Anda di halaman 1dari 57

Polip Nasi

Oleh:
Anggi Fitria Kusumaningtyas (1513010007)
Ajikwa Ari Widianto (1513010049)
Anatomi Hidung

- Hidung Luar
Terbentuk oleh
kerangka tulang dan
tulang rawan yang
dilapisi lulit, jaringan ikat
dan otot-otot kecil
Anatomi Hidung
Anatomi Hidung
Anatomi Hidung

Dinding medial septum dibentuk oleh tulang dan tulang


rawan
Tulang :
- Lamina perprndikularis
- Vomer
- Krista nasalis os maksila
- Krista nasalis os palatina
Kartilago :
- cartilago septum
Anatomi Hidung

Dinding Lateral
terdapat Konka
-Inferior
-Media
-Superior
Anatomi Hidung

Meatus
- Inferior : Terdapat muara duktus nasolakrimalis
- Media : Terdapat muara dari sinus frontal, sinus
maksilaris, Sinus etmoidalis
- Superior : terdapat muara dari sinus etmoidalis,
sinus sphenoidalis
Anatomi Hidung

Batas rongga hidung :

-Inferior : dibentuk oleh Os Maksila dan Os Palatum


- Atap hidung : di bentuk oleh lamina kribiformis
(dari Os Etmoid)
- Posterior : dibentuk oleh Os Sphenoid
Anatomi Hidung
Sinus Paranasal
• Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi
tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga
dalam tulang. Semua sinus mempunyai ostium ke
dalam rongga hidung.
• secara embriologi, sinus paranasal berasal dari
invaginasi mukosa rongga hidung.
• perkembangannya: fetus usia 3-4 bulan (maksila
dan etmoid)
• sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior
(8 tahun)
• sinus sfenoid mulai dari usia 8-10 tahun berasal dari
bagian postero-superior ronnga hidung.
Sinus Maksila

•Sinus maksila merupkan sinus


paranasal yang sangat besar yang
berbentuk piramid.
•saat lahir: volume 6-8 ml
•ukuran maksimal saat dewasa: 15 ml
•Batas-batas:
-dinding anterior : permukaan fasial os
maksila (fosa kanina).
-dinding posterior : permukaan intra-
temporal maksila.
-dinding medial : dinding lateral rongga
hidung.
-superior : Dasar orbita
-inferior :Prosesus alveolaris dan
palatum
• ostium sinus
maksila berada di
sebelah superior
dinding medial
sinus dan bermuara
ke hiatus
semilunaris melalui
infundibulum
etmoid
• ostium di meatus
nasi medius
dari segi klinik:
1.dasar sinus: berdekatan
dengan akar gigi rahang atas
(P1,P3,M1,M2,M3)
2. Sinusitis maksila
menumbulkan komplikasi
orbita
3.ostium lebih tinggi dari dasar
sinus (jika meradang,
menghalangi drainase sinus
maksila)
Sinus Frontal

• sinus frontal terletak di os frontal.


• sepasang, kanan dan kiri, tidak sama besar,
kadang-kadang hanya tumbh sebelah
• berasal dari sel-sel resesus frontal.
• ukuran sinus frotal: t:2,8cm l:2,4cm,
dalamnya 2cm.
• disahkan oleh tulang relatif tipis dari orbita
dan fossa serebri anterior
• sinus frontal
berdrainase melalui
ostium yang teretak di
resesus frontal yang
berhubungan dengan
infundibulum etmoid.
• ostium di meatus nasi
medius
sinus etmoid
Berdasarkan letaknya:
1. sinus etmoid anterior(bermuara di meatus
medius)
2. sinus etmoid posterior(bermuara di ematus
superior).
sel-sel sinus etmoid anterior (kecil dan banyak)
sel-sel sinus etmoid posterior (besar dan
sedikit)
sel etmoid terbesar disebut bulla etmoid
• grup etmoid anterior drainase ke meatus nasi
medius di KOM. grup etmoid poterior
berdrainase ke meatus nasi superior.
• batas:
- atap sinus: disebut fovea etmoid berbatasan
dengan lamina kribrosa
- dinding lateral: lammina papirasea
- dibelakang senus etmoid posterior
berbatasan dengan sinus sfenoid.
sinus sfenoid
• terletak dalam os sfenoid dibelakang sinus etmoidalis
posterior.
• dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.
• batas:
- superior : fosa serebri media dan kelenjar hipofisa
- inferior: atap nasofaring
- lateral: berbatasan dengan sinus kavernosus dan a. carotis
interna
- posterior: berbatasan dengan fossa serebri posterior
Kompleks Osteomeatal (KOM)

Kompleks Osteomeatal
(KOM)
-Celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh
konka media dan lamina
Papiresea

-KOM merupakan tempat


ventilasi dan drainase dari
sinus Etmoid anterior, sinus
Maksilla, sinus Frontal
Anatomi Hidung
Pendarahan Hidung
- Bagian atas : Arteri
Etmoid anterior dan
posterior (percabangan
dari arteri oftalmika dari
arteri carotis onterna)
- Bagian depan : Arteri
Fasialis
- Bagian depan septum :
pleksus kiesselbach
Persarafan
- bagian depan dan atas
N. Etmoidalis anterior
cabang dari
N. Nasosiliaris yang
berasal dari N.oftalmikus

- Bagian hidung lainnya


N. Maksila dari ganglion
sfenopalatina

- Fungsi penghidu
N. Olfaktorius
Anatomi Hidung

Mukosa Hidung
Mukosa respiratori : epitel
torak berlapis semu yang
mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel
goblet
Mukosa Olfaktorius : epitel
torak berlapis semu yang
tidak berisilia
Fisiologi Hidung
Sinusitis
Sinusitis merupakan inflamasi mukosa sinus
paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh
rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.
Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis.
Bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
Sinusitis dengan Polip
• Definisi
- Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan
adanya dua atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk
sumbatan hidung / obstruksi / kongesti atau pilek (sekret
hidung anterior / posterior), nyeri / tekanan wajah,
penurunan / hilangnya penghidu
- Salah satu dari temuan endoskopi:
Polip dan / atau
Sekret mukopurulen dari meatus medius dan / atau
Edema / obstruksi mukosa dimeatus media
Etiologi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi
• ISPA akibat virus
• Rhinitis alergi
• Polip hidung
• Kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka
• Sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)
• Infeksi tonsil
• Infeksi gigi
• Diskinesia silia
Patofisiologi
1. Edema pada Kompleks OsteoMeatal  mukosa saling
berdekatan  silia tidak dapat bergerak dan ostium
tersumbat
2. Terjadi tekanan negatif rongga sinus  transudasi
membentuk cairan serous
3. Bila kondisi menetap dalam sinus  bakteri mudah tumbuh
dan multipikasi  sekret menjadi purulen  memerlukan
terapi antibiotik
4. Jika terapi tidak berhasil  hipoksia dan bakteri anaerob
berkembag  mukosa semakin bengkak  hipertrofi,
polipoid dan pembengkakan polip
Polip Nasi
• Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-
abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa
• Berasal dari epitel dimeatus medius, ethmoid atau sinus
maksila
• Ada polip yang tumbuh ke posterior ke arah nasofaring dan
disebut polip koanal
• Polip koanal paling sering berasal dari sinus maksila
(antrum). Sehingga disebut juga polip antrokoanal
Klasifikasi Polip
Klasifikasi dan stadium polip nasi Stadium polip nasi menurut
mackay:
• Stadium 0 : tidak ada polip
• Stadium 1 : polip terbatas dimeatus media (MM) tidak
keluar ke rongga hidung. Tidak tampak dengan pemeriksaan
rinoskopi anterior hanya terlihat dengan pemeriksaan
endoskopi.
• Stadium 2 : polip sudah keluar dari MM dan tampak
dirongga hidung tetapi tidak memenuhi / menutupi rongga
hidung.
• Stadium 3 : polip sudah memenuhi rongga hidung.
Epidemiologi Polip Nasi
Patogenesis Polip
Sampai sekarang patogenesis polip masih belum diketahui
dengan pasti tapi ada 3 faktor yang penting dalam terjadinya
polip, yaitu:
• Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa
hidung dan sinus.
• Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
• Adanya peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema
mukosa hidung.
Teori 1
peradangan/aliran udara yang berturbulensi
terutama di daerah yang sempit

prolaps submukosa, re epitelisasi dan


pembentukan permukaan kelenjar yang baru
serta terjadi penyerapan natrium oleh
permukaan sel epitel yang berakibat retensi air

terbentuk polip nasal


Teori 2

ketidakseimbangan saraf vasomotor

peningkatan permebilitas kapiler dan gangguan regulasi vaskular

Edem mukosa

Polip nasal
Patofisiologi Polip Nasi
Gejala klinis Polip Nasi
Diagnosis Polip Nasi
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip hidung adalah
hidung tersumbat. Rinore mulai yang jernih
sampai purulen atau post nasal drips, gangguan
penghidu, suara sengau serta rasa nyeri pada
hidung disertai sakit kepala.
Pemeriksaan fisik

• Rinoskopi anterior
1. Massa berwarna pucat
putih keabuan berasal dari
meatus medius
2. Mudah digerakan
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Naso-endoskopi
• histopatologi
• Radiologi
• Foto polos sinus paranasal (water, AP, Caldwell dan lateral)
• CT-Scan (di indikasikan untuk polip yang gagal dengan terapi
medikamentosa)
Gambaran mikroskopis
• epitel bertingkat semu bersilia
• submukosa lembab
• sel sel terdiri dari limfosit,sel plasma,
eosinofil, netrofil dan makrofag
• mukosa mengandung sel sel goblet
• Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat
sedikit
• berdasarkan jenis sel nya ada yg polip tipe
eosinofil an neutrofilik
Tatalaksana
• Kortikosteroid topikal
• Budesonide 64 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Fluticasone propionat 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Mometasone furoate 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Kortikosteroid sistemik
• Prednison 5 mg/hari
• Terapi bedah jika medikamentosa tidak berhasil
- Bila kecil : tangkap polip  ditarik ke rongga hidung  polipektomi
- Bila besar : dengan kateter polip didorong ke nasofaring  potong dari
mulut
- Cadwell luc (CWL)  insisi ginggivobuccalis  keatas sampai terlihat
sinus maksila  antrostomi
- FESS(functional endoscopic sinus surgery)
Penatalaksanaan
Sinusitis dengan Polip
Polip nasi dapat timbul pada hidung yang tidak
terinfeksi kemudian menyebabkan sumbatan yang
mengakibatkan rinosinusitis, tetapi dapat juga timbul
setelah ada rinosinusitis kronis.
Prognosis
Polip nasi sering kambuh kembali, oleh karena itu
pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya,
misalnya alergi. Tetapi yang paling ideal pada rinitis alergi
adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
Secara medikamentosa dapat diberikan antihistamin, dengan
atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang
bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi
inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama
dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan
hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara
lain tidak memberikan hasil yang memuaskan
Daftar Pustaka
• Boise,L.R., Adam,G.L.,et al., 1989. Buku Ajar Penyakit THT.
Wijaya,C., 1997 (Alih Bahasa), EGC : Jakarta.
• Gunawan,S.G., 2007. Farmakologi dan Terapi (5 ed). Gaya Baru
: Jakarta.
• Mangunkusumo,E.,Wardani,R.S.,2010. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Teling, Hidung, tenggorokan, Kepala dan leher (6
ed). Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
• P.Fabianan,C., Valera., T. Wilma ., Lima, A.,Evaluation of
efficacy of topical corticosteroid for the clinical treatment of
nasal polyposis:searching for clinical events that may predict
response to treatment, Rhinology 2007; 4 :59-62.

Anda mungkin juga menyukai