Anda di halaman 1dari 18

TERAPI BERMAIN ANAK DIRUANG PERAWATAN ANAK

LANTAI III RSUD KOTA MAKASSAR

OLEH :

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesehatan pada kelompok 6 pelaksana pengabdian
masyarakat, dan atas berkat rahmat dan karunianya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan kegiatan terapi beemain ini.

Dalam perencanaan kegiatan terapi bermain ini, kami banyak


mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak institusi maupun
lahan rumah sakit. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya.

Kami menyadari bahwa penyusunan perencanaan terapi bermain


yang akan kami lakukan masih banyak kekurangan, dengan demikian kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan laporan perencanaan ini, sehingga dapat bermanfaat
bagi seluruh pihak, akhir kata kami mengucapkan terimah kasih

Makassar, 3 November 2021

Tim Pelaksana
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak usia pra sekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah
pengalaman yang menakutkan. Anak usia pra sekolah belum mampu
membedakan antara fantasi dan realita. Mereka menganggap bahwa
hospitalisasi merupakan hukuman atas tindakan mereka, terlebih lagi
selama anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya ia akan
dilarang untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal ini
tentunya mengecewakan anak, karena ia tidak mempunyai banyak waktu
untuk bermain aktif di rumah sakit. Hal tersebut tentunya akan
meningkatkan kecemasan anak (Dora alfiyanti, 2007). Kecemasan terbesar
anak usia pra sekolah adalah kecemasan akan kerusakan tubuh (Potter dan
Perry, 2001). Semua prosedur atau tindakan keperawatan baik yang
menimbulkan nyeri maupun tidak, keduanya menyebabkan kecemasan
bagi anak usia pra sekolah selama hospitalisasi. Begitu juga dengan bau
obat yang menyengat dan penampilan para staf rumahsakit dengan baju
yang berwarna putih yang seolah terlihat menakutkan bagi anak (Dora
alfiyanti, 2007).
Mempersiapkan anak untuk menghadapi prosedur atau tindakan
keperawatan akan mengurangi kecemasan, meningkatkan sikap kooperatif,
dan mendukung ketrampilan mereka serta meningkatkan kognitif dan
kerjasama anak. Ada beberapa mekanisme koping sederhana yang bisa
diajarkan misalnya relaksasi, menarik napas, berhitung, memasase tangan
atau menyanyi. Semua teknik tersebut dapat dimodifikasi dengan aktivitas
bermain (Dora alfiyanti, 2007). Dengan bermain, anak melepaskan
ketakutan, kecemasan, mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
Bermain merupakan cara koping paling efektif untuk mengurangi
kecemasan dan meningkatkan kooperatif anak dalam prosedur
keperawatan (Wong, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Dora Alfiyanti dkk (2007)
menunjukkan bahwa terapi bermain berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan anak usia pra sekolah selama tindakan keperawatan (Dora
alfiyanti, 2007).
Perawat sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan
pada anak berperan penting dalam proses penyembuhan anak dan tumbuh
kembangnya selama hospitalisasi. Selain berupaya mengurangi kecemasan
pada anak yang hospitalisasi, perawat juga perlu mengupayakan agar
perkembangan bisa berjalan dengan optimal selama perawatan, yaitu
dengan melaksanakan program terapi bermain dengan memperhatikan
pertimbangan terapi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan
meminimalkan hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a Menyalurkan energi anak.
b Mengembangkan kreativitas anak.
c Meningkatkan motivasi anak.
d Meningkatkan kognitif anak.
e Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit.

C. SASARAN
Anak usia pra sekolah yang di rawat di Ruang Perawatan Anak
lantai 3 RSUD Kota Makassar
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
Kriteria Inklusi :
1. Anak berusia 3-5 tahun (Usia Pra Sekolah)
2. Anak menjalani rawat inap di ruang perawatan anak lantai 3 di
RSUD Kota Makassar
3. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis
4. Anak tidak bed rest
5. Anak kooperatif
Kriteria Eksklusi :
1. Anak menolak mengikuti permainan
2. Anak menjalani program terapi saat waktu pelaksanaan terapi
bermain

B. BERMAIN MENURUT TEORI


1. Definisi Bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009).
a Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang awalnya
anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konfik.
b Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh-
sungguh sesuai dengan keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari
orang tua maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya
untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
c Dengan bermain seorang anak dapa mengekspresikan pikiran,
perasaan, fantasi, serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan
kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai
sumber stress.
d Bermain dapat membuat anak mengungkapkan isi hati melalui
kata- kata , anak belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan orang.
2. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009).
a Bermain Aktif
Adalah kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh
mereka sendiri, seperti
 Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)
Perhatian anak pada aat bermain aalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok- ngocok apakah ada bunyinya, menium,meraba,
menekan dan kadang berusaha untuk membongkar.
 Bermain konstruksi (Constuction play)
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok-
balok menjadi rumah- rumahan, dll
 Bermain drama (dramatic play)
Misalnya bermain sandiwara boneka,main rumah- rumahan
 Bermain bola, tali dan sebagainya.
b Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan melihat
atau mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak
sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh :
 Melihat gambar- gambar dibuku/ majalah
 Mendengarkan cerita atau musik.
 Menonton tv,dll.
3. Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
(Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009) (Alice Zellawati, 2011).
a Perkembangan sensori motorik.
Permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan
pergerakkan kasar anak dengan cara memainkan suatu objek
yang sekiranya anak merasa senang.
b Perkembangan kognitif
Membantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada
disekitarnya. Misalnya mengenalkan anak dengan warna dan
bentuk
c Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara
memberikan balok- balok yang banyak kemudian biarkan anak
untuk menyusunnya menajdi bentuk- bentuk yang dia inginkan,
kemudian tanyakan bentuk apa yang sudah dia buat
d Perkembangan sosial
Dapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan
orang lain ataupun teman sebayanya.
e Kesadaran diri (self awareness)
Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri,
kelemahannya dan tingkah laku terhadap orang lain
f Perkembangan moral
Dapat dipeoleh dari orang tua,orag lain yang ada disekitar anak.
g Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang
masih belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal.
4. Faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009).
a Tahap perkembangan.
Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam
permainan. Anak umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan
anak yang berumur 5 tahun.
b Status kesehatan.
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif
terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada
permaiannya dan ada saat-saat dimana anak sama sekali tidak
punya keinginan untuk bermain.
c Jenis kelamin.
Pada saat usia sekolah biasanya anak laki- laki enggan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk
komunitas tersendiri, dimana anak wanita bermain sesama wanita
dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki. Tipe dan alat
permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka main
bola, pada anak perempuan suka main boneka.
d Lingkungan.
Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola
permainan anak. Dikota-kota besar anak jarang sekali yang
bermain layang-layangan, paling- paling mereka bermain game
karena memang tidak ada/jarang ada tanah lapang/lapangan untuk
bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak terdapat
tanah- tanah kosong.
e Alat permainan yang cocok.
Disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak
menjadi senang untuk menggunakannya.
5. Karakteristik dan klasifikasi bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin,
2009).
a Solitary play
Bermain sendiri, walaupun disekitarnya ada orang lain. Contoh:
pada bayi dan todler, anak akan asik dengan mainannya sendiri
tanpa menghirauka oran lain
b Paralel play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada
masing- masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak
ada interaksi diantara mereka, mereka tidak ketergantungan satu
sama lain.
c Associative play
Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi
masih belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka
bermain sesuai degan keinginannya.
d Cooperative play
Anak bermain secara bersama- sama, permainan sudah
terorganisir dan terencana, didalamnya sudah ada aturan main
e Social afective play
Anak mulai belajar memberikan respon melaui orang dewasa
dengan cara merajuk/ berbicara sehingga anak menjadi senang
dan tertawa.
f Sense of peasure play
Anak mendapat kesenanga dari suatu objek disekelilingnya.
g Skill play
Memperoleh ketrampilan sehingga anak akan melaksanakannya
secara berulang- ulang.
h Dramatic play
Melakukan peran sesuai dengan keinginannya atau dengan apa
yang dia lihat atau dengar, sehingga anak akan membuat fantasi
dari permainan itu.

C. KARAKTERISTIK PERMAINAN
Karakteristik bermain anak usia 3-5 tahun (pra sekolah) (Sujono Riyadi
dan Sukarmin, 2009).
1. Cross motor and fine motors
2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginative.
4. Mulai terbentuk perkembangan moral.
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok.
6. Assosiative play.
7. Dramatic play.
8. Skill play Laki-laki aktif bermain di luar.
9. Perempuan didalam rumah.

D. TAHAP KERJA TERAPI BERMAIN ANAK USIA 3-5 TAHUN


a Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan.
Contoh: bermain pasir bersama-sama.
b Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga
dapat mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi,
menari.
c Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak
bermain menyusun puzzle, bermain bola.

BAB III
SATUAN ACARA BERMAIN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
A. JUDUL PERMAINAN
Mewarnai Gambar

B. DESKRIPSI PERMAINAN
Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat
di lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk
diwarnai adalah gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah
dikenal pada anak usia pra sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah
sudah mampu mengenal objek-objek yang pernah dilihatnya. Sebelum
memulai permainan mewarnai, anak akan diberikan petunjuk tentang
aturan permainan. Anak dapat mewarnai gambar dengan warna sesukanya
ataupun mengikuti dari contoh yang sudah disediakan oleh perawat. Jika
anak-anak kesulitan dalam mewarnai, perawat akan membantu dan
memfasilitasinya. Orang tua anak akan dilibatkan untuk membantu proses
bermain.

C. TUJUAN PERMAINAN
1. Tujuan Umum
Mengurangi efek hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
 Mengembangkan daya kreativitas anak dalam mewarnai gambar
menjadi sebuah gambar yang utuh.
 Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat.
 Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat.

D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


Dalam permaianan ini keterampilan harus dimiliki oleh anak dan
perawat. Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain,
kreativitas yang tinggi dan semangat untuk bermain. Sedangkan
keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat adalah perawat memiliki
kemampuan untuk menjelaskan permainan sehingga anak menjadi tahu
tentang cara melakukan permainannya, kesabaran dalam membimbing
proses bermain dan komunikasi yang baik sehingga anak dapat
membentuk hubungan saling percaya dengan perawat.

E. JENIS PERMAINAN
Permainan aktif mewarnai gambar

F. ALAT YANG DIPERLUKAN


 Gambar
 Pensil Warna

G. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal :
Jam :
Tempat : Ruang Perawatan Anak Lantai 3
Peserta : Anak

H. SASARAN
1. Anak usia pra sekolah (3-6 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang perawatan anak lantai 3 di RSUD Kota
Makassar
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain.
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai.
5. Anak yang dapat memegang crayon.
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai
gambar.
I. MEDIA
 Pensil warna
 Tissue
 Karpet
 Kertas Gambar

J. SETTING TEMPAT
 Di ruang perawatan anak lantai 3 RSUD Kota Makassar

K. STRATEGI PELAKSANAAN
No Waktu Kegiatan Peserta
Pembukaan
1. Membuka kegiatan dengan  Menjawab
mengucapkan salam salam
1 5 menit
2. Memperkenalkan diri  Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan permainan  Memperhatikan
4. Kontrak waktu dan orang tua  Memperhatiakn
2 25 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan  Memperhatikan
terapi bermain mewarnai kepada  Bertanya
anak.  Antusias saat
2. Memberikan kesempatan kepada menerima
anak untuk bertanya jika belum peralatan
jelas  Memulai
3. Membagikan kertas bergambar dan untuk
crayon mewarnai
4. Fasilitator mendampingi anak dan gambar
memberikan motivasi kepada anak  Menjawab
5. Menanyakan kepada anak apakah pertanyaan
telah selesai mewarnai gambar
 Mendengarkan
6. Memberitahu anak bahwa waktu
 Memperhatikan
yang diberikan telah selesai.
7. Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai.
Evaluasi
1. Memotivasi anak untuk  Menceritakan
menyebutkan apa yang diwarnai
3 10 menit 2. Mengumumkan nama anak yang  Gembira
dapat mewarnai dengan contoh
3. Membagikan reward kepada  Gembira
seluruh peserta
Terminasi
1. Memberikan motivasi dan pujian  Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah  Gembira
4 5 menit mengikuti program terapi bermain.  Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih kepada  Menjawab
anak dan orang tua. salam
3. Mengucapkan salam penutup

L. PROSES BERMAIN
1. Pembukaan
a Mengucapkan salam
b Perawat memperkenalkan diri pada anak
c Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan
orangtua anak dengan cara menjalin komunikasi 2 arah dan
memberi feedback dari setiap respon anak.
d Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada
anak dan orangtua anak.
e Melakukan kontrak waktu
2. Pelaksanaan
a Perawat menjelaskan tentang aturan bermain
b Perawat memberikan 1 contoh gambar yang sudah diwarnai.
c Anak melakukan kegiatan mewarnai.
d Pemberian hadiah / pujian kepada anak.
3. Terminasi
a Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orang tua dengan
memberikan pertanyaan seperti :
 Bagaimana perasan anak setelah bermain?
 Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?
 Apakah kegiatan ini menyenangkan?
 Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?
b Penutup

M. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Energi
Untuk bermain diperlukan energi yang cukup. Anak yang sedang sakit
cenderung malas untuk bermain.
2. Waktu
Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak
yang sedang sakit cenderung memilih untuk beristirahat daripada
bermain.
3. Ruang untuk bermain
Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak
untuk bermain.
4. Lingkungan
Lingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan
mempengaruhi konsentrasi anak dalam bermian.
5. Pengetahuan untuk bermain
Pengetahuan tentang cara melakukan permainan akan mempengaruhi
proses berlangsungnya permainan.
6. Teman bermain
Teman bermain menjadi hal yang penting untuk menambah semangat
anak untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan oleh
lawan mainnya. Biasanya anak- anak takut dengan orang yang
baru dikenalnya termasuk perawat.
7. Alat permainan
Senang atau tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan
mempengaruhi semangat anak dalam bermain.

N. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
Anak : subjek proses bermain
Perawat : pelaksana permainan
Keluarga : pembantu pelaksana
2. Proses
Sebelum bermain, perawat menjelaskan tentang tata cara bermain
dan menunjukkan contoh gambar yang sudah diwarnai. Selain
menjelaskan, perawat juga memperagakan tentang alat permainannya
dan memvalidasi bahwa anak telah mengerti dan memahami teknik
bermain. Perawat juga melibatkan keluarga untuk mendampingi anak
dalam proses bermain. Setelah anak mengerti maka perawat
memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba melakukan
permainannya yaitu mewarnai gambar. Perawat membantu anak
ketika anak mengalami kesulitan dan menjaga interaksi untuk
meningkatkan komunikasi pada anak.
3. Hasil
Anak mampu menyelesaikan permainan dengan baik, memberi
apresiasi pada permainannya dan merasa senang dapat bermain
bersama. Keluarga dapat membantu anak dengan cara menemani
selama proses bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Dora alfiyanti. Pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan anak usia pra sekolah selama tindakan
keperwatan di Ruang Lukman Rs.Roemani Semarang.
Jurnal keperawatan vol.1. No.1. 2007
Perry, Potter. Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis: Mosby
Company.
2001
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan
Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, et al. Wong’s essential of pediatric nursing Sixth
Edition.
St.Louis: Mosby Company. 2001
Zellawati, Alice. Terapi bermain untuk mengatasi
permasalahan pada anak. Majalah ilmiah informatika
vol.2 No.3. Fakultas Psikologi Universitas AKI

FORMAT PENILAIAN
No Ketepatan Ketepatan Ketepatan
Nama Kerapian
. Warna Waktu Gambar
1 An.
2 An.
3 An.
4 An.
5 An.

Anda mungkin juga menyukai