Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PNEUMONIA

OLEH:
NI LUH EKA PUTRI ULANDARI
NIM: 1302105049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN PNEUMONIA
A. Konsep Dasar Pneumonia
1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah suatu infeksi dari sutu atau dua paru-paru yang
biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit dan kimia atu
cedera fisik ke paru-paru. Radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri
biasanya diakibatkan oleh bakteri streptococcus dan mycoplasma
pneumonia. Pneumonia ditandai dengan radang paru-paru yang mengenai
satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercakbercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk,
sakit dada, demam dan kesulitan bernafas. Kantong-kantong udara dalam
paru yang disebut alveoli yang secara mikroskopis merupakan kantung
berisi udara di paru-paru bertanggung jawab untuk menyerap oksigen,
pada keadaan radang akan dipenuhi nanah dan cairan sehingga
kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen
membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja (News Medical, 2012).
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang
disebabkan oleh bakteria, virus atau fungi. Ia juga dikenali sebagai
pneumonitis, bronchopneumonia dan community-acquired pneumonia
(Mansjoer, 2000).
Menurut Price (2005) pneumonia adalah peradangan pada parenkim
paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Dahlan, 2007).
Jadi dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah
peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau fungi
yang menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
2. Epidemiologi

Pneumonia dapat menyerang semua orang, semua umur, jenis


kelamin serta tingkat sosial ekonomi. Menurut Depkes RI (2002) Kejadian
kematian pneumonia pada anak balita berdasarkan SKRT 2001, urutan
penyakit menular penyebab kematian pada bayi adalah pneumonia, diare,
tetanus, infeksi saluran pernafasan akut sementara proporsi penyakit
menular penyebab kematian pada balita yaitu pneumonia (22,5%), diare
(19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%), malaria (7%), serta
campak (5,2%). Pneumonia masih menjadi penyakit terbesar penyebab
kematian anak dan juga penyebab kematian pada banyak kaum lanjut usia
di dunia. World Health organization (WHO) tahun 2005 memperkirakan
kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 persen atau
berkisar 1,6 2,2 juta, dimana sekitar 70 persennya terjadi di negaranegara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara (Said, 2006).
Meskipun sudah dilakukan berbagai upaya untuk penanggulangan
penumonia, tetapi kasus pneumonia masih tetap tinggi. Menurut WHO,
angka kematian bayi di atas 40 per 1000 kelahiran hidup (di Indonesia : 41
per 1000 kelahiran hidup), angka kematian balita di atas 15 per 1000 balita
(di Indonesia : 81 per 1000 kelahiran hidup). Proporsi kematian balita
akibat pneumonia lebih dari 20 % (di Indonesia 30 %) angka kematian
pneumonia balita di atas 4 per 1000 kelahiran hidup (di Indonesia
diperkirakan masih di atas 4 per 1000 kelahiran hidup).
Menurut SKRT 2001 urutan penyakit menular penyebab kematian
pada bayi adalah pneumonia, diare, tetanus, ISPA sementara proporsi
penyakit menular penyebab kematian pada balita yaitu pneumonia
(22,5%), diare (19,2%) infeksi saluran pernafasan akut (7,5%), malaria
(7%), serta campak (5,2%) (Depkes RI, 2002). Angka kejadian pneumonia
di Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 mengalami
penurunan. Kasus pneumonia pada tahun 2004 sebanyak 293.184 kasus
dengan kasus Angka Insiden (AI) 13,7; tahun 2005 sebanyak 193.689
kasus dengan AI 8,95;dan pada tahun 2006 sebanyak 146.437 kasus
dengan AI 6,7 (PPM & PL, 2004).
Di Propinsi Jawa Tengah, sebesar 80% - 90% dari seluruh kasus
kematian ISPA disebabkan pneumonia. Angka kejadian pneumonia balita

di Jawa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 424 dengan AI 0,13, tahun
2005 sebanyak 1.093 dengan AI 0,33, dan tahun 2006 sebanyak 3.624
dengan AI 11,0 (Profil Kesehatan Provinsi Jateng, 2005). Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap 2006 menyebutkan bahwa di Kabupaten Cilacap,
Pneumonia menduduki urutan ketiga dari pola penyakit kunjungan rawat
jalan Puskesmas pada kelompok umur balita setelah ISPA.
Di Rumah Sakit pneumonia menduduki urutan ketiga dari pola
penyakit rawat inap pada kelompok balita dan merupakan urutan keempat
penyebab kematian rawat inap di Rumah Sakit pada kelompok bayi
maupun anak balita. Kejadian Pneumonia tahun 2006 di Kabupaten
Cilacap ditemukan sebanyak 2.594 kasus, mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 2.398 kasus. Namun
demikian target angka kejadian penemuan kasus Pneumonia ini masih
rendah dari target 15.613 kasus. Pneumonia dikelompokan menjadi dua
jenis yaitu Pneumonia dan Pneumonia berat. Tahun 2007 (s.d Nopember
2007) dilaporkan adanya kasus pneumonia berat sebanyak 342 kasus.
Masalah penyakit Penumonia paling banyak terjadi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kawunganten, yaitu ditemukan 741 kasus (Profil Kesehatan
Kabupaten Cilacap, 2006).
3. Penyebab/factor predisposisi
Pneumonia dapat disebabakan oleh mikroorganisme, iritasi dan penyebab
yang tidak diketahui. Penyebab infeksi mikroorganisme adalah jenis yang
paling umum. Meskipun lebih dari seratus jenis mikroorganisme dapat
menyebabkan pneumonia, hanya sedikit yang bertanggung jawab atas
kebanyakan kasus. Penyebab paling umum pneumonia adalah virus dan
bakteri, diikuti o.eh jamur dan parasite. Pneumonia juga dapat dikatakan
sebagai komplikasi dari penyakit yang lain terutama penyakit yang terjadi
secara kronis. Berikut penyebab pneumonia antara lain:
1. Bakteri
Bakteri biasanya masuk ke paru-paru dari udara yang terhirup, tetapi juga
dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah bila terdapat infeksi di
bagian lain dari tubuh. Banyak bakteri hidup di bagian saluran pernafasan
bagian atas, seperti mulut, hidung, dan sinus , dan dapat dengan mudah

terhirup ke dalam alveoli. Penyebab paling umum pneumonia adalah


bakteri streptococcus pneumonia dan atipikal bakteri. Bakteri atipikal
adalah bakteri parasite yang hidup intraseluler atau tidak memiliki
dinding sel. Atipikal bekteri pada umumnya tidak menyebabkan
pneumonia yang parah, sehingga gejala atipikal dapat dengan cepat
merespon terhadap antibiotic.
Jenis-jenis bakteri Gram-positif yang menyebabkan pneumonia dapat
ditemukan banyak pada hidung atau mulut orang yang sehat.
streptococcus pneumonia, sering disebut pneumococcus, adalah
bakteri penyebab paling umum pneumonia pada semua kelompok umur
kecuali bayi baru lahir. Penyebab lain Gram-positif yang penting dari
pneumonia adalah. Staphylococcus aureus, Streptococcusagaclatiae yang
menjadi penyebab penting pada bayi baru lahir. Bakteri Gram-negatif
lebih jarang menyebabkan pneumonia dari pada bakteri Gram-positif.
Beberapa bakteri Gram-negatif yang menyebabkan pneumonia termasuk
Haemophilus

influenza,

Klebsiella

pneumonia,

Escherichia

coli,

Pseudomonas aeruginosa dan Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering


hidup dalam perut atau usus dan bisa masuk ke paru-paru jika muntahan
terhisap. Atypical bakteri yang menyebabkan pneumonia termasuk
Chlamydophila pneumonia, Mycoplasma pneuoniae dan Legionella
pneumophila.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama
pneumonia virus. Virus lain yan dapat menyebabkan pneumonia adlah
Respiratory syntical virus dan vieus sitinomegalik.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
disebabkan oleh kotoran burung. Jamur yang dapat menyebabkan
pneumonia adalah Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas,
Blastomices Dermaticdes, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp. Candinda
Albicans, Mycoplasma Pneumonia.

4. Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti
pada pendeita AIDS.
5. Factor lain yang mempengaruhi
Factor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisis energi protein (MEP),
penyakit menahun, pengobatan antibiotic yang tidak sempurna dan
idiopatik.
Menurut (Smeltzer and Bare, 2001) etiologi pneumonia, meliputi:
a) Pneumonia bacterial
Penyebab yang paling sering: Streptoccocus pneumonia
Jenis yan lain:
- Staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus
- Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella
- Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas
- Haemophilus influenzae menyebabkan haemophilus influenza
b) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering:
Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
Jenis lain:
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii
(PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
c) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk
kanker payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah
pengobatan selesai ini menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia
biasanya karena mencerna kerosin atau inhalasi gas menyebabkan
pneumonitis kimiawi. Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung)
terjadi ketika refleks jalan nafas protektif hilang seperti yang terjadi
pada pasien yang tidak sadar akibat obat-obatan, alkohol, stroke, henti
jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak berfungsi yang
menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang
menyebabkan aspirasi tersembunyi.
Factor-faktor yang meningkatkan
pneumonia:

resiko

kematian

akibat

Umur dibawah 2 bulan


Tingkat sosia ekonomi rendah
Gizi kurang
Berat badan lahir rendah
Tingkat pendidikan ibu rendah
Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
Kepadatan tempat tinggal
Imunisasi yang tidak memadai
Menderita penyakit kronis

4. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orangorang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau
menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya
bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun
dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan
yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus
paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus
paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam

perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi


hipoksemia (Engram, 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon
yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 2005):
1. Kongesti (24 jam pertama): Merupakan stadium pertama, eksudat yang
kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah
yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): Terjadi pada stadium kedua,
yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif
dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan makrofag.
Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang.
Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak
berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari): Pada stadium ketiga menunjukkan
akumulasi fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih
dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena
leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang
terserang.
4. Resolusi (8-11 hari): Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis
dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi,
dengan mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya,
sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. (Underwood,
2000).
Pathway (terlampir)
5. Klasifikasi
Berdasarkan

tempat

letak

anatomisnya,

pneumonia

dapat

diklasifikasikan menjadi empat, yaitu (Price, 2005):


a) Pneumonia lobaris
Seluruh lobus mengalami konsolidasi, eksudat terutama terdapat intra
alveolar.

Pneumococcus

penyebab tersering.
b) Pneumonia nekrotisasi

dan

Klebsiella

merupakan

organisme

Disebabkan oleh jamur dan infeksi tuberkel. Granuloma dapat


mengalami nekrosis kaseosa dan membentuk kavitas.
c) Pneumonia lobular/bronkopneumonia
Adanya penyebaran daerah infeksi yang bebercak dengan diameter
sekitar 3 sampai 4 cm yang mengelilingi. Staphylococcus dan
Streptococcus adalah penyebab infeksi tersering.
d) Pneumona interstitial
Adanya peradangan interstitial yang disertai penimbunan infiltrate
dalam dinding alveolus, walaupun rongga alveolar bebas dari eksudat
dan tidak ada konsolidasi. disebabkan oleh virus atau mikoplasma.
Menurut Depkes RI (2002) klasifikasi pneumonia menurut program
P2 ISPA antara lain:
a) Pneumonia sangat berat
Ditandai dengan sianosis sentral dan tidak dapat minum, harus dirawat
di rumah sakit.
b) Pneumonia berat
Ditandai dengan penarikan dinding dada, tanpa sianosis dan dapat
minum, di rawat rumah sakit dan diberi antibiotic.
c) Pneumonia sedang
Ditandai dengan tidak ada penarikan dinding dada dan pernafasan
cepat, tidak perlu dirawat, cukup diberi antibiotik oral.
d) Bukan pneumonia
Hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu dirawat,
tidak perlu antibiotik.
5.

Gejala Klinis
Manifestasi klinik pneumonia menurut Mansjoer (2000):
a) Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit
kepala, iritabel, gelisah, malaise, anoreksia, keluhan gastrointestinal.
b)

Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipneu,


ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis.
Anak yang lebih besar lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan
lutut tertekuk karena nyeri dada.

c) Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah


ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronkhi.

d) Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, friction
rub, nyeri dada karena iritasi pleura, kaku kuduk/meningismus (iritasi
meningen tanpa inflamasi), nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi
mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
Sedangkan menurut (Price, 2006), yaitu:
a) Pneumonia bacterial
Tanda dan gejala awitan pneumonia pneumococus bersifat mendadak,
disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk, dan sputum yang
berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar
diatas jaringan yang terserang, pernafasan cuping hidung, penggunaan
otot-otot aksesoris pernafasan.
b) Pneumonia virus
Tanda dan gejala sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot dan kelemahan, nadi cepat, dan bersambungan
(bounding).
c) Pneumonia aspirasi
Tanda dan gejala adalah produksi sputum berbau busuk, dispneu berat,
hipoksemia, takikardi, demam, tanda infeksi sekunder.
d) Pneumonia mikoplasma
Tanda dan gejala adalah nadi meningkat, sakit kepala, demam, faringitis.
6.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dengan focus pada pasien pneumonia dapat dilakukan
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Adapun penjelasan dari

pemeriksaan pneumonia dijelaskan di bawah ini:


a) Inspeksi
Pada inspeksi, perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis
sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas.
Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan 5 tahun adalah 40 kali / menit
atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan
tampak jelas.
b) Palpasi

Pada palpasi biasanya ditemukan suara redup pada sisi yang sakit, hati
mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit,
dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
c) Perkusi
Pada perkusi klien dengan pneumonia biasa ditemukan suara redup pada sisi
yang sakit.
d) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung atau mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura
(Mansjoer, 2000).
7.

Diagnosis Atau Kriteria Diagnosis


Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkann hasil anamnesis, pemeriksaan

fisik pemeriksaan penunjang dan laboratorium, seperti:


a) Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 400C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
b) Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa
palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin
disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
8.
Pemeriksaan Penunjang
a) Gambaran Radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan air broncogram, penyebab bronkogenik dan interstisial
serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan
penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi,
misalnya

gambaran

pneumonia

lobaris

tersering

disebabkan

oleh

Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan


infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. Pada pemeriksaan X-foto
dada didapatkan bercak bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia)
atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer, 2000).
b) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit,
biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan
LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita
yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik..LED
meningkat
9.

Penatalaksanaan Medis
Menurut Misnadiarly

(2008)

penatalaksanaan

untuk

pneumonia

bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum


mencakup:
a) Oksigen 1 2 L/menit
b) IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan
c) Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikkan suhu, dan status hidrasi
d) Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
e) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
f) Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
g) Antibiotik sesuai hasil biakan atau diberikan untuk kasus pneumonia
community base:
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
h) Untuk kasus pneumonia hospital base:
- Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk mangatasi masalah klien

Berikan oksigen

Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret

Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam
bentuk uap kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu
pasien diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan
menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan
lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan
dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih
efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup,
karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila
tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu
akan langsung menuju ke sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan
posisi tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di
suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran napas utama)
sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang
melekuk pada dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan
lendir atau sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan
dan memudahkannya mengalir ke tenggorok. Hal ini akan lebih
mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.

Observasi tanda vital

Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan,


misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas
pola napas.

Ciptakan lingkungan yang nyaman

10. Komplikasi

Menurut Betz dan Sowden (2002) komplikasi yang sering terjadi


menyertai pneumonia adalah:
a) Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang,
b) Efusi pleural adalah terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura,
c) Empiema adalah efusi pleura yang berisi nanah,
d) Gagal nafas,
e) Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial,
f) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak,
g) Pneumonia interstitial menahun,
h) Atelektasis adalah (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi
karena obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
i) Rusaknya jalan nafas.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Pneumonia


1. Pengkajian
1.1 Data Biografi
a) Identitas Klien
Pada bagian identitas klien berisi nama klien, umur, alamat
lengkap, pekerjaan, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit
dan tanggal dilakukannya pengkajian, serta diagnosa medis.
b) Identitas penanggung jawab
Pada bagian identitas penanggung jawab berisi nama penanggung
jawab klien, umur, pendidikan, pekerjaan, serta hubungan dengan
klien.
1.2 Status Kesehatan
a) Riwayat Keluhan Saat ini:
- Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
Tanyakan keluarga keluhan utama saat masuk rumah sakit dan
keluhan klien saat pengkajian dilakukan. Klien yang
mengalami pneumonia biasanya masuk dengan keluhan batuk,
-

takipneu, sianosis dan sesak napas.


Alasan MRS dan perjalanan sakit saat ini

Tanyakan pada keluarga alasan klien dibawa ke rumah sakit


dan perjalanan sakit saat ini. Pasien dengan pneumonia
-

biasanya mengalami sesak napas.


Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi
Tanyakan pada keluarga terapi dan yang diberikan pada klien
setelah mengalami keluhan

b) Riwayat Kesehatan Saat ini:


-

Prenatal
Tanyakan keluarga adalah keluhan terutama ibu pasien
apakah selama kehaliman mengalami suatu penyakit tertentu,
tanyakan apakah ibu pernah merokok atau minum-minuman

keras.
Perinatal dan postnatal
Tanyakan pada keluarga pasien selama kelahiran apakah
mengalami suatu penyakit tertentu, bagaimana proses
persalinannya,

lama

persalinannya,

komplikasi

saat

persalinan, cara persalinan (pervagina normal/dengan vakum


ekstraksi/operasi Caesar), tempat melahirkan (rumah sakit/
rumah bersalin/rumah), bayi langsung menangis (ya/tidak)
tangisan bayi (kuat/lemah/lainnya),

obat-obatan yang

diberikan setelah melahirkan, trauma lahir (ada/tidak),


keluaran urin/feses saat melahirkan, usaha nafas (dengan
bantuan/tanpa bantuan), kebutuhan resusitasi, APGAR skor,
-

nekrosis (ada/tidak).
Penyakit yang pernah diderita
Tanyakan kepada keluarga pasien apakah pasien pernah

mengalami penyakit teretentu sebelumnya


Hospitalisasi/tindakan operasi
Tanyakan kepada keluarga pasien apakah pasien pernah
dirawat dirumah sakit sebelumnya dan pakah pasien pernah

dioperasi sebelumnya
Injury/Kecelakaan
Tanyakan kepada keluarga pasien apakah pasien pernah
mengalami kecelakaan
Alergi

Tanyakan pada keluarga mengenai alergi pasien terhadap


obat, makanan dan debu
-

Imunisasi dan tes laboratorium


Tanyakan pada keluarga pasien

apakah pasien sudah

diimunisasi, imunisasi yang pernah diberikan dan apakah


-

pernah melakukan tes laboratorium


Pengobatan
Tanyakan pada keluarga apakah pasien pernah melakukan
pengobatan tradisional, obat yang pernah dipakai

c) Riwayat sosial
-

Yang mengasuh
Tanyakan kepada keluarga pasien, siapakah yang mengasuh

pasien selama dirumah


Hubungan dengan anggita keluarga
Tanyakan kepada keluarga, bagaimana interaksi pasien

didalam keluarga
Hubungan dengan sebaya
Tanyakan kepada keluarga pasien, bagaimana

pasien

berinteraksi dengan teman sebaya pasien


Pembawaan secara umum
Tanyakan

kepada

keluarga

pasien

bagaimana

cara

berpenampilan pasien
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
-

Sosial ekonomi
Tanyakan pada keluarga menganai pekerjaan orang tua pasien
Lingkungan rumah
Tanyakan kepada keluarga pasien bagaimana konsdisi rumah
pasien dan lingkungan rumah sekitar pasien
Penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga pasien adakah yang menderita
penyakit yang sama dengan pasien dan penyakit lain yang
pernah dialami keluarga pasien

2. Pengkajian (11 Pola Fungsional Gordon)


Hal yang dikaji dalam pola Gordon adalah perubahan yang terkait
dengan pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan, nutrisi dan
metabolik, pola eliminasi (urin dan fekal), pola aktivitas dan latihan, pola
tidur dan istirahat, pola kognitif dan perceptual, pola persepsi dan konsep

diri, pola seksual dan reproduksi, pola peran dan hubungan, manajemen
koping dan stress, serta pola keyakinan dan nilai. Sebelas pola Gordon
dikaji dan dibandingkan sebelum masuk rumah sakit dan saat di rumah
sakit.
a. Pola Persepsi Kesehatan/ Pola Manajemen Kesehatan
Hal yang dikaji adalah bagaimana pendapat orang tua terhadap
penyakit anaknya. Apakah orang tua langsung mencari pengobatan
atau tidak serta kaji mengenai obat-obatan yang digunakan untuk
menghilangkan keluhan yang dialami oleh pasien
b. Pola Nutrisi/Metabolik
Kaji mengenai makanan yang sering dikonsumdi anak serat porsi
makan klien sebelum dan saat sakit. Kaji mengenai nafsu makan anak
apakah berkurang atau tidak. Kaji adanya muntah aktif. Kaji adanya
perubahan pola makan dan penurunan berat badan.
c. Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola BAB dan BAK anak sebelum dan saat sakit,
tanyakan berapa kali dalam sehari jumlah anak BAB dan BAK,
frekuensi BAB dan BAK, tanyakan bagaimana konsistensi feses dan
urin anak.
d. Pola Aktivitas/Latihan
Pada pola aktivitas dan latihan, dapat dikaji beberapa hal terkait makan
minum anak, mandi, toileting, mobilisasi di tempat tidur, berpindah,
serta ambulasi ROM. Pada pola ini masing-masing aktivitas yang
dikaji diberikan skor dari 0-4 dimana 0: dapat dilakukan dengan
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total.
Kemampuan perawatan
diri
Makan dan minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah

e. Pola Kognitif/Perseptual
Menggambarkan pola

pendengaran,

penglihatan,

pengecapan,

penciuman, persepri, nyeri, bahasa dan memori, serta status mental.


Tanyakan pada orang tua apakah pasien meringis dan terlihat
kesakitan?, bagaimana penatalaksanaan nyeri, apa yang dilakukan
orang tua untuk mengurangi nyeri pada anak?, Mengkaji skala nyeri
menggunakan skala face.
f. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri
Tanyakan pada orang tua mengenai persepsi diri/konsep diri klien
seperti harga diri, body image, ideal diri, peran dan identitas diri klien
sebelum sakit dan saat sakit.
g. Pola Tidur/Istirahat
Tanyakan pada orang tua mengenai pola tidur dan istirahat anak
sebelum sakit dan saat sakit. Bagaimana pola tidur anak, apakah
mengalami perubahan?, Bagaimana istirahanya, dapatkah anak
beristirahat dengan tenang?.
h. Pola Peranan/Hubungan
Tanyakan pada orang tua mengenai peran anak dan hubungan anak
dengan keluarga sebelum sakit dan gangguan pada peran anak dan
hubungan anak dengan keluarga saat sakit. Apakah setelah sakit, peran
anak di keluarga berubah?. Bagaimana hubungan anak dengan orang
sekitar setelah sakit?
i. Pola Seksualitas/Reproduksi
Tanyakan pada pasien mengenai alat kelaminnya, apakah anak sudah
mengetahui mengenai alat kelaminnya?
j. Pola Toleransi stress/Koping
Tanyakan pada orang tua mengenai hal yang dilakukan anak saat
mengalami stress karna penyakit yang dialami..
k. Pola Nilai/Kepercayaan
Tanyakan pada orang tua mengenai kepercayaan anak dengan
perawatan non medis (balian dan dukun) serta agama yang dianut anak
sebelum sakit dan saat sakit.
3. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik
Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispnea, sianosis sirkumoral,


pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk yang semula
nonproduktif menjadi profuktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah 40
kali/permenit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada
ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding
dada ke dalam akan tampak jelas.
Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi sakit dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit
Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga
ke hidung/mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi basah pada
resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar
bising gesek pleura.
4. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan ventilasiperfusi yang ditandai dengan hasil AGD dan pernapasan klien yang
-

abnormal
Ketidakefektifan

ditandai dengan takpnea


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Mukus

pola nafas berhubungan dengan

hiperventilasi

dalam jumlah berlebihan ditandai dengan sputum dalam jumlah yang


-

berlebih
Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

ditandai peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal


Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan

ekspresi perilaku meringis, ungkapan rasa nyeri


Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik ditandai

dengan kurang energy


Mual berhubungan dengan gangguan biokimia ditandai dengan
melorkan rasa mual

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi ditandai dengan nyeri
abdomen, dan pasien muntah

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Barbara, Engram. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid
I. Jakarta: Peneribit Buku Kedokteran EGC.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Vol. 1, EGC, Jakarta.

Betz, C. L., & Sowden, L. A (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta:
RGC.
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik
Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Depkes RI. (2002). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Salah Satu Pembunuh
Utama Anak-Anak. http://www.lin.go.id Sitasi-1 Desember 2014.
Depkes RI. (2002). Pedoman penanggulangan P2 ISPA. Jakarta
Doenges, Marilynn, E., dkk . (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief dkk.

(2000). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media

Aesculapius FKUI
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak,
Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Nanda. (2011). Diagnostik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prize, Sylvia dan Wilson Lorraine. (2006). Infeksi Pada Parenkim Paru:
Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit volume 2 edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Profil Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM &
PL). Depkes RI Dirjen PPM & PL. Jakarta. (2004).

Anda mungkin juga menyukai