Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN

KEPERAWATAN
PERTUSIS

Dewi Indah Kumalasari

131611133087
Definisi

 Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough, tussis quinta,


violent cough, dan di Cina disebut batuk seratus hari. Sydenham
yang pertama kali menggunakan istilah pertussis (batuk kuat) pada
tahun 1670. Istilah ini lebih disukai dari batuk rejan (whooping
cough) karena kebanyakan individu yang terinfeksi tidak berteriak
(whoop artinya berteriak). Pertusis yang berarti batuk yang sangat
berat atau batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi saluran
nafas akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti
anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan
yang menurun
 Pertusis adalah infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan
oleh berdetellah pertussis (Nelson, 2000 : 960)

 Penyakit pertussis atau dikenal dengan batuk rejan atau batuk 100
hari, merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
kokobasilus Gram negative Brodetella pertussis.
Etiologi

Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang


berbentuk batang gram negative, tidak berspora,
berkapsul, dan dapat dimatikan oleh pemansan 50°C
tetapi bertahan pada suhu 0°-10° C. bakteri ini
menyangkut pada bulu dari saluran pernapasan (Cahyono
dkk, 2010)
Patofisiologi

 Infeksi diperoleh oleh inhalasi yang mengandung bakteri


Bordetella pertusis. Perubahan inflamasi dipandang sebagai
organisme proliferasi di mukosa sepanjang saluran pernafasan,
terutama di dalam bronkus dan bronkiolus, mukosa yang padat dan
disusupi dengan neutrofil, dan ada akumulasi lendir lengket dan
leukosit di lumina bronkial. gumpalan basil terlihat dalam silia
epitel trakea dan bronkial, di bawahnya yang ada nekrosis dari
apithelium basiliar. Obstruksi parsial oleh plak lendir di saluran
pernapasan.(Wong,2004)
Bordetella Pertusis

Inhalasi droplet
Peningkatan aktivitas seluler

alveolus
Turbekel pecah Metabolisme meningkat

Reaksi antigen-antibodi
Pemecahan KH, Protein.
Eksudasi
Lemak dan adanya penekanan
Reaksi radang paru-paru pada saraf pusat lapar di otak
Fibrosis jaringan paru
peningkatan reproduksi sekret
Kurang nafsu makan
Iskemia jaringan paru
akumulasi sekret
Asupan nutrisi kurang
Merasngsang reseptor saraf
untuk mengeluarkan Obstruksi jalan napas
neurotransmeter bradykinin, BB menurun
serotonin dan histamin
Batuk-batuk

Nyeri akut Perubahan nutrisi kurang


Pola napas tidak efektif dari kebutuhan
Manifestasi klinis

 Pada umumnya, gejala pertussis (batuk rejan) akan muncul antara 7-21
hari setelah bakteri Bordetella Pertussis masuk dalam saluran pernapasan
seseorang. Perkembangan gejala batuk rejan ada tiga tahapan, yaitu :
1. Stadium kataralis
Stadium ini berlangsung 1-2 minggu, pada permulaan hanya berupa
batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batuk-batuk ini makin
lama makin bertambah berat dan terjadi serangan . Gejala lainnya
ialah pilek, serak dan anoreksia. Gejala pada stadium ini menyerupai
influenza
2. Stadium Paroksismal
Pada stadium ini berlangsung 2-4 minggu. Selama stadium ini
batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang bunyinya
nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik napas
pada akhir serangan batuk. Batuk ini dapat berlangsung terus-
menerus, selama beberapa bulan tanpa adanya infeksi aktif dan
dapat menjadi lebih berat. Selama serang, wajah akan memerah,
sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi,
salvias dan pelebaran vena leher.
3. Stadium Konvaresens
Stadium ini terjadi pada minggu ke 4-6 setelah gejala awal.
Ditahap ini, tubuh penderita mulai membaik. Gejala yang
mucul antara lain batuk berkurang. Nafsu makan timbul
kembali, muntah berkurang. Akan tetapi, pada beberapa
penderita, batuk bisa terjadi selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernapasan
Komplikasi

 Alat pernapasan
Pada alat pernapasan dapat terjadi otitis media (sering pada bayi),
bronchitis, atelaksis yang disebabkan sumbatan mucus, emfisema,
bronkiektasis dan bronkopneumonia yang disebabkan infeksi
sekunder, missal karena streptokokus hemolitik, pneumokokus, dll
 Alat pencernaan
Pada alat pencernaan, dapat terjadi muntah-muntah yang berat yang
dapat menimbulkan emasiasi. Prolapsus rectum atau hernia yang
mungkin dapat timbul karena tingginya tekanan intra abdominal,
ulkus pada ujung lidah karena lidah tergososk pada gigi atau tergigit
pada waktu serangan batuk.
 Susunan Saraf
kelainan system saraf sentral terjadi relatif, sangat sering dan hampir
selalu akibat hipoksemia atau peraarahan akibat batuk atau panea
pada bayi muda. Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan
elektrolit akibat muntah-muntah, kadang juga terdapat kongesti dan
edema otak. Mungkin pula terjaid perdarahan otak
Pemeriksaan Diagnostik

 Pada stadium kataralis dan permulaan stadium spasmodic jumlah


leukosit meninggi kadang sampai 15.000-45000 per mm3 dengan
limfositosis, diagnosis, dapat diperkuat dengan mengisolasi kuman
dari sekresi jalan napas yang dikeluarkan pada waktu batuk.Secara
laboratorium diagnosis pertusis dapat ditentukan berdasarkan
adanya kuman dalam biakan atau dengan pemeriksaan
imunofluoresen.
Pemeriksaan Laboratorium

a. Laboratorium: LED dan Leukosit meningkat


b. Foto Thoorax, CT Scan
c. Periksa Sputum
Penatalaksanaan

 Penilaian dan perawatan pendukung


Tujuan dari ini adalah untuk membatasi jumlah paroksismal, untuk
mengamati keparahan batuk, memberi bantuan bila perlu dan
memaksimalkan nutrisi dan istirahat.
 Agen terapeutik, agen antimikroba
Agen antimokroba selalu diberikan bila pertussis dicurigai atau
diperkuat karena kemungkinan manfaat klinis daa membatasi
penyebaran infeksi.
Eritromisin, 40-50 mg/kg/24 jam, secaara oral dalam dosis terbagi
empat selama 14 hari merupakan pengobatan baku.
 Salbutamol, efektif terhadap pengobatan pertussis dengan cara:
a. Beta 2 adregenik stimulant
o Mengurangi proksismal khas
o Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop
o Mengurangi frekuensi apneu
b. Terapi suportif
o Lingkungan perawatan pendeita yang tenang
o Pembersihan jalan napas
o oksigen
 Kortikosteroid
a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari
b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/
hari kemudian diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari
ke-8
c. Prednisone oral 2,5 – 5 mg/hari
Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan
seragan proksimal.
Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan pasif.


a. Pencegahan secara aktif
Yaitu dengan memberikan virus pertussis dalam jumlah 12 unit dibagi
dalam 3 dosis dengan interval 8 minggu. Penyelidikan imunologis
membentuk antibody. Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertussis
telah dapat diberikan pada masa neonates dan kemudian disusul
dengan pemberian vaksin DT
a. Pencegahan secara pasif
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan
kemopropilaksis.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian

 Identitas
a. Kaji identitas klien
b. Kaji identitas penanggung jawab
 Riwayat Kesehatan
• Keluhan utama
Klien mengeluh batuk terus-menerus
• Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengalami batuk keras yang terus-menerus, BB turun, mual/muntah, tidak nafsu makan, nyeri tenggorookan
• Riwayat kesehatan dahulu
tidak ada
• Riwayat kesehatan keluarga
Tidak aada
Pemeriksaan fisik

– Keadaan umum : compos menti


– Tekanan darah : 90/60 mmHg
– Nadi : 80 x/menit
– Suhu : 370C
– Respirasi : 20 x/menit
Pemeriksaan penunjang

– Laboratorium : LED dan leukosit meningkat.


Pada stadium kataralis dan permulaan stadium plasmodik jumlah leukosit
meningkat antara 15.000 - 45.000 per mm3 dengan limfositosis. Diagnosis dapat
diperkuat dengan mengisolasi kuman dari sekresi jalan nafas yang dikeluarkan
pada waktu batuk.
– Foto thorax, CT Scan.
– Periksa sputum.
Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus yang


berlebihan
2. pola napas tidak efektif b.d dyspnea
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
No. Diagnosa keperawatan Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan
yang berlebihan dan gerakan dada

Tujuan: 2. Auskulasi area paru , catat area penurunan


status ventilasi saluran pernafasan baik , dengan atau taka da aliran udara dan bunyi nafas
cara mampu membersihkan secret yang atventisius misalnya krekes atau mengi
menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas 3. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukkan
. atau bantu pasien melakukan batuk,misalnya
Kriteria Hasil: menekan dada dan batuk efektif
a. Rata rata pernafasan normal
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
b. Sputum keluar dari jalan nafas
5. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
c. Pernafasan menjadi mudah (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat
daripada dingin
d. Bunyi nafas normal
e. Sesak nafas tidak terjadi lagi.
No. Diagnosa keperawatan Intervensi

2. Pola napas tidak efektif b.d dyspnea 1. Kaji frekuensi, kedalaman prnapasan,
ekspansi dada. Catat upaya pernapasan
Tujuan: termasuk penggunaan otot bantu atau
Menunjukkan pola napas efektif dengan pelebaran masal
frekuensi jelas dan aru bersih 2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya
bunyi napas adventusis, seperti krekels,
Kriteria Hasil: mengi, dan gesekan pleural
a. Frekuensi pernapasan normal 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah
b. Bunyi paru jelas atau bersih posisi. Bantu klien turun dari tempat
c. Keadaan paru dalam rentan normal tidur dan ambulasi segeraa mungkin
d. Pengembangan dada normal antar 4. Tinggikan kepala dan bantu mengubah
inspirasi dan ekspirasi posisi.
5. Observasi pola batuk dan karakter sekret
No. Diagnosa keperawatan Intervensi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Pantau berat badan klien secara berkala

Tujuan: 2. Berikan makaanan ang bernutrisis dan


Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar kolaborasikan dengan ahli gizi
mencapai batas normal
3. Berikan maakanan yang menarik
Kriteria Hasil: perhatian klien untuk meningkatkan
a. Berat badan normal
b. Nutrisi terpenuhi nafsu maakan klien
c. Peningkatan nafsu makan
Cth Kasus

Asuhan Keperawatan Pada Anak AN. B


Di ruang anak RS di Surabaya
Tanggal pemgkajian : 8 September 2018
Jam 11.30
Pengkajian

Identitas Klien
Nama : An.B
TTL :7 September 2011
Umur : 7 tahun 1 hari
Nama Ayah/ibu : Tn. M/Ny. M
Pekerjaan Ibu : Buruh
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Ayah : SD
Pendidikan Ibu : SD
Diagnosa : Pertusis
Riwayat Sakit dan Kesehatan

 Keluhan utama : Setiap kali batuk an.B disertai


Batuk rejan (Pertusis) rasa muntah, terkadang
sampai muntah. Nafsu makan
 Riwayat penyakit sekarang: an. B menurun karena
An. B tinggal Bersama orang seringnya batuk. Hingga
tuannya di tempat yang padat karena batuknya semakin
penduduk. Satu minggu hebat, ibunya memutuskan
terakhir An. B mengeluh untuk membawanya ke RS
pusing pada ibunya. Ibu  Riwayat penyakit dahulu : -
mengetahui An.B demam
dan batuk yang timbul mula-  Riwayat penyakit keluarga : -
mula pada malam hari.
Observasi dan pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : baik, kesadaran kompos mentis


2. Tanda-tanda vital :
Suhu : 37,4°C
Nadi : 102 x/menit
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
RR : 30 x/menit
1. B1 (Breath) 2. B2 (Blood)
Bentuk dada : Normal Irama jantung : regular
Pola napas : tidak teratur Nyeri dada : tidak
Suara napas : ronchi Bunyi jantung : normal
Batuk : ya, ada secret Akral : panas
Retraksi otot bantu napas : ya
Alat bantu pernapasan : nasal
kanul 3 lpm
3. B3 (Brain) 4. B4 (Bladder)\
Keluhan pusing : (+) Kebersihan : bersih
Gangguan tidur : (+) Bentuk alat kelamin : normal
Penglihatan : anemis Uretra : normal
Pendengaran : tidak ada gangg
Penciuman : tidak ada gangg
5. B5 (Bowel) 6. B6 (Bone)
Nafsu makan : menurun Kemampuan pergerakan sendi :
Porsi makan : 3x sehari, tdk bebas
habis
Mulut : bersih
Mukosa : lembap
Pemeriksaan penunjang

– Pemeriksaan darah lengkap (DL) jumlah leukosit antara 11000-


75000 sel/m3 darah
– Kultur Bordetella Pertusis
Foto Thoraks menunjukkan adanya ateleksis
Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi mucus


2. Pola napas tidak efektif b.d tidak adekuatnya ventilasi
3. Gangguan rasa aman dan nyaman b.d aktivitas batuk yang
meningkat
4. Risiko kekurangan volume cairan b.d intake yang kurang
5. Risisko kekurangan nutrisi b.d adanya mual dan muntah
6. Hyperthermy b.d infeksi saluran pernapasan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

1. Bersihan jalan napas tidak 1. Memberikan cairan 1. Sekret kental dapat


efektif b.d sekresi yang hangat sedikitnya 1,9-2,8 menyebabkan ateleksis
berlebihan dan kental liter/hari (penyempitan bronkus)
2. Beritahukan orangtua 2. Jelaskan dan
Tujuan: tentang perlunya batuk demonstrasikan manfaat
status ventilasi pernapasan efektif bagi anak, latihan batuk yang dapat
baik sekalipun upaya itu meningkatkan kerjasama
menyakitkan antara orang tua dan anak
Kriteria hasil : 3. Kolaborasi : pemberian 3. Untuk menurunkan sekresi
1. RR normal : 18-30 obat depresan batuk, secret dijalan napas dan
x/menit ekspektorant sesuai menurukan risiko
2. Suara napas tambahan indikasi keparahan
tidak ada
3. Pernapasan menjadi
mudah
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

2. Pola napas tidak efektif 1. Posisikan anak dalam 1. Posisi semifowler


keadaan semifowler membantu
Tujuan : 2. Memberikan oksigenasi memppermudah
menunjukkan pola napas denganpemberian nasal pernapasan
efektif dengan frekuensi dan kanul 3 lpm 2. Dengan pemberian
kedalaman dalam rentang oksigenasi, kebutuhan
normal oksigen terpenuhi
sehungga pola napas
Kriteria hasil: menjadi efektif.
1. Frekuensi pernapasan
normal (18-30 x/menit)
2. Retraksi otot bantu napas
normal
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

3. Hyperthermi 1. Memberikan kompres 1. Merangsang pusat


hangat pengatur panas untuk
Tujuan: 2. Kolaborasi pemberian menurunkan produksi
Suhu tubuh normal antipiretik panas tubuh
3. Memonitor suhu tubuh 2. Merangsang pusat
Kriteria Hasil: setiap 2 jam pengatur panas di otak
1. Suhu tubuh normal (36- 3. Deteksi dini terjadinya
37,5°C) perubahan abnormal
2. Tidak terdapat tanda fungsi tubuh
infeksi (rubor, dolor,
kalor, tumor, fungsiolesa)
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

4. Resiko kekurangan volume 1. Memberikan cairan 1. Pemenuhan dasar


cairan b.d intake klien yang berupa teh encer, jus apel kebutuhan cairan
kurang. dalam jumlah 15 mL, menurunkan resiko
tetapi sering dehidrasi
Tujuan : 2. Observasi turgor kulit, 2. Indicator langsung
intake sama dengan output. kelembapan mukosa (bibir keadekuatan volume cairan,
dan lidah) meskipun membrane
Kriteria hasil : 3. Catat cairan intake dan mukosa mulut mungkin
1. Tekanan vital stabil output kering karena nafas mulut
2. Turgor kulit baik 4. Pantau masukan dan dan oksigen tambahan.
3. Membrane mukosa keluaran, catat warna, 3. Penurunan sirkulasi volume
lembap karakter urine. Hitung cairan menyebabkan
4. Pengisian kapiler cepat. keseimbangan cairan. kekeringan mukosa dan
pemekatan urine.
4. Memberikan informasi
tentang keadekuatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

5. Gangguan rasa aman dan 1. Menemani dan membantu 1. Mengurangi rasa gelisah
nyaman b.d aktivitas batuk anak pada saat batuk bila dan kesulitan bernafas
yang meningkat anak muntah pada anak
2. Meminimalkan anak 2. Penyebab serangan batuk
untuk menangis atau dapat berkurang
tertawa/bercanda yang 3. Obat tidak akan terbuang
berlebihan sia-sia kalau diberikan
3. Pemberian obat setelah setelah anak mendapat
anak mendapat serangan serangan batuk
batuk dan sudah reda
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasioanal

6. Resiko kekurangan nutrisi 1. Berikan asupan gizi 1. Nutrisi yang kurang


b/d adanya mual dan muntah. dengan jumlah kalori = menyebabkan daya tahan
80/kkal kg BB. Berikan tubuh semakin menurun
Tujuan : protein sebanyak 40 2. Pilihan intervensi
kebutuhan nutrisi terpenuhi. gram. tergantung pada penyebab
2. Identifikasi faktor yang masalah
Kriteria hasil : menimbulkan 3. Susu yang terlalu manis
1. Menunjukkan mual/muntah, misalnya dan goring-gorengan dapat
peningkatan nafsu makan sputum yang banyak, merangsang reflek batuk
2. Mempertahankan/mening pengobatan aerosol, yang meningkat.
katkan berat badan. dispnea berat, nyeri
3. Meminimalkan
pemberian susu yang
terlalu manis atau
makanan yang digoreng
atau terlalu asin.
Evaluasi

1. Status ventilasi saluran pernafasan baik


2. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas atau bersih
3. Tidak terjadi resiko infeksi
4. Pasien dapat tidur dan istirahat sesuai kebutuhannya
5. Kekurangan volume cairan tidak terjadi
6. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadi
7. Melaporkan/menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktivitas.
Daftar Pustaka

Bchttiar, Novilia Sjafri, dkk. 2011. Titer IgG Pertusis pada Usia
Remaja, Dewasa, Orang Tua Mempergunakan Metode ELISA
dan Mikroaglutinasi Pertusis. Volume 43, Nomor 1. Bandung
Krisma, Indira. 2015. Penyakit Menular (Kebijakan Pertusis).
Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Diponegoro.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai