunan libido, amenorea, infertilitas,
impotensi dan atropi testikuler.
2.3.6 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV Keadaan umum: klien lemah dan terlihat sakit
berat Tingkat kesadaran: menurun esuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat TTV: sering didapatkan adanya perubahan
RR meningkat, tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat.
b. Sistem pernapasan Klien bernapas dengan bau uremia didapatkan adanya
pernapasa kusmaul. Pola napas cepat dan dalam merupakan upaya untuk
melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.
c. Sitem hematologi Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif. TD meningkat, akral
dingin, CRT > 3 detik, palpitasi, nyeri dada dan sesak napas, gangguan irama
jantung, edem penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah
jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia sebagai
14
akibat dari penurunan produksi eritropoitin, lesi gastrointestinal uremik,
penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran
GI, kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari trombositopenia.
d. Sistem neuromuskuler Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi. Klien sering
didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome,
retless leg syndrome, kram otot, dan nyeri otot.
e. Sistem kardiovaskuler Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin angiostensin aldosteron. Nyeri dada dan
sesak napas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
f. Sistem Endokrin Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu. Pada
wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi sampaiamenorea.
Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin < 15 ml/menit) terjadi
penuruna klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif
memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan
glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan gangguan
metabolism vitamin D.
g. Sistem Perkemihan Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat
h. Sistem pencernaan Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan
diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa mulut, dan
ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan penurunan intake nutrisi dari
kebutuhan.
i. Sistem Muskuloskeletal Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala,
kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ), petekie, area
ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat kalsium pada kulit jaringan
15
lunak dan sendi, keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan
fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer dari
hipertensi.
16
8) Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan urin.
2.3.1.6 Pemeriksaan radiologik
1) Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi (batu).
2) Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa
3) Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter dan retensi.
4) Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
5) Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan
seljaringan untuk diagnosis hostologis.
6) Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis ginjal
(keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
7) Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkanketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa.
8) Fotokaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
9) Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal, ukuran
dan bentuk ginjal.
10) CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn tumor).
11) Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal, luasnya
lesi invasif ginjal.
17
3. Gangguan eliminasi berhubungan ketidaknyamanan yang ditandai dengan Ny.
N sering berkemih dan BAAK ketika malam hari,dan ketika berkemih dan
BAAK terasa nyeri.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Ny.H kelamin perempuan umur 35 tahun,status perkawinan
kawin,beragama islam,suku bangsa jawa/indonesia, berpendidikan SD, pekerjaan
pasien sebagai swasta, alamat pasien di jl.diponegoro palangka raya, diagnosa
medis infeksi saluran kemih (ISK).
19
Genogram Keluarga :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= = Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
20
3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :
Saat pengkajian TTV klien tanggal 29juni 2020 pukul 16:00 WIB, suhu
tubuh klien/ S = 36 °C tempat pemeriksaan axilla, nadi/N = 88 x/menit dan
pernapasan/ RR = 27 x/menit, tekanan darah TD = 170/ 100 mmhg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris, klien tidak memiliki kebiasaan
merokok, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak
terdapat nyeri, tidak sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan
perut, irama pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak
ada suara nafas tambahan. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah Keperawatan :
tidak ada
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Klien tidak merasakan nyeri di dada, tidak ada merasakan keram dikaki,
klien tampak tidak pucat, tidak merasakan pusing, tidak mengalami clubbing
finger, tidak sianosis, tidak merasakan sakit kepala, tidak palpitasi, tidak ada
pingsan, capillary refill klien saat ditekan dan dilepaskan kembali dalam 2 detik,
tidak ada terdapat oedema, lingkar perut klien 55 cm, ictus cordis klien tidak
terlihat, vena jugulasir klien tidak mengalami peningkatan, suara jantung klien
(S1-S2) reguler dan tidak ada mengalami kelainan. Keluhan lainnya : tidak ada.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : E = 4 (membuka mata spontan), V = 5 (komunikasi verbal
baik), M = 6 (mengikuti perintah), total nilai GCS = 15 (normal), kesadaran klien
tampak normal, pupil isokor, reflex cahaya kanan positif dan kiri positif, klien
merasakan nyeri di punggung bagian kanan, tangan kanan, pantat, kaki kiri dan
kaki kanan, tidak vertigo, tampak gelisah, tidak aphasia, klien tidak merasakan
kesemutan, tidak bingung, tidak dysarthria dan tidak mengalami kejang. Uji
Syaraf Kranial :
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olvaktori) : Klien dapat membedakan bau-bauan
seperti : minyak kayu putih atau alcohol.
21
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optik) : Klien dapat melihat dengan jelas orang yang
ada disekitarnya.
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil klien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya. 3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Trokeal) : Klien dapat menggerakan
bola matanya ke atas dan ke bawah.
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminal) : Klien dapat mengunyah makanan
seperti : nasi, kue, buah.
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdusen) : Klien dapat melihat kesamping kiri
ataupun kanan.
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasial) : Klien dapat tersenyum.
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan dokter, perawat
dan keluarganya.
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Klien dapat membedakan rasa
pahit dan manis.
3.1.3.6.10Nervus Kranial X (Vagus) : Klien dapat berbicara dengan jelas.
3.1.3.6.11Nervus Kranial XI (Asesori) : klien dapat mengangkat bahunya.
3.1.3.6.12Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Klien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji Koordinasi : Ekstermitas atas klien dapat menggerakan jari kejari dan jari
kehidung. Ekstermitas bawah klien dapat menggerakan tumit ke jempol kaki,
kestabilan tubuh klien tampak baik, refleks bisep kanan dan kiri klien baik skala
1, trisep kanan dan kiri klien baik skla 1, brakioradialis kanan dan kiri klien baik
skla 1, patella kanan kiri klien baik skla 1, dan akhiles kanan dan kiri klien baik
skla 1, serta reflek babinski kanan dan kiri klien baik skla 1. Keluhan lainnya :
tidak ada Masalah keperawatatan : Nyeri akut
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
ada masalah dalam eliminas urin, klien memproduksi urin 150 ml 3 x 24
jam ( tidak normal), dengan warna kuning bernanah khas aroma ammonia, klien
mengalami masalah tidak atau lancer, tidak menetes, onkotinen, oliguria, nyeri,
retensi, poliguri, panas, hematuria, hematuria, terpasang kateter dan pernah
melakukan cytostomi.
dan Klien mengatakan saat BAK terasa sakit dan BAK sedikit
22
Masalah keperawatan : gangguan eliminasi
23
3.1.3.11.2 Telinga / Pendengaran
Pendengaran klien normal dan tidak ada berkurang, tidak berdengung dan tidak
tuli.
3.1.3.11.3 Hidung / Penciuman
Bentuk hidung klien teraba simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
patensi, tidak terdapat obstruksi, tidak terdapat nyeri tekan sinus, tidak terdapat
transluminasi, cavum nasal normal, septum nasal tidak ada masalah, sekresi
kuning lumayan kental, dan tidak ada polip. Keluhan lainnya : tidak ada. Masalah
keperawatan : tidak ada.
3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Leher klien tampak tidak ada massa, tidak ada jaringan parut, tidak ada
teraba kelenjar limfe, tidak ada teraba kelenjar tyroid, dan mobilitas leher klien
bergerak bebas.
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
3.1.3.13.1 Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada
gatalgatal, gland penis baik/ normal, meatus uretra baik/ normal, tidak ada
discharge, srotum normal, tidak ada hernia, dan tidak ada keluhan lainnya
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan ”saya ingin cepat sembuh dan ingin segera pulang kerumah“.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme Klien tidak ada program diet, klien tidak meras
mual, tidak ada muntah, tidak mengalami kesukaran menelan dan tidak ada
merasa haus.
TB : 175 Cm
BB sekarang : 59 Kg
BB Sebelum sakit : 69 Kg
IMT = BB (TB)² = 59 (175)² = 51 (tidak normal)
24
Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit
Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 2 sendok makan 4 porsi
Nafsu Makan baik Baik
Jenis Makanan Bubur,lauk Bubur,nasi,lauk
Jenis Minuman 1 gelas 2-4 gelas
Jumlah minum/cc/24jam ± 600cc 1100-1500
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada
25
3.1.5 Sosial - Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, dan klien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan kepada perawat.
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik, dibuktikan dengan kelurga setiap saat
selalu memperhatikan dan mendampingi Tn. R selama diarawat di rumah sakit.
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Klien dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan dan dapat berkomunikasi juga
dengan keluarga serta orang lain.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat :
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah anak dan istri.
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Sebelum sakit biasanya digunakan klien untuk beraktivitas dengan keluarga dan
bekerja.
3.1.5.7 Kegiatan beribadah :
Klien beragama islam, ibadah sholat 5 waktu tidak tentu, jika sholat berdoa untuk
kesembuhan penyakitnya.
26
3.1.7 Penatalaksanaan Medis
Hari, tanggal : Senin, 17 Oktober 2020
27
nyeri akut
meringis
3. gangguan eliminasi
DS :
Klien mengatakan sering kurang memperhatikan
BAK dimalam hari dan kebersihan organ bawah
klien mengatakan saat BAK
terasa nyeri
nyeri saat BAK
28
organ bawah
PRIORITAS MASALAH
29
3.3 Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1.Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1.Selalu memantau perkembangan 1. Selalu memantau perkembangan
asuhan keperawatan
dengan Inflamasi dan nyeri nyeri terhadap klien
2x7 jam diharapkan
peningkatanaktivitas masalah nyeri akut
dapat teratasi, dengan 2.Memberikan kondisi lingkungan 2. Memberikan kondisi lingkungan
penyakit. yang ditandai
kriteria hasil:
yang nyaman untuk membantu yang nyaman untuk membantu
dengan Ny.H Merasa nyeri 1. klien mengatakan
nyeri yang dirasakan meredakan nyeri meredakan nyeri
dan panas
mukai mengurang
2. skala nyeri
berkurang 5 ( 1-7 ) 3.Mencari tahu faktor 3. Mencari tahu faktor memperberat
memperberat dan memperingan dan memperingan nyeri agar
nyeri agar mempercepat proses
kesembuhan.
30
Nama Pasien : Tn. R
31
waktu tidur. 6.Mendorong waktu tidur tepat waktu.
32
Nama Pasien :Tn. R
33
Nama Pasien : Tn. R
Ruang Rawat : Ruang dahlia
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Kamis, 18 Okt 2020 Diagnosa 2 : S: Klien mengatakan tidur sudah
Jam 10.00 WIB 1 Mengidentifikasi pola aktivitas merasa nyaman
O:
dan tidur (Tidur siang dan tidur
-Klien mengerti dan ingin
malam tetapkan jadwal tidur melakukan jadwal tidur rutin ( Rama )
- Tidur siang pukul 12:00-14:00
rutin)
WIB dan tidur malam 21:00-
2 Modifikasi lingkungan (suhu 05:00 WIB, klien menjadi lebih
rileks
ruangan 20 °C kulit klien teraba
- Kulit klien teraba hangat
hangat) - Tidur malam mnejadi 7 jam
A: Masalah Sebagian teratasi
3 Menjelaskan pentingnya tidur
P: lanjjtkan intervensi 1,2,3,4,5
cukup selama sakit (klien mengerti & 6
dan ingin melakukan jadwal tidur
rutin)
4 Tetapkan jadwal tidur rutin (tidur
siang dan tidur malam , klien
menjadi lebih rileks
34
Nama Pasien : Tn. R
35
penyebab, dan tindakan lain
36
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan tanda-
tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria. Adanya
keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih selain E.coli melalui
infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus, Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa,
Acinetobacter, Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini
perawat membandingkan hasil dari Tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria
hasil teratasi seluruhnya, teratasi Sebagian ,atau belum teratasi semuanya .
4.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta
ASKEPnya diharapkan kepada pembaca untuk dapat memahami tentang Konsep
Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, sehingga pembaca dapat
memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja yang berkaitan dengan
hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuannya
37
mengenai Konsep Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta ASKEPnya tersebut, dan
diharapkan dapat menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan
bersungguh-sungguh menjadi perawat yang professional nantinya
38
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 1997. “ Keperawatan Medikal Bedah” Edisi 8. Jakarta:
EGC
Marylin E. Doengoes. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan” Jakarta: EGC.
Susan Martin Tucker et. all, 1998. Standar Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Suharyanto,Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans info Media
39