Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA BALITA

Hendra, Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani


Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RS Sanglah Denpasar

PENDAHULUAN

Proses perkembangan anak adalah proses berkelanjutan. Proses ini bermula dari masa bayi,
dilanjutkan dengan masa anak-anak dan diakhiri dengan masa remaja. Perkembanganini
menyangkut segi fisik, kognitifdan psikososial padasetiap individu. Periode terpenting dalam
perkembangan anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya, sehingga setiap penyimpangan
sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi
kualitas sumber daya manusia kelak di kemudian hari.1
Beberapa tahapan mendasari perkembangan manusia. Tahapan tersebut antara lain tahap
perkembangan psikoseksual “Sigmun Freud”, tahap perkembangan psikososial “Erik Erikson”,
tahap perkembangan kognitif “Piaget”, dan tahap perkembangan psikomoral “Kohberg”.Menurut
Erikson (1965), perkembangan psikososial yang seimbang di setiap peringkat perkembangan
manusia membolehkan seseorang individu menuju ke arah berdikari, bertanggung jawab,
meningkatkan keupayaan, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, mengawal diri dengan
baik, mengurangi sifat agresifnya serta mencapai kesempurnaan diri.2
The International Psychosocial Evaluation Committee dan Save the Children Federation
mendefinisikan perkembangan psikososial anak sebagai perubahan bertahap dari aspek
psikologis dan sosial yang terjadi pada anak-anak sesuai dengan tingkat kematangan usia. Aspek
psikologis merupakan perkembangan yang berhubungan dengan perasaan, pikiran, persepsi dan
pengertian yang dipahami anak.Aspek sosial menitikberatkan pada interaksi anak dengan
lingkungan sosialnya.3,4
Perang, wabah penyakit, bencana alam, dan krisis lainnya di berbagai belahan dunia
berdampak negatif terhadap anak-anak, keluarga, dan komunitas. Dampak yang terutama
berkaitan dengan kematian atau hilangnya anggota keluarga yang dikasihi, kehilangan akibat
hancurnya tempat tinggal beserta harta benda, penjajahan, dan krisis ekonomi berkepanjangan,
akan menimbulkan beban emosional, sosial dan spiritual pada anak dan keluarga.4

1
Sekitar 10-25% dari semua anak diperkirakan mengalami gangguan sosial-emosional,
bervariasi dari derajat ringan sampai berat.5Prevalensi gangguan perkembangan psikososial anak
usia 21 bulan sampai empat tahun di Belanda sekitar 9%. Dari persentase tersebut, sebesar 29%
anak mengalami gangguan yang berat.5,6Sekitar 17% anak di Amerika Serikat mengalami
gangguan perkembangan dan perilaku seperti autisme, gangguan intelektual (mental retardasi),
atau gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.7
Mesman dan Koot mendapatkan gangguan internalisasi maupun eksternalisasi sejak usia
dua atau tiga tahun yang dilaporkan orangtua mereka. Hal senada juga diungkapkan dalam
penelitian Moffitt dan Caspi.5,6Lavigne dkk. mendapatkan bahwa lebih dari 50% anak-anak
dengan gangguan psikiatri pada usia dua dan tiga tahun akan berlanjut dengan gangguan psikiatri
3,5–4tahun kemudian.5Penelitian lain mendapatkan bahwa masalah psikososial anak balita dapat
berlanjut hingga anak berkembang dewasa.

DEFINISI
Perkembangan psikososial mengandung dua kata, psikologi dan sosial.Perkembangan psikologi
mempunyai makna kapasitas anak untuk memahami, belajar, menganalisis dan mengalami
emosi. Perkembangan sosial mengandung makna kemampuan untuk membentuk hubungan
dengan pengasuh dan teman sebaya, membangun hubungan sosial, dan mempelajari bentuk-
bentuk perilaku sosial dari budaya tertentu.3,4,8Perkembangan sosial merupakan pencapaian suatu
kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada.2
Setiap budaya memiliki cara tersendiri untuk membagi tahap-tahap perkembangan anak.
Beberapa perkumpulan di Afrika Barat mengemukakanbahwa tahapan perkembangan anak tidak
secara langsung berhubungan dengan usia kronologis. Anak lebih digambarkan dengan
perkembangannya, saat ia mulai berjalan, berbicara, giginya mulai tumbuh, mampu
menyampaikan pesan, mulai bertanggung jawab dan mengetahui kebenaran.9
Seorang anak akanmemperlihatkan eksistensi dirinya sesuai perkembangan saat itu,
bukan apa yang seharusnya ia perlihatkan sesuai umurnya, sehingga Makoju (1986)
mengungkapkan bahwa seorang anak akan belajar dengan cara mengambil satu demi satu
langkah pada waktu tertentu dan dengan kesabaran ia akan mencapai tahap-tahap perkembangan
tertentu.9

2
Hurlock (1978) menuliskan perilaku sosial anak yang sukses sebagai berikut: kerja sama,
persaingan sehat, kemampuan berbagi, minat untuk diterima, simpati, empati, keterikatan,
persahabatan, keinginan bermanfaat, imitasi dan perilaku lekat.10
Timyan (1988) mendefinisikan perlekatan (attachment) sebagai ikatan psikologis yang
erat dan tertutup antara ibu dengan anaknya sebagai hasil dari perawatan yang terus-menerus dan
sebagai wujud hubungan timbal-balik yang erat yang diwarnai dengan cinta kasih.9
Turner dan Helms (1982), membahas tahapan perlekatan anak menurut usia sebagai
berikut: segera sesudah lahir, bayi melakukan perlekatan awal (imprinting) yang menjadi dasar
pengembangan teori etiologi. Usiadua sampai tujuh bulan, bayi mengembangkan perlekatan yang
tidak membedakan (indiscriminate attachment) terhadap orang-orang di sekitarnya. Pada
usiatujuh sampai duabelas bulan, bayiakan mengembangkan perlekatan khusus terhadap orang
yang paling dekat dengannya.11

FAKTOR RISIKO DAN FAKTOR PROTEKTIF

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh respons anak terhadap berbagai kejadian
ekstrim yang dialaminya sebagai seorang individu dan bagian dari faktor
lingkungan.Perkembangan anak merupakan hasil dari proses hubungan timbal balik antara
kebutuhan dan kapasitas anak, serta faktor risiko dan protektif dari lingkungan di mana mereka
berkembang.3,4
Beberapa faktor dapat mengganggu perkembangan psikososial anak, antara lain
terjadinya luka, kecacatan atau kematian anggota keluarga, terpisah dari pengasuhnya,
kurangnya asupan nutrisi, tidak terpenuhinya kebutuhan akan perumahan yang layak dan
jaminan pelayanan kesehatan, terpisah dari kehidupan komunitas karena alasan tertentu, serta
diasingkan oleh masyarakat dan teman-teman (Gambar 1).3,4,8
Greenberg dkk.(2000) mengemukakan faktor-faktor risiko gangguan perkembangan
psikososial anak, antara lain ketidakmampuan konstitusional, keterlambatan perkembangan
ketrampilan, kesulitan dalam mengungkapkan emosi, adanya pengaruh keluarga, masalah
interpersonal, masalah di sekolah, dan risiko ekologi.8
Selain faktor risiko, juga terdapat faktor yang bersifat protektif terhadap gangguan
perkembangan anak. Faktor ini antara lain pendampingan yang kuat dengan orang-orang di
sekitarnya, kemampuan untuk mencari model positif, interaksi yang mudah dengan orang-orang
3
di sekitarnya, tingkat kemerdekaan dan kemampuan untuk meminta tolong saat diperlukan,
kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan dan tendensi untuk berpikir sebelum
melakukan.3,4,8 Perilaku orang dewasa di sekitar anak memegang peranan penting dalam
mengembangkan semua sistem protektif untuk anak-anak. Intervensi terhadap faktor risiko dapat
berfokus pada tindakan mengurangi paparan yang bersifat merugikan, meningkatkan kapasitas
internal tiap anak, dan menggerakkan proses protektif pada lingkungan sosial yang mengelilingi
anak.4

Gambar 1.Faktor risiko dan faktor protektif dalam perkembangan psikososial anak.
Sumber: Duncan J& Arntson L,2004.

Dunia sosial dan perkembangan individu setiap anak mempunyai hubungan yang erat.
Lingkungan sosial yang buruk, antara lain kurangnya perhatian terhadap kebutuhan makanan,
perumahan dan kesehatan, cedera atau kematian anggota keluarga, terpisah dari pengasuhnya,
sakit berat, atau kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan, dapat menempatkan anak

4
pada keadaan emosi yang terguncang setelah mengalami bentuk kekerasan, gangguan atau
keterlambatan perkembangan, atau gejala-gejala lain yang dramatis.4

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIALERIK ERIKSON

Erik Erikson membagi perkembangan psikososial anak dalam beberapa tahapan yang
berlangsung mengikuti pola tertentu seperti ditampilkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Tahapan Perkembangan Psikososial Erik Erikson

Tahapan Konflik Perhatian Luaran


dasar khusus
Bayi Trust vs Asupan Anak mengembangkan kemampuan untuk
(lahir-18 Mistrust makanan percaya ketika orangtua/pengasuh
bulan) memberikan kepercayaan, perawatan dan
kasih sayang yang terus-menerus.
Kurangnya hal tersebut mengakibatkan rasa
Anak-anak Autonomy vs Latihan toilet tidak percaya
(2-3 tahun) Shance and Anak belajar mengembangkan kemam-puan
Doubt kendali diri melalui ketrampilan fisik. Selain
itu anak juga mengembangkan kemandirian.
Setiap keberhasilan yang dilalui akan
menumbuhkan perasaan otonomi dan
Prasekolah Eksplorasi kegagalan akan membuat anak malu dan
(3-5 tahun) Initiative vs ragu-ragu
Guilt Anak mulai menyatakan kendali dan
kekuatan terhadap lingkungannya.
Keberhasilan melalui tahap ini membuat
anak merasakan adanya tujuan hidup.
Namun kegagalan membuat anak merasa
bersalah
Sumber: Satoto,1990.

1. TrustdanMistrust (lahir – 18 bulan)


Tahapan ini dimulai sejak lahir hingga usia satu tahun dan merupakan sikap dasar psikososial
yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayailingkungannya. Timbulnya trust
(percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yangterus-menerus, berkesinambungan, adanya
pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh
orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhandasarnya dan apabila orang tuanya memberikan
kasih sayang dengan tulus, anak akanberpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat

5
dipercaya atau diandalkan. Sebaliknyaapabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada
anaknya tidak memberikan/memenuhikebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau
sifatnya negatif, anak akan cemas danmencurigai lingkungannya.

2. Autonomydan Shame and Doubt (2 – 3 tahun)


Tahapan ini berlangsung sejak anak usia dua sampai tiga tahun. Segera setelah anak belajar
‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian
tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6–3tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk
melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan
supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran
autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang
berusia dua sampai tiga tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap
lingkungannya. Orang tua sebaiknya menghindari sikap membuat malu anak apabila anak
melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua.Rasa malu biasanya akan menimbulkan
perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri.

3. InitiativedanGuilt (4 – 5 tahun)
Pada usia empat sampai lima tahun, anak sudah memiliki kemampuan untuk melakukan
partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan
yang akan dilakukan. Tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa
percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik
rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.
Apabila anak usiaempat sampai limatahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan
bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk
menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam
menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi
keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka
anak akan selalu merasa bersalah.

MILESTONE PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL


Pada akhir usiatiga bulan, anak mulai mengembangkan senyum sosial, menikmati permainan
dengan orang lain dan menangis apabila permainan tersebut dihentikan. Anak menjadi lebih
6
ekspresif dan lebih sering berkomunikasi melalui tatapan wajah dan gerakan tubuh. Anak senang
meniru beberapa gerakan, terutama gerakan dan ekspresi wajah orangtuanya.7,8,12-14
Pada usiatujuh bulan, anak mulai menikmati permainan sosial dan tertarik dengan
gambar-gambar yang tampak di cermin. Anak sudah dapat merespon terhadap ekspresi emosi
orang lain dan seringkali memperlihatkan perasaan yang menyenangkan.
Pada usia 12 bulan, anak mulai memperlihatkan rasa malu atau cemas apabila bertemu
dengan orang asing, menangis saat ditinggalkan oleh orangtua, dan semakin suka meniru orang-
orang dalam permainannya. Anak mulai menunjukkan ketertarikan khusus pada orang-orang dan
mainan tertentu.Selain itu, anak sudah dapat menguji respon orangtua terhadap aksinya selama
menyusui dan terhadap berbagai perilakunya. Namun anak pada usia ini dapat tiba-tiba merasa
sangat ketakutan pada keadaan-keadaan tertentu.7,8,12-14
Anak pada usia 12 bulan lebih menyukai berada dekat ibu atau pengasuhnya daripada
orang lainnya. Ia juga mulai belajar mengulang suara atau postur tubuh hanya untuk menarik
perhatian, dan mulai mengisap jari. Ketika memakai pakaian, ia sudah dapat membantu
meluruskan lengan atau kakinya sendiri.
Memasuki usia dua tahun, anak suka meniru perilaku orang lain, terutama orang dewasa
dan anak yang lebih dituakan. Anak pada masa ini, terutama anak perempuan, lebih menyadari
bahwa dirinya unik dan berbeda dengan yang lainnya. Anak akan lebih bersemangat apabila
dapat berkumpul bersama anak-anak lain dan lebih ingin menunjukkan kemandiriannya/tidak
ingin bergantung pada orang lain. Anak juga mulai menunjukkan pergeseran perilaku dan
memiliki rasa cemas perpisahan yang semakin memuncak pada usia pertengahan tahun,
kemudian kecemasan memudar.7,8,12-14
Setelah usia 36 bulan, anak semakin suka meniru orang dewasa dan teman sepermainan,
serta secara spontan menunjukkan kasih sayang terhadap teman sepermainan yang dikenal baik.
Anak sudah dapat mengambil peran dalam permainan dan mengerti konsep diri “aku/milikku”
dan “dia/miliknya”. Anak juga dapat mencurahkan kasih sayang secara tulus, dapat meluapkan
berbagai bentuk emosi.Usia tiga tahun merupakan saat di mana anak sudah bisa dilepas dari
orangtua dan dari perubahan besar terhadap suatu rutinitas sebelumnya.7,8,12-14
Pada usia 48 bulan, anak mulai menunjukkan ketertarikan pada pengalaman-pengalaman
baru. Anak juga dapat bekerja sama dengan anak-anak lainnya. Ia dapat bermain peran sebagai
“ibu” ataupun “ayah” dan semakin inventif dalam bermain fantasi.Bisa memakai dan melepas
pakaian sendiri, bisa berunding untuk mencari jalan keluar terhadap suatu konflik, lebih merasa
7
tidak tergantung, dan mulai membayangkan gambar-gambar yang tidak biasa sebagai
monster.Anak saat ini mulai memperlihatkan diri sebagai pribadi yang utuh, yang meliputi
badan, pikiran dan perasaan. Anak pada usia ini seringkali tidak dapat menceritakan perbedaan
antara fantasi dan realitas.7,8,12-14
Pada usia lima tahun, anak ingin untuk memiliki banyak teman dan ada keinginan untuk
menjadi seperti teman-temannya. Ia sudah mulai bisa mengikuti aturan-aturan, senang bernyanyi,
menari dan memainkan peran.Anak lebih menunjukkan kemerdekaan diri, bahkan sudah mulai
mencoba mengunjungi teman-teman di sebelah rumah sendirian.Saat ini anak mulai
memperhatikan jenis kelamin dan mampu membedakan antara fantasi dengan realitas. Anak
kadang-kadang membutuhkan bantuan, kadang-kadang lebih bersikap koperatif.7,8,12-14

DETEKSI DINI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL


Deteksi tumbuh kembang anak baik secara medis maupun secara statistik diperlukan untuk
mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang secara normal.Tumbuh kembang
yang optimal dapat dicapai apabila anak dalam keadaan sehat.Hal ini tergantung pada potensi
biologik masing-masing anak.Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang merupakan hasil
interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan bio-fisiko-psiko-
sosial dan perilaku. Proses yang unik akan memberikan hasil akhir yang berbeda-beda pada
setiap anak.1
Deteksi perkembangan anak meliputi identifikasi awal adanya masalah yang diketahui
melalui proses surveilans dan skrining, penilaian yang lebih definitif dengan instrumen standar,
kemudian diintegrasikan dengan berbagai informasi yang didapat dari riwayat perkembangan
sebelumnya, keadaan sosial dan keluarga, riwayat penyakit maupun hasil pemeriksaan fisik.
Tujuan dari penilaian ini tidak hanya untuk menegakkan diagnosis, akan tetapi juga menganalisis
berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan anak tersebut, seperti keadaan
keluarga, pendidikan, sosial, serta jenis terapi yang dibutuhkan. Deteksi perkembangan meliputi
tiga tahap, yaitu surveilans, skrining dan evaluasi.
Surveilans perkembangan merupakan serangkaian proses yang bersifat fleksibel,
longitudinal dan berkelanjutan, yang dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih dalam
mengidentifikasikan anak-anak yang mungkin mengalami masalah perkembangan. Surveilans ini
bermanfaat untuk menentukan alur rujukan yang tepat, menanamkan pengetahuan bagi orangtua
pasien, dan menerapkan kedokteran keluarga dalam mendukung perkembangan kesehatan
8
masyarakat, serta terus memantau dampak upaya pengembangan promosi kesehatan melalui
intervensi dan terapi sejak dini.15,16
Skrining adalah suatu prosedur dalam menggunakan instrumen standar yang dirancang
secara khusus untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
atau intensif.Skrining perkembangan merupakan bagian integral dari program skrining secara
umum.Skrining perkembangan bertujuan untuk mengidentifikasi anak-anak yang membutuhkan
evaluasi secara menyeluruh. Evaluasi tersebut meliputi penegakan diagnosis secara definitif,
perencanaan secara komprehensif untuk penanganannya, maupun pengawasan selanjutnya jika
diperlukan.15,16
Skrining perkembangan merupakan salah satu bagian dari upaya deteksi dini.Skrining
perkembangan penting dilakukan karena setiap keterlambatan perkembangan yang tidak segera
disadari, maka anak tidak segera mendapat penanganan dan menunggu sampai orang di
sekitarnya menyadari adanya keterlambatan. Pada saat keterlambatan itu disadari, seringkali
perkembangan anak sudah tertinggal jauh.6

INSTRUMEN DETEKSI DINI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK


Instrumenperkembangan sosial anak masih jarang digunakan karena perhatian ahli kesehatan
terhadap perkembangan sosial pada umumnya masih kurang dibandingkan perkembangan mental
dan psikomotor.2Banyak ahli kesehatan yang menganggap bahwa tidak banyak yang dapat
dikerjakan untuk mengatasi kelainan perkembangan anak dan ada pula anggapan bahwa kelainan
yang ringan dapat normal dengan sendirinya.1
Hingga saat ini, cukup banyak instrumen skrining yang telah dikembangkan untuk
mendeteksi kerterlambatan perkembangan psikososial anak sedini mungkin.Instrumen yang baik
harus memiliki sensitifitas yang sangat tinggi meskipun spesifisitasnya sedikit rendah, sedangkan
untuk keperluan diagnosis, instrumen yang digunakan harus sensitif agar jika diperoleh hasil
yang normal dapat dipergunakan untuk menyingkirkan adanya penyakit. Instrumen tersebut juga
harus spesifik agar jika hasilnya abnormal dapat dipergunakan untuk menentukan adanya
penyakit.17Sensitifitas dalam instrumen perkembangan psikososial merupakan kemampuan
instrument untuk mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan sosial-emosional, sedangkan
spesifisitasnya merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi secara tepat anak-anak tanpa
gangguan sosial-emosional.

9
Instrumen perkembangan psikososial yang telah digunakan hingga saat ini, antara lain
Vineland Social Maturity Scales (VSMS), Vineland Adaptive Behavior Scale (Skala Perilaku
Penyesuaian), Denver Developmental Screening Test (DDST), Achenbach System of Empirically
Based Assessments (ASEBA), Behavior Assessment System for Children-Second Edition (BASC-
2), Behavioral and Emotional Screening System For Children-Second Edition (BESS), Ages and
Stages Questionaires: Social-Emotional Version (ASQ:SE), Behavioral Assessment of Baby’s
Emotional and Social Style (BABES), Eyberg Child Behavior Inventory (ECBI), Functional
Emotional Assessment Scale, Infant-Toddler Social and Emotional Assessment (ITSEA), Brief
Infant-Toddler Social and Emotional Assessment (BITSEA), Mental Health Screening Tool
(MHST 0-5), Preschool Behavior Checklist, Preschool Behavior Questionnaire, Preschool and
Kindergarten Behavioral Scale-Second Edition (PBKS-2), dan lain-lain (Tabel 2). 8
Vineland Social Maturity Scales dikembangkan sejak tahun 1935 dan mulai digunakan
pada sekolah guru di Vineland, Amerika Serikat.10Skala ini dibagi menjadi delapan kategori yang
meliputi Self-help general (SHG): eating and dressing oneself, Self-help eating (SHE): the child
can feed himself, Self-help dressing (SHD): the child can dress himself, Self-direction (SD): the
child can spend money and assume responsibilities, Occupation (O): the child does things for
himself, cuts things, uses a pencil, and transfers objects, Communication (C): the child can talks,
laughs, and reads, Locomotion (L): the child can move about where he wants to go, dan
Socialization (S): the child seeks the company of others, engages in play and competes.1,18
Denver Developmental Screening Test merupakan metode skrining yang terdiri dari 105
tugas perkembangan, yang kemudian dilakukan revisi menjadi DDST-R dan Denver-II, lalu
distandarisasi sehingga terdapat 125 tugas perkembangan.Uji ini dikembangkan oleh
Frankenburg dkk.pada tahun 1981 dengan penilaian pada empat parameter perkembangan anak
balita, yaitu: personal social (kepribadian/tingkah laku sosial), fine motor adaptive (gerakan
motorik halus), language (bahasa) dan gross motor (perkembangan motorik kasar). Dalam
personal social, aspek yang dimaksudkan adalah berhubungan dengan kemampuan mandiri,
sosialisasi dan interaksi dengan lingkungannya.1
Ages and Stages Questionaires: Social-Emotional Version terdiri dari delapan kelompok
pertanyaan yang ditujukan untuk orangtua dalam menilai kompetensi emosional dan sosial
anaknya. Kelompok tersebut antara lain pengaturan-diri, kepatuhan, komunikasi, fungsi adaptif,

10
Tabel 2. Berbagai instrumen perkembangan psikososial balita
No Nama Instrumen Narasumber Rentang usia Pelaksana
1 Ages & Stages Questionnaires: Jane Squires, Diane Bricker & Elizabeth 6-60 bulan Orangtua
Social-Emotional (ASQ:SE) Twombly (2002)

2 Behavioral Assessment of Karen M. Finello & Marie K. Poulsen 0-36 bulan Orangtua
Baby’s Emotional and Social (1996)
Style (BABES)

3 Behavioral Assessment System Cecil Reynolds & randy Kamphaus 4-18 tahun Orangtua
for Children (BASC) (1992) /guru

4 Carey Temperament Scales William Carey & Sean McDevitt 1 bulan-12 tahun Orangtua
(CTS)

5 Child Behavior Checklist for Thomas Achenbach & Leslie Rescoria 1½-5 tahun Orangtua
Ages 1½-5 (CBCL) (2000)

6 Child Behavior Checklist for Thomas Achenbach (1991) 4-18 tahun Orangtua
Ages 4-18 (CBCL)

7 Corners’ Rating Scale-Revised C. Keith Conners (1997) 3-17 tahun Orangtua


/guru
8 Devereux Early Childhood Devereux Foundation (1998) 2-5 tahun Orangtua
Assessment Program (DECA)

9 Early Coping Inventory (ECI) Shirley Zeitlin, G.Gordon Williamson, 4-36 bulan Guru
& Margery Szczepanski (1988) /psikolog
/orangtua
10 Early Screening Project (ESP) Hill M.Walker, Herbert H. Severson, & 3-5 tahun Guru/konselor
Edward Feil (1995) /orangtua
11 Eyberg Child Behavior Sheila Eyberg 2-16 tahun Orangtua
Inventory (ECBI)

12 Functional Emotional Georgia DeGangi & Stanley Greenspan 7 bulan-4 tahun Dokter
Assessment Scales (FEAS) (2000)

13 Infant-Toddler and Family Sally Provence & Nancy H. Apfel 6 bulan-3 tahun Dokter & orangtua
Instrument (ITFI) (2001)

14 Infant-Toddler Social and Margaret J.Briggs-Gowan & Alice 12-36 bulan Orangtua
Emotional Assessment S.Carter
(ITSEA)

15 Infant/Toddler Symptom Georgia DeGangi, Susan Poisson, Ruth 7-30 bulan Orangtua
Checklist Sickel, & Andrea Santman Wiener
(1999)
16 Parenting Stress Index (PSI), Richard R.Abidin 0-12 tahun Orangtua
Third Edition

17 Preschool and Kindergarten Kenneth Merrell (1994) 3-6 tahun Orangtua


Behavior Scale (PKBS) /guru

18 Social Skills Rating System Frank M.Gresham & Stephen N.Elliott 3-18 tahun Orangtua
(SSRS) /guru

11
19 Temperament and Atypical Stephen J.Bagnato, John T.Neisworth, 11-71 bulan Orangtua/ Dokter
Behavior Scale (TABS) John Salvia, & Frances M.Hunt (1999)

20 Vineland Social-Emotional Sara Sparrow, David Balla, & Dominic 0-5 tahun Dokter
Early Childhood Scale (SEEC) Cicchetti (1998)
Sumber: Council on Children with Disabilities. 2006.

otonomi, afek, interaksi dengan orang lain, perhatian dan hal-hal umum. ASQ:SE memiliki
sensitifitas 71-85% dan spesifisitas 90-98%.
Infant-Toddler Social and Emotional Assessment digunakan untuk menilai laporan
orangtua mengenai masalah perkembangan psikososial anak pada usia 12 sampai 36 bulan.
ITSEA terdiri dari 166 pertanyaan yang mengukur 17 skala gejala.

GANGGUAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK


Lingkungan asah, asih dan asuh sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan psikososial
anak. Keadaan malnutrisi yang kronis dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan dan hambatan
pertumbuhan otak, sehingga anak mungkin mengalami retardasi mental di kemudian
hari.Demikian pula dengan riwayat cedera kepala akibat kekerasan pada anak dapat
menimbulkan fraktur pada tulang tengkorak dan mengganggu fungsi otak.
Setiap tindakan kekerasan pada anak, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
perkembangan psikososial anak. Reaksi yang muncul pada anak antara lain rasa takut, sangat
melekat pada orangtua, kehilangan kepercayaan, mimpi buruk, keluhan-keluhan fisik, hambatan
perkembangan perilaku normal, kesedihan dan depresi, merasa tidak berguna, agresi, serta
rusaknya hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.4
Dampak terhadap kekerasan yang berlangsung lama dapat berupa preokupasi anak
terhadap ingatan kejadian traumatis, mimpi buruk berkepanjangan dan berakibat gangguan tidur,
kesulitan berkonsentrasi, hilangnya ketertarikan, emosi yang datar, mengasingkan diri dan
membuat isolasi sosial, sulit untuk membedakan moralitas yang benar dan salah, serta hilangnya
rasa optimis untuk menjalani masa depan.4

PENANGANAN
1. Stimulasi Psikososial
Stimulasi psikososial terdiri dari stimulasi emosional dan stimulasi fisik (Tabel 3).Pada stimulasi
emosional, intervensi untuk meningkatkan interaksi antara anak dengan pengasuh penting untuk
12
memfasilitasi perkembangan emosional, sosial dan bahasa anak. Sedangkan pada stimulasi fisik,
anak membutuhkan lingkungan yang dapat menstimulasi secara fisik untuk mengembangkan
ketrampilan psikomotor dan bahasa dan meningkatkan perkembangan kognitif.19

Tabel 3.Prinsip Stimulasi Psikososial

Tipe stimulasi Apa yang perlu Contoh


dilakukan
Stimulasi emosional -Ekspresikan -Doronglah pengasuh untuk menatap mata
kehangatan dan kasih anak, tersenyum padanya terutama selama
sayang pada anak meneteki. Ekspresikan kasih sayang secara
secara konsisten dengan fisik dengan cara memegang dan memeluk
norma budaya yang anak.
berlaku -Komunikasi dengan anak sesering
-Doronglah komunikasi mungkin. Tanyakan anak dengan
verbal dan non-verbal pertanyaan-pertanyaan sederhana dan
antara anak dan jawablah setiap keinginan anak untuk
pengasuh berbicara. Cobalah untuk mendapatkan
komunikasi yang berhubungan dengan
suara dan gerakan tubuh (senyuman,
lirikan). Buatlah anak tertawa dan bersuara.
-Tanggapi suara dan ketertarikan anak.
-Tanggapi kebutuhan Perhatikanlah kebutuhan anak sesuai
anak dengan perilaku yang ditunjukkannya,
seperti menangis, tersenyum.
-Bangunlah pujian verbal terhadap prestasi
-Tunjukkan apresiasi anak. Juga tunjukkan tanda non-verbal pada
terhadap keinginan anak apresiasi dan persetujuan terhadap
Stimulasi fisik untuk berbuat sesuatu perbuatan anak dengan cara tepukan tangan
atau senyuman.
-Sediakan kesempatan untuk anak dapat
-Pastikan lingkungan melihat, mendengar, dan bergerak leluasa.
menyediakan Misalnya, tempatkan obyek berwarna di
pengalaman sensori sekeliling anak dan doronglah anak untuk
yang adekuat untuk mengambil obyek tersebut. Nyanyikan lagu
anak dan bermainlah dengan melibatkan jari-jari
tangan dan kaki.
-Alat permainan yang tidak mahal
namun menarik seperti puzzle dapat
dibuat sendiri dari kardus bekas.
-Sediakanlah alat -Bantulah anak untuk menamai,
permainan menghitung dan membandingkan obyek.
Misalnya, berikanlah anak tutup botol
-Sediakanlah pengertian plastik dan ajari anak untuk memahami

13
untuk dunia fisik anak fungsi dan cara penggunaannya.
-Bermain dengan anak adalah saat yang
penting, setidaknya selama 15-30 menit per
-Sediakanlah hari, sambil menyediakan kesempatan
kesempatan untuk bermain dengan anak-anak lainnya.
menerapkan
ketrampilan
Sumber: WHO, 2006
Stimulasi psikososial mengacu pada sejauh mana lingkungan menyediakan stimulasi fisik
melalui input sensorik (visual, auditori, taktil) dan stimulasi emosional yang disediakan melalui
kasih sayang yang terjalin antara anak dengan pengasuhnya. Stimulasi psikososial yang
dilakukan melalui hubungan yang kuat antara ibu-anak merupakan hal yang esensial terhadap
perkembangan anak. Terbentuknya hubungan ini pada saat awal kehidupan menentukan
keberhasilan tahap perkembangan kognitif, emosional dan sosial anak.19

2. Pemberian Nutrisi
Dua tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis di mana otak dan perkembangan fisik
berlangsung paling aktif. Kurangnya asupan nutrisi dan stimulasi psikososial selama masa ini
akan berakibat kerusakan dan kecacatan dalam jangka panjang. Asupan nutrisi yang mengikuti
budaya setempat belaka, misalnya anak paling kecil mendapatkan makanan terakhir setelah tamu
dan orang dewasa selesai makan, akan meningkatkan risiko malnutrisi. Hubungan ini
ditunjukkan pada Gambar 2.19
Karena eratnya hubungan asupan nutrisi dengan keberhasilan stimulasi psikososial, perlu
dipertimbangkan program gabungan antara stimulasi dan nutrisi agar perkembangan anak
menjadi optimal. Program gabungan ini menganggap bahwa keseimbangan antara praktis
pemberian makanan bergizi dan asuhan responsif, akan memberikan dampak yang lebih baik
dibandingkan dengan hanya intervensi stimulasi saja. Sebaliknya, program nutrisi yang tidak
menyertakan komponen psikososial tidak akan efektif dalam mengoptimalkan tumbuh kembang
anak.19

3. Pengenalan Terhadap Prinsip Perlindungan Anak


Perlindungan terhadap anak ditempuh dengan pendekatan advokasi, mobilisasi sosial dan
komunikasi terhadap perubahan perilaku. Pendekatan tersebut dapat ditempuh melalui prinsip-
prinsip berikut:20

14
a. Menerapkan perilaku yang mengurangi risiko kecelakaan, kekerasan, eksploitasi dan
pemisahan terhadap anak
b. Memperkuat kapasitas setempat melalui kegiatan-kegiatan komunikasi
c. Mengembangkan kegiatan komunikasi yang memberikan anak-anak keterampilan hidup,
pengetahuan akan hak-hak mereka dan kemampuan untuk melindungi diri sendiri
d. Pendampingan terhadap komunitas yang berpengaruh, pemerintah, polisi dan undang-
undang setempat, untuk memperkuat mekanisme dan sistem proteksi anak dalam keadaan
darurat.

Gambar 2. Stimulasi psikososial dan hubungannya dengan pendampingan dan asupan nutrisi
Sumber: WHO, 2006

SIMPULAN
Proses perkembangan anak merupakan proses yang kompleks dan menyangkut berbagai segi.
Perkembangan psikososial anak merupakan perubahan bertahap seorang anak terhadap aspek
psikologis dan sosialnya.
Deteksi dini perkembangan anak sangat diperlukan untuk mengetahui proses
perkembangan normal anak tersebut. Penilaian ini selain bertujuan untuk menegakkan diagnosis,
juga menganalisis berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi perkembangan anak tersebut,
seperti keadaan keluarga, pendidikan, sosial, serta jenis terapi yang dibutuhkan.
15
Stimulasi psikososial merupakan hal yang esensial terhadap perkembangan
anak.Terbentuknya hubungan ini pada saat awal kehidupan menentukan keberhasilan tahap
perkembangan kognitif, emosional dan sosial anak sesuai dengan kematangan usianya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Edisi 1. Jakarta: EGC; 1995.
2. Satoto. Disertasi. Pertumbuhan dan perkembangan anak: Pengamatan anak umur 0-18 bulan
di kecamatan Mlonggo, kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Semarang; 1990.
3. Arntson L, Knudsen C. Psychosocial: Care & protection of children in emergencies. Save the
Children Federation,Inc: El Salvador; 2004. h.25-7. Diunduh dari: URL: http://
www.ecdgroup.com/docs/lib_005223038.pdf.
4. Duncan J, Arntson L. Children in crisis: good practices in evaluating psychosocial
programming. USA: Save the Children Federation, Inc; 2004. Diunduh dari: URL: http://
siteresources.worldbank.org/INTMH/Resources/Evaluating_Psychosocial_Programming.pdf
5. Velderman MK, Crone MR, Wiefferink CH, Reijneveld SA. Identification and management
of psychosocial problems among toddlers by preventive child health care professionals. Eur J
Public Health 2009;20(3):332-8.
6. Reijneveld SA, Brugman E, Verhulst FC, Verloove-Vanhorick SP. Identification and
management of psychosocial problems among toddlers in Ducth Preventive Child Health
Care. Arch Pediatr Adolesc Med 2004;158:811-7.
7. Developmental Screening. Fact Sheet. Diunduh dari: URL:http://www.cdc.gov/ncbddd/
actearly/pdf/parents_pdfs/developmentalscreening.pdf.
8. Trisna Windiani IGA. Early detection of psychosocial problems in childhood. Disampaikan
pada KONIKA X: Manado; 2011.
9. Timyan J. Cultural Aspects of Psychosocial Development: An Examination of West African
Childrearing Practices. UNICEF: Abidjan; 1988. Diunduh dari: URL: http://www.
ecdgroup.com/download/aa1capda.pdf.
10. Hurlock, EB. Child Development. Edisi 6. Mc.Graw-Hill:New York; 1978.
11. Turner JS, Helms DB. Lifespan development. Edisi 2. Holt-Saunders International
Edition:London; 1982.

16
12. The Institute for Human Services for The Ohio Child Welfare Training Program.
Developmental Milestones Chart. Ohio; 2007. Diunduh dari: URL:
http://uppua.org/pdfs/CWII Handouts/Effects of Abuse and Neglect on Child
Development/Development_Chart _for_Booklet.pdf.
13. Autism Speaks, Ad Council & the Center for Disease Control and Prevention. Early
Childhood Milestone Map. Autism Speaks Inc.; 2008. Diunduh dari: URL: http://
www.autimspeaks.org/docs/talking_to_parents/Autism_brochure.pdf.
14. ACT & Department of Human Resources. A Child’s Development Milestones. Diunduh dari
URL: http://www.acetonline.org/child_dev_milestone.pdf.
15. Johnson CP, Myers SM& the Council on Children With Disabilities. Identification and
Evaluation of Children with Autism Spectrum Disorders. Pediatrics 2007;120(5):1183–215.
16. Council on Children With Disabilities, Section on Developmental Behavioral Pediatrics,
Bright Futures Steering Committee & Medical Home Initiatives for Children With Special
Needs Project Advisory Committee, American Academy of Pediatrics. Identifying infants
and young children with developmental disorders in the medical home: an algorithm for
developmental surveillance and screening.Pediatrics 2006;118(1):405–420.
17. Pusponegoro HD, Wirya IGN, Pudjiadi AH, Bisanto J, Zulkarnain SZ. Uji Diagnostik.
Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Edisi 3. Jakarta:Sagung Seto;2008.h. 193-216.
18. Doll EA. Vineland social maturity scales. American Guidance Service Inc:Washington;
1966.
19. WHO. Mental health and psychosocial well-being among children in severe food shortage
situations. Geneva:WHO;2006.
20. United Nations Children’s Fund, Supporting Child Protection and Psychosocial Recovery.
Dalam: Behaviour Change Communication in Emergencies: A Toolkit. UNICEF:New
York;2006.h. 142-64.

17
LAMPIRAN
MILESTONE PERKEMBANGAN ANAK BALITA
Usia Perkembangan psikososial Petunjuk stimulasi
0–6 -bereaksi terhadap rasa tidak nyaman dan -rangkul dan bicaralah dengan bayi anda. Berikan hal yang menarik
bulan sakit untuk dilihat
-mengenal suara orangtua -mainkan permainan tangan
-membuat kontak mata -sediakan mainan yang aman dan bersih untuk anak
-menunjukkan afeksi melalui pandangan, -letakkan mainan di dekat pandangan anak
tendangan dan senyuman -berespon cepat terhadap tangisan. Anak usia ini butuh rasa percaya
-menunjukkan perasaan aman saat diajak terhadap anda
berbicara -gunakan gambar pada dinding atau lantai untuk melukiskan bayi
-mengungkapkan kegembiraan yang cantik
-melekat pada obyek tertentu yang istimewa
-tertawa ketika digelitiki
-membangun kepercayaan saat tangisan
dijawab
-mulai melekat pada pengasuh utama
6-12 -senang berkumpul bersama anak lain -sediakan perlengkapan rumah yang aman
bulan -memiliki kemandirian -letakkan barang menarik di sekeliling untuk mengundang anak
-dapat menunjukkan kemarahan mengambilnya
-takut terhadap orang asing -mainkan permainan tiruan. Letakkan sebuah mainan pada satu
-menyadari penerimaan atau penolakan tangan kemudian pindahkan ke tangan lain. Doronglah bayi untuk
sosial melakukan hal serupa.
-dapat melakukan sesuatu untuk orang lain -peganglah tangan bayi sementara belajar melangkah. Pastikan dia
-memiliki kebanggaan atas prestasi pribadi terhibur!
-mainkan permainan sosial untuk mengembangkan keterampilan
fisik, bahasa dan sosial
12-18 -ingin tetap dalam pengawasan pengasuh -letakkan potongan kecil makanan ringan pada kursi bayi sehingga ia
bulan saat menjelajahi lingkungan sekitar dapat belajar mengambil makanan
-menuntut perhatian personal -tetap dengan rutinitas harian untuk membantu anak mengembangkan
-bersikap keras kepala perasaan membutuhkan
-tidak mau berbagi -perkenalkan mainan pada tempat yang mudah dijangkau
-berespon terhadap permintaan sederhana -bicara dengan anak. Bacakan dongeng untuk mereka
-kumpulkan foto keluarga dan buatlah foto album keluarga dan
ceritakan tentang foto tersebut.
-gunakan peralatan motorik kasar sesuai usia, balok halus, bola halus
dan tas peralatan khusus

18
18-24 -posesif -biarkan mereka menolong anda menyiapkan makanan kecil atau
bulan -mulai menunjukkan empati tugas lainnya
-menunjukkan perasaan percaya -cobalah untuk memperluas bahasa mereka. Jika mereka mengatakan,
-mulai bermain dengan anak-anak lain “bola.” katakan, “ya, ini adalah bola yang besar berwarna merah!”
-menunjukkan emosi kebanggaan dan rasa -lengkapi wilayah permainan mereka dengan banyak kertas dan
malu crayon. Doronglah anak untuk menggambar di atas meja
-bisa berlama-lama -miliki segala hal lebih dari satu macam karena pada usia ini sulit
-terlibat dalam permainan imajinasi untuk berbagi
-menguji batasan-batasan perilaku -doronglah anak untuk menunjukkan kemampuan mereka dengan
-melakukan sesuatu untuk penonton cara bertepuk tangan!
2-3 -mempunyai rasa memiliki yang kuat -sediakan boneka dan alat peraga sederhana seperti cangkir dan
tahun -mulai bermain kooperatif piring untuk mendorong imajinasi dan permainan tugas
-dapat menunjukkan kebutuhan untuk - kegiatan mengikat menggunakan manik-manik sangat
mengamankan obyek menyenangkan pada usia ini
-menjadi lebih independen/mandiri -mainkan permainan yang membutuhkan keseimbangan
-praktik menggunting sebuah pola dasar
-bantu mereka memakai dan melepaskan pakaian mereka

4-5 -senang berkumpul bersama anak lain -selama putaran waktu, libatkan anak dalam percakapan dengan anda
tahun -memiliki tingkat kemandirian yang sangat dan lainnya
tinggi -dorong permainan dramatis dengan boneka, berpakaian, dll
-dapat menunjukkan kemarahan yang -ceritakan pada anak saat akan ada kejadian. Beri mereka peringatan
dramatis sebelum habis waktunya
-menyadari peraturan atau larangan sosial -tambahkan pertunjukan dan berbagi waktu untuk kegiatan mingguan
-dapat melakukan sesuatu untuk orang lain -tambahkan permainan puzzle untuk mereka dan tolonglah mereka
-memiliki kebanggaan atas prestasi diri menyelesaikan puzzle baru
-mengembangkan identifikasi peran menurut -kembangkan wilayah matematika mereka dengan menghitung
jenis kelamin keuangan, jumlah mainan dan bermain kalkulator
-mulai mengambil peran dan berunding -sediakan buku yang mendorong pemisahan jenis kelamin secara
positif dan hindari buku yang membiaskan perbedaan jenis kelamin
Sumber: ACT & Department of Human Resources. Diunduh dari URL: http://www.
acetonline.org/child_dev_milestone.pdf.

19
Sumber: Autism Speaks, Ad Council & CDC. 2008

20

Anda mungkin juga menyukai