(TEBAK GAMBAR)
DISUSUN OLEH:
Terapi Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak -
anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal
dengan sebutan Terapi Bermain. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit
yaitu, mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. Bermain adalah
penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu, adanya ruang
bermain khusus bagi anak adalah sangat penting untuk memberikan rasa aman dan
menyenangkan. Pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip bermain dan permainan yang sesuai dengan usia atau tingkat
pertumbuhan Dan perkembangan anak, sehingga tujuan bermain yaitu untuk
mempertahankan proses tumbuh kembang, dapat dicapai secara optimal. Disamping
itu keterlibatan orang tua dalam aktifitas bermain sangat penting karena anak akan
merasa aman, sehingga mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan
terbuka (Amalia, 2018)
Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mempelajari materi tentang bermain, diharapkan dapat
menerapkan strategi bermain dalam asuhan keperawatan anak.
2. Tujuan Khusus:
o Menjelaskan pengertian bermain dengan tepat
o Menjelaskan fungsi bermain gambar
o Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
o Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena
o penyakit dan dirawat
o Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
o Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
o Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
o Untuk mengembangkan imajinasi pada anak
Sasaran
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini terdapat 30,83 juta anak
usia dini di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 13,56% merupakan bayi (usia < 1
tahun), 57,16% yang merupakan balita (usia 1-4 tahun), serta 29,28% merupakan
anak prasekolah (usia 5-6 tahun).
Generasi emas yang harus dipersiapkan sejak sekarang adalah anak-anak dengan
rentang usia 0-17 tahun. Terutama mereka yang saat ini berada pada masa usia dini 0-
6 tahun. Pasalnya, merekalah yang nantinya akan menjadi bagian dari penduduk usia
produktif pada 2045, saat Indonesia genap berusia 100 tahun setelah merdeka.
Sasaran dalam permainan tebak gambar ini adalah anak usia prasekolah yang
berusia 4-6 tahun
BAB II
DESKRIPSI KASUS
Tahap Sensorimotor
Tahap sensorimotor terjadi pada bayi usia 0-2 tahun. Menurut Piaget,
setiap bayi lahir dengan refleks bawaan dan keinginan untuk mengekplorasi
sekitarnya. Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas pada gerak
refleks dan panca indra. Gerakan-gerakan refleks pun nantinya akan berkembang
menjadi kebiasaan.
Pada tahapan ini, mereka belum bisa mempertimbangkan keinginan orang lain.
Ia hanya mau keinginannya yang terpenuhi. Mungkin terkesan egois ya, tetapi
itulah yang terjadi. pada usia 18 bulan sudah bisa memahami fungsi barang yang
dekat dengannya sehari-hari. Ia juga bisa melihat hubungan antar peristiwa dan
mengenali orang-orang seperti anggota keluarganya.
Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional adalah tahap perkembangan bayi usia 2-7 tahun. Pada
masa ini sudah bisa bersosialisasi dengan lingkungannya dan juga bisa
mengelompokkan berbagai barang berdasarkan warna, bentuk, dan lain sebagainya.
Tahap Operasional Konkret
Tahapan perkembangan ini berkisar dari usia 11 tahun ke atas sudah mulai
mampu berpikir abstrak dan menggunakan nalarnya. Ia sudah bisa menarik
kesimpulan dari berbagai informasi yang diterima. Ia mulai memahami konsep
abstrak, seperti cinta dan norma-norma. Ia juga mulai melihat kalau hidup tidak
selalu hitam ataupun putih. Tahapan terakhir ini adalah persiapan menuju dewasa.
Ada dua faktor utama yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak usia
dini:
1. Hereditas/Keturunan
o Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih
sayang dari orang tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak.
Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa membuat anak mengalami
kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan kognitifnya.
o Sekolah
Perkembangan kognitif anak juga turut dipengaruhi usia, jenis kelamin, ras,
budaya, dan asupan nutrisi. Ya, asupan nutrisi yang tepat dan memadai dapat
berperan penting dalam mendukung proses. Kombinasi nutrisi dan stimulasi tepat
akan membentuk struktur otak anak. Tanpa dukungan nutrisi yang tepat, si kecil
tidak akan dapat menyerap stimulasi secara optimal.
Prinsip Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak
menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam kehidupan
seharihari bahwa waktu yang digunakan untuk bermain oleh anak lebih banyak
dibandingakan dengan belajarnya maka dari itu dengan memahami hal diatas maka
kita perlu menstimulus atau memberikan pembelajaran bagi anak melalui bermain
kerana belajar pada anak usia dini adalah bermain dan bermain pada anak usia dini
adalah belajar. Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap anak
akan tetapi bermain dapat pula membangun karakter dan membentuk sikap dan
kepribadian anak Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan
yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela,
tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar,sebagian orang menyatakan bahwa
bermain sama fungsinya dengan berkerja. Meskipun demikian, anak memiliki
persepsi sendiri mengenai bermain dimana bermain menurut Hurlock dapat di bagi
kedalam dua kategori yaitu:
1. Bermain Aktif Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul dari apa yang
dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat
sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain
secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab
dirumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan
perubahan tubuh.
2. Hiburan Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Permainan sedikit menghabiskan energy anak yang
menikmati temannya ketika bermain memandang orang atau hewan di
televisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olahraga atau tempat
bermain.
Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. ada enam belas nilai
bermain bagi anak:
2. Sejumlah bahan main: bahan main terdiri dari banyak jenis dan
bermacam-macam misalnya disediakan bahan main yang membuat anak
dapat membedakan kasar dan halus besar dan kecil, berat dan ringan,
tebal dan tipis dan sebagainya
Karakteristik Permainan
1. Jean Piaget
Pembawaan sejak lahir berupa mengisap dan menangis merupakan kegiatan refleks
ketika ia belajar mula-mula dengan dunianya. Anak belajar melalui skema-skema alat
panca inderanya. Gerakan-gerakan dari yang kebetulan dan sembarangan meningkat
kegerakan-gerakan yang lebih disengaja lagi sepanjang tahapannya. Anak mulai
mengkoordinasikan fungsi-fungsi penglihatan dan gerak (seperti melihat benda yang
menarik kemudian menariknya) dilakukan berulang-ulang karena merasa senang
dapat melakukannya.
Anak usia 2-7 tahun berada dalam tahap perkembangan ini. Bermain simbolik ini
merupakan ciri-ciri tahap praoperasional dan yang terjadi sebagai berikut.
1) Secara bertahap anak mulai makin berbahasa dengan kata-kata baru, seiring
bertanya dan menjawab pertanyaan.
Tahap permainan ini dilakukan anak-anak berusia antara usia 8-11 tahun, dikenal
juga dengan konkrit operasional.
Bermain itu menyenangkan meskipun ada aturan-aturannya yang ketat dan kaku
dibandingkan dengan games yang ada unsur kalah menang, seperti bermain kartu atau
bermain kasti.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
Deskripsi Bermain
Salah satu terapi bermain yang sesuai dengan usia anak prasekolah adalah terapi
bermain tebak gambar. Pada tahap ini anak usia prasekolah akan menebak macam-
macam gambar yang telah disediakan oleh perawat, dengan menyebutkan nama dari
gambar tersebut.
Tujuan Bermain
Terapi bermain tebak gambar ialah permainan menebak gambar yang berujuan
untuk melatih daya ingat anak, mengembangkan daya pikir, dan melatih emosional
anak.
Jenis Permainan dan Proses Bermain
o Jenis program: Terapi bermain tebak gambar
o Karakteristik bermain: Melatih emosional anak
o Karakteristik peserta: anak usia 4-6 tahun yang didampingi oleh orang tua dan
dalam keadaaan umum yang vaik sehingga bisa diajak bermain
o Waktu bermain dan tempat bermain:
Hari/Tanggal: Senin, 14 Februari 2022
Waktu: 10.00 WITA s/d selesai
Tempat: Irina E Atas
o Metode: Menggunakan alat permainan yaitu gambar hewan dan buah-buahan
o Alat yang digunakan: Gambar hewan dan buah-buahan
Pengorganisasian
o Nama anak : An. Jenica, An. Zefa, An. Sky, An. Fauzia
o Nama orangtua :-
o Pemberi Terapi : Yecindria Manaru, Wulan Weol, Rioaprilsen
Kulungan, Norlandha Jacob
o Observer : Gladis Maun, Desi Lasut, Jordan Mumu
o Dokumentator : Jordan Mumu
Sistem Evaluasi
o Evaluasi struktur:
a. Kondisi lingkungan tenang (kamar pasien)
b. Posisi anak berbaring di bed
c. Alat yang digunakan dalam kondisi baik dan tidak membahayakan
kondisi klien
o Evaluasi prose bermain:
a. Anak mengikuti terapi bermain
b. Pemberi terapi melakukan terapi dengan baik
c. Observer membantu menilai respon yang diberikan oleh anak dan
orangtua saat bermain
d. Dokumentator melakukan tugas dengan baik
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan hasil terapi bermain yaitu menebak gambar yang telah dikakukan
pada An. Jenica, An. Zefa, An. Sky, dan An. Fauzia didapati bahwa anak-anak
tersebut merasa tertarik dan senang. Pemberi terapi memberikan terapi secara
perlahan karena mengingat kondisi anak yang masih lemah. Anak-anak menjawab
dan menebak gambar hewan dan buah-buahan dengan benar meski ada beberapa
gambar yang salah ditebak.
DAFTAR PUSTKA
Amalia, A., Oktaria, D., Oktavani. (2018). Pengaruh Terapi Bermain terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi. Jurnal Majority,
7(2), 219-225
Badan Statistik Pusat. (2021). Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Maulani, Y., Hidayanti, Y., dan Irawan, Y. (2017). Proposal terapi bermain anak
mewarnai gambar. Proposal: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
DOKUMENTASI