Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK 2

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS


PARU

Dosen Pembimbing :
Dr. Tri Ratnaningsih S.Kep, M.Kes

Disusun oleh kelompok 4


Kelas D Semester V
Lilis Faiza A. (201601120)
Nur Gita Kumalasari (201601143)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
Tahun Ajaran 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah yang berjudul
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Tuberkulosis Paru atas dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Sajidin S.Kep, M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Bu Ana Zakiyah M.Kep. selaku ketua program studi S1 ilmu keperawatan
3. Bu Dr. Tri Ratnaningsih S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak 2
4. Teman-teman Kelompok 4 kelas D program studi S1 ilmu keperawatan yang telah
membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari bahwa Tugas
Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan sangat terbatasnya
pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk
menyempurnakan Tugas Makalah ini.

Mojokerto, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
Bab 1 Pendahuluan..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................2
Bab 2 Tinjauan Teori...............................................................................................................3
2.1 Definisi Tuberkulosis (TBC).....................................................................................3
2.2 Etiologi Tuberkulosis.................................................................................................3
2.3 Manifestasi Tuberkulosis............................................................................................4
2.4 Patofisiologi Tuberkulosis..........................................................................................5
2.5 Komplikasi Tuberkulosis............................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Diagnostik.............................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan Tuberkulosis....................................................................................8
Bab 3 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Tuberkulosis (TBC).........10
3.1 Pengkajian.................................................................................................................10
3.2 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................10
3.3 Intervensi Keperawatan............................................................................................11
3.4 Perencanaan Pemulangan.........................................................................................15
Bab 4 Penutup........................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................16
4.2Saran..........................................................................................................................16
Daftar Pustaka.........................................................................................................................iv

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat sistemik, yang
dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat sistemik ini disebabkan
oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah terjadi infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak mudah. Dengan
penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis
anak. Kriteria masalah tuberkulosis di suatu negara adalah kasus BTA positif per satu
juta penduduk.
Jadi sampai saat ini belum ada satu negara pun yang bebas tuberkulosis. TB
merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi BCG pada anak
dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB dewasa. Disamping itu dengan
adanya penyakit karena HIV maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan
Anak biasanya tertular TB, atau juga disebut mendapat infeksi primer TB, akan
membentuk imunitas sehingga uji tuberkulin akan menjadi positif. Tidak semua anak
yang terinfeksi TB primer ini akan sakit TB.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi Tuberkulosis ?
2) Bagaimana etiologi Tuberkulosis pada anak ?
3) Bagaimana manifestasi Tuberkulosis pada anak ?
4) Bagaimana patofisiologi Tuberkulosis pada anak ?
5) Bagaimana komplikasi Tuberkulosis pada anak ?
6) Bagaimana pemeriksaan diagnostik Tuberkulosis pada anak ?
7) Bagaimana penatalaksanaan Tuberkulosis pada anak ?
8) Bagaimana konsep asuhan keperawatan Tuberkulosis pada anak ?

1.3 Tujuan Masalah


Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
9) Untuk mengetahui definisi Tuberkulosis.
10) Untuk mengetahui etiologi Tuberkulosis pada anak.
11) Untuk mengetahui manifestasi Tuberkulosis pada anak.
12) Untuk mengetahui patofisiologi Tuberkulosis pada anak.
1
13) Untuk mengetahui komplikasi Tuberkulosis pada anak.
14) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Tuberkulosis pada anak.
15) Untuk mengetahui penatalaksanaan Tuberkulosis pada anak.
16) Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Tuberkulosis pada anak.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Tuberkulosis (TBC)


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosiss. Penyakit ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi dapat menyebar
kehampir kesetiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajaan. Individu kemudian dapat
mengalami penyakit aktif kearena gangguan atau ketidakefektifan respon imun. Proses
aktifitas dapat berkepanjangan dan ditandai dengan remisi panjang ketika penyakit
dicegah. Hanya untuk diikuti oleh periode aktifitas yang diperbarui merupakan masalah
kesehatan diseluruh dunia. Angka kematian dan kesakitan penyakit ini terus meningkat.
(Somantri, 2008)
Tuberkolosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke
bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Baughman &
Hackley, 2000)
TB (Tuberculosis paru) Adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberkulosis yaitu suatu bakteri tahan asam. (Suriadi & Yuliani, 2010)

2.2 Etiologi Tuberkulosis


Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman yang berbentuk batang
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.
Tuberculosis adalah berupa kuman atau lipid sehingga kuman mampu bertahan terhadap
asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Microorganisme adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru- paru yang kandungan oksigennya
tinggi. Darah tersebut menjadi tempat yang konduksif untuk penyakit tuberkolosis.
(Wong, Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2008)

3
Etiologi tuberkulosis pada anak meliputi :
1. Mycobacterium Tuberculosa
2. Mycobacterium bovis
3. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi ole mycobacterium tuberkulosis
4. Herediter : Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara
genetik
5. Jenis kelamin: Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan
kesakitan lebi banyak terjadi pada anak perempuan
6. Usia: Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi
7. Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
8. Keadaan stres: Situasi yang penuh stres (injuri/penyakit, kurang nutrisi, stres
emosional, kelelahan yang kronik)
9. Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan
memudahkan untuk penyebarluasan infeksi
10. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebi mudah
11. Nutrisi: Status nutrisi yang kurang
12. Infeksi berulang: HIV, Measles, Pertusis
13. Tidak mematuhi aturan pengobatan

2.3 Manifestasi Tuberkulosis


1. Demam, malaise, anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk (Batuk tidak
selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada, hemoptysis.
2. Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat, anemia lemah,
dan berat badan menurun.
3. Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar diketahui karena mulainya penyakit
secara perlahan. Kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan.
Tetapi secara rutin dengan uji tuberkulin dapat ditemukan penyakit tersebut. Gejala
tuberculosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan
atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya : demam, batuk, anoreksia, dan berat
badan menurun.

2.4 Patofisiologi Tuberkulosis


1. Masuknya kuman TB ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit. infeksi
dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tb serta daya tahan tubuh manusia.
2. Segera setelah menghirup basil TB hidup kedalam paru-paru, maka terjadi eksudasi
dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil TB akan menyebar, histosit
mulai mengangkut organisme tersebut ke kelenjar limfe regional melalui saluran

4
getah bening menuju kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan
mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
3. Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hipersensitivitas
terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberkulin. Masa
terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.
4. Pada anak yang mengalami lesi, dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama
diperifer dekat pleura, tetapi lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru dibanding
dengan lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional serta
penyembuhannya mengarah ke klasifikasi dan penyebarannya lebih banyak terjadi
melalui hematogan.
5. Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan
memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar ke limfe
dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif terhadap organisme
TBC dan membebaskan limfokin yang merubah makrofag atau mengaktifkan
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga
tidak ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri
terus difagosit atau berkembang biak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu seingga membentuk sel tuberkelepiteloid
yang dikelilingi ole limfosit. Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran
yang relatif padat pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
6. Terdapat 3 macam penyebaran secara patogen pada tuberkulosis anak. Penyebaran
hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin menimbulkan gejala atau tanpa
gejala klinis, penyebaran milier, biasanya terjadi sekaligus dan menimbulkan gejala
akut, kadang-kadang kronis, penyebaran hematogen berulang.

Patway Tuberkulosis
Mikrobakterium Tuberkulosa Droplet Infection Masuk lewat jalan nafas

Menempel pada paru

Keluar dari Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan pasru


tracheobionchial bersama
sekret Terjadi proses peradangan

5
Sembuh tanpa pengobatan
Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan
berkembang di
Mempengaruhi hipotalamus sitoplasma makrofag

Mempengaruhi sel point Sarang primer


/afek primer (fokus
ghon)
Hipertermi

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan


(paru lain, saluran pengobatan fibrosis
pencernaan, tulang)
melalui media
(bronchogen
percontinuitum,
hematogen, limfogen)

Radang tahunan dibronkus Pertahanan primer tidak adekuat


Berkembang menghancurkan Pembentukan tuberkel Kerusakan
jaringan ikat sekitar membran
alveolar
Bagian tengah nekrosis

Membentuk jaringan keju Pembentukan sputum Menurunnya


berlebihan permukaan efek paru
Sekret keluar saat batuk
Ketidak efektifan Alveolus
Batuk produktif bersiahan jalan
( batuk terus menerus) nafas

Alveolus
Droplet infection Batuk berat mengalami
eksudasi
Terhirup orang sehat Distensi abdomen &konsolidasi

Mual, muntah Gangguan


Resiko infeksi
pertukaran
Intake nutrisi kurang gas

6
Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh

2.5 Komplikasi Tuberkulosis


1. Meningitis
Suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa biasanya hanya terbatas di
dalam ruang subraknoid, namun pada bayi cenderung meluas sampai ke rongga
subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis) atau bahkan
kedalam otak (meningoensefalitis). (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Spondilitis
Gejala penyakit berupa peradangan pada ruas tulang belakang, umunya disebabkan
oleh kuman tuberkulosis. Proses radang tersebut merusak badan ruas tulang belakang
sampai membentuk tulang agak runcing ke depan.
3. Pleuritis
Radang pada pleura, yaitu lapisan tipis yang membungkus paru-paru. Pleuritis
ditandai dengan rasa sakit dibagian dada, terutama saat menarik napas panjang atau
batuk
4. Bronkopneumoni
Salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru
yang berdekatan di sekitarnya.

5. Atelektasis
Kondisi tidak berfungsinya paru-paru karena halangan pada bronkus (jalur udara
menuju paru-paru) atau pada bronkiolus (jalur udara yang lebih kecil)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan fisik
2. Riwayat Penyakit : Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit
3. Reaksi terhadap tes tuberkulin : Reaksi tes positif (diameter=5mm) menunjukkan
adanya infeksi primer
4. Radiologi : Terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran pembesaran
kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran bronkogen, atelektasis, pleuritis
dengan efusi, cairan asites

7
5. Kultur sputum : Kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin, cairan
serebrospinal cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis
6. Patologi anatomi dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura, peritonium,
kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam
7. Uji BCG : Reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat
reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari set penyuntikan
8. Infeksi TB : Hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif
9. Penyakit TB : Gambaran radiologi positif, kultur sputum positif dan adanya gejala-
gejala penyakit.

2.7 Penatalaksanaan Tuberkulosis


1. Nutrisi adekuat
2. Kemoterapi : Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik
basil, yaitu basil yang berkembang cepat di tempat yang kaya oksigen, basil yang idup
dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga
beberapa beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap
obat. Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif,
diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kgbb/hari melalui oral. Selanjutnya
kombinasi antara INH, rifampizin, dan pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6 bulan.

Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat diberikan 2 kali
dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskular)
dan ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
antituberkulosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis.
3. Pembedahan : Dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Dilakukan dengan
mengangkat jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan
tulang, bronkospi untuk mengangkat polip granulornatosa tuberkulosis atau untuk
reseksi bagian paru yang rusak. Pencegahan: Menghindari kontak dengan orang yang
terinfeksi basil tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi
yang adekuat, meminum susu yang sudah dilakukan pasteurisasi. Isolasi jika pada
analisa sputum terdapat bakteri sehingga dilakukan kemoterapi, pemberian
immunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh hasil
tuberkulosis virulen.

8
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT
TUBERKULOSIS (TBC)

3.1 Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan : Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi, penyakit yang
pernah diderita sebelumnya. Keluhan yang sering muncul antara lain:
a. Demam : Subfebris, febris(40-41c) hilang timbul
b. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untuk
mengeluarkan produksi radang yang diulai dari batuk kering sampai dengan batuk
purulen
c. Sesak nafas : Bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang setengah paru-paru
d. Nyeri dada : Jarang ditemukan,nyeri akan timbul bila infiransi radang sampai
kepleura sehingga menimbulkan preuritis
e. Malaise : Ditemukan berupa aunoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam
f. Sianosis, sesak nafas, dan kolaps merupakan gejala ateretasi
g. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal,karena biasa penyakit ini muncul
bukan karna sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi
menular.
2) Kaji adanya gejala gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu lama, batuk
yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang napsu makan, hemoptysis.
3) Pemeriksaan fisik
Pada tahap ini sulit diketahui Ronchi basah, kasar dan nyaring, Hiber sonil atau
timpani bila terdapat kafitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara
umforik. Pada keadaan selanjutnya terjadi autropi, retraksi interkostal. Bila mengenai
pleura terjadi effusi pleura(berfungsi memberikan suara pekak)

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru.
3) Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada.

4) Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret.


5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuan tubuh berhubungan anorexia.
6) Gangguan aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.

3.3 Intervensi Keperawatan


No. Dx. Tujuan Intervensi Rasional

9
17) Resiko Setelah dilakukan 1. Tempatkan anak 1. Mengurangi
penyebaran tindakan keperawatan pada ruang khusus adanya virus
2. Pertahankan isolasi
infeksi selama 1×24 jam karena infeksi
yang ketat dirumah 2. Mengurangi
berhubungan diharapkan Perluasan
sakit pada anak penyebaran virus
dengan infeksi tidak terjadi
3. Melindungi
dengan TB aktif
organisme
3. Gunakan prosedur perawat dari
virulen. Dengan kriteria hasil :
perlindungan infeksi infeksi bakteri
1) Klien bebas dari 4. Menganalisa
jika melakukan
tanda dan gejala klasifikasi
kontak dengan anak
infeksi 4. Melakukan uji tuberculosis
2) Mendeskripsikan 5. Memberikan
tuberkulin dan
proses penularan, terapi
memberikan
faktor yang farmakologi
penilaian hasil uji
mempengaruhi sesuai indikasi
tersebut, mengambil
penularan serta
bahan untuk
penatalaksanaannya
pemeriksaan bakteri
3) Menunjukkan
(analisa bilasan
kemampuan untuk
lambung pada anak
mencegah timbulnya
yang masih sangat
infeksi
muda).
5. Berikan
antituberkulosis
sesuai order
4) Gangguan Setelah dilakukan 1. Melakukan 1. Mengetahui
pertukaran gas tindakan keperawatan auskultasi suara adanya suara
berhubungan selama 1×24 jam nafas dan nafas tambahan
dengan diharapkan Anak mendokumentasikan 2. Membantu pola
kerusakan menujukkan tanda tanda adanya suara jalan nafas
jaringan paru. pertukaran gas yang abnormal (ronki, 3. Mengurangi
adekuat wheezing) dipsnea dan
2.Mengajarkan cara meningkatkan
bernafas efektif oksigenasi
3.Memberikan oksigen 4. Membantu otot
Dengan kriteria hasil : sesuai indikasi diafragma

10
1) Menunjukkan 4.Atur posisi anak mengembang
perbaikan ventilasi dengan posisi fowler
dan oksigenasi
jaringan
2) Tidak ada gejala
distensi pernafasan
3) Tidak Setelah dilakukan 1. Ijinkan anak untuk 1. Mendapatkan
efektifnya pola tindakan keperawatan sering beristirahat, oksigen yang
nafas selama 1×24 jam dan hindarkan cukup
berhubungan diharapkan Anak gangguan pada saat 2. Meningkatkan
dengan adanya menujukkan tanda tanda tidur. pola nafas
batuk, nyeri pola nafas efektif 2. Anjurkan untuk 3. Membantu
dada melakukan perkembangan
Dengan kriteria hasil : permainan dan dan pertumbuhan
1) Menunjukkan jalan aktivitas ringan anak
nafas yang paten 3. Bantu anak untuk 4. Mengurangi
(klien tidak merasa memilih aktivitas hipotermi dan
tercekik, irama nafas, yang sesuai dengan hipertermi anak
frekuensi usia, kondisi dan 5. Meningkatkan
pernafasandalam kernampuan anak. situasi
rentang normal, tidak 4. Hindarkan suhu kenyamanan anak
ada suara nafas lingkungan yang
abnormal) terlalu panas atau
2) Tanda-tanda vital
dingin.
dalam rentang
5. Hindarkan hal hal
normal.
yang menyebabkan
ketakutan/kecemasan
pada anak.
4) Tidak efektif Setelah dilakukan 1. Memberikan posisi 1. Membantu otot
bersihan jalan tindakan keperawatan tidur semi diafragma
nafas selama 1×24 jam fowler/fowler mengembang
berhubungan diharapkan Anak 2. Membantu klien 2. Membantu
dengan adanya menujukkan tanda tanda untuk melakukan perkembangan dan
sekret. jalan nafas yang afektif. aktivitas sehari-hari pertumbuhan anak

11
sesuai dengan 3. Membantu
Dengan kriteria hasil : kemampuannya mengencerkan dan
1) Menunjukkan jalan 3. Menganjurkan anak mengeluarkan
nafas yang paten untuk banyak minum sekret
(klien tidak merasa 4. Memberikan oksigen 4. Meningkatkan
tercekik, irama sesuai indikasi oksigenasi
nafas, frekuensi 5. Kolaborasi obat-obat 5. Memberikan terapi
pernafasandalam yang dapat farmakologi
rentang normal, meningkatkan
tidak ada suara efektifnya jalan nafas
nafas abnormal) (seperti
2) Mampu
Bronkodilator,
mengidentifikasika
antikolinergik dan
n dan mencegah
anti peradangan)
faktor yang dapat
menghambat jalan
nafas.
5) Perubahan Setelah dilakukan 1. Ijinkan anak untuk 1. Memungkinkan
nutrisi kurang tindakan keperawatan makan makanan yang anak akan
dari kebutuan selama 1×24 jam dapat ditoleransi mengkonsumsi
tubuh diharapkan anak dapat anak, rencanakan makanan ekstra
berhubungan Anak menujukkan tanda untuk memperbaiki sebagai tambahan
anorexia. tanda terpenuhinya kualitas gizi pada saat suplay nutrisi
2. Dalam mengobati
kebutuhan nutrisi selera makan anak
penyakit TB,
meningkat
2. Berikan makanan diperlukan gizi
Dengan kriteria hasil :
yang disertai dengan yang cukup
1) Mempertahankan
suplemen nutrisi sehingga
status nutrisi
2) Mempertahankan untuk meningkatkan pemberian
berat badan kualitas intake nutrisi makanan dengan
3) Meningkatkan 3. Kolaborasi untuk
diet tinggi protein
keadekuatan energi pemberian nutrisi
dan kalori sangat
parenteral jika
diperlukan.
kebutuan nutrisi 3. Pemberian
melalui oral tidak makanan parental

12
mencukupi kebutuhan sangat perlu
gizi anak dilakukan jika
4. Menilai indikator
anak tidak
terpenuhinya
menelan makanan
kebutuhan nutrisi
atau muntah yang
(berat badan, lingkar
terus menerus
lengan, membran 4. Indikator
mukosa) penilaian status
5. Menganjurkan
nutrisi dapat
kepada orang tua
menentukan
untuk memberikan
jumlah nutrisi
makanan dengan
yang dibutuhkan
porsi kecil tetapi
oleh anak
sering 5. Porsi kecil tetapi
6. Menimbang berat
sering
badan setiap hari
memungkinkan
pada waktu yang
anak dapat
sama dan dengan
mengkonsumsi
skala yang sama
makanan dengan
7. Mempertahankan
cukup
kebersihan mulut
6. Untuk memantau
anak
status gizi atau
8. Menjelaskan
perbaikan gizi
pentingnya intake
7. Dapat
nutrisi yang adekuat
meningkatkan
untuk penyembuhan
nafsu makan anak
penyakit. 8. Kesehatan tentang
nutrisi akan
membuat orang
tua dapat
berpartisipasi
dalam
memberikan gizi
yang baik bagi
anaknya

13
6) Gangguan Setelah dilakukan 1. Memberikan 1. Membantu
aktivitas tindakan keperawatan aktivitas ringan perkembangan
diversional selama 1×24 jam yang sesuai dengan dan pertumbuhan
berhubungan diharapkan anak dapat usia anak anak
2. Menambah nafsu
dengan isolasi Anak dapat melakukan (permainan,
makan anak
dari kelompok aktifitas sesuai dengan keterampilan
3. Meningkatkan
sebaya. usia dan tugas tangan, vidio game,
motorik dan
perkembangan selama televisi)
kemandirian anak
2. Memberikan
menjalani isolasi dari 4. Meningkatkan
makanan yang
teman sebaya atau aktivitas dan
menarik untuk
anggota keluarga interaksi sosial
memberikan
pada anak
stimulus yang
Dengan kriteria hasil :
bervariasi bagi anak.
1) Mampu melakukan
3. Melibatkan anak
aktivitas sehari-hari
dalam mengatur
secara mandiri
jadwal harian dan
2) Energy psikomotor
memilih aktivitas
3) Level kelemahan
yang diinginkan.
4) sirkulasi status baik 4. Mengijinkan anak
untuk mengerjakan
tugas sekolah
selama dirumah
sakit, menganjurkan
anak untuk
berhubungan
dengan teman
melalui telepon jika
memungkinkan

3.4 Perencanaan Pemulangan


1) Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping, lama pemberian terapi, cara
meminum obat
2) Melakukan immunisasi jika immunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur
3) Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
4) Informasikan jika terdapat tanda tanda terjadinya kekambuhan

14
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tuberkolosis merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Manifestasinya berupa Demam, malaise,
anoreksia, berat badan menurun, kadang-kadang batuk, nyeri dada, dan hemoptysis.
Komplikasi tuberkulosis pada anak yaitu meningitis, spondilitis, pleuritis,
bronkopneumoni, atelektasis. Penatalaksanaan meliputi nutrisi yang adekuat, kemoterapi
dan pembedahan.
Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien anak dengan diagnosa tuberkulosis yaitu
pengkajian (riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik), diagnosa, intervensi,
implementasi dan perencanaan pemulangan.

4.2 Saran

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit
banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada
makalah kami selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC-NOC Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction.

Somantri, I. (2008). Kkeperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada Pasien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Suriadi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

iv

Anda mungkin juga menyukai