Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PELAKSAAN PROGRAM BERMAIN

(TEBAK GAMBAR)

DISUSUN OLEH:

Manaru, Yecindria Hana


Weol, Wulan Intan Melati
Maun, Gladis Anatasya Putri
Mumu, Jordan Philip
Yakob, Norlandha
Lasut, Desi Debora
Kulungan, Rioaprilsen
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Terapi Bermain merupakan salah satu alat komunikasi yang natural bagi anak -
anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan aplikasi terapeutik yang
membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini. Bermain dapat
digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal
dengan sebutan Terapi Bermain. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit
yaitu, mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri. Bermain adalah
penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu, adanya ruang
bermain khusus bagi anak adalah sangat penting untuk memberikan rasa aman dan
menyenangkan. Pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit, perlu memperhatikan
prinsip-prinsip bermain dan permainan yang sesuai dengan usia atau tingkat
pertumbuhan Dan perkembangan anak, sehingga tujuan bermain yaitu untuk
mempertahankan proses tumbuh kembang, dapat dicapai secara optimal. Disamping
itu keterlibatan orang tua dalam aktifitas bermain sangat penting karena anak akan
merasa aman, sehingga mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan
terbuka (Amalia, 2018)

Tujuan

1. Tujuan Umum
Setelah selesai mempelajari materi tentang bermain, diharapkan dapat
menerapkan strategi bermain dalam asuhan keperawatan anak.
2. Tujuan Khusus:
o Menjelaskan pengertian bermain dengan tepat
o Menjelaskan fungsi bermain gambar
o Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
o Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena
o penyakit dan dirawat
o Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi anak.
o Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.
o Untuk menambah pengetahuan mengenali warna.
o Untuk mengembangkan imajinasi pada anak

Sasaran

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini terdapat 30,83 juta anak
usia dini di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 13,56% merupakan bayi (usia < 1
tahun), 57,16% yang merupakan balita (usia 1-4 tahun), serta 29,28% merupakan
anak prasekolah (usia 5-6 tahun).

Generasi emas yang harus dipersiapkan sejak sekarang adalah anak-anak dengan
rentang usia 0-17 tahun. Terutama mereka yang saat ini berada pada masa usia dini 0-
6 tahun. Pasalnya, merekalah yang nantinya akan menjadi bagian dari penduduk usia
produktif pada 2045, saat Indonesia genap berusia 100 tahun setelah merdeka.

Sasaran dalam permainan tebak gambar ini adalah anak usia prasekolah yang
berusia 4-6 tahun
BAB II

DESKRIPSI KASUS

Karakteristik Perkembangan Anak

Tahap perkembangan anak, menurut Jean Piaget yang meraih Erasmus


Prize ini, digolongkan menjadi 4 tahap.

Tahap Sensorimotor

Tahap sensorimotor terjadi pada bayi usia 0-2 tahun. Menurut Piaget,
setiap bayi lahir dengan refleks bawaan dan keinginan untuk mengekplorasi
sekitarnya. Pada usia ini, kemampuan bayi masih sangat terbatas pada gerak
refleks dan panca indra. Gerakan-gerakan refleks pun nantinya akan berkembang
menjadi kebiasaan.
Pada tahapan ini, mereka belum bisa mempertimbangkan keinginan orang lain.
Ia hanya mau keinginannya yang terpenuhi. Mungkin terkesan egois ya, tetapi
itulah yang terjadi. pada usia 18 bulan sudah bisa memahami fungsi barang yang
dekat dengannya sehari-hari. Ia juga bisa melihat hubungan antar peristiwa dan
mengenali orang-orang seperti anggota keluarganya.

Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional adalah tahap perkembangan bayi usia 2-7 tahun. Pada
masa ini sudah bisa bersosialisasi dengan lingkungannya dan juga bisa
mengelompokkan berbagai barang berdasarkan warna, bentuk, dan lain sebagainya.
Tahap Operasional Konkret

Ketika si Kecil memasuki usia 7-11 tahun, ia sudah memasuki tahap


operasional konkret. Ia mampu mengurutkan dan mengklasifikasikan objek serta
situasi-situasi yang dihadapi. Ia juga sudah mampu mengingat dan berpikir secara
logis.
Anak-anak di tahapan perkembangan ini mulai memahami konsep sebab
akibat secara sistematis dan rasional. Ini adalah waktu yang tepat untuk belajar
membaca dan matematika. Sikap egoisnya pun menghilang secara perlahan, karena
ia mulai memahami suatu permasalahan dan sudut pandang orang lain.

Tahap Operasional Formal

Tahapan perkembangan ini berkisar dari usia 11 tahun ke atas sudah mulai
mampu berpikir abstrak dan menggunakan nalarnya. Ia sudah bisa menarik
kesimpulan dari berbagai informasi yang diterima. Ia mulai memahami konsep
abstrak, seperti cinta dan norma-norma. Ia juga mulai melihat kalau hidup tidak
selalu hitam ataupun putih. Tahapan terakhir ini adalah persiapan menuju dewasa.

Ada dua faktor utama yang dapat menunjang perkembangan kognitif anak usia
dini:

1. Hereditas/Keturunan

Faktor ini turut menentukan perkembangan intelektual seorang anak. Dengan


kata lain, seorang anak membawa kemungkinan memiliki kemampuan berpikir
yang similar dengan orang tuanya, apakah itu normal, di atas normal, atau di
bawah normal. Namun, potensi tersebut tidak akan berkembang bila tidak ada
lingkungan yang dapat memberinya kesempatan untuk berkembang.
2. Lingkungan

Banyak studi maupun penelitian yang mendukung faktor lingkungan


memengaruhi tingkat kognitif atau intelegensi seseorang.

Faktor lingkungan yang paling berperan dalam menunjang perkembangan kognitif


anak adalah keluarga dan sekolah. Berikut penjelasannya

o Keluarga

Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih
sayang dari orang tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak.
Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa membuat anak mengalami
kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan kognitifnya.

o Sekolah

Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk


meningkatkan perkembangan anak, termasuk perkembangan berpikir anak.
Karena itu, tenaga pengajar atau guru di sekolah memiliki peranan sangat
penting dalam menunjang perkembangan kognitif.

Perkembangan kognitif anak juga turut dipengaruhi usia, jenis kelamin, ras,
budaya, dan asupan nutrisi. Ya, asupan nutrisi yang tepat dan memadai dapat
berperan penting dalam mendukung proses. Kombinasi nutrisi dan stimulasi tepat
akan membentuk struktur otak anak. Tanpa dukungan nutrisi yang tepat, si kecil
tidak akan dapat menyerap stimulasi secara optimal.
Prinsip Bermain

Dunia anak adalah dunia bermain anak biasanya cenderung lebih banyak
menghabiskan waktunya melalui bermain hal ini dapat kita amati dalam kehidupan
seharihari bahwa waktu yang digunakan untuk bermain oleh anak lebih banyak
dibandingakan dengan belajarnya maka dari itu dengan memahami hal diatas maka
kita perlu menstimulus atau memberikan pembelajaran bagi anak melalui bermain
kerana belajar pada anak usia dini adalah bermain dan bermain pada anak usia dini
adalah belajar. Bermain bagi anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap anak
akan tetapi bermain dapat pula membangun karakter dan membentuk sikap dan
kepribadian anak Docket dan Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan
kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan
yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

Sejalan dengan teori tersebut Susanto mengemukakan bahwa bermain dapat


membentuk sikap mental dan nilai-nilai kepribadian anak diantaranya :

1. Dengan bermain itu anak belajar menyadari keteraturan, peraturandan berlatih


menjalankan komitmentyang dibangun dalam permainan tersebut
2. Anak belajar menyelesaikan masalah dalam kesulitan terendah sampai yang
tertinggi.
3. Anak berlatih sabar menunggu giliran setelah temannya menyelesaikan
permainnanya.
4. Anak berlatih bersaing dan membentuk motivasi dan harapan hari esok aka
nada peluang memenangkan permainan.
5. Anak-anak sejak dini belajar menghadapi resiko kekalahan yang dihadapi dari
permainan.

Bermain merupakan kebutuhan anak yang sangat penting, dengan


bermain anak akan membangun pengetahuannya tentang apa yang ada di
sekitarnya, dan membangun kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu
benda atau alat permainan maupun tidak. Ada tiga teori bermain modern yang
memberikan tekanan pada konsekuensi bermain pada anak dan sebagai acuan
dan menunjang main anak dalam tahapan perkembangan anak.
1. Teori psikoanalisis Sigmun Freud dan erik erikson dalam teori psikoanalisis
melihat bermain anak sebagai alat yang penting bagi pelepasan emosinya serta
untuk mengembangkan rasa harga diri anak ketika anak dapat mengeusai
tubuhnya, benda-benda serta jumlah keterampilan social.
2. Teori perkembangan kognitif yang menguji kegiatan bermain dalam kaitannya
dengan perkembangan intelektual, yang berpandangan bahwa setiap manusia
mempunyai pola struktur kognitif baik itu secara fisik maupun mental yang
mendasari prilaku dan aktivitas intelegensi seseorang dan berhubungan erat
dengan tahapan pertumbuhan anak dengan kata lain itelektual dan afektif
selalu berjalan berdampingan. Teori ini percaya bahwa emosi dan afeksi
manusia selalu muncul dari suatu proses yang sama di dalam tahapan tumbuh
kembang kognitif sehingga piaget membagi tahapan tumbuh kembang
kognitif ke dalam empat jenis proses yaitu asimilasi, akomodasi,
konservasi,reversibility.
3. Teori dari vigotsky yang menekankan pada pemusatan hubungan social
sebagai hal yang penting yang mempengaruhi kognitif, karena anak akan
menemukan pengetahuan dalam dunia socialnya kemudian menjadi bagian
dari perkembangan kognitifnya.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan
tanpa mempertimbangkan hasil akhir kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela,
tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar,sebagian orang menyatakan bahwa
bermain sama fungsinya dengan berkerja. Meskipun demikian, anak memiliki
persepsi sendiri mengenai bermain dimana bermain menurut Hurlock dapat di bagi
kedalam dua kategori yaitu:
1. Bermain Aktif Dalam permaina aktif kesenagan yang timbul dari apa yang
dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat
sesuatu dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain
secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung jawab
dirumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan pesat dan
perubahan tubuh.
2. Hiburan Dalam bermain pasif atau hiburan kesenangan diperoleh dari
kegiatan orang lain. Permainan sedikit menghabiskan energy anak yang
menikmati temannya ketika bermain memandang orang atau hewan di
televisi, menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olahraga atau tempat
bermain.

Bermain mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak. ada enam belas nilai
bermain bagi anak:

1) Bermain membantu pertumbuhan anak.


2) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela.
3) Bermain memberi kebebasan anak untuk bertindak.
4) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai.
5) Bermain mempunyai unsur berpetualang didalamnya.
6) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa.
7) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam pembentukan hubungan antar
pribadi.
8) Bermain memberi kesempatan untuk menguasai diri secara fisik.
9) Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.
10) Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu.
11) Bermain merupakan cara anak mempelajari peran orang dewasa.
12) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar.
13) Bermain menjernihkan pertimbangan anak.
14) Bermain dapat distruktur secara akademis.
15) Bermain merupakan kekuatan hidup.
16) Bermain merupakan sesuatu yang esensial bagi kelestarian hidup manusia.
Dalam kegiatan main anak tentunya ada hal yang paling penting untuk
diketahui khususnya dalam prosesn pembelajaran pada anak usia dini yang diberikan
melalui bermain hendaknya mendukung diantaranya. :
1. Termuat 3 jenis main yaitu:
a. Main Peran Vygotsky dan Erikson mengemukakan bahwa Bermain
peran disebut juga dengan dengan main sibolis,purapura,fantasi,
imajinasi atau main drama sangat penting untuk perkembangan
kognisi,social, dan emosi anakpada usia 3-6 tahun. Bermaian peran
dapat dibagi menjadi dua yaitu bermain peran makro dimana anak
berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau
sesuatu.sedangkan bermain mikro adalah anak memegang atau
menggerakkan benda yang berukuran kecil untuk menyusun adegan.
Saat anak main peran mikro mereka belajar untuk menghubungkan
dan mengambil sudut pandang dari orang lain.
b. Main sensorimotor atau main fungsional dimana anak belajar melalui
panca indra dan hubungan fisik dengan lingkungan mereka.
c. Main pembangunan atau konstruktif adalah main yang
mempresentasikan ide anak melalui media yang bersifat cair dan
media yang bersifat terstrukturPiaget dalam maulida mengemukakan
bahwa main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan yang mendukung tugas-tugas disekolah kemudian.
Adapun bahan main pembangunan dapat kita gunakam yang bersifat
cair bahan alam dimana penggunaan dan bentuk ditentukan oleh anak
seperti air,pasir cat, play dough,krayon,pulpen dll. Sedankan media
yang terstrukut bahan yang bias digunakan adalah balok unit, balok
berongga,lego, balok berwarna.

2. Sejumlah bahan main: bahan main terdiri dari banyak jenis dan
bermacam-macam misalnya disediakan bahan main yang membuat anak
dapat membedakan kasar dan halus besar dan kecil, berat dan ringan,
tebal dan tipis dan sebagainya

3. Penataan bahan main: ditata dengan direncanakan terlebih dahulu dan


keseriusan sehingga anak yang baru mulai bergabung dapat belajar melalui
melihat

4. Hubungan social: main yang disiapkan dan ditata dengan perencanaan


yang baik dapat menimbulkan interaksi social dengan teman sebay, dan
bahan main ditata untuk bermacammacam tahapan perkembangan social
misalnya ada Mainan yang ditata untuk satu anak saja, dua anak saja, untuk
tiga anak atau lebih.

Karakteristik Permainan

Perkembangan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif menurut


Jean Piaget dan teori Mildred yang mengatakan perkembangan bermain anak dengan
perkembangan sosialnya.

1. Jean Piaget

Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkembangan bermain sejalan dengan


perkembangan kognitif anak sebagai berikut, yaitu sensory motor play, symbolic
play, social play game, sosial play game with rules, serta games dengan aturan dan
olahraga.

a. Sensory motor play (lahir sampai dengan 1,5-2 tahun)

Pembawaan sejak lahir berupa mengisap dan menangis merupakan kegiatan refleks
ketika ia belajar mula-mula dengan dunianya. Anak belajar melalui skema-skema alat
panca inderanya. Gerakan-gerakan dari yang kebetulan dan sembarangan meningkat
kegerakan-gerakan yang lebih disengaja lagi sepanjang tahapannya. Anak mulai
mengkoordinasikan fungsi-fungsi penglihatan dan gerak (seperti melihat benda yang
menarik kemudian menariknya) dilakukan berulang-ulang karena merasa senang
dapat melakukannya.

b. Symbolic play (bermain simbolik)

Anak usia 2-7 tahun berada dalam tahap perkembangan ini. Bermain simbolik ini
merupakan ciri-ciri tahap praoperasional dan yang terjadi sebagai berikut.

1) Secara bertahap anak mulai makin berbahasa dengan kata-kata baru, seiring
bertanya dan menjawab pertanyaan.

2) Anak-anak ingin sekali belajar dan tidak henti-hentinya bereksplorasi,


memanipulasi benda-benda (memainkan dan menggerakkan) serta bereksperimen
dengan lingkungannya agar dapat mempelajari lebih banyak hal lagi.

3) Anak mulai dapat menggunakan berbagai benda-benda sebagai simbol-simbol


atau pengganti benda-benda lain dan bermain pura-pura.

4) Dalam perkembangannya kegiatan bermain simbolik ini akan semakin bersifat


konstruktif, dalam arti lebih mendekati kenyataan, merupakan latihan berpikir dan
mengarahkan anak untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.

c. Permainan games dengan aturan yang berhubungan dengan perilaku sosial

Tahap permainan ini dilakukan anak-anak berusia antara usia 8-11 tahun, dikenal
juga dengan konkrit operasional.

d. Games dengan aturan dan olahraga (usia 11 tahun keatas)

Bermain itu menyenangkan meskipun ada aturan-aturannya yang ketat dan kaku
dibandingkan dengan games yang ada unsur kalah menang, seperti bermain kartu atau
bermain kasti.
BAB III

METODOLOGI BERMAIN

Deskripsi Bermain

Salah satu terapi bermain yang sesuai dengan usia anak prasekolah adalah terapi
bermain tebak gambar. Pada tahap ini anak usia prasekolah akan menebak macam-
macam gambar yang telah disediakan oleh perawat, dengan menyebutkan nama dari
gambar tersebut.

Tujuan Bermain

Terapi bermain tebak gambar ialah permainan menebak gambar yang berujuan
untuk melatih daya ingat anak, mengembangkan daya pikir, dan melatih emosional
anak.
Jenis Permainan dan Proses Bermain
o Jenis program: Terapi bermain tebak gambar
o Karakteristik bermain: Melatih emosional anak
o Karakteristik peserta: anak usia 4-6 tahun yang didampingi oleh orang tua dan
dalam keadaaan umum yang vaik sehingga bisa diajak bermain
o Waktu bermain dan tempat bermain:
Hari/Tanggal: Senin, 14 Februari 2022
Waktu: 10.00 WITA s/d selesai
Tempat: Irina E Atas
o Metode: Menggunakan alat permainan yaitu gambar hewan dan buah-buahan
o Alat yang digunakan: Gambar hewan dan buah-buahan

Hal-hal Yang Perlu Diwaspadai


Anak lelah, anak bosan, merasa takut atau menangis, kesadaran menurun dan
membahayakan anak.
Antisipasi Menimbulkan Hambatan
Membatasi waktu bermain, memberikan penjelasan pada orangtua mengenai
tujuan dari pemberian tearapi bermain dan harus melibatkan orangtua.

Pengorganisasian
o Nama anak : An. Jenica, An. Zefa, An. Sky, An. Fauzia
o Nama orangtua :-
o Pemberi Terapi : Yecindria Manaru, Wulan Weol, Rioaprilsen
Kulungan, Norlandha Jacob
o Observer : Gladis Maun, Desi Lasut, Jordan Mumu
o Dokumentator : Jordan Mumu

Sistem Evaluasi

o Evaluasi struktur:
a. Kondisi lingkungan tenang (kamar pasien)
b. Posisi anak berbaring di bed
c. Alat yang digunakan dalam kondisi baik dan tidak membahayakan
kondisi klien
o Evaluasi prose bermain:
a. Anak mengikuti terapi bermain
b. Pemberi terapi melakukan terapi dengan baik
c. Observer membantu menilai respon yang diberikan oleh anak dan
orangtua saat bermain
d. Dokumentator melakukan tugas dengan baik
BAB IV
PENUTUP

Berdasarkan hasil terapi bermain yaitu menebak gambar yang telah dikakukan
pada An. Jenica, An. Zefa, An. Sky, dan An. Fauzia didapati bahwa anak-anak
tersebut merasa tertarik dan senang. Pemberi terapi memberikan terapi secara
perlahan karena mengingat kondisi anak yang masih lemah. Anak-anak menjawab
dan menebak gambar hewan dan buah-buahan dengan benar meski ada beberapa
gambar yang salah ditebak.
DAFTAR PUSTKA

Amalia, A., Oktaria, D., Oktavani. (2018). Pengaruh Terapi Bermain terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah selama Masa Hospitalisasi. Jurnal Majority,
7(2), 219-225

Badan Statistik Pusat. (2021). Statistik Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Nining, Y. (2016). Keperawatan anak. Jakarta selatan: Pusdik SDM Kesehatan

Maulani, Y., Hidayanti, Y., dan Irawan, Y. (2017). Proposal terapi bermain anak
mewarnai gambar. Proposal: Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai