I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
I I
S T I K E S
A
E
OLEH :
SUTARI
NIM.18.31.1333
1
2
sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi dan sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa,
membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang
mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya
kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas
akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali
pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau
usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit
dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini
dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dengan menjadi tempat peradagan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen).
Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam
jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi bila
fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-organ
tubuh.
5
PATWAY
Keluar dari
tracheobionchial Dibersihkan oleh Menetap di jaringan paru
Bersama sekret mikroba
hipertermi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
7
F. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan
menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal
dalam pernapasan.
2. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang
cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila
mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
3. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan
berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh
penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat
kavitas yang cukup besar, auskultasi memberikan suara amforik. Bila
mengenai pleura, auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai
tidak terdengar sama sekali.
4. Palpasi
Badan teraba hangat (demam)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer, dkk dalam Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien dengan Tuberculosis paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA
8
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksaan Medis
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap
OAT serta memutuskan mata rantai penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang sesuai dengan
rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan
Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon,
Makrolide, Amoksisilin + asam klavulanat, derivat Rifampisin/INH, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Obat Anti Aksi Potensial Rekomendasi Dosis (mg/kg BB)
Esensial TB
Perhari Perminggu
3x 2x
Isoniazid Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifamphisin Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirasinamid Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisi Bakterisidal Rendah 15 15 15
n Bakteriostatik Rendah 15 30 45
Etambutol
10
adekuat
4. Pemajanan terhadap pathogen
lingkungan meningkat
5. Malnutrisi
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung
3. Hipertermia berhubungan dengan reaksi inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intak nutrisi
5. Resiko infeksi
K. Nursing Care Planning (NCP)
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi TTV terutama respiratory
bersihan jalan napas selama ….. x 24 jam diharapkan bersihan rate
berhubungan dengan jalan napas efektif 2. Auskultasi area dada atau paru, catat
bronkospasme Kriteria hasil : hasil pemeriksaan
Indikator IR ER3. Latih pasien batuk efektif dan nafas
1. Mendemonstrasikan batuk dalam
efektif dan suara nafas yang 4. Lakukan suction sesuai indikasi
bersih, tidak ada sianosis dan 5. Memberi posisi semifowler atau
dyspnea (mampu supinasi dengan elevasi kepala
mengeluarkan sputum, 6. Anjurkan pasien minum air hangat
mampu bernapas dengan Kolaborasi :
mudah, tidak ada pursed lips) 7. Bantu mengawasi efek pengobatan
2. Menunjukkan jalan napas nebulizer dan fisioterapi nafas
yang paten lainnya.
3. Mampu mengidentifikasikan 8. Berikan obat sesuai indikasi, seperti
dan mencegah factor yang mukolitik, ekspektoran,
dapat menghambat jalan bronkodilator, analgesic 16
napas 9. Berikan O2 lembab sesuai indikasi
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak keluhan
2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji frekuensi, kedalaman,
gas berhubungan selama ….. x 24 jam gangguan pertukaran gas kemudahan bernapas pasien.
dengan kongesti paru, dapat teratasi dengan 2. Observasi warna kulit, membran
hipertensi pulmonal, Kriteria hasil : mukosa bibir.
penurunan perifer yang Indikator IR 3. Berikan lingkungan sejuk, nyaman,
ER
mengakibatkan asidosis 1. GDA dalam rentang normal ventilasi cukup.
laktat dan penurunan 2. Tidak ada sianosis 4. Tinggikan kepala, anjurkan napas
curah jantung 3. Pasien tidak sesak dan rileks. dalam dan batuk efektif.
Keterangan:
5. Pertahankan istirahat tidur.
1. Keluhan ekstrim
6. Kolaborasikan pemberian oksigen
2. Keluhan berat
dan pemeriksaan lab (GDA)
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan 17
3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Kaji suhu tubuh pasien
berhubungan dengan selama ….. x 24 jam suhu tubuh dalam rentan 2 Pertahankan lingkungan tetap sejuk
reaksi inflamasi normal. 3 Berikan kompres hangat basah pada
Kriteria hasil : ketiak, lipatan paha, kening (untuk
Indikator IR ER sugesti)
1. Pasien tidak gelisah 4 Anjurkan pasien untuk banyak
2. Pasien tidak menggigil minum
3. Akral teraba hangat 5 Anjurkan mengenakan pakaian yang
4. Warna kulit tidak ada kemerahan minimal atau tipis
Keterangan:
6 Berikan antipiretik sesuai indikasi
1. Keluhan ekstrim
7 Berikan antimikroba jika disarankan
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 Kaji penyebab mual muntah pasien
nutrisi kurang dari ....x24 diharapkan kebutuhan nutrisi pasien 2 Berikan perawatan mulut
kebutuhan tubuh adekuat dengan: 3 Bantu pasien membuang atau
berhubungan dengan mengeluarkan sputum sesering
ketidakadekuatan intak Kriteria Hasil: mungkin
nutrisi 4 Anjurkan untuk menyajikan makanan 18
IR ER dalam keadaan hangat
Indikator
5 Anjurkan pasien makan sedikit tapi
1. Nafsu makan pasien meningkat sering
2. BB pasien ideal 6 Kolaborasikan untuk memilih
3. Mual muntal berkurang,turgor makanan yang dapat memenuhi
kulit elastis kebutuhan
4. Pasien tidak lemas
Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bersihkan lingkungan setelah
Faktor-Faktor Resiko selama ….. x 24 jam diharapkan resiko infeksi dipakai pasien lain
1. Penyakit Kronik terkontrol. 2. Pertahankan teknik isolasi
(TB Paru) Kriteria Hasil : 3. Batasi pengunjung bila perlu
2. Pengetahuan yang Indikator IR ER4. Instruksikan pada pengunjung untuk
tidak cukup untuk 1. Bebas dari tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan
menghindari infeksi setelah berkunjung meninggalkan 19
pemanjanan 2. Menunjukkan kemampuan untuk pasien
pathogen mencegah timbulnya infeksi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
3. Pertahanan tubuh 3. Jumlah leukosit dalam batas cuci tangan
primer yang tidak normal 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
adekuat 4. Menunjukkan perilaku hidup sesudah tindakan kperawatan
4. Pemajanan sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
terhadap pathogen Keterangan : alat pelindung
lingkungan 1. Keluhan ekstrim 8. Pertahankan lingkungan aseptik
meningkat 2. Keluhan berat selama pemasangan alat
5. Malnutrisi 3. Keluhan sedang 9. Ganti letak IV perifer dan line
4. Keluhan ringan central dan dressing sesuai dengan
5. Tidak ada keluhan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
20
DAFTAR PUSTAKA