Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN

EMOSIONAL ANAK USIA PRASEKOLAH 3-6 TAHUN


DI TK AISYIYAH 1 BUKITTINGGI
TAHUN 2021

Liza Merianti1, Wisnatul Izzati1, Rahmi Adiati Anggina 3


Program Studi S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi
Email: adiati.anggina21@gmail.com

ABSTRAK
Di indonesi sendiri tercatat 69.9% anak yang mengalami perkembangan socsal
emosional. Di indonesi sendiri tercatat 69.9% anak yang mengalami perkembangan
socsal emosional. Peserta didik yang berada di TK Aisyiah I terdiri dari 13 kelas. Dari
4 kelas yang telah diamati terdapat anak yang memiliki kecerdasaan emosional yang
beragam dimana anak tidak mampu mengelola emosinya, tidak terampil dalam
membina hungunan dengan temannya, serta kurang memiliki empati. Hal tersebut
dipengaruhi oleh oleh faktor eksternal yaitu berupa pola asuh. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional
anak usia prasekolah 3-6 tahun di TK Aisyiyah 1Bukittinggi. Jenis penelitian ini adalah
analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
sebesar 106 anak di TK Aiyiyah 1 Bukittinggi menggunakan teknik simple random
sampling. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner pola asuh orang tua dan
kecerdasan emosional. Uji yang digunakan yaitu sperman rank. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hampir separuh orang tua dengan pola asuh otoriter (38,7%),
sebagian anak memiliki kecerdasan emosional dalam tingkat cukup (36,8%). Ada
hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional di TK Aisyiyah 1
Bukittinggi, hasilnya diperoleh oleh nilai p 0,000 α (<0,05) dan nilai r 0,414. Saran
kepada orang tua yaitu agar dapat memberikan pola asuh yang baik kepada anak,
dimana tidak memaksakan anak mengikuti aturan dan control yang ketat agar dapat
membuat kecerdasan emosional anak yang baik.

Kata kunci : Pola Asuh, Kecerdasan Emosional


LATAR BELAKANG Anak akan mengalami
perkembangan fisiologis terdiri dari
Usia prasekolah merupakan
perkembangan motorik kasar dan
individu yang berusia 3 hingga 6 tahun.
motorik halus, perkembangan kognitif,
Anak pada usia prasekolah merupakan
perkembangan psikososial dan
periode sensitive yaitu dimana suatu
perkembangan sosial emosional.
fungsi tertentu perlu didorong dan
Perkembangan emosi sangat berperan
diarahkan sehingga pertumbuhan dan
bagi anak untuk berkomunikasi dengan
perkembangannya tidak terhambat. Usia
lingkungannya, sebagai bentuk dari
prasekolah melambangkan masa
kepribadiannya, dan sebagai
keemasan (the golden age) pada anak.
pengembangan diri. Menurut Robinson
Masa keemasan adalah dimana
(Suryana, 1016: 43) ciri utama reaksi
terjadinya tingkatan pertumbuhan dan
emosi pada anak adalah reaksi emosi
perkembangan yang paling berarti pada
yang sangat kuat dimana anak belum
masa mula kehidupan anak. Menurut
mampu menunjukkan reaksi emosional
Pasific Cross (Izattul Azijah dan Asyifa
yang sebanding terhadap stimulus yang
Robiatul Adawiyah, 1010: 1) Pada usia
dialaminya, reaksi emosi sering kali
ini segala informasi mengenai kata-kata
muncul pada setiap peristiwa dengan cara
atau perilaku orang baik- buruk di sekitar
yang diinginkan, reaksi emosi anak
akan diserap seluruhnya dan akan
mudah berubah, reaksi emosi bersifat
menjadi dasar terbentuknya karakter,
individual, dan reaksi emosi anak dapat
kepribadian, serta kemampuan kognitif.
dikenali melalui tingkah laku yang
Pada masa ini merupakan masa ditampilkan.
yang cukup signifikan dalam
Dimana kesuksesan atau
pertumbuhan dan perkembangan.
kegagalan seseorang saat mengelola
Dimana perkembangan motorik sangat
emosi bergantung pada kecerdasan
berhubungan dengan pertumbuhan psikis
emosional. Kecerdasan emosional
anak. Terjadi perkembangan dan
(emotional intelligent) menyumbang
pertumbuhan pada seluruh aspek.
80% bagi keberhasilan seseorang,
Kemenkes RI (1011) perkembangan
sementara IQ hanya menyumbang 10%
yang optimal di masa anak akan
(Goleman, 1016: 41). Menurut Saloveyn
menentukan bagaimana anak bertumbuh
dan Mayer (Shapiro, 1003: 8)
kembang di tahapan perkembangan
Kecerdasan emosional adalah himpunan
berikutnya.
bagian dari kecerdasan sosial yang
melibatkan kemampuan memantau
perasaan dan emosi baik pada diri sendiri memiliki kecerdasan emosi tinggi identik
maupun pada orang lain, memilah-milah dengan anak yang bahagia, bermotivasi
semuanya, dan menggunakan informasi tinggi, dan mampu bertahan dalam
ini untuk membimbing pikiran dan menjalin berbagai kondisi stress yang
tindakan. Anak yang memiliki dihadapi (Mahyuddin, 1019: 87).
kecerdasan emosional tinggi tentu
Menurut WHO tercatat
memiliki kemampuan berempati,
kelompok anak sebanyak 13,979,000,
berhubungan sosial, memotivasi diri,
terdapat 5-15% dari anak-anak
bertanggung jawab, tahan terhadap stres,
prasekolah yang memiliki gangguan
optimis, dan mampu memecahkan
perkembangan emosional. Terdiri dari
masalah (Wuwung, 1010: 7).
sekitar 9% anak yang mengalami
Seseorang yang mengalami kecemasan, 11-15% anak mudah emosi,
masalah kecerdasan emosional termasuk dan 9-15% anak yang mengalami
dalam distress psikologik. Kondisi ini gangguan perilaku (WHO, 1017).
merupakan gangguan kecerdasan Berdasarkan Riskesdas Nasional (1018),
emosional dapat mengakibatkan di Indonesia tercatat 88,3% pada anak
kesehatan mental yang memiliki dampak usia 3-6 tahun mengalami prevalensi
pada individu baik secara langsung perkembangan dengan prevalensi
maupun tidak langsung dan dapat perkembangan sosial-emosional
mempengaruhi psikologis. Gangguan mencapai 69,9%. Data provinsi Sumatera
kecerdasaan emosional terjadi kepada Barat mencatat sekitar 66,0% anak
semua orang bahkan pada anak dengan prevalensi perkembangan sosial-
prasekolah (Kemenkes RI, 1013). emosional. Prevalensi gangguan mental
Dampak pada anak usia prasekolah dapat emosional di Indonesia mencapai 9,8%
berupa temper tantrum tidak pada sedangkan di provinsi Sumatera Barat
usianya, kecemburuan pada sibling sendiri mencapai 13,01%. Kota
secara berlebihan, rendahnya Bukittinggi mencatat anak yang
keterampilan bersosialisasi, dikucilkan mengalami gangguan mental emosional
oleh teman-temannya, tidak adanya mencapai 10,48% (Riskesdas Sumbar,
kepedulian pada orang lain, dan 1018). Dari informasi diatas
berkelahi dengan temannya. membuktikan bahwa anak pada usia 3-6
Kemampuan anak mengembangkan tahun memiliki perkembangan sosial-
kecerdasan emosinya berkorelasi positif emosional yang cukup tinggi.
dengan keberhasilan akademik, sosial,
dan kesehatan mentalnya. Anak yang
Berdasarkan hasil penelitian Menurut Syamsul (Mahyuddin,
Baghdad Afero dan Adman (1016) 1019: 14) Gaya pengasuhan keluarga
tentang peran kecerdasan emosional akan sangat berpengaruh terhadap
sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak. Orang tua
kemandirian belajar siswa didapatkan harus memiliki pemahaman yang baik
bahwa 11,85% kecerdasan emosional tentang dasar-dasar kecerdasan
memiliki pengaruh yang positif dan emosional. Orang tua yang baik adalah
signifikan terhadap kemandirian belajar orang tua yang demokratis,
siswa. Selain itu pada penelitian Maryani, mendengarkan dan mengedepankan
Nena (1018) didapatkan sebesar 39,5 % kepentingan anak (Mahyuddin, 1019: 64).
bahwa adanya pengaruh kecerdasaan Anak dengan pola asuh demokratis akan
emosional terhadap akhlak siswa. Faktor menunjukkan sikap atau perilaku
yang mempengaruhi kecerdasan tanggung jawab yang besar, dapat
emosional pada seseorang menurut menerima perintah dan dapat diperintah
Goleman (1016: 165-180) ada dua yaitu, sesuai dengan wajar, dapat menerima
faktor internal adalah faktor yang berasal kritikan secara terbuka, memiliki
dari dalam diri individu yaitu fisik dan keberanian untuk berinisiatif dan kreatif,
psikologi seseorang serta faktor eksternal memiliki emosi yang stabil, lebih toleran,
adalah faktor yang berasal dari luar mudah beradaptasi, memiliki rasa sosial
individu yaitu lingkungan keluarg berupa yang besar dan dapat bekerja sama. Hal
pola asuh orang tua. Pola asuh yang ini sesuai dengan hasil penelitian Siti
digunakan oleh orang tua memiliki peran Mar’ati Soliha (1010) yang menunjukkan
penting dan kuat pada perkembangan bahwa adanya korelasi antara pola asuh
kecerdasaan emosional anak. Menurut dengan kecemasan emosional sebesar
Goleman (1016) orang tua adalah 0,496 dengan sig (1-tailed) p<0,05.
sekolah pertama bagi anak untuk Berdasarkan hasil penelitian Ridhoyanti
mempelajari emosi, dalam lingkungan Hidayah (1015) tentang hubungan pola
tersebut anak belajar merasakan perasaan asuh orang tua dengan kecerdasaan
sendiri dan bagaimana orang lain emosional anak usia prasekolah di Tk
menanggapi perasaan tersebut, senaputra kota Malang didapatkan pola
bagaimana berpikir tentang perasaan asuh demokratis sebesar 63,15%, pola
yang dirasakan, serta bagaimana asuh otoriter sebesar 19,19% dan pola
membaca dan mengungkapkan harapan asuh permisif sebesar 17,56%.
dan rasa takut. Sedangkan kecerdasan emosional anak
tingkat baik sebesar 63,16%, tingkat
cukup sebesar 16,31% dan tingkat gangguan kecerdasan emosional hal ini
kurang sebesar 10,53%. Dapat dilihat dari prilaku anak dimana ada anak
disimpulkan bahwa dimana orang tua yang berkata kasar pada temannya,
yang menggunakan pola asuh yang baik terdapat anak yang mengganggu
akan menghasilkan kecerdasaan temannya bahkan merusak tugas
emosional anak yang baik juga. temannya sehingga anak yang diganggu
menjadi marah bahkan menangis,
Berdasarkan hasil studi
ditemukan anak yang memukul
pendahuluan yang dilakukan oleh
temannya saat marah, serta anak yang
peneliti di tiga TK dari 50 TK di
pendiam dan jarang berkomunikasi.
Bukittinggi yaitu TK Masyithah, TK
Pembina dan TK Aisyiyah I. Dari hasil Setelah dilakukannya
observasi yang dilakukan di TK wawancara dan pengisian kuesioner
Masyithah tidak ditemukannya anak kepada wali murid atau orang tua peserta
yang mengalami gangguan kecerdasan didik didapatkan beberapa orang tua
emosional hal itu dapat diamati dari menggunakan pola asuh otoriter dimana
prilaku anak dimana anak dapat orang tua membuat peraturan yang harus
mengelola dan mengekspresikan dipatuhi oleh anak meskipun anak tidak
emosinya, memiliki empati terhadap menyukainya, pada satu orang tua di
orang lain dan mampu membina dapatkan pola asuh permisif dimana
hubungan yang baik dengan temannya, orang tua memberikan kebebasan kepada
sedangkan di TK Pembina peneliti anak untuk menyatakan dorongan atau
menemukan 3 dari 10 anak mengalami keinginannya.
gangguan emosional dan hanya memiliki
Berdasarkan fenomena yang
gangguan emosi yang sama dimana anak
telah dijelaskan diatas, peneliti tertarik
tidak mampu mengelola emosinya
untuk melakukan penelitian tentang
sehingga di dapatkan anak yang berkata
“Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
kasar pada temannya saat marah. Peserta
Kecerdasan Emosional Anak Usia
didik yang berada di TK Aisyiah I terdiri
Prasekolah (3-6 tahun) di TK Aisyiah I
dari 13 kelas. Dari 4 kelas yang telah
Bukittinggi.”
diamati terdapat anak yang memiliki
kecerdasaan emosional yang beragam METODE PENELITIAN
dimana anak tidak mampu mengelola
Jenis Penelitian ini adalah
emosinya, tidak terampil dalam membina
kuantitatif dengan menggunakan desain
hungunan dengan temannya, serta kurang
korelasi dengan pendekatan cross
memiliki empati. 5 dari 10 anak memiliki
sectional. Populasi pada penelitian ini 1 43 40,6%
1 47 44,3%
adalah semua anak kelas B yang berada
3 16 15,1%
di TK Aisyiyah 1 Bukittinggi dengan Anak Ke
Jumlah sampel 106 orang. Kriteria 1 56 51,8%
1 40 37,7%
Inklusi dalam penelitian ini adalah orang 3 10 9,4%
tua yang berusia 5-6 tahun, orang tua Jumlah 106 100%
yang bersedia menjadi responden
penelitian. Pada tabel 1.1 menunjukkan
bahwa dari 106 responden lebih dari
HASIL PENELITIAN
separuh berjenis kelamin perempuan
1. Karakteristik Responden sebanyak (68,9%), dengan Orang tua
Tabel 1.1 berusia 26-35 tahun sebanyak (68,9%).
Distribusi Frekuensi Dari table tersebut menunjukkan
Karakteristik Responden Orang sebagian besar ayah yang bekerja
tua Anak di TK Aisyiyah 1 sebanyak (87,7%), dan ibu yang bekerja
Bukittinggi Tahun 2021 sebanyak (73,6%). Diperoleh pendidikan

Karakteristik Jumlah Presentase ayah lebih dari separuh memiliki


Responden (F) (%) pendidikan perguruan tinggi sebanyak
Jenis Kelamin (51,8%), dan lebih dari separuh ibu yang
Laki-Laki 33 31,1%
Perempuan 73 68,9% berpendidikan SMA sebanyak (61,3%).
Usia Anak Jumlah anak dalam keluarga yaitu 1
25-35 Tahun 73 68,9%
36-45 Tahun 33 31,1% orang anak sebanyak (44,3%). Nomor
Pekerjaan urut anak dalam keluarga lebih dari
Ayah separuh yaitu anak urut satu atau tunggal
Bekerja 93 87,7%
Tidak Bekerja 13 11,3% sebanyak (51,8%).
Pekerjaan Ibu
Bekerja 78 73,6% 2. Analisa Univariat
Tidak Bekerja 18 16,4%
Pendidikan a. Distribusi frekuensi pola asuh orang
Ayah
SMP 3 1,8% tua di TK Aisyiyah 1 Bukittinggi
SMA 47 44,3%
PT 56 51,8% tahun 2021.
Pendidikan Ibu
SMP 1 1,9%
SMA 66 61,3%
PT 38 35,8%
Jumlah Anak
Dalam
Keluarga
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pada table 5.3 menunjukkan
bahwa dari 106 responden hampir dari
Pola Asuh Orang Tua di TK
separuh anak usia prasekolah 5-6 tahun
Aisyiyah 1 Bukittinggi Tahun
di TK Aisyiyah 1 Bukittinggi memiliki
2021 kecerdasan emosional yang cukup
sebanyak (36,8%). Anak prasekolah 5-6
Pola Asuh Jumlah (F) Presentase tahun dengan kecerdasan emosional
(%)
kurang sebanyak (31,1%) dan anak
Permisif 33 31,1%
Otoriter 41 38,7% prasekolah 5-6 tahun dengan kecerdasan
Demokratis 31 30,1%
emosional baik sebanyak (31,1%).
Jumlah 106 100%
3. Analisa Bivariat

Pada table 1.2 menunjukkan Berdasarkan hasil uji statistic


bahwa dari 106 responden hampir dari menggunakan uji Sperman Rank pada
separuh orang tua dari anak prasekolah 5- anak yang memiliki kecerdasan
6 tahun di TK Aisyiyah 1 Bukittinggi emosional cukup dengan orang tua yang
memiliki pola asuh otoriter sebanyak menerapkan pola asuh otoriter sebanyak
(38,7%). Orang tua dari anak prasekolah 16 responden (66,7%). Hasil didapatkan
5-6 tahun di TK Aisyiyah 1 didapatkan nilai p value 0,000 nilai ini < 0,05, hal ini
juga hampir dari separuh menerapkan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
pola asuh permisif sebanyak (31,1%), yang signifikan antara pola asuh orang
dan orang tua yang menerapkan pola tua dengan kecerdasan emosional anak
asuh demokratis sebanyak (30,3%). usia prasekolah di TK Aisyiyah 1
Bukittinggi. Pada penelitian ini
b. Distribusi frekuensi kecerdasan
didapatkan nilai koefisien korelasi (r)
emosional.
sebesar 0,414 yang diinterpretasikan
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi
bahwa kekuatan hubungan antar variable
Kecerdasan Emosional Anak di
pada tingkat sedang.
TK Aisyiyah 1 Bukittinggi Tahun
2021 Penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Werdhiatmi
Kecerdasan Jumlah Presentase
dkk (1019) tentang hubungan pola asuh
Emosional (F) (%)
Kurang 33 31,1% orang tua dengan kecerdasan emosional
Cukup 39 36,8% remaja di SMP N 3 Negara didapatkan
Baik 34 31,1%
Jumlah 106 100% nilai p=0,001 (p<0,05), yang dapat
disimpulkan bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara pola asuh orang terlalu menggantungkan diri pada orang
tua dengan kecerdasan emosional. tua, kurang pergaulan dengan teman atau
media informasi yang ada di luar dirinya
PEMBAHASAN
sehingga anak akan cenderung menarik
Analisa Univariat diri dari pergaulan dengan teman

a. Pola Asuh Orang Tua di TK sebayanya, anak akan cenderung kaku

Aisyiyah 1 Bukittinggi Tahun sehingga tidak mudah terbuka dengan

2021. lingkungan yang ada di luar dirinya


dikarenakan batasan waktu bermain yang
Berdasarkan table 1.2 tentang pola
ditetapkan oleh orang tuanya (Angelina,
asuh orang tua di TK Aisyiyah 1
2013).
Bukittinggi ditemukan bahwa hampir
dari separuh orang tua di TK Aisyiyah 1 Teori diatas sejalan dengan

Bukittinggi tahun 2021 menerapkan pola penelitian yang dilakukan oleh Ma’arif

asuh otoriter yaitu sebanyak (38,7%), (2021) tentang pengaruh pola asuh orang

orang tua yang menerapkan pola asuh tua terhadap kecerdasan emosi anak usia

permisif sebanyak (31,1%), dan dini dimana dari 23 responden

didapatkan hasil bahwa sebanyak didapatkan hasil bahwa 52,2% orang tua

(30,2%) menerapkan pola asuh menerapkan pola asuh otoriter. Hasil

demokratis. penelitian ini juga sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh
Pola asuh otoriter adalah pola asuh
Werdhiatmi dkk (2019) tentang
orang tua yang lebih mengutamakan
hubungan pola asuh orang tua dengan
membentuk kepribadian anak dengan
kecerdasan emosional remaja di SMA N
cara menetapkan standar mutlak harus
3 Negara, dimana dari 60 responden
dituruti, biasanya dibarengi dengan
didapatkan hasil (68,3%) orang tua
ancaman-ancaman (Tridhonanto, 2014).
menerapkan pola asuh otoriter.
Menurut Sevic dan Garip (2010)
Berdasarkan penelitian ini juga sejalan
mengatakan bahwa dalam pola asuh
dengan penelitian yang dilakukan oleh
otoriter kurang adanya komunikasi dua
Cahyani (2019) tentang hubungan pola
arah antara orang tua dengan anak. Orang
asuh orang tua terhadap kecerdasan
tua menggunakan kontrol mutlak bahwa
emosional anak usia sekolah dasar
aturan diberikan namun dengan tanpa
dimana dari 140 responden didapatkan
memberikan pembenaran saat
hasil (77.6%) orang tua menerapkan pola
berinteraksi dengan anak. Anak dengan
asuh otoriter.
pola asuh otoriter akan membuat anak
Terdapat banyak faktor yang jumlah anak dalam keluarga, maka ada
mempengaruhi orang tua dalam kecendrungan bahwa orang tua tidak
menerapkan pola asuh otoriter. Salah begitu maksimal dalam menerapkan pola
satunya adalah pendidikan orang tua. Hal pengasuhan pada anak karena perhatian
ini dapat dibuktikan pada karakteristik dan waktu terbagi antara anak yang satu
responden dimana ibu yang menerapkan dengan anak yang lainnya.
pola otoriter memiliki riwayat
Berdasarkan dari analisa yang
pendidikan SMA (62,3%), sedangkan ibu
dilakukan peneliti, anak dengan pola
dengan riwayat pendidikan SMP
asuh otoriter tidak dapat diberikan
sebanyak (1,9%), dan ibu dengan riwayat
kesempatan oleh orang tua untuk
pendidikan perguruan tinggi sebanyak
berdialog, mengeluh dan mengemukakan
(35,8%). Menurut Adawiah (2017)
pendapat. Hal tersebut dapat dibuktikan
dalam penelitiannya yang berjudul pola
dari jawaban kuesioner dimana beberapa
asuh orang tua dan implikasinya terhadap
responden menjawab bahwa orang tua
pendidikan anak mengatakan bahwa latar
jarang mendorong anak untuk
belakang pendidikan orang tua dapat
menyatakan perasaannya dengan bebas,
mempengaruhi pola pikir dalam
meskipun dia tidak setuju dengan orang
mendidik anak-anak. Dimana tingkat
tuanya. Orang tua yang otoriter akan
pendidikan yang berbeda juga
memarahi dan mengkritik anaknya
menunjukkan perbedaan kemampuan
supaya dia memperbaiki kelakuannya.
orang tua.
Sedangkan orang tua dengan pola asuh
Berdasarkan data hasil demokratis akan membantu anak untuk
penelitian, faktor lain dari penerapan memahami dampak dan konsekuensi dari
pola asuh otoriter adalah jumlah anak prilaku yang dilakukan dengan
dalam keluarga mempengaruhi memberikan kesempatan anak untuk
penerapan pola asuh bagi orang tua. Dari menjelaskan akibat-akibat dari
hasil peneliti dadapatkan bahwa hampir tindakannya tersebut, mendorong
dari separuh jumlah anak dalam keluarga anaknya untuk berbicara mengenai
berjumlah 2 orang sebanyak (44,3%). perasaan dan masalah-masalah yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dirasakan anaknya. Peneliti berasumsi
dilakukan oleh Ahsan (2016) tentang jika pola asuh orang tua yang baik
hubungan antara pola asuh orang tua(ibu) digunakan untuk mendidik dan
yang bekerja dengan tingkat kecerdasan membimbing anak usia prasekolah yaitu
moral anak usia prasekolah (4-5tahun) pola asuh demokratis. Anak diberikan
yang mengatakan bahwa semakin banyak kebebasan tetapi masih dalam kontrol
orang tua. Pada masa prasekolah anak frustasi, mengendalikan dorongan hati
akan cenderung meniru apa yang mereka dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
lihat dan mendengar dari lingkungan mengatur suasana hati dan menjaga agar
sekitar. Oleh sebab itu orang tua menjadi beban stress tidak melumpuhkan
lingkungan pertama yang dijadikan kemampuan berpikir, berempati dan
panutan oleh anak. berdoa. Kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
b. Kecerdasan Emosional Anak Usia
bersifat menetap, dapat berubah-ubah
Prasekolah di TK Aisyiyah 1
setiap saat. Untuk peran lingkungan
Bukittinggi Tahun 2021
terutama orang tua pada masa kanak-
Berdasarkan hasil penelitian pada kanak sangat mempengaruhi dalam
table 1.3 dari 106 responden di TK pembentukan kecerdasan emosional
Aisyiyah 1 Bukittinggi menunjukkan (Manizar, 2016). Hal tersebut sesuai
bahwa hampir separuh responden dengan teori menurut Hidayah (2013)
memiliki kecerdasan emosional yang yang mengatakan bahwa rendahnya
cukup sebanyak (36,8%). Anak dengan kecerdasan emosi anak terjadi ketika
kecerdasan emosional kurang sebanyak orang tua menerapkan pola asuh otoriter
(31,1%). Serta anak dengan kecerdasan yang mengambil inisiatif untuk memulai
emosional baik sebanyak (32,1%). aktivitasnya karena jika melakukan

Menurut Mayer & Salovey (Slovey kesalahan akan mendapatkan hukuman.

dkk, 2007) kecerdasan emosional adalah Dampak yang dialami anak dengan orang

sekumpulan kemampuan yang tua yang menerapkan pola asuh otoriter

menjelaskan bagaimana persepsi dan yaitu anak mudah tersinggung, anak

pemahaman kemampuan yang bervariasi menjadi penakut, mudah terpengaruh

dalam keakuratan. Secara lebih jelas oleh orang lain (Tridhonanto, 2014).

kecerdasan emosional adalah Berdasarkan teori diatas, hal ini


kemampuan untuk merasakan dan sebanding dengan penelitian yang
mengekspresikan emosi, mencerna dilakukan oleh Fajria dan Damayanti
emosi dalam pikiran, memahami dan (2019) yang berjudul hubungan pola asuh
mempertimbangkan emosi, dan orang tua dengan kecerdasan emosional
mengatur emosi dalam diri sendiri anak usia prasekolah dimana dari 55
maupun orang lain. Menurut Goleman responden di dapatkan sebanyak 26
(2016) kecerdasan emosional adalah responden (47,3%) memiliki kecerdasan
kemampuan untuk memotivasi diri emosional yang cukup, 12 responden
sendiri dan bertahan menghadapi (21,8%) dengan kecerdasan emosional
rendah dan 17 orang (30.9%) memiliki perhatian pada tugas yang dikerjakan,
kecerdasan emosional yang tinggi. dimana terdapat anak yang berbicara
Penelitian ini juga sebanding dengan serta tidak memperhatikan guru
penelitian yang dilakukan oleh Nicolina menjelaskan di depan kelas. Dari aspek
Kandolina (2008) dengan judul mengelola emosi dengan indikator lebih
penelitian faktor-faktor yang mampu mengungkapkan amarah dengan
mempengaruhi kecerdasan emosional tepat, dimana terdapat anak yang
anak usia sekolah dengan jumlah langsung memukul temannya ketika
responden 60 orang, dengan hasil diejek. Pada aspek empati dimana orang
penelitian kecerdasan emosional cukup tua mengatakan bahwa anaknya sama
dengan 30 orang (50%), kecerdasan sekali tidak mau mendengarkan
emosional rendah 10 orang (16,6%) dan perkataannya.
kecerdasan emosional tinggi 20 orang
Analisa Bivariat
(33,3%).
Hubungan pola asuh dengan
Berdasarkan hasil yang didapatkan
kecerdasan emosional anak usia
faktor lain yang mempengaruhi
prasekolah (3-6 tahun) di TK Aisyiyah 1
kecerdasan emosional anak adalah urutan
Bukittinggi tahun 2021.
anak dalam keluarga. Urutan anak dalam
keluarga diperoleh anak pertama atau Berdasarkan hasil uji statistic
tunggal sebanyak (52,8%). Anak sulung menggunakan uji Sperman Rank pada
lebih dikondisikan untuk menjadi yang table 5.4 anak yang memiliki kecerdasan
terbaik dalam segala hal, karena sebagai emosional cukup dengan orang tua yang
anak sulung mereka dituntut untuk menerapkan pola asuh otoriter sebanyak

menjadi dewasa, matang, mapan dan 26 responden (66,7%), anak dengan

contoh yang baik bagi adik-adiknya kecerdasan emosional kurang dengan

(Susanti, 2011). orang tua yang menerapkan pola asuh


otoriter sebanyak 10 orang (30,3%), dan
Berdasarkan analisa peneliti,
anak dengan kecerdasan emosional baik
menunjukkan bahwa anak di TK
sebanyak 5 orang (14,7%). Hasil
Aisyiyah 1 Bukittinggi memiliki
didapatkan nilai p value 0,000 nilai ini <
kecerdasan emosional yang cukup. Hal
0,05, hal ini menunjukkan bahwa
ini dapat dibuktikan dari observasi dan
terdapat hubungan yang signifikan antara
telaah kuesioner dari aspek
pola asuh orang tua dengan kecerdasan
memanfaatkan emosi secara produktif
emosional anak usia prasekolah di TK
dengan indikator mampu memusatkan
Aisyiyah 1 Bukittinggi. Pada penelitian
ini didapatkan nilai koefisien korelasi (r) yaitu demokratis, permisif dan otoriter.
sebesar 0,424 yang diinterpretasikan Hubungan pola asuh otoriter orang tua
bahwa kekuatan hubungan antar variable dengan kecerdasan emosional cukup
pada tingkat sedang. Nilai r hitung positif pada anak prasekolah adalah dimana
dapat diartikan bahwa semakin tinggi orang tua memberikan batasan tanpa
atau baik tipe pola asuh orang tua maka memberikan kesempatan pada anaknya
semakin baik tingkat kecerdasan untuk berpendapat, berorientasi pada
emosional anak. Dari hasil tersebut hukuman dan anak harus mematuhi
didapatkan bahwa pola asuh yang peraturan yang dibuat oleh orang tua.
diterapkan orang tua yaitu pola asuh Orang tua sampai memaksakan diri agar
otoriter yang akan mengakibatkan anaknya dapat mencapai harapan-
tingkat kecerdasan emosional anak yang harapannya dengan bersikap otoriter
cukup. seperti orang tua mengekang
perkembangan intelektual dan ideologi
Kecerdasan emosional adalah
(Fajria, 2019).
kemampuan seseorang untuk dapat
memotivasi diri sendir, bertahan Teori tersebut sejalan dengan
menghadapi frustasi dan mengendalikan penelitian yang dilakukan Werdhiatmi
dorongan hati, tidak berlebihan ketika dkk (2019) tentang hubungan pola asuh
senang, dapat mengatur suasana hati agar orang tua dengan kecerdasan emosional
tidak stress dan rasa empati (Goleman, remaja di SMP N 3 Negara didapatkan
2016). Ada faktor internal dan eksternal nilai p=0,001 (p<0,05), yang dapat
yang mempengaruhi kecerdasan disimpulkan bahwa adanya hubungan
emosional salah satunya pola asuh orang yang bermakna antara pola asuh orang
tua. tua dengan kecerdasan emosional. Begitu
juga dengan penelitian yang dilakukan
Pola asuh adalah bagaimana orang
Ridhoyanti (2015) tentang hubungan
tua memperlakukan anak, mendidik,
pola asuh orang tua dengan kecerdasan
membimbing dan mendisiplinkan serta
emosional anak usia prasekolah (4-6
melindungi anak dalam mencapai proses
Tahun) di TK Senaputra Kota Malang
kedewasaan, hingga kepada upaya
didapatkan nilai r sebesar 0,909 dengan
pembentukan norma-norma yang
nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05)
diharapkan oleh masyarakat secara
dimana adanya hubungan antara pola
umum (Fitriyani, 2015). Menurut
asuh orang tua dengan kecerdasan
Tridhonanto (2014) yang mengatakan
emosional. Penelitian ini juga sejalan
bahwa terdapat tiga macam pola asuh
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yulita dkk (2018) tentang hubungan pola Berdasarkan hasil penelitian anak
asuh orang tua dengan kecerdasan dengan kecerdasan emosional baik
emosional pada anak siwa kelas V SDN dengan orang tua yang menerapkan pola
50 Kota Bengkulu dimana dari hasil asuh demokratis sebanyak 22 orang
penelitian tersebut didapapatkan nilai (64,7%). Soeleman (dalam Sabaria 2019)
signifikan lebih besar dari table (4,294 > mengungkapkan bahwa di dalam
1,685) dengan tingkat kesalahan α=0,05 keluarga yang menerapkan pola asuh
maka dapat disimpulkan bahwa Ha demokratis, seorang anak akan
diterima yaitu terdapat hubungan antara memperoleh latihan-latihan dasar dalam
pola asuh orang tua dengan kecerdasan mengembangkan kecerdasan emosional.
emosional siswa. Sebanyak 5 orang (12,8%) anak yang
memiliki kecerdasan emosional cukup
Dari hasil yang didapatkan
dengan orang tua yang menerapkan pola
bahwasanya orang tua yang menerapkan
asuh demokratis, dan 5 orang (15,2%)
pola asuh permisif memiliki anak dengan
anak yang memiliki kecerdasan
kecerdasan emosional kurang sebanyak
emosional kurang dengan orang tua yang
18 orang (17,0%), menurut Megawangi
menerapkan pola asuh demokratis.
(2012) yang mengatakan bahwa dampak
yang ditimbulkan pada pola asuh Menurut asumsi peneliti, terhadap
permisif akan menghasilkan anak-anak penelitian bahwa semakin bagus pola
yang mempunyai kepribadian asuh yang diterapkan oleh orang tua,
bermasalah atau mempunyai kecerdasan maka akan memberikan kecerdasan
emosional rendah. Namun begitu anak emosi yang baik juga pada anak-anak.
dengan kecerdasan emosional cukup anak dengan pola asuh yang baik akan
dengan orang tua yang menerapkan pola membuat anak mampu mengelola
asuh permisif sebanyak 8 orang (7,5%) emosinya, mempunyai kesadaran diri,
hal tersebut dipengaruhi oleh ayah dan mampu memanfaatkan emosi secara
ibu memiliki riwayat pendidikan yang produktif, mempunyai empati dan
rendah yaitu SMA. Sebanyak 7 orang mampu membina hubungan dengan
(6,6%) anak yang memiliki kecerdasan orang lain. Dimana pada usia dini anak-
emosional baik dengan pola asuh anak berada pada masa peka yaitu masa
permisif hal tersebut dipengaruhi oleh jiwa anak yang mudah dipengaruhi oleh
ayah dan ibu memiliki riwayat perkembangannya.
pendidikan yang tinggi yaitu perguruan
tinggi.
KESIMPULAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Untuk peneliti selanjutnya


diharapkan dapat melanjutkan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti untuk
ini dengan menggunakan variable lain
mengetahui hubungan antara pola yang dimungkinkan memiliki pengaruh

asuh orang tua dengan kecerdasan terhadap pola asuh orang tua dan
kecerdasan emosional anak.
emosional anak usia prasekolah di TK
Orang tua memiliki peran yang
Aisyiyah 1 Bukittinggi tahun 2021 sangat penting dalam membimbing anak-
dapat disimpulkan sebagai berikut: anaknya. Diharapkan agar orang tua
menerapkan pola asuh yang demokratis
1. Hasil penelitian dari 106 responden bagi anak, jangan terlalu mengengkang
di dapatkan hampir separuh dari anak dan berikan kebebasan pada anak
orang tua di TK Aisyiyah 1 namun juga harus diawasi oleh orang tua.
Bukittinggi menerapkan pola asuh
KETERBATASAN PENELITIAN
otoriter sebanyak 41 orang (38,7%).
2. Hasil penelitian dari 106 responden
Pada penelitian ini terdapat
di dapatkan hampir separuh dari
beberapa keterbatasan yang dialami
anak-anak di TK Aisyiyah 1
peneliti. Keterbatasan dalam penelitian
Bukittinggi memiliki kecerdasan
ini adalah sedang berlakunya masa
emosional kategori cukup sebanyak
PPKMB dimana jadwal mengajar di
39 orang (36,8%).
kurangi dari jam biasanya, sehingga
3. Terdapat hubungan yang signifikan membuat peneliti susah untuk
antara hubungan pola asuh orang menyusuaikan waktu. Proses
tua dengan kecerdasan emosional pengambilan data dilakukan dengan cara
anak usia prasekolah di TK kuesioner dibawa pulang oleh anak untuk
Aisyiyah 1 Bukittinggi tahun 2021, diisi oleh kedua orang tua dirumah.
diperoleh hasil p value sebesar Dalam hal tersebut peneliti tidak dapat
0,000 (<0,05) dengan nilai korelasi memonitoring secara langsung pengisian
(r) 0,424 yang artinya hubungan kuesioner, serta susahnya untuk
antara pola asuh orang tua dengan mengumpulkan kembali kuesioner
kecerdasan emosional anak usia tersebut.
prasekolah memiliki hubungan
yang sedang.
DAFTAR PUSTAKA Artha, Ni Made Wahyu Indrariyani &
Supriyadi, Artha. (2013).
Adawiah R. (2017). Pola asuh orang tua Hubungan Antara Kecerdasan
dan implikasinya terhadap Emosi dan Self Efficacy dalam
pendidikan anak (studi pada Pemecahan Masalah
masyarakat dayak di Kecamatan Penyesuaian Diri Remaja Awal.
Halong Kabupaten Balangan). Jurnal Psikologi Udayana. Vol
Jurnal Pendidikan 1(1), 190-202
Kewarganegaraan. Azijah, Izattul, dan Asyifa Robiatul
2017;7(1):33-48. Adawiyah. (2020). Pertumbuhan
Afero, Baghdad & Adman. (2016). dan Perkembangan Anak (Bayi,
Peran Kecerdasan Emosional Balita, dan Usia Prasekolah).
Sebagai Faktor yang Bogor: Penerbit Linda Bestari.
Mempengaruhi Kemandirian Balitbang Kemenkes RI. (2018). Hasil
Belajar Siswa (The role of utama Riskesdas 2018. Jakarta:
emotional intellihence as a Balitbang Kemenkes.
factor in affecting student Cahyani, Windi Puji.
independence learning). Jurnal (2020). HUBUNGAN POLA
Pendidikan Manajemen ASUH ORANGTUA
Perkantoran. Vol 1(1), 215-223. TERHADAP KECERDASAN
Ahsan, Susmarini D, Adisantika, EMOSIONAL ANAK USIA
Anitasari AR. (2016). Hubungan SEKOLAH DASAR DI SDN
antara pola asuh orangtua (ibu) GEBANGSARI
yang bekerja dengan tingkat 01. Undergraduate thesis,
kecerdasan moral anak usia Universitas Islam Sultan Agung
prasekolah (4-5) tahun di TK Semarang.
Mutiara Indonesia Daud, Firdaus. (2012). Pengaruh
Kedungkandang Malang. Kecerdasan Emosional (EQ) dan
Journal of Educational Inovation Motivasi Belajar terhadap Hasil
(Erudio) ;2(2):30-40. Belajar terhadap Hasil Belajar
Angelina, D., & Matulessy, A., (2013). Biologi Siswa SMA 3 Negri Kota
Pola Asuh Otoriter, Kontrol diri Palopo. Jurnal Pendidikan dan
dan Perilaku Seks Bebas Pembelajaran. Vol 19(2).
Remaja SMK. Jurnal Psikologi Elmanora, Istiqlaliyah M, Alfiasari.
Indonesia, 2 (2): 173-182. (2012). Gaya Pengasuhan Dan
Perkembangan Sosial Emosi Juhardin H, Hos J, Roslan S. (2016).
Anak Usia Sekolah Pada Petani Dampak pola asuh orang tua
Kayu Manis: Jurnal Ilmu terhadap perilaku anak. Studi di
Keluarga dan konsumen, 5(2): Desa Amberi Kecamatan
128-137. Lambuya Kabupaten Konawe.
Fajria, Hanifatun Siti, fitri Damayanti. Jurnal Neo Societal ;1(1):148-60.
(2019). Hubungan Pola Asuh Kundre, R., & Bataha, B., (2019).
Orang Tua Dengan Kecerdasan Hubungan pola Asuh Orang Tua
Emosional Pada Anak Bekerja Dengan Perkembangan
Prasekolah di Taman Kanak- Anak Usia Prasekolah (4-5
kanak Nur Karunia Ciluar Tahun) di TK GMIM Bukit
Bogor: Jurnal hasil penelitian. Moria Malalayang. E-journal
Fitriyani, L. (2015). Peran Pola Asuh Keperawatan, 7(1).
Orang Tua dalam Lesmana, R., Marthina, Y., & Septiana,
Mengembangkan Kecerdasan Y. (2021). Perbandingan
Emosi Anak. Jurnal Ilmu Hubungan Pola Asuh Orangtua
Dakwah dan Komunikasi, dengan Perkembangan Sosial
Vol.XVIII(1), 93-110. Emosi Anak Usia 4-5
Goleman, Daniel. (2016). Emotional Tahun. Jurnal Kedokteran
intelegence, Kecerdasan Meditek, 27(1), 22–32.
Emotional “Mengapa EI Lebih Ma’arif, N. N., & Zulia, M. (2021).
Penting dari IQ”. Terjemahan PENGARUH POLA ASUH
oleh T Hermaya. Jakarta: ORANGTUA TERHADAP
Gramedia Pustaka Utama KECERDASAN EMOSI ANAK
Hidayah, Ridhoyanti, Eka Yunita, Yulian USIA DINI: Studi Siswa
Wiji Utami. (2013). Kelompok Bermain Permata
HUBUNGAN POLA ASUH Hati Desa Dungus
ORANGTUA DENGAN Gresik. Atthiflah: Journal of
KECERDASAN EMOSIONAL Early Childhood Islamic
ANAK USIA PRASEKOLAH (4- Education, 8(1), 30-66.
6 TAHUN) DI TK SENAPUTRA Mahyuddin, Nenny. (2019). Emosional
KOTA MALANG: Jurnal Anak Usia Dini. Jakarta:
Keperawatan, Vol 4(2). Prenadamedia Group.
Hurlock. (2006). Perkembangan anak
jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Manizar HM, E. (2017). MENGELOLA Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode
KECERDASAN Penelitian Kesehatan. Jakarta:
EMOSI. Tadrib, 2(2), 198-213. Rineka Cipta.
Marliyani, Rosleny. (2016). Psikologi Robbiyah., Ekasari, D., & Witarsa, R.,
Perkembangan Anak & Remaja. (2018). Pengaruh Pola Asuh Ibu
Bandung: Cv Pustaka Setia. terhadap Kecerdasan Sosial
Maryana, 2Sun riama natalia sinaga. Anak Usia Dini di TK Kenanga
(2019). HUBUNGAN Kabupaten Bandung Barat.
ANTARA POLA ASUH Jurnal Obsesi: jurnal Pendidikan
ORANG TUA DENGAN Anak usia Dini, 2(1), 76 – 84
KECERDASAN EMOSIONAL Rokhman. (2018). Perbedaan
PADA SISWA KELAS XII Perkembangan Anak Usia Pra
SMAN 3 BATAM KOTA Sekolah (3-6 tahun) Pada Ibu
BATAM TAHUN 2017. Jurnal bekerja dan ibu tidak bekerja.
Ilmiah Zona Psikologi , 1( 3) JIM FKep, 3 (1): 98-105.
Maryani, Nena. (2018). Pengaruh Sa’diyah, Rika. (2013). Melatih
Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosi Anak Usia
Terhadap Akhlak Siswa SMP Dini. Jurnal Pemimikan
Negri 4 Slamen Yogyakarta Alternatif Kependidikan. Vol
Skripsi. Studi Pendidikan 18(1).
Agama Islam Fakultas Ilmu Sabaria, A., Abdul, M., Cut, M. (2019).
Agama Islam,Universitas Islam Hubungan Pola Asuh
Indonesia. Demokratis dan Interaksi Teman
Megawangi, Ratna. “Pendidikan Sebaya dengan Kecerdasan
Karakter untuk Membangun Emosional Siswa Kelas V
Masyarakat Madani,” dalam Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Rohinah M Noor, eds. Bebesen. Tabularasa: Jurnal
Mengembangkan Karakter Anak Ilmiah Magister Psikologi, 1(2):
Secara Efektif di Sekolah dan di 105-115,
Rumah. Cet. I; Yogyakarta: Salovey, Peter; Brackett, Marc A; Mayer,
Pedagogia, 2012. John D. (2007). Emotional
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Intelligence: Key Readings on
Bermain Anak Usia Dini. the Mayer and Salovey Model.
Jakarta: Prenada Medi Group. New York: A Division of
National Professional Tridhonanto, Al. (2014).
Reasource, Inc. Mengembangkan Pola Asuh
Santrock, Jhon W. Masa Perkembangan Demokratis. Jakarta: PT Elex
Anak Edisi 11 Buku 2. Jakarta: Media Komputindo.
Salemba Hamantika. 2011. Hal: Triswanti, Nia. (2015). HUBUNGAN
90, 131, 102-103, 113, 121 POLA ASUH ORANGTUA
Setiana, Anang & Nuraeni, Rina. (2018). PADA TINGKAT EKONOMI
Riset Keperawatan. Cirebon: RENDAH DENGAN
LovRinz Publishing. KECERDASAN EMOSIONAL
Shapiro, Lawrence E. (2003). ANAK DI KELURAHAN
Mengajarkan Emotional MANGGARAI JAKARTA
Intelligence Pada Anak. Jakarta: SELATAN. Jurnal Ilmu
PT Gramedia Pusat Utama. Kedokteran dan Kesehatan, 2(4).
Soetjiningsih, Christiana Hari. (2012). Werdhiatmi, N.P.A., Diniari, N.K.S.,
Seri Psikologi Perkembangan Ariani, N.K.P. (2019).
Anak Sejak Pembuahan Sampai Hubungan pola asuh orang tua
dengan Kanak-kanan Akhir. dengan kecerdasan emosional
Depok: Prenadamedia Group. remaja di sekolah menengah
Soliha, S., Apriningtyas, G., & Suryati, S. pertama (SMP) Negeri 3 Negara.
(2020, December 1). Hubungan Medicina 50(2): 234-238.
Pola Asuh Orangtua Dengan Wuwung, Olivia Cherly. (2020). Strategi
Kecerdasan Emosional Anak Pra Pembelajaran & Kecerdasan
Sekolah (3-6 Tahun). JURNAL Emosional. Surabaya: Scopindo
KEPERAWATAN AKPER YKY Media Pustaka.
YOGYAKARTA, 12(3), 123-130. Yulita, E., Lusa, L., & Dadi, S., (2018).
Suryana, Dadan. (2016). Pendidikan Hubungan Antara Pola Asuh
Anak Usia Dini. Jakarta: Orang Tua dengan Kecerdasan
Kencana. Emosional (Emotional
Suryanda, Nelly Rustati. 2019. Intelligence) Siswa Kelas V SDN
Hubungan Pola Asuh Orang Tua 50 Kota Bengkulu. Jurnal Riset
Bekerja dengan Kemandirian Pendidikan Dasar, 1 (3): 234 –
Anak PraSekolah. Jurnal Ners 239
dan Kebidanan. 2019; 6(1):035-
043.

Anda mungkin juga menyukai