Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat
menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi.
(Rampengan, 1993)
Pertusis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella
pertusis, nama lain penyakit ini adalah tussis quirita, whooping coagh, batuk
rejan. (Mansjoer, 2000)
Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang
menimbulkan Serangan batuk panjang yang bertubi-tubi, berakhir dengan
inspirasi berbising. (Ramali, 2003)
ETIOLOGI
Terapi Kausal
Anti mikroba
Salbutamol
Blobulin imun pertussis
Terapi suportif (Perawatan Pendukung).
Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
Pembersihan jalan nafas .
Istirahat yang cukup.
Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bila penderita muntah-muntah sebaiknya
diberikan cairan dan elektrolit secara parentral.
PENCEGAHAN
Vaksin pertusis diberikan bersama-sama dengan vaksin difteri dan tetanus dosis
pada imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada umur 2 bulan. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa vaksinasi pertusis sudah dapat diberikan pada umur
1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang waktu epidemi diberikan lebih awal lagi
yaitu umur 2 – 4 minggu.
Diberikan vaksin pertusis yang terdiri dari kuman bordetella pertusis yang telah
dimatikan untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini diberikan bersama vaksin
difteri dan tetanus. Dosis yang dianjurkan 12 unit diberikan pada umur 2 bulan.
CONTOH KASUS
I. Pengkajian
Identitas :
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun
Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan sudah 7 hari An. A mengalami batuk disertai muntah yang hebat pada
siang maupun malam hari.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum Klien : Klien tampak lemah, sesak nafas, demam
Tanda-tanda Vital
Suhu : 39oC
Nadi : 120x/menit
Respirasi : 28x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Masalah keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Pola napas tidak efektif b/d dispnea
3. Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari
kebutuhan) berhubungan dengan muntah yang lebih dan
anoreksi.
Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,status ventilasi saluran pernafasan baik
Kriteria Hasil :
Keluarga mampu mengetahui ttg sakit yang dialami anaknya
Klien mengungkapkan pernafasan menjadi mudah
Klien mampu melakukan batuk efektif
Rata-rata pernafasan normal(16-24x/mnt)
Intervensi :
Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan dan gerakan dada .
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak simetriks sering terjadi karena ketidak nyamanan gerakan
dinding dada dan/ cairan paru
Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang
tak mampu melakukan karena
Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
daripada dingin.
Rasional : cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarkan secret.
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan sekresi secret dijalan napas dan menurunkan resiko keparahan
2. Pola napas tidak efektif b/d dispnea
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien menunjukkan pola napas efektif
Kriteria hasil :
Keluarga mampu mengerti ttg sesak yg dialami anaknya
Px mengungkapkan sesak berkurang
Px mampu melakukan napas dalam
Pengembangan dada normal antara inspirasi dan ekspirasi
Intervensi :
Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan, ekspansi dada. Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu.
Rasional : kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja napas (pada awal /hanya tanda EP subakut). Kedalaman
pernafasan biasanya bervariasi tergantung derajat gagal napas. Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan/ nyeri dada
pleuritik.
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Bangunkan pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru memudahkan pernafasan. Pengubahan
posisi dan ambulasi meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga
memperbaiki difusi gas
Observasi pola batuk dan karakter secret
Rasional : kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritasi. Sputu berdarah dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan (infark paru) atau antikoagulan berlebihan
3. Ganggaun pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan muntah yang lebih dan anoreksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Keluarga mengerti ttg pentingnya nutrisi
Px mengungkapkan nafsu makannya bertambah
Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan / diberikan,
BB meningkat, membrane mukosa lembab
Intervensi:
Kaji keluhan muntah dan anoreksia yang dialami klien.
Rasional :Mengetahui / menetapkan cara menentukan tindakan perawatan dan cara mengatasinya.
Berikan makanan yang tidak terlalu asin dan makanan yang tidak digoreng.
Rasional: Makanan yang asin dan digoreng dapat meerangsang batuk.
Berikan makanan / minuman setiap habis batuk dan muntah.
Rasional :Pemberian makanan dan minuman setelah batuk dan muntah membantu memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Hindarkan pemberian makanan yang sulit ditelan
Rasional : Makanan cair atau lunak menghindari adanya aspirasi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberiaan nutrisi parenteral.
Rasional :Nutrisi parenteral sangan dibutuhkan oleh klien terutama jika intake peroral sangat
minim.
TERIMA KASIH