“ANGINA PEKTORIS”
Oleh :
Nanang Qosim
NIM. 19020056
2019
PERSETUJUAN
........................., ……………2019
Pembimbing ruangan, Pembimbing Akademik,
(……………………………….) (……………………………..)
NIP/NIK. NIK.
Kepala Ruangan,
(……………………………..)
NIP/NIK
LEMBAR KONSULTASI
C. Manifestasi Klinis
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan
yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan
kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan brudzinski, dan
akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa kanak-
kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap sampai
derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap demam dari
penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa dibedakan dari
nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap
infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat menjadi
bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels
D. Patofisiologi
Patofisiologi pneumonia komunitas atau community-acquired
pneumonia (CAP) melibatkan peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit). Proliferasi mikroba patogen
pada alveolus dan respon imun tubuh terhadap proliferasi tersebut menyebabkan
peradangan. Mikroorganisme masuk ke saluran napas bagian bawah melalui
beberapa cara, yaitu secara aspirasi dari orofaring, inhalasi droplet, penyebaran
melalui pembuluh darah, serta penyebaran dari pleura dan ruang mediastinum. [1]
Dalam keadaan normal, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme pada paru
karena mekanisme pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan saluran napas dan
paru antara lain:
Pertahanan mekanis oleh bulu hidung dan konka untuk menyaring partikel besar
agar tidak mencapai saluran napas bawah
Refleks muntah dan batuk untuk mencegah aspirasi
Struktur trakeobronkial yang bercabang-cabang untuk menjebak mikroorganisme
yang kemudian akan dibersihkan oleh mukosiliar dan faktor antibakteri yang
membunuh patogen yang berhasil masuk
Flora normal yang menghalangi pertumbuhan bakteri yang virulensinya lebih kuat
Mikroorganisme yang berhasil lolos dan mencapai alveolus akan disingkirkan
oleh makrofag alveolar atau sel Langhans. Makrofag alveolar selanjutnya memicu
respon inflamasi untuk membantu proses pertahanan tubuh [2]
Bila kapasitas makrofag alveolar tidak cukup untuk mengeliminasi patogen, maka
dapat terjadi kaskade yang menyebabkan gejala-gejala klinis pneumonia, yaitu:
Proliferasi patogen memicu respon imun tubuh
Pelepasan mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF (tumor necrosis factor)
memicu terjadinya demam.
Kemokin seperti IL-8 dan GSF (granulocyte colony-stimulating factor)
merangsang pelepasan neutrofil dan memanggil leukosit lebih banyak menuju
jaringan paru.
Pada pneumonia bakterial, infeksi umumnya berawal di trakea yang kemudian
mencapai parenkim paru. Selain itu, infeksi juga dapat berasal dari bakteremia
yang kemudian menjalar ke parenkim paru. Sedangkan pada pneumonia viral,
awal infeksi adalah infeksi di sepanjang jalan napas yang disertai lesi pada epitel
saluran napas. Akibat infeksi, baik bakteri maupun viral, terjadi obstruksi akibat
pembengkakan, sekresi, dan debris selular.
E. Pathway
F. Klasifikasi
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
Klasifikasi berdasarkan anatomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.
Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:
a. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK,
penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
b. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko untukjenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
c. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
d. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat
sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran
bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul,
Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat
pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left,
dan LED meningkat.
3. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur
darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan
koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus.
4. Analisa Gas Darah
5. Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
Diagnosa Banding
1. Tuberculosis Paru (TB), adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Jalan masuk untuk organism M.
tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan. Gejala klinis TB
antara lain batuk lama yang produktif (durasi lebih dari 3 minggu), nyeri
dada, dan hemoptisis dan gejala sistemik meliputi demam, menggigil,
keringat malam, lemas, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan.
2. Atelektasis, adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak
sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang
terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
3. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD), adalah suatu penyumbatan
menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau
bronkitis kronis. COPD lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat
fatal. COPD juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga
ada faktor yang dirurunkan.
4. Bronkhitis, adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit bronchitis biasanya bersifat ringan dan padaakhirnya akan
sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun
(misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronchitis
bisa bersifat serius.
5. Asma bronkhiale, adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran
pernapasan, sehingga pasien yang mengalami keluhan sesak napas/kesulitan
bernapas. Tingkat keparahan asma ditentukan dengan mengukur kemampuan
paru dalam menyimpan oksigen. Makin sedikit oksigen yang tersimpan
berarti semakin buruk kondisi asma.
H. Komplikasi
1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
3. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
5. Delirium terjadi karena hipoksia
6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
I. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan
antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian
antibitotik bertujuan untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman
penyebab infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika definitif diberikan
antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan untuk menjaga kondisi
pasien.
1. Medis
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2. Keperawatan
Disamping pemberian obat, beberapa upaya mandiri juga dapat
dilakukan dirumah untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah
pneumonia kambuh kembali, upaya tersebut meliputi :
Banyka beristirahat
Mengonsumsi banyak cairan
Tidak melakukan kegiatan yang berlebihan
Perawatan dirumah sakit dapat berupa
Penambahan oksigen. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan kadar oksigen
dalam aliran darah, melalui selang atau masker oksigen.
Rehabilitasi paru. Terapis akan membimbing pasien melakukan latihan
pernapasan untuk memaksimalkan penyerapan oksigen.
2. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
2) Keluhan Utama
3) Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
2) Riwayat Penyakit Dahulu
4) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
5) Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
6) Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan
kakeksia
(malnutrisi)
7) Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
8) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
9) Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Ada suara nafas tambahan : ronchi, wheezing
Penggunaan otot bantu napas: ada atau tidak
Ekspirasi memanjang
10) Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
12) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi
produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.Batasan takipnea pada
anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu
diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
b) Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
c) Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
d) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura
(Mansjoer,2000).