Definisi
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan
atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimelai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-
kira 6 minggu. Puerourium (nifas) berlangsung 6 minggu atau 42 hari, merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari
plasenta lahir sampai alat-alat kandungan pulih seperti sebelum hamil dan
memerlukan waktu kirea-kira 6 minggu.
2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
Tujuan dari perawatan nifas menurut Asih & Risneni (2016) adalah:
b. Mengatasi anemia
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil
dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali,
sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-
5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun
tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil. Kembalinya haid dan
ovulasi Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan
kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat
bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa
bulan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi, penyuluan dan penggunaan
kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk menghindari
kehamilan yang tak dikehendaki.
9. Penatalaksanaan
10. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1. Lamanya proses persalinan dan jenis persalinan
2. Lamanya ketuban pecah dini
3. Adanya episiotomi dan laserasi
4. Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir (nilai
APGAR)
5. Pemberian anestesi selama proses persalinan dan kelahiran
6. Medikasi lain yang diterima selama persalinan atau periode immediate
post partum
7. Komplikasi yang terjadi pada periode immediate post partum seperti
atonia uteri, retensi plasenta.
b. Pengkajian status fisiologis maternal
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post
partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk
Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung
kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower
Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
c. Pengkajian fisik
1) Tanda-tanda vital
Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut
bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum.
Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan
tekananan darah
sementara waktu.
Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada
umumnya respirasrasi lambat atau bahkan normal. Mengapa
demikian, tidak lain karena Ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat.
2) Pemeriksaan Head to toe
3) Pemeriksaan thorak
a) Inspeksi payudara
o Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap produksi
asi, perlu
o diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang
o tidak simetris pada perubahan posisi kontur atau permukaan.
o - Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti
adanya depresi,retraksi atau ada luka pada kulit
payudara perlu dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
o Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat
menunjukan
o adanya peradangan.
b) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi
inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi
apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1
sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Ketika
menyusui, perawat mengamati perubahan payudara,
menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda
kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada
nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi
lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
4) Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi Abdomen
o Kaji adakah striae dan linea alba.
o Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau keras.
Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus
sehingga perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang
lembek menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase untuk
merangsang kontraksi.
b. Palpasi Abdomen
Fundus uteri Tinggi : Segera setelah persalinan TFU 2 cm
dibawah pusat,12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat
dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-symfisis
Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
Posisi, posisi fundus apakah sentral atau lateral. Posisi lateral
biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan
uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga
bagian tengah merata. Ukuran uterusakan tetap sama
selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun kemudian
secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin,
Reeder, G.,Koniak, 2014).
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus
abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan
ini menyerupai belah memanjang dari prosessus xiphoideus
ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan lebarnya.
Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum
hamil tetapi dapat mendekat dengan memotivasi ibu untuk
melakukan senam nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk tidur
terlentang tanpa bantal dan mengangkat kepala, tidak
diganjal kemudian palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur panjang dan lebar
diastasis.
Intervensi
1) Observasi :
Monitor tanda gejala infeksi lokal dan iskemik
2) Terapeutik:
Batasi jumlah pengunjung
Berikan perawatan kulut pada daerah edema
Pertahankn teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
3)Edukasi :
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkn cara memeriksa luka
Anjurkn menungkatkan asupan cairan
4)Kolaborasi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri menurun dengan
Kh:
Intervensi:.
1) Observasi :
Identifikasi lokasi, karakteristik durasi dan frekuensi
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi skala nyeri non verbal
Identifikasi pengaruh nyeri pada kulitas hidup
2) Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengatasu nyeri
Kontrol lingkungan yng memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
3) Edukasi
jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
jelaskan strategi meredakan nyeri
4) Kolaborasi
kolaborasi pemberian analgetik
5) Implementasi
mengidentifukasi skala nyeri
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, frekyensi nyeri
mengidentifikasi respon nyeri non verbal
memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
memfasilitasi istirahat dan tidur
menjelaskan penyebab, periode dan pemici nyeri
menjelaskan strategi meredakan nyeri
memberikan analgetik
1) Nokturia menurun
2) Volume residu urine sedang
Intervensi
1) Observasi
identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
identifikasi faktor yang menyebabkan retensi urine
2)Terapeutik
Intervensi
1)Observasi
2)Terapeutik
Modifikasi lingkungan
Batasi waktu tidur siang
Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
3)Edukasi
4)Implementasi
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2016) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.