HALUSINASI PENDENGARAN
Oleh:
RETNO MIFTAHUL JANNAH
NIM: P3.73.20.1.14.039
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas Rahmat dan karuniaNya saya masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini. Dalam tugas ini saya berkesempatan dalam membuat Proposal
KTI yang terfokuskan pada Keperawatan Jiwa dengan judul “Penerpan Prosedur Teknik
Menghardik Pada Pasien Dengan Halusinasi Pendengaran. Pada kesempatan ini saya
menyampaikan terimakasih atas bimbingan, bantuan, dan dukungan yang diberikan
selama saya menyusun proposal ini, kepada yang terhormat:
1. Dra. Maryanah, M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jakrta III
2. Yeti Resnayeti, SKp., Mkes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Jakarta III
3. Ns. Ulty Desmarnita, SKp.,Mkes.,SpMat. Selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
4. Endang Banon, SPd.,Mkep,Ns.,Sp.Kep.J selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah.
5. Seluruh civitas akademika yang telah membantu dalam penyusunan Proposal KTI
serta seluruh teman-teman yang sudah mendukung dan membantu dalam penyusunan
proposal.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih terdapat beberapa
kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu saya meminta kesediaan para
pembimbing untuk dapat memberikan kritik maupun saran untuk menjadikan
proposal KTI ini menjadi lebih baik lagi. Terima kasih.
PENULIS
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
3. Tujuan Studi Kasus ................................................................................. 3
4. Manfaat Studi Kasus ................................................................................ 3
1. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia masih menjadi suatu masalah kesehatan
yang tergolong serius. Salah satu gangguan yang banyak terjadi yakni gangguan
persepsi sensori: halusinasi. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Damayanti dalam Yosep 2010). Gangguan persepsi
sensori sendiri menjadi salah satu fokus penting dalam proses keperawatan karena
dalam hal ini masalah persepsi pasien terganggu sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan pola perilaku pada diri pasien.
Pasien yang mengalami masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
biasanya muncul dari beberapa faktor pemicu yang berasal dari dalam dan atau luar
diri pasien sendiri. Pasien dengan gangguan seperti ini juga mengalami hal yang
berawal dari masalah kehidupan pasien sebelum sakit, ditandai dengan lebih
seringnya pasien menyendiri atau menarik diri yang kemudian muncul suatu sensorik
yang mengakibatkan halusinasi. Bila masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
ini tidak dilakukan secara benar maka akan menyebabkan resiko perilaku kekerasan
akibat tidak efektifnya latihan prosedur. Hal ini diakibatkan karena banyaknya isi dari
halusinasi tersebut bersifat memerintah penderita untuk melakukan tindakan yang
membahayakan orang lain. Oleh karena itu intervensi keperawatan pada pasien
halusinasi sangat perlu dilakukan dengan mengidentifikasi masalah halusinasi (isi,
jenis, waktu, frekuensi, respon) menggunakan teknik menghardik, mengkonsumsi
obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan.
Indonesia menjadi peringkat pertama dengan gangguan jiwa terbanyak.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi gangguan jiwa
berat pada penduduk Indonesia 1,7 permil (rata rata lebih dari 1 setiap 1000
penduduk). Gangguan jiwa berat terbanyak di DIY (2,7%), Aceh (2,7%), Sulawesi
Selatan (2,6%), Bali (2,3%), dan Jawa Tengah (2,3%). Studi kasus di bangsal rawat
inap jiwa di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang di peroleh data dari rekam medis bulan
Desember 2015 adalah sebagai berikut: total pasien di rawat per har 400 orang dari
440 kapasitas tempat tidur yang tersedia. Dari jumlah tersebut sekitar 65%mengalami
masalah halusinasi dan 90% nya mengalami jenis halusinasi pendengaran. Efektifitas
teknik menghardik sebagai cara mengontrol halusinasi pada pasien didapatkan hasil
yang berbeda-beda. Penggunaan teknik ini selalu diajarkan pada pasien halusinasi
pendengaran sehingga informasi keberhasilan bisa mudah diperoleh (Perbedaan
Efektifitas Cara Kontrol Halusinasi Menggunakan Teknik Menghardik Dengan
Teknik Berdzikir Terhadap Intensitas Tanda Dan Gejala Halusinasi Pada Pasien
Dengan Halusinasi Pendengaran Di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang tahun 2015).
Perawat sebagai sumber daya manusia yang memberikan pelayanan di rumah
sakit diharapkan mampu meningkatkan aspek pelayanan pada pasien. Diharapkan
perawat mampu mendampingi pasien dalam proses penyembuhan penyakitnya.
Pelayanan kesehatan jiwa akan menunjukkan hasil yang maksimal bila didukung
dengan kemampuan perawat yang berkompeten dalam menjalankan asuhan
keperawatan jiwa. Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dilakukan beberapa
proses untuk meningkatkan asuhan keperawatan salah satunya dengan melakukan
studi kasus pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa. Selain itu diperlukan pula
pelatihan serta pendidikan lanjutan demi tercapainya asuhan keperawatan yang
maksimal. Dengan melakukan kegiatan tersebut nantinya perawat akan mampu
membandingkan keefektifan metode tindakan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan pada pasien.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan, pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi dengan teknik menghardik masih belum
optimal. Pola strategi pertemuan serta latihan yang dilakukan saat munculnya
halusinasi dan jadwal aktivitas yang harus dilakukan pasien dalam melatih teknik
menghardik belum optimal. Sehingga terjadi kesenjangan antar pasien yang
menimbulkan perbedaan tingkat keberhasilan tindakan teknik menghardik halusinasi
pada pasien A dan B. Sehingga menyebabkan lamanya proses penyembuhan pasien
dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui perbedaan efektifitas cara kontrol halusinasi menggunakan teknik
menghardik terhadap dua pasien dengan intensitas tanda dan gejala halusinasi pada
halusinasi pendengaran di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan tindakan keperawatan mengontrol halusinasi pendengaran:
menghardik halusinasi dapat menurunkan tingkat munculnya stressor halusinasi
pendengaran?
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/5/01-gdl-devianggra-250-1-p10013-
d-i.pdf (diperoleh pada 15 Maret 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter%20II.pdf (diperoleh
pada 15 Maret 2017)
Keliat, BA., dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:CMHN (Basic
Courese). Jakarta: EGC.
Keliat, BA., dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.
Nasir Abdul. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Stuart Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta;EGC.
Tirto Jiwo. 2015. Pusat Pemulihan dan Pelatihan bagi Penderita Gangguan Jiwa:
Cara Mengatasi Halusinasi. Diperoleh 16 Maret 2017.
mengatasi%20halusinasi%20_%20Tirto%20Jiwo.html.
Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Watik Ahmad. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian dan Kesehatan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Yosep Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung:PT. Refika Aditama Edisi Ketiga.
Yusuf. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.