Anda di halaman 1dari 19

Asuhan keperawatan anak

dengan
Asuhan pertusisanak
keperawatan
dengan pertusis
Kelompok
Kelompok 1 1
1. Fadilatul mila
2.1. Hayati
Fadilatul mila
3.2. Abd.
Hayati
Rozak
3. Abd. Rozak
DIFINISI

Menurut Nelson pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan
oleh brodetella pertusis. Menururt Arif Mansjoer pertusis adalah penyakit saluran
nafas yang disebabkan oleh brodetella pertusis, nama lain penyakit ini adalah
Tussisi Quinta, whooping cough,batuk rejan. Menurut Ramali pertusis adalah
penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas yang menimbulkan
erangan batuk panjang yang bertubi-tubi berakhir dengan inspirasi berbising. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pertusis adalah infeksi saluran
pernafasan akut yang disebabkan oleh bordetella pertusis, nama lain penyakit ini
adalah tussis Quinta, whooping cough, batuk rejan. (Nur Fajrin Dina, 2017)
ETIOLOGI

A. Menurut Nur Fajrin Dina, 2017 adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:
1. Berbentuk batang (coccobacilus).
2. Tidak dapat bergerak.
3. Bersifat gram negatif.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5. Mati pada suhu 55ºC selama ½ jam, dan tahan pada suhu rendah (0º10ºC).
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolarmetakromatik.
7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapiresisten terhdap penicillin.
8. Menghasilkan 2 macam toksin antara lain
a. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
b. Endotoksin (lipopolisakarida)
 
Epidemiologi

Pada th 1900-an, penyebab kematian anak di AS. Tahun 1940-an ditemukan vaksin maka kesakitan dan
kematian turun. Angka morbiditas th 1922-1940: 150/100.00, th 1980-1991 tinggal 1,2/100.000. Cakupan
imunisasi yg tinggi di Amerika latin menurunkan kasus dari 120.000 th 1980 menjadi 40.000 th 1900. Angka
kematian di Amerika 80% pada bayi & 70% nya pada bayi < 6 bulan. CFR saat ini kurang dari 1% pada bayi
< 6 bulan morbiditas sedikit lebih banyak pada wanita daripada pria. Penyebab utama kematian pada bayi &
anak yang tdk dimunisasi, malnutrisi & infeksi saluran napas & cerna. Peneumonia merupakan penyebab
utama kematian karena pertusis. Di Indonesia, sejak 1991 pertusis muncul menjadi kasus yang sering
dilaporkan pada balita. Tahun 1996 ada 7796 kasus. 40% menyerang balita, remaja & dewasa meningkat.
Estimasi WHO, 600.000 kematian terjadi karena pertusis.
Patofiologis

Brodetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang


kemudian melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Basil biasanya
bersarang pada silia epitel thorak mukosa, menimbulkan eksudasi yang muko
purulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak, disertai
infiltrate netrofil dan makrofag. Mekanisme patogenesis infeksi Bordetella
pertusis yaitu perlengketan, perlawanan, pengerusakan local dan diakhiri
dengan penyakit sistemik. Perlengketan dipengaruhi oleh FHA ( filamentous
Hemoglutinin), LPF (lymphositosis promoting factor), proten 69 kd yang
berperan dalam perlengketan Bordetella pertusis pada silia yang menyebabkan
Bordetella pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan
menimbulkan whooping cough.
Pathway
Manifestasi Klinik

Menurut Nur Fajrin Dina (2017) masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih dan berlangsung dalam 3 stadium
yaitu :
 Stadium kataralis/stadium prodomal/stadium proparoksimal:
1. Lamanya 1-2 minggu.
2. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas yaitu timbulnya rinore
dengan lender yang jernih.
3. Kemerahan konjungtiva, lakrimasi.
4. Batuk dan panas ringan.
 Stadium paroksimal/stadium spasmodic
1. Lamanya 2-4 minggu
2. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang bunyinya nyaring) sering
terdengar pada saat penderita menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 –10 kali,
selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn cepat
dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah.
 Stadium konvaresens
1. Terjadi pada minggu ke 4 – 6 setelah gejala awal
2. Gejala yang muncul antara lain : Batuk berkurang, Nafsu makan timbul kembali, muntah
berkurang, Anak merasa lebih baik
komplikasi
 Pada saluran pernafasan
1. Bronkopnemonia
2. Otitis media / radang rongga gendang telinga
3. Bronkhitis
4. Atelaktasis
5. Emphisema Pulmonum
6. Bronkhiektasis
7. Aktifitas Tuberkulosa
8. Kolaps alveoli paru
 Pada saluran pencernaan
1. Emasiasi dikarenakan oleh muntah-muntah berat.
2. Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya tekanan intraabdomen.
3. Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit padasaat batuk.
4. Stomatitis.
 Pada system syaraf pusat Terjadi karena kejang
1. Hipoksia dan anoksia akibat apneu yang lama
2. Perdarahan sub arcknoid yang massif
3. Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
4. Gangguan elektrolit karena muntah
Pemeriksaan Penunjang

1. Pembiakan lendir hidung dan mulut.


2. Pembiakan darah
3. Pemeriksaan serologis untuk Bordetella pertusis.
4. Tes ELISA (Enzyme – Linked Serum Assay)
5. Foto rontgen dada memeperlihatkan adanya
infiltrate perihilus,atelaktasis atau emphysema.
Penatalaksanaan

 Terapi Kausal
 Anti Mikroba
 Salbutamol
 Globulin imun pertusis
 Terapi suportif (Perawatan Pendukung)
 Terapi suportif (Perawatan Pendukung)
 Lingkungan perawatan pasien yang tenang.
 Pembersihan jalan nafas .
 Istirahat yang cukup.
 Oksigen terutama pada serangan batuk yang hebat disertai sianosis.
 Nutrisi yang cukup, hindari makanan yang sulit ditelan. Bilapenderita muntah-muntah
sebaiknya diberikan cairan dan elektrolitsecara parentral.
PENCEGAHAN

Berikan vaksin pertusis diberikan bersama-sama


dengan vaksin difteri dan tetanusdosis pada
imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan pada
umur 2bulan. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa vaksinasi pertusis sudahdapat diberikan pada
umur 1 bulan dengan hasil yang baik. Sedang
waktuepidemi diberikan lebih awal lagi yaitu umur 2
– 4 minggu. Diberikan vaksin pertusis yang terdiri
dari kuman bordetella pertusis yangtelah dimatikan
untuk mendapatkan imunitas aktif. Vaksin ini
diberikanbersama vaksin difteri dan tetanus.
PENGKAJIAN

 Anamnese
• Biodata.
• Identitas klien
• Identitas orang tua
 Keluhan Utama
 Riwayat Kesehatan
• Kesehatan Sekarang
• Kesehatan dahulu
• Kesehatan keluarga
• Riwayat Vaksin
• Riwayat Nutrisi
• Tumbuh Kembang
 Pemeriksaan Fisik
• TTV
• Kepala
• Thorax dan Pernafasan
 Pemeriksaan penunjang:
 
LANJUTAN

 ADL  (Activity of Daily Living )


• Nutrisi : muntah, anoreksia.
• Aktivitas : pada stadium akut paroksimal terjadi lemas / lelah
• Istirahat tidur : terganggu, akibat serangan batuk panjang
dan berulang-ulang.
• Personal hygien: lidah menjulur keluar dan gelisah yang
berakibat keluar liur berlebihan.
• Eliminasi : sering terberak-berak, terkencing-kencing bila
sedang batuk.
N Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
o
ANALISA DATA 1 : - Klien
DS Bordetella pertusis Bersihan jalan napas tidak
mengeluh sesak ↓
efektif
DO : - rinore Inhalasi droplet
dengan ↓
lender cair, Alveolus (Reaksi antigen-antibodi)
jernih. ↓
- klien tampak Reaksi radang paru
batuk ringan ↓
- klien tampak Peningkatan produksi sekret
sulit bernafas. ↓
Akumulasi secret

Obstruksi jalan nafas

Batuk-batuk

Bersihan jalan napas tidak efektif
Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan


sekret
2) Nyeri akut berhubungan dengan batuk yang menetap
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering terbangun
dimalam hari.
5) Risiko dibuktikan dengan kadar sel darah putih yang meningkat
INTERVENSI No Dx (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)
KEPERAWATAN Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Observasi
1
napas tidak keperawatan selama 1 x 60 1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
efektif menit, diharapkan bersihan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
jalan napas pasien dapat
4. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
meningkat. karakteristik)
Dengan Kriteria Hasil: Terapeutik
Batuk efektif meningkat 5. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
Produksisputum menurun 6. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
7. Buang sekret pada tempat sputum
Mengi menurun
Edukasi
Wheezing menurun
8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Mekonium menurun
9. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
10. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
11. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Implementasi No Tanggal Jam Implementasi Nama/Tanda
Keperawatan Tangan
1 20/03/2022 11.00 1. Identifikasi kemampuan batuk  
  2. Monitor adanya retensi sputum
  3. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
  4. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan
  karakteristik)
  5. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
  6. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
  7. Buang sekret pada tempat sputum
  8. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
  9. Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4
11.30 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan
  dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
  8 detik
  10. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 12.00 11. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
napas dalam yang ke-3
  12. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,
  jika perlu
 
Diagnosa Keperawatan
Tanggal Evaluasi Paraf
 
20/03/2022 Bersihan jalan napas S: -
Pukul 18.00 tidak efektif O: Batuk efektif
meningkat
EVALUASI Produksi sputum menurun
Mengi menurun
Wheezing menurun
Mekonium menurun
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai