Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK


AWAL USIA 5-7 TAHUN
MATA KULIAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Dosen Pengampu : TITIN KHOLISNA, S.Psi.,M.Pd

Muhammad Ihsanuddin Tasywiq (21732011045)


Imas Nurwanti (2173201104)
Yuni Imroatul Hasanah (1973201054)

FISIP - PRODI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG
2021
I. PENDAHULUAN
Sejak lahir anak telah memiliki bakat-bakat atau benih-benih kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pengasuhan dan pendidikan. Seorang anak memiliki
keunikan yang pastinya berbeda antara satu anak dengan anak lainnya. Mereka terlahir
dengan banyak keunikan begitu pula dalam proses perkembangannya. Namun
terkadang keunikan dalam perkembangan tersebut sulit untuk dimengerti oleh orang
dewasa dan berakhir pada salah penanganan.
Perkembangan masa awal anak-anak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari.
Topik pembahasan pada makalah ini berfokus pada segmen perkembangan anak usia
5-7 tahun (tengah), yang meliputi perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan seputar
korelasi pertemanan anak dengan permainannya pada usia tersebut.

II. PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif pada umumnya sangat berhubungan dengan
masa perkembangan motorik. Perkembangan kognitif menggambarkan
bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi, sehingga dapat berfikir.
Perkembangan kognitif adalah proses dimana individu dapat meningkatkan
kemampuan dalam menggunakan pengetahuannya. Kognisi adalah fungsi
mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan
masalah. Istilah kognisi (cognition) dimaknai sebagai setrategi untuk mereduksi
kompleksitas dunia. kognisi juga dimaknai sebagai cara bagaimana manusia
menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan bagaimana mengorganisasi
pengalaman mereka.
Perkembangan kognitif (teori Piaget) pada masa awal anak-anak dinamakan
tahap pra-operasional (preoperational stage) yang berlangsung dari usia dua hingga
tujuh tahun. Pada tahap ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul,
egosentris mulai kuat dan kemudian mulai melemah, serta terbentuknya keyakinan
terhadap hal yang magis. Dalam istilah pra-operasional menunjukkan bahwa
pada tahap ini teori Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah
“operasional” menunjukkan pada aktifitas mental yang memungkin- kan anak untuk
memikirkan peristiwa pengalaman yang dialaminya.
2.2. Perkembangan Sosial

Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak


dianut adalah teori psikosisal dari Erik Erikson. Teori psikososial dari Erik
Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil
dari tiap tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang
sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh
secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan yang berbeda untuk
mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat.

Perkembangan psikososial pada pembahasan makalah ini (prasekolah 5-


7 tahun) memasuki tahap 3 (teori Erik Erikson) dan berlangsung selama
beberapa tahun. Pada tahap ini, anak mulai menegaskan kuasa dan kendali
mereka atas dunia melalui permainan dan interaksi sosial. Anak-anak yang
sukses pada tahap ini merasa mampu dan mampu memimpin orang lain. Mereka
yang gagal mendapatkan keterampilan ini dibiarkan dengan rasa bersalah,
keraguan diri, dan kurang inisiatif.

Hubungan dengan orang tua atau pengasuhnya merupakan dasar bagi


perkembangan emosional dan sosial anak. Sejumlah ahli memercayai bahwa
kasih sayang orang tua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan
merupakan kunci utama perkembangan sosial anak, meningkatkan
kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang
baik pada tahun prasekolah dan setelahnya.\

2.3. Perkembangan Emosi


Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan
anak, baik pada masa bayi, prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan
selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak
memiliki kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa
aman, merasa kompeten, dan kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi.
Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan
anak dalam mengelola emosi, terutama yang bersifat negative
Anak memiliki bentuk ekspresi emosi yang berbeda-beda, yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Orang tua serta guru yang secara langsung
berinteraksi dengan anak sudah selayaknya menambah informasi dan
memahami setiap keunikan memaksimalkan kecerdasan emosinya. yang
dimiliki oleh anak. Hak-hak anak dalam perkembangannya harus dipenuhi
untuk Guru diharapkan dapat memperhatikan dan memahami emosi para anak
mereka. Dengan memperhatikan dan memahami emosi anak, akan dapat
membantu guru mempercepat proses pembelajaran yang lebih bermakna dan
permanen. Guru harus memperhatikan dan memahami emosi anak dengan cara
membangun ikatan emosional, menciptakan kesenangan dalam belajar,
menjalin hubungan dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar.
Dengan memahami perbedaan setiap anak, diharapkan agar tidak ada
penyimpangan seperti kekerasan antara guru pada anak atau antara anak satu
dengan anak yang lainnya, serta dapat memberikan sumbangan positif bagi
prestasi belajar mereka di sekolah.

2.4. Hubungan pertemanan dan permainan anak usia prasekolah


Permainan adalah salah satu bentuk aktivitas sosial yang domi- nan pada
awal masa anak-anak. Sebab, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di
luar rumah bermain dengan teman-temannya dibanding terlibat dalam aktivitas
lain. Jadi, permainan bagi anak- anak adalah suatu bentuk aktivitas ini sendiri,
bukan karena memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas ini. Hal ini karena
bagi anak-anak, proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang
akan didapatkan menurut Schwartzman, 1978 (dalam Psikologi Perkembangan,
Desmita, 2005: 141).
Permainan mempunyai dua fungsi utama yaitu:
• Fungsi kognitif : permainan membantu perkembangan kognitif anak.
Melalui permainan, anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari objek-
objek disekitarnya, dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya.
Melalui permainan, memungkinkan anak-anak mengembangkan kompetensi
dan keterampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan.

• Fungsi emosi : permainan memungkinkan anak untuk meme- cahkan,


sebagian dari masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan
konlik batin. Permainan memungkinkan anak melepaskan energi fisik yang
berlebihan dan membebaskan pera- saan-perasaan yang terpendam. Karena
tekanan batin terlepas- kan dalam permainan, anak dapat mengatasi masalah-
masalah kehidupan.

Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial sering di definisikan


sebagai semua orang yang memiliki kesamaan tingkat usia, menurut
Hetherington & Parke dalam Psikologi Perkembangan, Desmita (2005: 145). Akan
tetapi, belakangan definisi teman sebaya lebih ditekankan pada kesamaan tingkah
laku atau psikologis menurut Lewis & Rosenblum, 1975 (dalam Psikologi
Perkembangan, Des- mita, 2005: 145).
Sejumlah penelitian telah merekomendasikan betapa hubungan sosial
dengan teman sebaya memiliki arti yang sangat penting bagi perkembangan
pribadi anak. Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting
ialah menyediakan suatu sumber dan perbandingan tentang dunia luar
keluarga. Anak-anak menerima umpan balik tentang kemampuan mereka dari
kelompok teman sebaya. Anak-anak mengevaluasi apakah yang mereka lakukan
lebih baik, sama, atau lebih jelek dari yang dilakukan oleh anak-anak lain.
Mereka menggunakan orang lain sebagai tolok ukur untuk membandingkan
dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan
rasa harga diri dan gambaran diri anak menurut Hetherington & Parke, 1981
(dalam Psikologi Perkembangan, Desmita 2005: 146).
III. PENUTUP

Perkembangan masa awal anak-anak di mana anak-anak praseko lah mengalami


proses perkembangan secara bertahap. Melalui beberapa perkembangan, di antaranya
kognitif, emosi, dan psikososial. Dan dari perkembangan ini anak mulai mengalami
perubahan, contohnya dari segi kognitif, adanya perubahan cara berpikir anak, segi emosi,
sudah mulai dapat mengekspresikan rasa emosinya, sedangkan segi psikososial, anak
dapat berhubungan atau bersosialisasi dengan lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai