Anda di halaman 1dari 43

KEGAWAT-

DARURATAN
dalam
UROLOGI
KGD Urologi
TRAUMA NON-TRAUMA
⊷ Trauma Ginjal ⊷Urosepsis
⊷ Trauma Buli ⊷Sumbatan aliran
⊷ Trauma Penis urine (retensi urine,
anuria, kolik)
⊷Hematuria
⊷Strangulasi (torsio
testis, priapismus,
parafimosis)

2
Non-Trauma
• Urosepsis
• Sumbatan aliran urine (retensi
urine, anuria, kolik)
• Hematuria
• Strangulasi (torsio testis,
priapismus, parafimosis)
Urosepsis
• infeksi sistemik yang berasal dari fokus infeksi di
traktus urinarius sehingga menyebabkan
bakteremia dan syok septik.
• Insiden urosepsis 20-30 % dari seluruh kejadian
septikemia dan lebih sering berasal dari
komplikasi infeksi di traktus urinarius.
• Pasien yang beresiko tinggi urosepsis adalah
pasien berusia lanjut, diabetes dan
immunosupresif seperti penerima transplantasi,
pasien dengan AIDS, pasien yang menerima
obat-obatan antikanker dan imunosupresan.

4
⊷ Kelainan struktur dan fungsi traktus urinarius yang
berhubungan dengan sepsis

5
⊷ Diagnosis
⊷Diagnosis dari urosepsis dibuat berdasarkan dari


anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
rontgenologik.
⊷Dari anamnesa, data yang positif adalah adanya
demam, panas badan dan menggigil dengan
didahului atau disertai gejala dan tanda obstruksi
aliran urin seperti : nyeri pinggang, kolik dan atau
benjolan diperut atau pinggang.
⊷Hanya 1/3 pasien yang mengeluh demam dan
menggigil dengan hipotensi.
⊷Keluhan febris yang terjadi setelah gejala infeksi
saluran kencing bagian bawah yaitu polakisuria dan
disuria juga sangat mencurigakan terjadinya
6 urosepsis.
⊷ Pada pemeriksaan fisik yang ditemukan

“ dapat bervariasi berupa takipneu,


takikardi. Pada keadaan yang dini,
keadaan umum penderita masih baik,
tekanan darah masih normal, nadi
biasanya meningkat dan temperatur
biasanya meningkat antara 38-40 C.

7
Sepsis yang telah lanjut
memberikan gejala atau
tanda-tanda berupa
gangguan beberapa fungsi
organ tubuh, antara lain
gangguan pada fungsi
kardiovaskuler, ginjal,
pencernaan, pernapasan
dan susunan saraf pusat

8
⊷ Pemeriksaan status lokalis daerah
abdomen sepanjang traktus urinarius
⊷ Dilakukan palpasi pada daerah
costophrenikus, abdomen bawah, regio
pubis, kelenjar limfe inguinal, genital, serta
pemeriksaan transvaginal dan transrektal.
⊷ Pemeriksaan laboratorium yang
mendukung diagnosa urosepsis adalah
adanya lekositosis dengan hitung
deferensial ke kiri, lekosituria dan
bakteriuria .

9
Pemeriksaan Penunjang
⊷ Bakteri yang berada dalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam saluran kemih
(kultur urin). Kultur urin disertai dengan test kepekaan antibiotika sangat penting untuk menentukan jenis
antibiotika yang diberikan.
⊷ Pemeriksaan rontgen yang sederhana yang dapat dikerjakan adalah foto polos abdomen 
menunjukkan adanya kalsifikasi, perubahan posisi dan ukuran dari batu saluran kemih yang mungkin
merupakan fokus infeksi. Perhatikan pada hasil foto adalah adanya bayangan radio opak sepanjang
traktus urinarius, kontur ginjal dan bayangan/garis batas muskulus psoas.
⊷ Pemeriksaan pyelografi intravena (IVP) dapat memberikan data yang penting dari kaliks, ureter, dan
pelvis yang penting untuk menentukan diagnosis adanya refluk nefropati dan nekrosis papilar.
⊷ Bila pemeriksaan IVP tidak dapat dikerjakan karena kreatinin serum terlalu meningkat, maka
pemeriksaan ultrasonografi (USG) akan sangat membantu menentukan adanya obstruksi dan juga dapat
untuk membedakan antara hidro dan pyelonefrosis.
⊷ Selain pemeriksaan tersebut juga dapat dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI.

10
Penatalaksanaan
⊷ Penanganan gawat (syok) ;
resusitasi ABC
⊷ Pemberian antibiotika
⊷ Resusitasi cairan dan
elektrolit
⊷ Tindakan definitif
(penyebab urologik)
11
Retensi Urin
Retensi urin adalah ketidakmampuan
seseorang untuk mengeluarkan urin
yang terkumpul didalam buli-buli
sehingga kapasitas maksimal dari
buli-buli terlampaui. Adapun
kapasitas maksimal pada dewasa
adalah 400-500 cc, sedangkan anak-
anak : (umur + 2) x 30 ml.

12
Penyebab Retensi Urin
⊷ Kelemahan detrusor
⊷ Cedera/gangguan pada medula spinalis atau kerusakan saraf perifer
(misalnya diabetes melitus), detrusor yang mengalami
peregangan/dilatasi yang berlebihan untuk waktu yang lama.
⊷ Gangguan koordinasi detrusor-sfingter (dis-sinergi)
⊷ Cedera/gangguan sumsum tulang belakang di daerah cauda equina.
⊷ Hambatan/obstruksi uretra
⊷ kelainan kelenjar prostat (BPH, Ca), striktura uretra, batu uretra,
kerusakan uretra (trauma), fimosis, parafimosis, gumpalan darah di
dalam buli-buli (clot retention) dll.

13
Akibat Retensi Urin

⊷ Buli-buli akan mengembang  tekanan didalam lumennya dan tegangan dari dindingnya akan
meningkat  menghambat aliran urin dari ginjal dan ureter  hidroureter dan hidronefrosis 
lambat laun terjadi gagal ginjal.
⊷ Bila tekanan didalam buli-buli meningkat dan melebihi besarnya hambatan didaerah uretra 
urin akan memancar berulang-ulang (dalam jumlah sedikit) tanpa bisa ditahan oleh penderita,
sementara itu buli-buli tetap penuh dengan urin. Keadaan ini disebut inkontinensia paradoksa
atau “overflow incontinence”
⊷ Tegangan dari dinding buli-buli terus meningkat sampai tercapai batas toleransi dan setelah
batas ini dilewati,  otot buli-buli akan mengalami dilatasi sehingga kapasitas buli-buli melebihi
kapasitas maksimumnyakekuatan kontraksi otot buli-buli akan menyusut.
⊷ Retensi urine merupakan predileksi untuk terjadinya infeksi saluran kemih (ISK) dan bila ini
terjadi, dapat menimbulkan keadaan gawat darurat yang serius seperti pielonefritis, urosepsis,
khususnya pada penderita usia lanjut.

14
Gambaran Klinis
⊷ Pasien mengeluh tertahan kencing atau kencing keluar sedikit-sedikit. Keadaan ini
harus dibedakan dengan inkontinensia paradoksa, yaitu keluarnya urin secara
menetes, tanpa disadari dan tidak mampu ditahan oleh pasien.
⊷ Pemeriksaan pada genitalia eksterna mungkin teraba batu di uretra anterior, terlihat
batu di meatus uretra eksternum, teraba spongiofibrosis di sepanjang uretra anterior,
terlihat fistel atau abses di uretra, fimosis/parafimosis, atau terlihat darah keluar dari
uretra akibat cedera uretra. Pemeriksaan colok dubur setelah buli-buli dikosongkan
ditujukan untuk mencari adanya hiperplasia prostat/karsinoma prostat, dan
pemeriksaan refleks bulbokavernosus untuk mendeteksi adanya buli-buli neurogenik.
⊷ Pemeriksaan foto polos perut menunjukkan bayangan buli-buli penuh, mungkin terlihat
bayangan batu opak pada uretra atau pada buli-buli.
⊷ Pada pemeriksaan uretrografi tampak adanya striktur uretra.

15
Penatalaksanaan
⊷ Urin dapat dikeluarkan dengan
cara kateterisasi, sistotomi, atau
pungsi suprapubik. Tindakan
penyakit primer penyebab retensi
urin dikerjakan setelah keadaan
pasien stabil.

16
Anuria
Anuria adalah tidak adanya produksi
urin tetapi dalam praktek klinik
didefinisikan sebagai produksi urin
kurang dari 100 mL dalam 24 jam.
Anuria sering dihubungkan dengan
obstruksi total dari saluran kemih
bagian bawah. Secara umum
penyebab dari anuria sendiri bisa
bersifat prerenal, intrarenal atau
postrenal.

17
Gambaran Klinis dan Px Penunjang
⊷ Pada anamnesis pasien mengeluh tidak kencing atau kencing hanya sedikit, biasanya didahului
keluhan obstruksi yaitu nyeri di daerah pinggang atau kolik, kadang diikuti demam.
⊷ Pre-renal : Jika didapatkan riwayat adanya kehilangan cairan, asupan cairan yang berkurang, atau
riwayat menderita penyakit jantung.
⊷ Intra-rena : Perlu ditanyakan kemungkinan pemakaian obat-obat nefrotoksik, pemakaian bahan
kontras untuk foto radiologi, setelah menjalani radiasi di daerah perut sebelah atas, riwayat reaksi
tranfusi hemolitik, atau riwayat penyakit ginjal sebelumnya.
⊷ Diperiksa keadaan hidrasi pasien dengan mengukur tekanan darah, nadi dan perfusinya.
⊷ Pemeriksaan laboratorium sedimen urine menunjukkan lekosituria atau hematuria.
⊷ Pemeriksaan darah rutin  leukositosis, terdapatnya gangguan faal ginjal, tanda asidosis atau
hiperkalemia.
⊷ Foto polos abdomen ditujukan untuk mencari adanya batu opak pada saluran kemih, atau
bayangan pembesaran ginjal.
⊷ Pemeriksaan ultrasonografi abdomen penting karena dapat mengetahui adanya hidronefrosis atau
pionefrosis, dan dengan tuntunan USG dapat dilakukan pemasangan kateter nefrostomi.

18
Penatalaksanaan
⊷ Jika tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan
penyulit berupa uremia, infeksi dan terjadi SIRS
yang berakhir dengan kematian. Oleh karena itu
sambil memperbaiki keadaan pasien, secepatnya
dilakukan diversi/pengeluaran urine.
⊷ Pengeluaran urine dapat dilakukan melalui
pemasangan kateter nefrostomi atau mungkin
dilakukan pemasangan kateter double J.
Pemasangan kateter nefrostomi dapat dilakukan
perkutan yaitu dengan tuntunan ultrasonografi atau
dengan operasi terbuka, yaitu memasang kateter
yang diletakkan di kaliks ginjal agar urine atau
nanah yang berada pada sistem pelvikalises ginjal
dapat dikeluarkan.
⊷ Kadang-kadang pasien membutuhkan bantuan
hemodialisa untuk mengatasi penyulit akibat uremia.
19
Kolik ureter atau kolik ginjal
K Kolik ureter atau kolik ginjal adalah nyeri pinggang hebat
yang datangnya mendadak, hilang timbul (intermiten) yang
terjadi akibat spasme otot polos untuk melawan suatu
hambatan. Keluhan nyeri ini bersifat gawat darurat sehingga
harus didiagnosis dengan cepat dan penatalaksanaan yang
tepat. Perasaan nyeri bermula di daerah pinggang dan dapat
menjalar ke seluruh perut, ke daerah inguinal, testis atau
labium disertai dengan atau tanpa keluhan mual, muntah,
disuria atau hematuria. Nyeri ini biasanya disebabkan oleh
obstruksi saluran kemih akibat urolitiasis, bekuan darah, infark
renal, pielonefritis akut, nyeri pada kegawatan abdomen lain
seperti divertikulitis, apendisitis, dan ruptur aneurisma aorta
abdominal.

20
Gambaran Klinis
⊷ Pasien tampak gelisah,
⊷ nyeri pinggang,
⊷ selalu ingin berganti posisi dari duduk, tidur, kemudian
berdiri guna memperoleh posisi yang dianggap tidak
nyeri.
⊷ Nadi dan tekanan darah meningkat
⊷ adanya pernapasan cepat dan grunting terutama pada
saat puncak nyeri
⊷ demam  curiga adanya infeksi yang serius atau
urosepsis. Dalam keadaan ini pasien harus secepatnya
dirujuk karena mungkin memerlukan tindakan drainase
urine.

21
⊷ Laboratorium
⊷ Pemeriksaan sedimen urine sering menunjukkan adanya sel-sel darah merah. Bila
sumbatan total saluran kemih tidak didapatkan sel-sel darah merah. Ditemukannya piuria
perlu dicurigai kemungkinan adanya infeksi, sedangkan didapatkannya kristal-kristal
pembentuk batu (urat, kalsium oksalat, atau sistin) dapat diperkirakan jenis batu yang
menyumbat saluran kemih.
⊷ Pencitraan
⊷ Pemeriksaan foto polos abdomen ditujukan untuk mencari adanya batu opak di saluran
kemih.
⊷ Ultrasonografi dapat menilai adanya sumbatan pada ginjal berupa hidronefrosis.
⊷ CT scan merupakan gold standard untuk menentukan derajat obstruksi, ukuran batu dan
akibat obstruksi terhadap fungsi ekskresi renal.

22
Penatalaksanaan
⊷ Obat-obat yang sering dipakai untuk mengatasi
serangan kolik adalah antispasmodik dan analgetik.
Namun terapi konservatif dengan analgetik tidak
dianjurkan untuk pasien dengan resiko urosepsis,
obstruksi lama, nyeri persisten, atau adanya infeksi.
⊷ Jika pasien mengalami episode kolik yang sulit
ditanggulangi, ditawarkan untuk pemasangan kateter
ureter double J (DJ stent) yaitu suatu kateter yang
ditinggalkan mulai dari pelvis renalis, ureter hingga
buli-buli.

23
Hematuria
⊷ Hematuria berarti didapatkannya sel darah merah
pada urine, pada umumnya dikategorikan baik
gross maupun mikroskopik. Untuk mikroskopik
hematuria dikatakan apabila didapatkan >3 s/d 5
sel darah merah/lapang pandang.
⊷ Gross hematuria jika didapatkan darah atau
bekuan darah berwarna merah atau kecoklatan
yang dapat berasal dari perdarahan di
ureter/ginjal, buli-buli dan prostat.

24
⊷ Beberapa jenis hematuria berdasarkan penyebab yaitu:
 Inisial hematuria: penyebabnya ada pada proksimal
urethra atau di leher/dasar buli-buli.
 Total hematuria: penyebabnya ada di buli-buli, ureter
atau ginjal.
 Idiopatic hematuria adalah hematuria dimana
penyebabnya tidak dapat ditentukan.
 False/pseudohematuria: adalah diskolorasi dari urine
karena pigmen dari pewarna makanan dan myoglobin.
⊷ Hematuria dapat disebabkan oleh faktor renal (infeksi,
kongenital anomali, tumor, trauma, batu), buli (infeksi,
batu, tumor, trauma), urethra (penyakit menular
seksual, trauma, benda asing, instrumentasi), prostat
(infeksi, BPH, kanker prostat).

25
⊷ Diagnosis pada saat awal adalah
dengan memastikan adanya sel darah
merah pada urine. Hal ini penting oleh
karena warna darah pada urine bisa
disebabkan oleh: hemoglobinuria,
myoglobinuria, pigmen makanan, zat
pewarna makanan, obat-obatan seperti
phenothiazine, phenazopyridine,
porphyrin, phenolptalein.

26
Pemeriksaan Fisik
⊷ Pada pemeriksaan fisik tanda vital diperhatikan terutama tekanan darah
dan suhu badan.. Perlu diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin
merupakan manifestasi dari penyakit ginjal.
⊷ Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah
yang keluar.
⊷ Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran
ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada
suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada
buli-buli.
⊷ Colok dubur dapat memberikan informasi adanya pembesaran prostat
benigna maupun karsinoma prostat

27
Pemeriksaan Penunjang
⊷ Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis  adanya infeksi organisme
pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam 
batu asam urat.
⊷ Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel
urotelial.
⊷ IVP dapat mengungkapkan adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran
kemih, tumor-tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi
saluran kemih.
⊷ Pemeriksaan USG berguna untuk melihat adanya massa yang solid atau kistus,
adanya batu non opak, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui
adanya metastasis tumor di hepar.
⊷ Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas
belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. Tindakan ini biasa dilakukan
setelah bekuan darah yang ada di dalam buli-buli dibersihkan sehingga dapat
diketahui asal perdarahan.

28
Penatalaksanaan

⊷ Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine,
dicoba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan
garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk
untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan
sumber perdarahan.
⊷ Jika terjadi anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah, demikian juga jika
terjadi infeksi harus diberikan antibiotika.
⊷ Setelah hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari
penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab
hematuria.

29
Torsio Testis
⊷ Torsio testis terjadi karena testis terputar di dalam skrotum
sehingga terjadi obstruksi aliran darah arteri dan vena testis.
⊷ Angka kejadiannya 1 diantara 4000 pria yang berumur kurang
dari 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa
pubertas (12-20 tahun). Ada 2 puncak insiden torsio testis, yaitu
tahun pertama dan pubertas. Insiden torsio testis pada 24 jam
pertama kelahiran cukup tinggi dan mungkin sebagian besar
darinya terjadi intrauterin sehingga pada saat lahir penderita ini
mempunyai massa intraskrotal padat, dan akhirnya kehilangan
testis karena orchidektomi atau atropi. Pada masa pubertas
resiko meningkat karena mereka mempunyai deformitas yang
disebut dengan “bell-clapper”. Bentuk deformitas ini berupa
perlekatan testis pada tunica vaginalis yang tidak kuat sehingga
testis menggantung bebas dalam skrotum. Perlekatan yang tidak
kuat ini menyebabkan testis mudah bergerak dan terputar.
30
⊷ Secara fisiologis otot kremaster berfungsi untuk
menggerakkan testis mendekati dan menjauhi
rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal
untuk testis. Adanya kelainan sistem penyangga
testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio
jika bergerak secara berlebihan. Beberapa
keadaaan yang menyebabkan pergerakan
berlebihan dari testis yaitu adalah perubahan suhu
yang mendadak (saat berenang), ketakutan, latihan
yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat,
defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.
⊷ Terputarnya funikulus spermatikus menyebabkan
obstruksi aliran darah testis sehingga testis
mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia.
Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis.

31
Gambaran Klinis
⊷ Nyeri testis yang hebat dan mendadak diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri ini biasanya
terbatas pada skrotum tetapi bisa juga menjalar sepanjang perjalanan funikulus spermatikus
yakni ke inguinal dan perut bagian bawah. Pada beberapa penderita nyeri terutama
dirasakan di perut bagian bawah ipsilateral bahkan di perut bagian atas atau di pinggang.
⊷ Testis yang membengkak letaknya lebih tinggi dan horisontal dengan funikulus spermatikus
yang menebal, kadang-kadang bisa diraba adanya lilitan funikulus spermatikus.
⊷ Pada saat permulaan epididimis masih teraba tetapi tidak pada posisi yang normal.
⊷ Mual, muntah dan panas badan.
⊷ Torsio testis sering mengalami reposisi spontan, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
penderita yang mempunyai riwayat serangan yang sama pada masa sebelumnya dan
sembuh dengan sendirinya.
⊷ Tanda dari Prehn adalah berkurang atau hilangnya nyeri pada epididimitis apabila testis
diangkat, sedangkan pada torsio testis nyerinya tidak akan berkurang.

32
Penatalaksanaan
⊷ 1. Detorsi Manual
⊷ Detorsi manual yaitu mengembalikan posisi testis ke asalnya,yaitu dengan jalan memutar testis ke arah
berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar
testis ke arah lateral dahulu. Kemudian jika tidak terjadi perubahan dicoba detorsi ke arah medial. Hilangnya
nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Keberhasilan detorsi manual tidak
menghilangkan indikasi untuk melakukan eksplorasi oleh karena reposisi manual testis tidak menjamin bisa
mengembalikan testis ke posisinya yang normal.

⊷ 2. Operasi
⊷ Pembedahan eksplorasi dilakukan dengan tujuan, yaitu memperbaiki viabilitas testis, reposisi testis kearah
yang benar dan fiksasi testis kontralateral untuk mencegah berulangnya torsio. Jika testis masih viable maka
dilakukan orchidektomi atau orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos dan dianjurkan orchidopeksi
pada testis kontralateral.
⊷ Cara orchidopeksi adalah dengan memasang 3 jahitan antara tunika albuginea dan tunika dartos dengan
mempergunakan bahan yang tidak diserap misalnya sutera.

33
Priapismus
 Priapismus adalah ereksi berkepanjangan tanpa disertai
hasrat seksual dan sering disertai rasa nyeri.
 Istilah priapismus berasal dari kata Yunani “Priapus”
yaitu nama dewa kejantanan. Menurut etiologinya,
priapismus dibedakan menjadi primer (idiopatik) dan
sekunder. Priapismus sekunder dapat disebabkan
oleh kelainan pembekuan darah (anemia bulan sabit,
leukemi dan emboli lemak), trauma perineum/genitalia,
nerogen (anestesi regional), keganasan, obat-obatan
(alkohol, psikotropik, antihipertensi) dan injeksi
intrakavernosa dengan zat vasoaktif yang saat ini mulai
banyak dilakukan oleh para dokter sebagai salah satu
cara diagnosis dan terapi impotensia.

34
⊷ Kegagalan penis untuk melemas kembali ini dapat terjadi karena : gangguan
mekanisme veno-oklusi (“outflow”) sehingga darah tak dapat keluar dari jaringan
erektil, atau akibat peningkatan aliran darah ke jaringan erektil (“inflow), sehingga
dibedakan 2 jenis priapismus yaitu:
⊷ 1. “Low-flow” Priapismus (statis=Ischemic) yaitu berupa ereksi berkepanjangan
dan diikuti rasa nyeri.
⊷ 2. “High-Flow” Priapismus (non-ischemic) yang sering tanpa rasa nyeri dan
prognosanya baik.
⊷ Keduanya dengan mengukur tekanan dan memeriksa gas darah intrakavernosa.
Ereksi berkepanjangan 4-6 jam harus dicurigai priapismus. Nyeri biasanya terjadi
6-8 jam. Kegagalan hemodinamik pada korpora kavernosa pertama-tama akan
terjadi edem jaringan pada interstitiel trabekula, yang kemudian setelah 24 jam
terjadi kerusakan dan nekrosis sel-sel yang luas. > 48 jam terjadi pembekuan
darah dalam kaverne dan destruksi endotel sehingga jaringan-jaringan trabekel
kehilangan daya elastisitasnya.
35
Diagnosa
⊷ Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik,
laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
⊷ Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang teliti diharapkan dapat diketahui
penyebab priapismus.
⊷ Pemeriksaan lokal akan dijumpai batang
penis yang tegang tanpa disertai
ketegangan pada glans penis. Adanya
pulsasi a.kavernosa dengan bantuan
Doppler Sonografi dan analisa gas darah
yang diambil intrakavernosa dapat
membedakan jenis “ischemic” atau “non
ischemic”.
36
Penatalaksanaan
⊷ Prinsipnya adalah sesegera mungkin mengeluarkan darah yang ada di korpora kavernosa karena akan
memperberat kerusakan jaringan erektil yang amat menentukan reversibilitas potensi seksual
penderita. Terapi priapismus tidak spesifik, yaitu:
⊷ 1. Konservatif, dilakukan pada priapismus sekunder sambil mengobati penyakit primernya. Meliputi
pemberian hidrasi yang baik, sedativa, enema dengan es saline, kompres pada skrotum atau penis,
masase prostat dan epidural anestesi
⊷ 2. Aspirasi dan irigasi intrakavernosa, aspirasi darah intrakavernosa saja atau kemudian disusul irigasi
(instilasi) zat adrenergik yang diencerkan, memberi respon yang sangat baik pada priapismus akibat
injeksi vasodilator intrakavernosal. Cara ini dapat pula dicobakan pada priapismus spontanea non
iskemik atau iskemia derajat ringan dengan hasil yang cukup baik.
⊷ 3. Jalan pintas (shunting) dari kavernosa, tindakan ini harus segera diperkirakan terutama pada
priapismus veno-oklusive (static) atau yang gagal dengan terapi medikamentosa/aspirasi. Hal ini untuk
mencegah timbulnya sindrom kompartemen yang akan menekan a.kavernosa yang berakibat iskemi
korporal.

37
⊷ Pintas Korporo-Granular, melakukan pintas korpora kavernosa
dengan glans penis sehingga aliran darah vena akan keluar dari
korpora kavernosa dan diharapkan aliran darah arterial akan
kembali normal.
⊷ Pintas Korporo-Spongiosum, pada priapismus yang terjadi
beberapa hari bagian distal kavernosum sering menjadi fibrotik
sehingga tak mungkin mengalirkan darah dari kavernosum ke
spongiosum secara adekuat, sehingga perlu dilakukan pintas
disebelah proksimal.
⊷ Pintas Safeno-Kavernosum, dengan anestesi dibuat 2 insisi
yaitu diatas v. Safena dan pada lateral basis penis. V. Safena
dibebaskan dari insersinya kedalam vena femoralis. Dibuat
terowongan subkutan antara v. Safena dengan basis penis. V.
Safena ditarik melalui terowongan tersebut kemudian di
anastomosekan dengan jendela yang sudah dibuat pada tunika
albuginea korpus kavernosum dan dijahit jelujur 2 semisirkuler.

38
Strangulasi Penis
⊷ Strangulasi penis adalah terjeratnya penis oleh benda yang melingkar pada penis
sehingga menimbulkan gangguan hemodinamik disebelah distal jeratan, berupa
bendungan aliran darah vena yang berakibat edem, hipoksemia sampai nekrose jaringan.
⊷ Strangulasi penis dibedakan menjadi dua, yaitu yang menimpa orang dewasa dan yang
menimpa anak-anak/bayi.
⊷ Pada dewasa biasanya karena kesengajaan memasukkan benda berongga atau menjerat
penisnya pada saat ereksi. Benda yang dimasukkan bisa cincin karet/logam, pipa, botol
⊷ Pada anak/bayi dapat disebabkan oleh kelalaian orang tua misalkan melingkarkan tali
pada batang penis anaknya dengan tujuan mencegah enuresis, atau karena terjerat
seutas rambut yang terdapat pada popok bayi, ataupun karena sengaja anak yang lebih
besar bermain-main dengan melingkarkan tali pada penis.
⊷ Karena strangulasi penis adalah kedaruratan vaskular pada penis maka pada
pemeriksaan fisik harus diperhatikan suhu, warna, sensibilitas, denyut nadi (dapat dibantu
dengan Doppler Sonografi) dan miksi. Kelainan yang ditemukan tergantung pada lamanya
strangulasi, mulai dari edem sampai nekrose penis bagian distal jeratan.
39
Penatalaksanaan
⊷ Jeratan oleh cincin baja sulit dikeluarkan apalagi bila ada edem hebat disebelah distal
jeratan. Bila edem belum terlalu besar, pelepasan dapat dilakukan seperti melepaskan
cincin dari jari tangan. Seutas pita kecil atau nylon dilewatkan dibawah cincin dengan
bantuan klem bengkok yang telah diberi pelicin sampai ke proksimal cincin. Disebelah
distal cincin, pita dililitkan pada penis yang sebelumnya telah pula diberi pelicin 2-3 cm.
Ujung proksimal pita ditarik ke distal dengan sudut 95° sampai cincin melewati lilitan pita.
Prosedur ini diulangi sampai cincin keluar. Diameter penis yang amat besar dan
ketegangan penis yang hebat dapat dikurangi dengan menusuk glans dan kulit penis
hingga cairan edem beserta darah dapat dikeluarkan dan akan memperkecil diameter
penis. Cincin baja dapat pula dikeluarkan dengan memotongnya dengan gerinda baja
berkecepatan tinggi. Tetapi alat ini belum tentu tersedia dan sering menimbulkan panas
yang dapat merusak jaringan penis, karena itu selama digerinda harus selalu ditetesi air.
Pengambilan jeratan hanya merupakan awal pengobatan strangulasi penis, perawatan
selanjutnya tergantung derajat kerusakannya.
⊷ Uretrografi perlu dilakukan bila ada kecurigaan lesi uretra. Kerusakan kulit yang luas
memerlukan debridemen dan tandur kulit.
40
Parafimosis
⊷ Parafimosis adalah prepusium penis yang diretraksi
sampai di sulkus koronarius tidak dapat
dikembalikan pada keadaan semula dan timbul
jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius.
Menarik (retraksi) prepusium ke proksimal biasanya
dilakukan pada saat bersenggama/masturbasi atau
sehabis pemasangan kateter. Jika prepusium tidak
secepatnya dikembalikan ke tempat semula,
menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial
sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini
menyebabkan edema glans penis dan dirasakan
nyeri. Jika dibiarkan bagian penis disebelah distal
jeratan makin membengkak yang akhirnya bisa
mengalami nekrosis glans penis.
41
Penatalaksanaan
Prepusium diusahakan untuk dikembalikan
secara manual dengan teknik memijat glans
selama 3-5 menit diharapkan edema
berkurang dan secara perlahan-lahan
prepusium dikembalikan pada tempatnya.
Jika usaha ini tidak berhasil, dilakukan dorsum
insisi pada jeratan sehingga prepusium dapat
dikembalikan pada tempatnya. Setelah edema
dan proses inflamasi menghilang, pasien
dianjurkan untuk menjalani sirkumsisi.

42
THANK YOU

43

Anda mungkin juga menyukai