I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudono (dalam Rinayanti, 2016, hlm 3) mengatakan bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak.
Dockett dan Fleer (Sujiono, 2009, hlm. 134) berpendapat bahwa bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan
cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social dan bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata
(berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2008).
Pemberian terapi bermain dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik.
pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik,
ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi
bermain dirumah sakit khususnya diruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan
keperawatan dapat menunjang proses penyembuhan. Tebak gambar merupakan
permainan sederhana yang digemari oleh anak-anak usia pra-sekolah maupun usia
sekolah. Tebak gambar ini selain menyenangkan, manfaat kegiatan tersebut sangatlah
banyak, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan kognitif yang dapat mengasah
kecerdasan anak dalam memahami hubungan objek yang dilihat sehingga imajinasi dan
kemampuan berpikir tumbuh, juga apat mengembangkan kepercayaan diri anak untuk
bersuara atau menyampaikan pendapat.
Tujuan dari terapi ini dilakukan adalah memberi kesenangan dan kepuasan anak,
sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan terapis dalam prosedur
terapi bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan memfasilitasi
perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan
dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilakunya melalui media
bermain).
B. PRESCHOOL
1. Pengertian Preschool
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah
anak-anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan untuk mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong,
2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi
pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak
pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.
penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
2. Aspek Bahasa
Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jarang dari
900 kata, menginjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada
tahun kelima sampai keenam mencapai 2100 kata, menggunakan 6 sampai 8 kata,
menyebut 4 warna atau lebih, dapat menggambar dengan banyak komentar serta
menyebutkan bagiannya, mengetahui waktu seperti hari, minggu dan bulan, anak
juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus sehingga ia akan menjadi orang
dewasa yang lebih mudah berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain. Ketika anak
sakit perawatan anak sakit sangatlah perlu karena hal ini adalah salah satu bentuk
upaya dalam proses penyembuhan pada anak sakit. Namun pada sisi lain,
perawatan dan proses keperawatan yang bertujuan penyembuhan tersebut kadang
membuat anak-anak menjadi takut/trauma dan kejenuhan pada anak. Karena
aktivitas anak sangat sedikit frekuensinya dan hal inilah yang membuat anak
semakin jenuh baik dirumah, sekolah maupun di Rumah sakit. Hal ini sangat
berpengaruh pada kooperatif anak dalam menerima orang baru, tempat baru dan
perawatan serta pelayanan keperawatan di rumah sakit nantinya. Selain
menimbulkan hal di atas, kejenuhan dan lamanya anak beradaptasi membuat
kebutuhan bermain anak sangat kurang, hal ini terjadi karena banyak hal, antara
lain : kondisi fisik anak ketika sakit membuat fisik lemah sehingga anak tidak
mampu beraktivitas, kondisi ruang atau tempat yang asing bagi anak dan
banyaknya orang-orang baru di sekeliling anak sehingga anak menjadi takut dan
lain sebagainya.
Hal di atas sering ditemukan di rumah sakit, awal pertama kesekolah dan
ketika anak diajak bertamu. Dimana anak terlihat bosan, takut dan lebih banyak
diam atau menangis. Hal inilah yang akhirnya membuat anak hanya diam terpaku
tanpa melakukan aktifitas sehingga kebutuhan bermainnya tidak terpenuhi. Dari
latar belakang di atas menurut saya perlu di adakan suatu tindakan keperawatan
yang tepat untuk mengurangi tingkat kejenuhan dan ketakutan anak sehingga anak
menjadi aktif dan terpenuhi kebutuhan bermainnya.
3. Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hampir mampu berpakaian dan makan
sendiri, rentang perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri, dalam
permainan sering mengikuti aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.
tahun keempat anak sudah cenderung mandiri dan keras kepala atau tidak sabar,
agresif secara fisik dan verbal, mendapat kebanggaan dalam pencapaian, masih
mempunyai banyak rasa takut. pada akhir usia prasekolah anak sudah jarang
memberontak, lebih tenang, mandiri, dapat dipercaya, lebih bertanggungjawab,
mencoba untuk hidup berdasarkan aturan, bersikap lebih baik, dalam permainan
sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.
Personal sosial :
1) Menyatakan keinginan untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan supaya
di anggap di masyarakat
2) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, di lingkungan keluarga dan lingkungan
3) Menyadari hak dan kepentingan orang lain
4) Mulai dapat bermain dengan teman sebaya
5) Keluarga harmonis, komunikasi baik maka anak akan mempunya kemampuan
dan penyesuaian dalam hubungan dengan orang lain.
6) Masuk TK akan sangat membantu anak untuk “jembatan bergaul” dan
sosialisasi dengan teman sebaya
4. Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase perseptual, anak cenderung egosentrik
dalam berpikir dan berperilaku ,mulai memahami waktu, mengalami perbaikan
konsep tentang ruang, dan mulai dapat memandang konsep dari perspektif yang
berbeda. Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif, memahami waktu lebih
baik, menilai sesuatu menurut dimensinya, penilaian muncul berdasarkan
persepsi, egosentris mulai berkurang, kesadaran sosial lebih tinggi, mereka patuh
kepada orang tua karena mempunyai batasan bukan karena memahami hal benar
atau salah. Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif
orang lain dan mentoleransinya tetapi belum memahaminya, anak sangat ingin
tahu tentang faktual dunia.
1) Motorik halus : Bisa menggunakan gunting, Menggambar lingkaran,
kotak, X
2) Motorik kasar : Melempar bola melewati atas kepala, Memanjat, Menaiki
sepeda roda tiga, Belajar menalikan tali sepatu, mengkancing, menyikat
gigi
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
1. Faktor Herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai
tumbuh kembang anak di samping faktor lain. Faktor herediter adalah
bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
2. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan
tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki antara lain :
a. Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir
sampai yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau
toksin, kebiasaan merokok dan lain-lain.
b. Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca,
olahraga, posisi anak dalam orang tua dan status kesehatan.
D. Macam-macam Bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari
apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi : Bermain
mengamati/menyelidiki (Exploratory Play). Perhatian pertama anak pada alat
bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-
ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh ;
Melihat gambar di buku/majalah, mendengar cerita atau musik, menonton televisi
dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam
bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti di bawah ini :
1) Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi
untuk aktif bermain.
2) Tidak ada variasi dari alat permainan.
3) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
4) Tidak mempunyai teman bermain.
E. APE ( ALAT PERMAINAN EDUKATIF )
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta
berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri dari motorik kasar dan halus.
Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll.
2. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape,
TV, dll.
4. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll
5. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat
Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak
pasir, bola, tali, dll.
VI. SETTING
Rafif
Ibu
3-4 thn
Rahma
VII. EVALUASI
Peserta terapi bermainan Tebak Gambar mampu:
1. Struktur persiapan
Pasien :
a. Keluarga bersedia mengikut sertakan anak dalam bermain
b. Anak bersedia dan mau terlibat langsung dalam permainan
c. Anak siap untuk melakukan kegiatan tebak gambar
Lingkungan:
d. Lingkungan bermain menunjang
e. Anak dapat berfokus pada fasilitator tanpa ada gangguan
Media :
f. Poster bergambar
2. Proses
a) Fasilitator memperkenalkan diri dan mengajak berkenalan serta bermain
bersama
b) Fasilitator memberikan contoh
c) Anak mamapu menebak gambar dengan baik
d) Anak dapat aktif menjawab dan dapat mengembangkan kreatifitasnya
e) Anak mampu bertahan dalam kegiatan tersebut sampai selesai
3. Hasil
1) Anak mampu menebak gambar
2) Anak mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menebak gambar
3) Anak dapat mengetahui cara dan aturan permainan
4) Anak tidak ragu dalam melaksanakan permainan