Anda di halaman 1dari 6

28 | Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.

1 (2021) 28-34

HUBUNGAN POSISI ELEVASI DENGAN TEKANAN INTRA KRANIAL


PADA PASIEN CIDERA KEPALA SEDANG DI RSUD RAA SOEWONDO
PATI
Heny Siswantia, Sukarminb, Lailatul Maghfirohc
a,b
Universitas Muhammadiyah Kudus, Kudus, Indonesia
c
RSUD RAASoewondo Pati, Pati , Indonesia
a
henysiswanti@umkudus.ac.id
b
Sukarmin@umkudus.ac.id
c
lailatulmaghfiroh@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab cedera kepala serius yang
menyebabkan kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif. Cedera kepala merupakan
salah satu dari penyebab kematian di negara berkembang. Setiap pasien cedera kepala mempunyai
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial (TIK) yang dapat menyebabkan kematian.
Tekanan Intrakranial adalah tekanan total yang didesak oleh otak, darah dan cairan serebrospinal di dalam
kubah intrakranial. Peningkatan TIK merupakan peningkatan cairan cerebrospinal (CSS) lebih dari 15
mmHg. Positioning, elevasi atau head up kepala ringan dari 15°-30° telah terbukti mengurangi TIK tanpa
efek merugikan yang signifikan pada cerebral perfussion pressure (CPP). Tujuan: Mengetahui hubungan
posisi elevasi dengan tekanan intra kranial pada pasien cidera kepala sedang Di RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2019. Metode: analitik korelasi. teknik Purposive sampling. Data di analisa dengan uji statistik
Chi square. Hasil: terdapat hubungan posisi elevasi dengan tekanan intra karanial pada pasien cidera
kepala sedang di RSUD RAA Soewondo Pati dengan nilai P Value 0,003< 0,05

Kata kunci : Posisi Elevasi, TIK, Cidera Kepala Sedang

Absract

Background: Traffic accidents are a serious cause of head injury that causes death and disability
in the productive age group. Head injury is one of the leading causes of death in developing countries.
Every head injury patient has the possibility of increased intracranial pressure (ICP) which can cause
death. Intracranial pressure is the total pressure exerted by the brain, blood and cerebrospinal fluid
within the intracranial dome. Increased ICP is an increase in cerebrospinal fluid (CSF) of more than 15
mmHg. Positioning, elevation or head-up lightness of 15 ° -30 ° has been shown to reduce ICP without a
significant detrimental effect on cerebral perfussion pressure (CPP). Objective: To determine the
relationship between elevation position and intra-cranial pressure in moderate head injury patients at
RSUD RAA Soewondo Pati in 2019. Method: correlation analysis. Purposive sampling technique. Data
were analyzed using Chi square statistical test. Results: there is a relationship between elevation position
and intra-caranial pressure in moderate head injury patients at RAA Soewondo Pati Hospital with a P
value of 0.003 <0.05.

Keywords: Elevation Position, ICT, Medium Head Injury ibliography: 23 Bibliography (2009-2018)
Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 28-33 | 29

pasien dengan TIK yang lebih dari 15 mmHg.


PENDAHULUAN Hal ini terkonfirmasi pada review terkait
Indonesia sebagai negara berkembang cedera kepala, dimana angka kematian
mempunyai jumlah penduduk sebanyak mencapai 55,6% pada TIK dengan >40
237,6 juta orang dan membuat Indonesia mmHg.
menempati peringkat keempat sebagai salah Di Indonesia pada tahun 2015, cedera
satu negara dengan jumlah penduduk intrakranial merupakan nomor lima kejadian
terbanyak di dunia. Seiring pertambahan umum dari kematian di rumah sakit dengan
penduduk dan kemajuan teknologi total angka 3.021 kematian (3,13%).
transportasi berpengaruh terhadap mobilitas Peningkatan TIK merupakan kejadian paling
penduduk. Hal tersebut menyebabkan umum pada pasien dengan cedera kepala
banyaknya pengguna kendaraan di area jalan berat (Romner, 2013)
raya sehingga banyak terjadi kasus Tekanan Intrakranial adalah tekanan total
kecelakaan (Purnomo, 2014) yang didesak oleh otak, darah dan cairan
Menurut Badan Pusat Statistik Republik serebrospinal di dalam kubah intrakranial.
Indonesia, jumlah kecelakaan lalu lintas Peningkatan TIK merupakan peningkatan
meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data cairan cerebrospinal (CSS) lebih dari 15
Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada mmHg (nilai normal 3-15 mmHg).
tahun 2017 jumlah kecelakaan mencapai Peningkatan TIK juga dapat disebabkan oleh
100.106 kasus, korban meninggal 26.416 peningkatan volume darah karena trombosis
orang, luka berat 28.438 orang dan yang vena serebral, meningitis maupun malformasi
menderita luka ringan 110.448 orang. Angka vaskuler. Peningkatan TIK juga dapat
kejadian kecelakaan di Jawa Tengah pada didefinisikan sebagai peningkatan volume
tahun 2017 yang dicatat oleh Direktorat Lalu otak karena lesi intrakranial atau edema
Lintas Kepolisian Daerah Jawa Tengah serebral sehingga menyebabkan peningkatan
terdapat 19.223 kasus, 3.212 orang tekanan pada kubah intrakranial. Seringkali
diantaranya meninggal dunia, 1.182 orang gabungan dari ketiga faktor tersebut
mengalami luka berat, dan 25.307 orang menghasilkan peningkatan tekanan
mengalami luka ringan (BPS, 2017) intrakranial. Peningkatan TIK dapat
Kecelakaan lalu lintas merupakan menyebabkan menurunnya aliran darah
penyebab cedera kepala serius yang serebral dan hipoksia jaringan otak sehingga
menyebabkan kematian dan kecacatan utama akan menyebabkan kematian sel. Kematian
pada kelompok usia produktif. Cedera kepala sel bersifat ireversibel sehingga apabila hal
merupakan salah satu dari penyebab itu terjadi, akan mengakibatkan edema
kematian di negara berkembang. Cedera sekitar jaringan nekrosis dan menyebabkan
kepala juga merupakan penyebab signifikan peningkatan TIK lebih lanjut sehingga
kesakitan dan kematian di Amerika Serikat. menyebabkan herniasi batang otak dan
Terdapat 1,7 juta cedera kepala dengan berakibat pada kematian (Porter, 2015)
jumlah 275.000 dirawat di rumah sakit dan Setiap pasien cedera kepala mempunyai
52.000 meninggal setiap tahunnya. Di kemungkinan adanya peningkatan tekanan
Indonesia sendiri, insiden dari cedera kepala intrakranial (TIK) yang dapat menyebabkan
berat adalah antara 6 sampai 12% dari semua kematian. Pada cedera kepala, peningktan
kejadian cedera kepala dengan rata-rata TIK secara konsisten dihubungkan dengan
angka kematian antara 25 sampai 37% luaran yang buruk. Luaran setelah cedera
(Tjahjadi, 2013) kepala secara signifikan lebih buruk diantara
Setiap pasien cedera kepala mempunyai pasien dengan TIK yang lebih dari 15 mmHg.
kemungkinan adanya peningkatan tekanan Hal ini terkonfirmasi pada review terkait
intrakranial (TIK) yang dapat menyebabkan cedera kepala, dimana angka kematian
kematian. Pada cedera kepala, peningktan mencapai 55,6% pada TIK dengan >40
TIK secara konsisten dihubungkan dengan mmHg. Di Indonesia pada tahun 2016,
luaran yang buruk. Luaran setelah cedera cedera intrakranial merupakan nomor lima
kepala secara signifikan lebih buruk diantara kejadian umum dari kematian di rumah sakit
30 | Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 29-33
dengan total angka 3.021 kematian (3,13%). otak tetap lancar. Kepala dan leher pasien
8 Peningkatan TIK merupakan kejadian dipertahankan dalam posisi netral tanpa
paling umum pada pasien dengan cedera rotasi atau posisi fleksi, hal ini akan
kepala berat (Romner, 2013) meningkatkan drainase vena serebral dan
Berdasarkan data dari RSUD Soewondo mengurangi TIK (Cottrell, 2010)
Pati tahun jumlah pasien dengan penyakit Penelitian yang dilakukan oleh Mahfud
bedah kecelakaan lalu lintas sebanyak 192, tahun 2016 di Gorontalo pada 33 pasien
pasien dengan cedera kepala yang kemudian diposisikan 0°, 30°, dan 60° hasil
dikategorikan ke dalam cedera kepala sedang penelitian menunjukkan bahwa TIK pada
71 pasien dan cedera kepala berat 20 pasien. semua pasien meningkat ketika pasien
Cidera sedang rata- rata mengalami Tekanan diposisikan 0°. Pada elevasi kepala 30° nilai
Intra Kranial (TIK) 48 mmHg dan cidera TIK rendah dan CPP dapat dipertahankan.
berat rata- rata mengalami Tekanan Intra Sedangkan nilai TIK terendah ditemukan
Kranial (TIK) 62 mmHg. Tanda- tanda pada elevasi kepala 60° namun CPP tertinggi.
Tekanan Intra Kranial (TIK) yaitu nyeri Penelitian yang dilakukan Ida Bagus Adi
kepala, papil edema, muntah, tanda lainnya Kirana tahun 2015 menunjukkan bahwa
yang bisa didapatkan berupa sindrom penurunan TIK tanpa penurunan CPP
chusing, penurunan kesadaran jika formation maupun CBF pada sebagian besar pasien
retikularis tertekan. dengan elevasi kepala 30 derajat Peneliti lain
Perawatan pasien dengan manajemen TIK juga mengobservasi bahwa elevasi kepala 30
rata-rata terjadi pada pasien dengan cedera derajat dapat menurunkan TIK dan
kepala sedang hingga berat. Peningkatan meningkatkan CPP, tetapi tidak mengubah
tekanan atau menyebarnya bekuan darah oksigenasi jaringan otak. Sehingga posisi
pada otak juga dapat mendesak otak pada kepala yang direkomendasikan adalah
saraf okulomotorius dan optikal yang dengan elevasi kepala 15 sampai 30 derajat.
menimbulkan perubahan pupil. Oleh karena Penurunan TIK tanpa adanya peningkatan
itu, penanganan pasien cedera kepala dengan CPP dengan elevasi kepala 15 sampai 30
peningkatan TIK diperlukan penanganan derajat adalah menguntungkan dan aman
yang komprehensif. Hal ini bertujuan untuk untuk sebagian besar pasien. Berdasarkan
meningkatkan kualitas perawatan dan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti
pelayanan kepada pasien. Mengingat dengan metode wawancara terhadap perawat
pentingnya manajemen tekanan intrakranial di RSUD RAA Soewondo Pati terhadap 7
terhadap pasien cedera kepala sedang-berat, pasien cidera kepala sedang didapatkan hasil
maka dibutuhkan pengetahuan dan bahwa 2 pasien yang dilakukan posisi elevasi
keterampilan perawat yang baik pula. 15° didapatkan hasil tekanan cairan
Tindakan keperawatan untuk mengatasi serebrospinal 21 mmHg, dan 3 pasien yang
TIK berdasarkan Guidelines for The dilakukan posisi elevasi 20° di dapatkan hasil
Management of Severe Traumatic Brain tekanan cairan serebrospinal 45 mmHg dan 2
Injury dari Brain Trauma Foundation (2017) pasien yang dilakukan posisi elevasi 30°
antara lain oksigenasi yang adekuat atau didapatkan hasil tekanan cairan serebrospinal
Airway, Breathing, and Circulations (ABC), 35 mmHg dan 3 pasien mengalami Nilai
hiperventilasi, drainase, terapi diuretik dan GCS yaitu 11, terjadi penurunan kesadaran,
hiperosmolar, hipotermia, kontrol gula darah pupil dan defisit neurologis.
dan nutrisi, decompressive craniectomy,
positioning, stimuli lingkungan, manajemen METODE
tekanan darah, dan pencegahan kejang. Penelitian analitik korelasi dengan
Positioning, elevasi atau head up kepala pendekatan Cross sectional, sampel pasien
ringan dari 15°-30° telah terbukti cidera kepala sedang di RSUD RAA
mengurangi TIK tanpa efek merugikan yang Soewondo sebanyak 36 pasien.
signifikan pada cerebral perfussion pressure . teknik Purposive sampling. Data di
(CPP). Posisi head up kepala 30° bertujuan analisa dengan uji statistik Chi square.
untuk mendorong drainase vena jugularis ke
Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 28-33 | 31

HASIL PENELITIAN Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden


Berdasarkan Tekanan Intra Kranial di RSUD RAA
Analisa Univariat Soewondo Pati
1. Posisi Elevasi TIK Jumlah %
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden TIK tidak 24 72.7
Berdasarkan Posisi Elevasi di RSUD RAA Soewondo meningkat
Pati TIK Tinggi 9 24.2
Jumlah 33 100
Posisi Elevasi Jumlah %
Dilakukan 27 81.8 Sumber: Data Primer, 2019
Tidak dilakukan 6 18.2 Tabel 4.4. Menunjukkan bahwa
Jumlah 33 100
sebagian besar responden mengalami TIK
Sumber: Data Primer, 2019 tidak meningkat sebanyak 24 orang
Tabel 4.3. Menunjukkan bahwa (72.7%), dan paling sedikit mengalami TIK
sebagian besar responden tinggi sebanyak 9 orang (24.2%).Analisis
dilakukan posisi elevasi sebanyak 27 orang Bivariat
(81.8%), dan paling sedikit tidak dilakukan 1. Hubungan Posisi Elevasi dengan Tekanan
posisi elevasi sebanyak 6 orang (18.2%). Intra Kranial Pada Pasien Cidera Kepala
2. Tekanan Intra Kranial Sedang di RSUD RAA Soewondo Pati
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Posisi Elevasi dengan Tekanan Intra Karanial Pada Pasien Cidera
Kepala sedang di RSUD RAA Soewondo Pati
Posisi Elevasi TIK Total Pvalue
TIK Tinggi TIK Tidak
Meningkat
N % N % N %
Dilakukan 4 12.1 23 69.7 27 81.8 0,003
Tidak dilakukan 5 15.2 1 3.0 6 18.2
Total 9 27.3 24 72.7 33 100
Sumber Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.7 menjelaskan
tentang penyebaran data antara 2 variabel KESIMPULAN DAN SARAN
yaitu posisi elevasi dengan tekanan intra Kesimpulan
kranial pada cidera kepala sedang di RSUD a. Sebagian besar responden
RAA Soewondo Pati, dapat dilihat bahwa dilakukan posisi elevasi sebanyak
dari 33 responden yang diteliti 27 responden 27 orang (81.8%),
dilakukan posisi elevasi dan TIK tinggi b. bahwa sebagian besar responden
sebanyak 4 orang (12.1%), dan TIK tidak mengalami TIK tidak meningkat
meningkat sebanyak 23 orang (69.7%) sebanyak 24 orang (72.7%),
sedangkan 6 responden, tidak dilakukan c. Ada hubungan posisi elevasi dengan
posisi elevasi dan TIK tinggi sebanyak 5 tekanan intra karanial pada pasien
orang (15.2%) , dan TIK tidak meningkat cidera kepala sedang di RSUD RAA
sebanyak 1 orang (3.0%). Soewondo Pati dengan nilai P Value
Setelah dilakukan tabulasi silang, maka 0,003< 0,05.
dilakukan analisis sehingga diperoleh nilai p
Saran
value sebesar 0,003 < 0,05, sehingga Ho
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
ditolak dan Ha diterima. Jadi, ada hubungan
Agar peneliti berikutnya meneliti
posisi elevasi dengan tekanan intra karanial
tentang faktor lain yang
pada pseien cidera kepala sedang di RSUD
mempengaruhi posisi elevasi pada
RAA Soewondo Pati.
pasien cidera kepala sedang.
Penelitian lanjutan dengan tema yang
sama namun di wilayah yang lebih
luas dan jumlah sampel yang lebih
32 | Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 29-33
besar agar hasilnya dapat Krisanty, P, et al. 2009. Asuhan Keperawatan
digeneralisasikan. Gawat Darurat. Cetakan Pertama.
b. Bagi Universitas Muhamammadiyah Jakarta: Penerbit Trans Info Media.
Kudus Maryuani. 2009.
Menambah wawasan ilmu dan Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta
pengetahuan yang bermanfaat bagi Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapius.
dunia keperawatan dalam kesehatan
khususnya mahasiswa Universitas Manusubroto, Wiryawan. 2010. Evaluasi
Muhammadiyah Kudus mengenai Penatalaksanaan Cedera Kepala.
posisi elevasi dengan tekanan intra https://www.researchgate.net/publication
karanial pada pasien cidera kepala /255172749.
c. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati NINDS (National Institute of Neurological
Menambah informasi bagi rumah Destroyed dan Stroke). 2012. Traumatis
sakit supaya lebih memperhatikan Brain Injury, http://WEB-
penanganan yang efektif dan efisien INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx
pasien cidera kepala sedang.
Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Edisi Revisi, Jakarta: Rineka
Arifin, M., & Henky, J. 2012. Analisis nilai Cipta
functional independence measure
penderita cedera servikal dengan Nursalam. 2013. Konsep Dan Penerapan
perawatan konservatif. Makara, Metodologi Penelitian Ilmu
Kesehatan, Vol. 16, No. 1, Juni 2012, Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
17-22. PERDOSSI. 2016. Rekomendasi
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian Suatu Penatalaksanaan Cedera Kepala.
Pendekatan. Jakarta : Rineka Cipta. http://dokumen.co.id.

Azwar. 2009. Metode Penelitian. Purnomo, Yudi. (2014). Gamabaran


Yogyakarta : Banyu Media Pengetahuan Masyarakat Awam
tentang
Batticaca Fransisca, C. 2009. Asuhan Prehospital Care Management Pasien
Keperawatan pada Klien dengan Trauma di Kelurahan Trimulyo
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Semarang. Perpustakaan Unimus.
Salemba Medika
Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal
Badan Pusat Statistik. (2017, Juni 06). Badan Bedah. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta.
Pusat Statistik Tabel Dinamis. Diambil
kembali dari Badan Pusat Statistik: PUSBANKES 118. 2015. Penanggulangan
https://www.bps.go.id/site/resultTab Penderita Gawat Darurat, DIY.

Depkes RI. 2010. Sistem Penanggulangan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Dalam
Gawat Darurat Terpadu. Jakarta: Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Departemen Kesehatan Republik Medika
Indonesia. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf,
Faqih, Moh Ubaidillah. 2017. Analisis Faktor Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Yang Mempengaruhi Kemandirian Pada Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar
Pasien Cedera Kepala Yang Pernah Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Dirawat Di IGD RSUD DR. R. Koesma dan Suddarth. EGC. Jakarta
Tuban. http://www.jik.ub.ac.id.
Soertidewi, L. 2012. Penatalaksanaan
Hidayat. Aziz Alimul. 2010. Metode Kedaruratan Cedera Kranioserebral, FK
Penelitian Kebidanan Dan Teknik Universitas Indonesia, Jakarta.
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika http://kalbemed.co.id.
Heny Siswanti, Sukarmin, Lailatul Maghfiroh / Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.12 No.1 (2021) 28-33 | 33

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, R & D.
Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai