KEPERAWATAN
PERTUSIS
131611133087
Definisi
Penyakit pertussis atau dikenal dengan batuk rejan atau batuk 100
hari, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
kokobasilus Gram negative Brodetella pertussis.
Etiologi
Inhalasi droplet
Peningkatan aktivitas seluler
alveolus
Turbekel pecah Metabolisme meningkat
Reaksi antigen-antibodi
Pemecahan KH, Protein.
Eksudasi
Lemak dan adanya penekanan
Reaksi radang paru-paru pada saraf pusat lapar di otak
Fibrosis jaringan paru
peningkatan reproduksi sekret
Kurang nafsu makan
Iskemia jaringan paru
akumulasi sekret
Asupan nutrisi kurang
Merasngsang reseptor saraf
untuk mengeluarkan Obstruksi jalan napas
neurotransmeter bradykinin, BB menurun
serotonin dan histamin
Batuk-batuk
Pada umumnya, gejala pertussis (batuk rejan) akan muncul antara 7-21
hari setelah bakteri Bordetella Pertussis masuk dalam saluran pernapasan
seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, yaitu :
1. Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1-2 minggu, pada permulaan hanya berupa
batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin
lama makin bertambah berat dan terjadi serangan . Gejala lainnya
ialah pilek, serak dan anoreksia. Gejala pada stadium ini menyerupai
influenza
2. Stadium Paroksismal
Pada stadium ini berlangsung 2-4 minggu. Selama stadium ini
batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang bunyinya
nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik napas
pada akhir serangan batuk. Batuk ini dapat berlangsung terus-
menerus, selama beberapa bulan tanpa adanya infeksi aktif dan
dapat menjadi lebih berat. Selama serang, wajah akan memerah,
sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi,
salvias dan pelebaran vena leher.
3. Stadium Konvaresens
Stadium ini terjadi pada minggu ke 4-6 setelah gejala awal.
Ditahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Gejala yang
mucul antara lain batuk berkurang. Nafsu makan timbul
kembali, muntah berkurang. Akan tetapi, pada beberapa
penderita, batuk bisa terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernapasan
Komplikasi
Alat pernapasan
Pada alat pernapasan dapat terjadi otitis media (sering pada bayi),
bronchitis, atelaksis yang disebabkan sumbatan mucus, emfisema,
bronkiektasis dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi
sekunder, missal karena streptokokus hemolitik, pneumokokus, dll
Alat pencernaan
Pada alat pencernaan, dapat terjadi muntah-muntah yang berat yang
dapat menimbulkan emasiasi. Prolapsus rectum atau hernia yang
mungkin dapat timbul karena tingginya tekanan intra abdominal,
ulkus pada ujung lidah karena lidah tergososk pada gigi atau tergigit
pada waktu serangan batuk.
Susunan Saraf
kelainan system saraf sentral terjadi relatif, sangat sering dan hampir
selalu akibat hipoksemia atau peraarahan akibat batuk atau panea
pada bayi muda. Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan
elektrolit akibat muntah-muntah, kadang juga terdapat kongesti dan
edema otak. Mungkin pula terjaid perdarahan otak
Pemeriksaan Diagnostik
Identitas
a. Kaji identitas klien
b. Kaji identitas penanggung jawab
Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
Klien mengeluh batuk terus-menerus
• Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami batuk keras yang terus-menerus, BB turun, mual/muntah, tidak nafsu makan, nyeri tenggorookan
• Riwayat kesehatan dahulu
tidak ada
• Riwayat kesehatan keluarga
Tidak aada
Pemeriksaan fisik
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan
yang berlebihan dan gerakan dada
2. Pola napas tidak efektif b.d dyspnea 1. Kaji frekuensi, kedalaman prnapasan,
ekspansi dada. Catat upaya pernapasan
Tujuan: termasuk penggunaan otot bantu atau
Menunjukkan pola napas efektif dengan pelebaran masal
frekuensi jelas dan aru bersih 2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
bunyi napas adventusis, seperti krekels,
Kriteria Hasil: mengi, dan gesekan pleural
a. Frekuensi pernapasan normal 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah
b. Bunyi paru jelas atau bersih posisi. Bantu klien turun dari tempat
c. Keadaan paru dalam rentan normal tidur dan ambulasi segeraa mungkin
d. Pengembangan dada normal antar 4. Tinggikan kepala dan bantu mengubah
inspirasi dan ekspirasi posisi.
5. Observasi pola batuk dan karakter sekret
No. Diagnosa keperawatan Intervensi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Pantau berat badan klien secara berkala
Identitas Klien
Nama : An.B
TTL :7 September 2011
Umur : 7 tahun 1 hari
Nama Ayah/ibu : Tn. M/Ny. M
Pekerjaan Ibu : Buruh
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Diagnosa : Pertusis
Riwayat Sakit dan Kesehatan
5. Gangguan rasa aman dan 1. Menemani dan membantu 1. Mengurangi rasa gelisah
nyaman b.d aktivitas batuk anak pada saat batuk bila dan kesulitan bernafas
yang meningkat anak muntah pada anak
2. Meminimalkan anak 2. Penyebab serangan batuk
untuk menangis atau dapat berkurang
tertawa/bercanda yang 3. Obat tidak akan terbuang
berlebihan sia-sia kalau diberikan
3. Pemberian obat setelah setelah anak mendapat
anak mendapat serangan serangan batuk
batuk dan sudah reda
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal
Bchttiar, Novilia Sjafri, dkk. 2011. Titer IgG Pertusis pada Usia
Remaja, Dewasa, Orang Tua Mempergunakan Metode ELISA
dan Mikroaglutinasi Pertusis. Volume 43, Nomor 1. Bandung
Krisma, Indira. 2015. Penyakit Menular (Kebijakan Pertusis).
Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Diponegoro.
TERIMAKASIH