DENGAN PNEUMONIA
OLEH:
NI LUH EKA PUTRI ULANDARI
NIM: 1302105049
di Jawa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 424 dengan AI 0,13, tahun
2005 sebanyak 1.093 dengan AI 0,33, dan tahun 2006 sebanyak 3.624
dengan AI 11,0 (Profil Kesehatan Provinsi Jateng, 2005). Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap 2006 menyebutkan bahwa di Kabupaten Cilacap,
Pneumonia menduduki urutan ketiga dari pola penyakit kunjungan rawat
jalan Puskesmas pada kelompok umur balita setelah ISPA.
Di Rumah Sakit pneumonia menduduki urutan ketiga dari pola
penyakit rawat inap pada kelompok balita dan merupakan urutan keempat
penyebab kematian rawat inap di Rumah Sakit pada kelompok bayi
maupun anak balita. Kejadian Pneumonia tahun 2006 di Kabupaten
Cilacap ditemukan sebanyak 2.594 kasus, mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2.398 kasus. Namun
demikian target angka kejadian penemuan kasus Pneumonia ini masih
rendah dari target 15.613 kasus. Pneumonia dikelompokan menjadi dua
jenis yaitu Pneumonia dan Pneumonia berat. Tahun 2007 (s.d Nopember
2007) dilaporkan adanya kasus pneumonia berat sebanyak 342 kasus.
Masalah penyakit Penumonia paling banyak terjadi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawunganten, yaitu ditemukan 741 kasus (Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap, 2006).
3. Penyebab/factor predisposisi
Pneumonia dapat disebabakan oleh mikroorganisme, iritasi dan penyebab
yang tidak diketahui. Penyebab infeksi mikroorganisme adalah jenis yang
paling umum. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme dapat
menyebabkan pneumonia, hanya sedikit yang bertanggung jawab atas
kebanyakan kasus. Penyebab paling umum pneumonia adalah virus dan
bakteri, diikuti o.eh jamur dan parasite. Pneumonia juga dapat dikatakan
sebagai komplikasi dari penyakit yang lain terutama penyakit yang terjadi
secara kronis. Berikut penyebab pneumonia antara lain:
1. Bakteri
Bakteri biasanya masuk ke paru-paru dari udara yang terhirup, tetapi juga
dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah bila terdapat infeksi di
bagian lain dari tubuh. Banyak bakteri hidup di bagian saluran pernafasan
bagian atas, seperti mulut, hidung, dan sinus , dan dapat dengan mudah
influenza,
Klebsiella
pneumonia,
Escherichia
coli,
4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti
pada pendeita AIDS.
5. Factor lain yang mempengaruhi
Factor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisis energi protein (MEP),
penyakit menahun, pengobatan antibiotic yang tidak sempurna dan
idiopatik.
Menurut (Smeltzer and Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi:
a) Pneumonia bacterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain:
- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza
b) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering:
Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain:
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii
(PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
c) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk
kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah
pengobatan selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia
biasanya karena mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan
pneumonitis kimiawi. Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung)
terjadi ketika refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi
pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti
jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang
menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang
menyebabkan aspirasi tersembunyi.
Factor-faktor yang meningkatkan
pneumonia:
resiko
kematian
akibat
4. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orangorang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau
menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya
bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun
dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus
paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus
paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
tempat
letak
anatomisnya,
pneumonia
dapat
Pneumococcus
penyebab tersering.
b) Pneumonia nekrotisasi
dan
Klebsiella
merupakan
organisme
Gejala Klinis
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000):
a) Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
b)
d) Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction
rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
Sedangkan menurut (Price, 2006), yaitu:
a) Pneumonia bacterial
Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak,
disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar
diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung, penggunaan
otot-otot aksesoris pernafasan.
b) Pneumonia virus
Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan
(bounding).
c) Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat,
hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder.
d) Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.
6.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan focus pada pasien pneumonia dapat dilakukan
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Adapun penjelasan dari
Pada palpasi biasanya ditemukan suara redup pada sisi yang sakit, hati
mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit,
dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
c) Perkusi
Pada perkusi klien dengan pneumonia biasa ditemukan suara redup pada sisi
yang sakit.
d) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung atau mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura
(Mansjoer, 2000).
7.
gambaran
pneumonia
lobaris
tersering
disebabkan
oleh
Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly
(2008)
penatalaksanaan
untuk
pneumonia
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam
bentuk uap kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu
pasien diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan
menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan
lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan
dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih
efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup,
karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila
tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu
akan langsung menuju ke sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan
posisi tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di
suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran napas utama)
sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang
melekuk pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan
lendir atau sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan
dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih
mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.
10. Komplikasi
Prenatal
Tanyakan keluarga adalah keluhan terutama ibu pasien
apakah selama kehaliman mengalami suatu penyakit tertentu,
tanyakan apakah ibu pernah merokok atau minum-minuman
keras.
Perinatal dan postnatal
Tanyakan pada keluarga pasien selama kelahiran apakah
mengalami suatu penyakit tertentu, bagaimana proses
persalinannya,
lama
persalinannya,
komplikasi
saat
obat-obatan yang
nekrosis (ada/tidak).
Penyakit yang pernah diderita
Tanyakan kepada keluarga pasien apakah pasien pernah
dioperasi sebelumnya
Injury/Kecelakaan
Tanyakan kepada keluarga pasien apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan
Alergi
c) Riwayat sosial
-
Yang mengasuh
Tanyakan kepada keluarga pasien, siapakah yang mengasuh
didalam keluarga
Hubungan dengan sebaya
Tanyakan kepada keluarga pasien, bagaimana
pasien
kepada
keluarga
pasien
bagaimana
cara
berpenampilan pasien
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
Sosial ekonomi
Tanyakan pada keluarga menganai pekerjaan orang tua pasien
Lingkungan rumah
Tanyakan kepada keluarga pasien bagaimana konsdisi rumah
pasien dan lingkungan rumah sekitar pasien
Penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien adakah yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien dan penyakit lain yang
pernah dialami keluarga pasien
diri, pola seksual dan reproduksi, pola peran dan hubungan, manajemen
koping dan stress, serta pola keyakinan dan nilai. Sebelas pola Gordon
dikaji dan dibandingkan sebelum masuk rumah sakit dan saat di rumah
sakit.
a. Pola Persepsi Kesehatan/ Pola Manajemen Kesehatan
Hal yang dikaji adalah bagaimana pendapat orang tua terhadap
penyakit anaknya. Apakah orang tua langsung mencari pengobatan
atau tidak serta kaji mengenai obat-obatan yang digunakan untuk
menghilangkan keluhan yang dialami oleh pasien
b. Pola Nutrisi/Metabolik
Kaji mengenai makanan yang sering dikonsumdi anak serat porsi
makan klien sebelum dan saat sakit. Kaji mengenai nafsu makan anak
apakah berkurang atau tidak. Kaji adanya muntah aktif. Kaji adanya
perubahan pola makan dan penurunan berat badan.
c. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola BAB dan BAK anak sebelum dan saat sakit,
tanyakan berapa kali dalam sehari jumlah anak BAB dan BAK,
frekuensi BAB dan BAK, tanyakan bagaimana konsistensi feses dan
urin anak.
d. Pola Aktivitas/Latihan
Pada pola aktivitas dan latihan, dapat dikaji beberapa hal terkait makan
minum anak, mandi, toileting, mobilisasi di tempat tidur, berpindah,
serta ambulasi ROM. Pada pola ini masing-masing aktivitas yang
dikaji diberikan skor dari 0-4 dimana 0: dapat dilakukan dengan
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total.
Kemampuan perawatan
diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
e. Pola Kognitif/Perseptual
Menggambarkan pola
pendengaran,
penglihatan,
pengecapan,
abnormal
Ketidakefektifan
hiperventilasi
berlebih
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Barbara, Engram. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid
I. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Betz, C. L., & Sowden, L. A (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:
RGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI. (2002). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Salah Satu Pembunuh
Utama Anak-Anak. http://www.lin.go.id Sitasi-1 Desember 2014.
Depkes RI. (2002). Pedoman penanggulangan P2 ISPA. Jakarta
Doenges, Marilynn, E., dkk . (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief dkk.
Aesculapius FKUI
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak,
Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nanda. (2011). Diagnostik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prize, Sylvia dan Wilson Lorraine. (2006). Infeksi Pada Parenkim Paru:
Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Profil Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM &
PL). Depkes RI Dirjen PPM & PL. Jakarta. (2004).