Oleh:
Anggi Fitria Kusumaningtyas (1513010007)
Ajikwa Ari Widianto (1513010049)
Anatomi Hidung
- Hidung Luar
Terbentuk oleh
kerangka tulang dan
tulang rawan yang
dilapisi lulit, jaringan ikat
dan otot-otot kecil
Anatomi Hidung
Anatomi Hidung
Anatomi Hidung
Dinding Lateral
terdapat Konka
-Inferior
-Media
-Superior
Anatomi Hidung
Meatus
- Inferior : Terdapat muara duktus nasolakrimalis
- Media : Terdapat muara dari sinus frontal, sinus
maksilaris, Sinus etmoidalis
- Superior : terdapat muara dari sinus etmoidalis,
sinus sphenoidalis
Anatomi Hidung
Kompleks Osteomeatal
(KOM)
-Celah pada dinding lateral
hidung yang dibatasi oleh
konka media dan lamina
Papiresea
- Fungsi penghidu
N. Olfaktorius
Anatomi Hidung
Mukosa Hidung
Mukosa respiratori : epitel
torak berlapis semu yang
mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel
goblet
Mukosa Olfaktorius : epitel
torak berlapis semu yang
tidak berisilia
Fisiologi Hidung
Sinusitis
Sinusitis merupakan inflamasi mukosa sinus
paranasal. Umumnya disertai atau dipicu oleh
rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis.
Bila mengenai beberapa sinus disebut
multisinusitis.
Bila mengenai semua sinus disebut pansinusitis.
Sinusitis dengan Polip
• Definisi
- Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan
adanya dua atau lebih gejala, salah satunya harus termasuk
sumbatan hidung / obstruksi / kongesti atau pilek (sekret
hidung anterior / posterior), nyeri / tekanan wajah,
penurunan / hilangnya penghidu
- Salah satu dari temuan endoskopi:
Polip dan / atau
Sekret mukopurulen dari meatus medius dan / atau
Edema / obstruksi mukosa dimeatus media
Etiologi
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi
• ISPA akibat virus
• Rhinitis alergi
• Polip hidung
• Kelainan anatomi seperti deviasi septum atau hipertrofi konka
• Sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM)
• Infeksi tonsil
• Infeksi gigi
• Diskinesia silia
Patofisiologi
1. Edema pada Kompleks OsteoMeatal mukosa saling
berdekatan silia tidak dapat bergerak dan ostium
tersumbat
2. Terjadi tekanan negatif rongga sinus transudasi
membentuk cairan serous
3. Bila kondisi menetap dalam sinus bakteri mudah tumbuh
dan multipikasi sekret menjadi purulen memerlukan
terapi antibiotik
4. Jika terapi tidak berhasil hipoksia dan bakteri anaerob
berkembag mukosa semakin bengkak hipertrofi,
polipoid dan pembengkakan polip
Polip Nasi
• Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-
abuan, yang terjadi akibat inflamasi mukosa
• Berasal dari epitel dimeatus medius, ethmoid atau sinus
maksila
• Ada polip yang tumbuh ke posterior ke arah nasofaring dan
disebut polip koanal
• Polip koanal paling sering berasal dari sinus maksila
(antrum). Sehingga disebut juga polip antrokoanal
Klasifikasi Polip
Klasifikasi dan stadium polip nasi Stadium polip nasi menurut
mackay:
• Stadium 0 : tidak ada polip
• Stadium 1 : polip terbatas dimeatus media (MM) tidak
keluar ke rongga hidung. Tidak tampak dengan pemeriksaan
rinoskopi anterior hanya terlihat dengan pemeriksaan
endoskopi.
• Stadium 2 : polip sudah keluar dari MM dan tampak
dirongga hidung tetapi tidak memenuhi / menutupi rongga
hidung.
• Stadium 3 : polip sudah memenuhi rongga hidung.
Epidemiologi Polip Nasi
Patogenesis Polip
Sampai sekarang patogenesis polip masih belum diketahui
dengan pasti tapi ada 3 faktor yang penting dalam terjadinya
polip, yaitu:
• Adanya peradangan kronik yang berulang pada mukosa
hidung dan sinus.
• Adanya gangguan keseimbangan vasomotor.
• Adanya peningkatan tekanan cairan interstisial dan edema
mukosa hidung.
Teori 1
peradangan/aliran udara yang berturbulensi
terutama di daerah yang sempit
Edem mukosa
Polip nasal
Patofisiologi Polip Nasi
Gejala klinis Polip Nasi
Diagnosis Polip Nasi
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip hidung adalah
hidung tersumbat. Rinore mulai yang jernih
sampai purulen atau post nasal drips, gangguan
penghidu, suara sengau serta rasa nyeri pada
hidung disertai sakit kepala.
Pemeriksaan fisik
• Rinoskopi anterior
1. Massa berwarna pucat
putih keabuan berasal dari
meatus medius
2. Mudah digerakan
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap
• Naso-endoskopi
• histopatologi
• Radiologi
• Foto polos sinus paranasal (water, AP, Caldwell dan lateral)
• CT-Scan (di indikasikan untuk polip yang gagal dengan terapi
medikamentosa)
Gambaran mikroskopis
• epitel bertingkat semu bersilia
• submukosa lembab
• sel sel terdiri dari limfosit,sel plasma,
eosinofil, netrofil dan makrofag
• mukosa mengandung sel sel goblet
• Pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat
sedikit
• berdasarkan jenis sel nya ada yg polip tipe
eosinofil an neutrofilik
Tatalaksana
• Kortikosteroid topikal
• Budesonide 64 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Fluticasone propionat 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Mometasone furoate 50 mcg/lubang hidung/hari 2 kali semprot
• Kortikosteroid sistemik
• Prednison 5 mg/hari
• Terapi bedah jika medikamentosa tidak berhasil
- Bila kecil : tangkap polip ditarik ke rongga hidung polipektomi
- Bila besar : dengan kateter polip didorong ke nasofaring potong dari
mulut
- Cadwell luc (CWL) insisi ginggivobuccalis keatas sampai terlihat
sinus maksila antrostomi
- FESS(functional endoscopic sinus surgery)
Penatalaksanaan
Sinusitis dengan Polip
Polip nasi dapat timbul pada hidung yang tidak
terinfeksi kemudian menyebabkan sumbatan yang
mengakibatkan rinosinusitis, tetapi dapat juga timbul
setelah ada rinosinusitis kronis.
Prognosis
Polip nasi sering kambuh kembali, oleh karena itu
pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya,
misalnya alergi. Tetapi yang paling ideal pada rinitis alergi
adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab.
Secara medikamentosa dapat diberikan antihistamin, dengan
atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang
bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi
inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama
dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan
hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara
lain tidak memberikan hasil yang memuaskan
Daftar Pustaka
• Boise,L.R., Adam,G.L.,et al., 1989. Buku Ajar Penyakit THT.
Wijaya,C., 1997 (Alih Bahasa), EGC : Jakarta.
• Gunawan,S.G., 2007. Farmakologi dan Terapi (5 ed). Gaya Baru
: Jakarta.
• Mangunkusumo,E.,Wardani,R.S.,2010. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Teling, Hidung, tenggorokan, Kepala dan leher (6
ed). Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
• P.Fabianan,C., Valera., T. Wilma ., Lima, A.,Evaluation of
efficacy of topical corticosteroid for the clinical treatment of
nasal polyposis:searching for clinical events that may predict
response to treatment, Rhinology 2007; 4 :59-62.