“MEWARNAI GAMBAR
Oleh :
Nanang Qosim
NIM. 15010125
PENDAHULUAN
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan,
namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan
mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah
sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia toddler (1-3
tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan
sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai gambar dapat menjadi
salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan sesuatu
yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan membantu anak untuk
menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena
sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi
kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler
1.2 TUJUAN
a. TUJUAN UMUM
b. TUJUAN KHUSUS
TINJAUAN TEORI
kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak
yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan
ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan atau kepuasan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain
merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan,
memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan
dan berperilaku dewasa (Aziz A, 2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk
memperoleh kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri. Contoh:
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan bermain
anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
2. Paralel play
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school. Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
pensil.
2. PERKEMBANGAN KOGNITIF
3. KREATIFITAS
4. PERKEMBANGAN SOSIAL
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam
kelompok.
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah laku terhadap
orang lain.
6. PERKEMBANGAN MORAL
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman, menyesuaikan dengan
7. TERAPI
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
8. KOMUNIKASI
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
3. Jenis kelamin
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
4. Tahap melamun
1. Tahap Pertumbuhan
2. Tahap Perkembangan
Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap narsistik (cinta terhadap
Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa meniru
dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat terbatas, bermain
keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi, menuntut
harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
1. TUJUAN
2. PRINSIP
d Melibatkan keluarga/orangtua
a Alat bermain
b Tempat bermain
a Faktor pendukung
b Faktor penghambat
2. Manfaat
a Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik
c Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena menggunakan media kertas
d Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak suatu cara untuk
e Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses hospitalisasi,
karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak akurat dan negative.
emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan benci.
g Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode penyuluhan
A. Kesimpulan
Bermain merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena
bagi anak bermain sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi
yaitu untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral
sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,
mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas
dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk dapat beradaptasi secara
efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di Rumah Sakit.
B. Saran
1. Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga
disediakan fasilitas bermain yang menunjang dan memberikan efek terapi bagi anak-anak
yang di rawat di rumah sakit.
2. Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi
di rumah dan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info.
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,
Philadelpia USA.
Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children. Fourth Edition. Mosby Year Book.
Toronto Canada.
Lampiran
SASARAN
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses
terapi bermain
MEDIA
1. Crayon
2. Tissue
3. Karpet
4. Kertas bergambar
5. Lembar penilaian
SETTING TEMPAT
STRATEGI PELAKSANAAN
5 menit Pembukaan :
1.
1. Membuka kegiatan dengan § Menjawab salam
bermain
20 menit Pelaksanaan :
2.
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan § Memperhatikan
anak § Bertanya
seluruh peserta
4. 5 menit Terminasi:
KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
2. Evaluasi Proses
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
PENGORGANISASIAN
2. Pembimbing Ruangan :
TUGAS MASING-MASING
PERKIRAAN HAMBATAN :
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.