Anda di halaman 1dari 15

Scabies pada Sela Jari Tangan

Ravelia Samosir
102016191
A3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat
Email: ravelia.2016fk191@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Skabies merupakan penyakit kulit yang sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini
merupakan penyakit dengan manifestasi gatal dan efloresensi vesikel serta papula yang dapat
menjadi krusta, erosi dan ekskoriasi. Penyakit ini dapat menyerang semua umur dan tempat
predileksinya meliputi sela jari tangan dan kaki, lipat siku, lipat ketiak, inguinal, genitalia,
bokong dan lutut. Manifestasi klinik utama penyakit ini ialah rasa gatal pada malam hari.
Diagnosis ke arah skabies dapat diperkuat dengan adanya kerabat terdekat pasien yang
menderita penyakit ini, ditemukan gambaran seperti terowongan pada permukaan kulit dan
ditemukannya tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis .
Kata kunci: Skabies, malam hari, terowongan.

Abstract

Scabies is skin disease that usually found in people. This disease is a disease with
manifestation of itching and eflorecence of vesicle, papula that can be crust, erotion and
excoriasis. This disease can be in all ages and the predilection are the fingers and toes, elbow
fold, armpits, inguinal, genitalia, buttocks and knees. Main clinical manifestation is itchy at
night. Diagnosis that towards scabies can be strengthen by the closest relatives of the patients
that suffer from this disease, can be found tunnel-like picture at skin surface and found mites
Sarcopes scabiei homonis variety.

Key Words: Scabies, night, tunnel


Pendahuluan
Kulit merupakan organ istimewa pada manusia. Kulit menjalankan berbagai tugas
dalam memelihara kesehatan antara lain sebagai perlindungan fisik, perlindungan imunologik,
ekskresi, pengindera, pengatur suhu tubuh dan sebagainya. Kelainan pada kulit dapat dengan
mudah terjadi mengingat kulit terletak pada sisi terluar tubuh manusia yang memudahkannya
untuk terinfeksi suatu penyakit. Salah satu penyebab penyakit kulit ialah adanya parasit. Parasit
adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah tuan rumah bagi
banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit. Parasit ini menggunakan
tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-
menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh
dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta
orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak
penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu scabies.
Skabies merupakan penyakit kulit yang menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei
yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga
menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. Penyakit skabies pada umumnya
menyerang individu yang hidup berkelompok seperti masyarakat terutama ditempat yang padat
penduduknya. Reseptor gatal hanya ditemukan pada lapisan kulit paling luar yaitu pada lapisan
epidermis sehingga gatal tidak pernah dirasakan pada jaringan yang lebih dalam. Banyak faktor
yang menunjang penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk,
hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan
dermografik serta ekologik.1

Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik langsung
kepada pasien (autonamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain (aloanamnesis) yang
memiliki tiga tujuan utama yaitu mengumpulkan informasi, membagi informasi, dan membina
hubungan saling percaya untuk mendukung kesejahteraan pasien.2

Dalam kasus ini, dokter melakukan anamnesis secara langsung karena kondisi pasien
dalam keadaan sadar. Riwayat kesehatan yang perlu dikumpulkan meliputi (1) Identifikasi data
meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, dan status
perkawinan; (2) Keluhan utama yang berasal dari kata-kata pasien sendiri yang menyebabkan
pasien mencari perawatan; (3) Penyakit saat ini meliputi perincian tentang tujuh karakteristik
gejala dari keluhan utama yaitu lokasi, kualitas, kuantitas, waktu terjadinya gejala, kondisi saat
gejala terjadi, faktor yang meredakan atau memperburuk penyakit, dan manifestasi terkait (hal-
hal lain yang menyertai gejala); (4) Riwayat kesehatan masa lalu seperti pemeliharaan
kesehatan (5) Riwayat keluarga yaitu diagram usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab
kematian dari setiap hubungan keluarga yang paling dekat mencakup kakek-nenek, orang tua,
saudara kandung, anak, cucu dan (6) Riwayat Pribadi dan Sosial seperti aktivitas dan gaya
hidup sehari-hari, situasi rumah dan orang terdekat, sumber stress jangka pendek dan panjang
dan pendidikan.1

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang dapat ditanyakan berkaitan dengan kasus


yang diderita pasien:

- Kapan pertama kalinya pasien merasakan gatal dan dimana lokasinya?


- Kapan rasa gatal itu muncul? Apakah terus menerus atau pada saat tertentu?
- Adakah pemicu (misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari, dan alergen
potensial) yang memperberat/memperingan rasa gatal?
- Adakah orang lain di keluarga yang mengalami kelainan serupa?
- Bagaimana riwayat sosial dan pribadi pasien khususnya mengenai kebiasaan mandi
dan mengganti pakaian dalam serta kondisi lingkungan tempat tinggal?

Dalam hasil anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami keluhan gatal pada sela jari
tangan sejak seminggu yang lalu. Gatal terutama dirasakan saat malam hari dan diketahui
bahwa pasien selama ini tinggal di asrama.

Pemeriksaan Fisik

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan bagaimana keadaan umum pasien
melalui ekspresi wajahnya, gaya-gaya berjalan dan tanda-tanda spesifik lain yang segera
tampak begitu kita melihat pasien, (eksoftalamus, cusingoid, parkinsonisme, dan sebagainya).
Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi tampak sakit ringan, sakit sedang, atau sakit berat.
Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai apakah pasien dalam keadaan darurat medis
atau tidak.2 Setelah itu lakukanlah pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi pemeriksaan
suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi (frekuensi, irama), frekuensi pernapasan. Jika
pemeriksaan tersebut diatas telah dilakukan, maka selanjutnya adalah memeriksa bagian tubuh
yang bersangkutan, yang dimulai dengan:2
Inspeksi, perhatikan kualitas kulit yang meliputi kelembaban kulit, elastisitas kulit, atrofi kulit,
hipertrofi kulit. Perhatikan warna kulit, yang meliputi melanosis, albinisme, vitiligo,
piebaldisme, palor, ikterus, pseudoikterus, klorosis, eritema, sianosis, kulit coklat, melasma,
poikiloderma of civatte, dermatografia, dan cafe au lait patches. Eflorensi (ruam) primer yang
meliputi makula, papula, nodus, urtika, vesikel, bula, dan kista. Eflorensi sekunder yang
meliputi skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, fisura, sikatriks, dan keloid. Kemudian ada
pula lesi lain pada kulit seperti edema, emfisema subkutis, pruritus, purpura, xanthoma,
komedon, milaria, angioma, teleangiektasis, nervur pigmentosus, spider naevi, striae,
eksantema, dan gumma.2

Pada pemeriksaan fisik yang kita perlu lihat adalah tempat predileksi skabies. Umumnya pada
sela jari tangan dan kaki hingga telapaknya. Gambaran timbul sebagai akibat sensitasi terhadap
sekret tungau yaitu menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, dan urtika.
Keluhan gatal sering menyebabkan pasien menggaruk daerah tersebut sehingga dapat
timbul lesi sekunder seperti erosi dan ekskoriasi. Bila telah mengering biasanya terlihat sebagai
krusta. Selain itu perhatikan apakah timbul infeksi sekunder seperti folikulitis, furunkulosis
dan pustula. Seringkali infeksi sekunder ini dapat mempersulit diagnosis. Infeksi
sekunder ini dapat dipergunakan sebagai diagnosis banding dari penyakit ini. Pada orang
yang imunocompromised dapat timbul bentuk skabies norwegia yang lesinya lebih parah.
Umumnya krusta akan lebih jelas dan luas terlihat.3

Bila diperhatikan secara seksama dengan menggunakan kaca pembesar maka akan
terlihat adanya gambaran seperti terowongan di bawah permukaan kulit penderita
skabies.3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk


membantu dalam penegasan diagnosis berdasarkan gejala-gejala klinis yang telah didapatkan
sebelumnya melalui pemeriksaan fisik maupun untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa:4

 Kerokan kulit

Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH lalu
dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat
atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

 Mengambil tungau dengan jarum

Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan ke dalam


terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian
dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil
dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keterampilan tinggi.

 Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)

Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta
hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta
dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap
dibandingkan kulit disekitarya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dnyatakan
positif bila terbentuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk
zigzag.

 Biopsi irisan (Epidermal Shave Biopsy)

Membuat biopsi irisan dengan cara menjepit lesi menggunakan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau setelah itu diperiksa dengan mikroskop cahaya.

Gambar1. Mikroskopik Sarcoptes scaibei.5


Diagnosis Kerja

Diagnosis pasti dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau telurnya pada pemeriksaan
mikroskopis. Untuk melakukan hal tersebut, terowongan harus ditemukan. Selain dari hasil
pemeriksaan mikroskopis, diagnosis dapat lebih dikuatkan dengan atas dasar keluhan dan data
klinis pasien antara lain, gatal hebat pada malam hari, selain pasien, keluarga pasien juga
mengalami hal yang serupa dan adanya efloresensi polimorf pada tempat predileksi.4,6 Dari
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka kita dapat menentukan
diagnosis yaitu Scabies pada sela-sela jari anak tersebut.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varian hominis dan produknya. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi
epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat
dimasukkan dalam penyakit akibat hubungan Seksual.3

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang
termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat
dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit Scabies sering disebut kutu badan.
Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan
sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan
penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang
pernah digunakan penderita dan belum dibersihkandan masih terdapat tungau Sarcoptesnya.3

Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan.
Scabies identik dengan penyakit anak pondok. penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang
kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang
mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada
suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara
serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang
scabies, karena apabila dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular
kembali penyakit scabies.3
Varian Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :4

 Skabies noduler
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi , sering terjadi
pada bayi dan anak atau pada pasien dengan imunokompremais.
 Skabies krustosa (Norwegian scabies)
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku
yang distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat numular tetapi
rasa gatal sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat
banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental , kelemahan fisis,
gangguan imunologik dan psikologis.

Diagnosis Banding

Dermatitis kontak iritan

Dermatitis kontak iritan adalah jenis dermatitis yang berupa efek sitotosik lokal
langsung dari bahan iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis.
Daerah yang paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopik menderita gejala
yang lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan
kerusakan secara langsung pada kulit tanpa proses sensitisasi.4

Tinea manus

Tinea manus adalah infeksi jamur dermatofita yang terjadi di tangan. Jamur penyebab
tinea manus adalah jamur Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum selain itu
jamur ini juga menjadi penyebab tinea unguinum dan tinea pedis.4

Tinea manus dapat menyerang baik pria maupun wanita di semua usia baik anak - anak
maupun dewasa. Insiden kasus paling sering terjadi adalah di daerah tropis yang mana bisanya
lingkunganya lembab. selain iklim faktor lain yang sering menjadi faktor timbulnya tinea
manus adalah tingkat kebersihan dan higienitas tangan yang kurang dan keadaan basah.
Lingkungan seperti rawa dan sungai juga menjadi salah satu faktor resiko timbulnya tinea
manus.4
Prurigo

Merupakan suatu bentuk erupsi papular yang kronik dan rekurens. Selain papul juga
kerap timbul vesikel yang dapat menjadi lesi sekunder seperti krusta, erosi dan ekskoriasi. Lesi
yang ditemukan hampir menyerupai lesi yang ditemukan pada skabies. Prurigo sering
ditemukan pada bayi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan kutu loncat, nyamuk, agas
dan kepiting. Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor lengan dan kaki, badan,
bokong, wajah dapat pula terkena. Prurigo juga cenderung muncul dalam bentuk kelompok
papula pada malam hari dan menetap selama kurang lebih 2 minggu.4

Pediculosis Corporis
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infestasi Pediculus humanus var.
Corporis, sejenis kutu yang hidup dari menghisap darah manusia, pada rambut kepala dan
kemaluan ataupun pada pakaian, yang memberikan keluhan gatal akibat gigitannya. Penyakit
ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk,
misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci
pakaian. Hal ini disebabkan karena kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di
sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.4
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin
karena orang memakai baju yang tebal dan jarang di cuci. Cara penularan dapat melalui pakaian
maupun kontak langsung. Umumnya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada
badan karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang timbul infeksi
sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.4

Etiologi

Penyebab skabies adalah Sarcoptes scabiei varietas homonis. Tungau ini bukanlah serangga
dari golongan insekta melainkan tungau dari Familia Sarcoptidae yang memiliki empat pasang
kaki (bukan tiga pasang seperti pada golongan insekta) sehingga lebih dekat dengan keluarga
sengkenit. Tungau ini ditularkan dengan hubungan kontak langsung pada kulit termasuk ketika
berhubungan seks.8
Yang menimbulkan skabies pada manusia adalah jenis yang betina. Hal ini dikarenakan yang
jantan mati setelah kopulasi. Bentuk parasit skabies bulat 0,3-0,4 mm dengan 4 pasang kaki, 2
pasang terletak di depan dan 2 pasang kaki lainnya di belakang. Segera setelah kopulasi, betina
akan menggali lubang ke stratum korneum membentuk terowongan yang berkelok-kelok dan
terlihat keabu-abuan. Terowongan ini digunakan sebagai tempat tinggal dan bertelur oleh
spesies yang betina. 2-3 butir telur dihasilkan dalam satu hari. Untuk nutrisinya, betina akan
memakan cairan sel yang ada disekitarnya sambil terus membangun terowongan untuk
meletakkan telur. Telur menetas 3-4 hari kemudian menjadi larva yang berkaki tiga. Larva
kemudian akan membutuhkan waktu 3 hari untuk menjadi nimfa dan 3 hari kemudian menjadi
bentuk dewasa. Total siklus ini memakan waktu 2 minggu.
Pada hewan juga bisa terdapat infestasi tungau skabies. Skabies hewan menyerang berbagai
jenis hewan mamalia, seperti kambing, sapi, domba, kerbau, babi dan kelinci. Kutu ini bersifat
host spesific artinya ia hanya memilih hewan tertentu saja. Infeksi silang antara hewan dan
manusia pernah dilaporkan kasusnya. Namun, jika sampai terjadi infeksi, umumnya kutu
hewan ini tidak akan berkembang lebih lanjut dan akan mati dengan sendirinya.9

Epidemiologi

Penyakit skabies telah dikenal sejak jaman purbakala, yaitu sejak 3000 tahun yang lampau. Di
zaman itu penyakit ini tersebar di Asia sejak dari dataran Cina hingga India. Sebaran skabies
pada hewan pun bukanlah hal yang baru. Terdapat setidaknya 40 jenis hewan tuan rumah yang
tersebar dalam 17 familia dan 7 ordo mamalia. Di luar Asia pada masa lampau ada bukti yang
menunjukkan bahwa penyakit ini juga timbul di Austria, Skotlandia, dan negara Skandinavia
namun jarang dilaporkan dari benua Amerika.8
Di Indonesia sendiri awalnya ada kecenderungan penurunan angka penderita skabies. Namun
pada beberapa dasawarsa terakhir angkanya kembali meningkat. Peningkatan angka ini
dianggap oleh sebagian ahli sebagai akibat dari meningkatnya hubungan seksual bebas dan
berganti-ganti pasangan, sanitasi lingkungan yang buruk serta malnutrisi serta menurunnya
daya tahan tubuh pada penderita HIV/AIDS. Selain itu urbanisasi, tingginya mobilisasi
pergerakan dan kepindahan penduduk juga dianggap sebagai penyebabnya. Faktor bencana
alam dan peperangan yang menyebabkan penduduk harus tinggal bersama di pengungsian juga
mempermudah terjadinya penularan skabies.8 Semua golongan umur dapat terkena skabies.
Namun penyakit ini cenderung lebih rentan pada anak-anak dan orang tua.

Patofisiologi

Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam
lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan superficial
kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang tajam dari
persendian kaki depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan mengeluarkan
telurnya 2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan mati. Larva atau
telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa menjadi
bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau jantan mati setelah
kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau Scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal, sehingga dapat menimbulkan infeksi
sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang
memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai
dermatitis dengan ditemukannya papula, vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat
menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.

Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan
kulit misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak
tak langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).10

Manifestasi Klinis

Penyakit skabies merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan di daerah tropik dan
subtropik. Diagnosis penyakit ini ditegakkan dengan empat tanda utama, yaitu:
1. Pruritus nokturna, yaitu rasa gatal pada malam hari yang disebabkan karena
peningkatan aktivitas tungau ini pada suhu yang lebih lembab dan panas. Reaksi gatal
yang timbul biasanya disebabkan oleh adanya hipersensitivitas tubuh terhadap tungau
skabies dewasa.4
Pruritus yang terjadi dapat menyebabkan impeginisasi. Vesikel dan bula yang muncul
merupakan gejala klinis lainnya. Selain itu rasa gatal ini tidak dapat dihilangkan
dengan menggunakan salep kortikosteroid. Karena salep tersebut tidak mampu
menghilangkan penyebabnya yang merupakan parasit.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
yang terkena infeksi. Selain itu biasanya daerah yang padat seperti penjara maupun
asrama dimana banyak manusia yang tinggal bersama. Pada keadaan ini timbul
hiposensitisasi, dimana seluruh anggota keluarga terkena infestasi tungau namun
minim gejala klinis. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi. Warnanya bisa putih maupun
keabu-abuan, berbentuk garis lurus maupun berkelok dengan panjang 1 cm. Pada
ujung terowongan biasanya ditemukan papul maupun vesikel.
4. Menemukan tungau yang biasanya ditemukan pada ujung terowongan. Merupakan hal
yang paling diagnostik dan bentuk tungau yang ditemukan bisa dalam berbagai
stadium.
Selain itu tempat predileksi skabies pada manusia dewasa ialah daerah tangan, lipatan siku,
lipatan ketiak, perut, daerah genitalia, bokong, lutut hingga kaki.
Gambaran eflorensi yang dapat terlihat adalah eflorensi primer dan sekunder. Jenis eflorensi
primer yang dapat terlihat adalah:
 Vesikel : merupakan gelembung yang berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang
dari ½ cm garis tengah dan mempunyai dasar.
 Nodul : masa pada sirkumskrip yang terletak kutan atau subkutan, dapat menonjol
dengan diameter yang lebih besar dari 1 cm. Bila diameter kurang dari 1 cm disebut
sebagai nodulus.
 Papul : Penonjolan zat padat berukuran kurang dari ½ cm dan berisikan zat padat.
Selain itu dapat timbul bentuk eflorensi sekunder, yaitu:
 Krusta : merupakan cairan badan yang mengering dan dapat bercampur dengan
jaringan nekrotik maupun benda asing lainnya.
 Erosi : ialah hilangnya jaringan yang tidak melampaui stratum basale. Biasanya hanya
akan terdapat serum tanpa darah.
 Ekskoriasi : ialah hilangnya jaringan sampai ujung papila dermis sehingga terdapat
darah dan serum.
Bentuk yang khas pada skabies selain efloresensi diatas adalah adanya semacam liang atau
terowongan yang berwana lebih gelap dari warna kulit penderita dengan panjang 0,5 sampai 1
cm. Biasanya terowongan ini bisa terlihat berkelok-kelok maupun lurus dan pada ujung
terowongan akan ditemukan vesikel dan papula.8

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi cara medika mentosa dan non-medika mentosa.
 Medika mentosa
Obat yang sering digunakan dalam penanganan skabies adalah obat yang berbentuk
topikal. Ada beberapa jenis obat yang dapat kita gunakan, antara lain:
1. Permetrin, digunakan dengan kadar 5%. Cara kerja krim ini adalah
mempengaruhi aliran kanal natrium yang akan menyebabkan depolarisasi,
paralisis dan kematian parasit. Krim ini sangat efektif untuk semua stadium
namun bersifat toksik. Oleh karena itu biasanya digunakan malam hari sebelum
tidur dan harus dicuci setelah bangun tidur. Karena sifatnya yang toksik,
permetrin dikontraindikasikan terhadap ibu hamil dan bayi. Permetrin adalah first
line dalam pengobatan untuk skabies.
Permetrin hanya digunakan dalam dosis tunggal karena sifatnya yang toksik. Jika
belum sembuh maka dapat digunakan lagi satu minggu setelah pemakaian yang
pertama kali.11
2. Ivermektin, dosisnya sebesar 200 µg/kg. Obat ini digunakan untuk pasien dengan
penurunan status imun yang mengalami skabies. Contohnya ialah pada penderita
HIV/AIDS. Obat ini tidak dapat digunakan pada wanita hamil dan anak dengan
berat badan dibawah 15 kg.
3. Belerang endap (sulfur presipitat) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep dan
krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur sehingga penggunaan
minimalnya adalah 3 hari, yaitu waktu yang dibutuhkan telur untuk menetas
menjadi larva. Kekurangannya berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. Obat ini dapat digunakan pada anak usia dibawah 2 tahun.
Kombinasi yang sering kita temukan di pasaran ialah acidum salicylicum % dan
sulfur precipitatum 4% yang dikenal sebagai salep 2-4.11
4. Benzil benzoat, tersedia dalam bentuk emulsi dengan kadar 20-25% dan efektif
terhadap semua stadium. Diberikan secara topikal setiap malam sebelum tidur
selama tiga hari.
5. Gama Benzena Heksa Klorida (Gammexane) dengan kadar 1%, tersedia dalam
bentuk krim atau lotio. Termasuk obat pilihan yang efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan dan jarang memberi iritasi. Obat ini juga tidak
dianjurkan untuk anak berusia dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena bersifat
toksik terhadap sistem saraf pusat.
6. Krotamiton, tersedia dalam bentuk krim atau lotio dalam kadar 10%. Mempunyai
efek antiskabies dan anti gatal. Penggunaannya harus dijauhkan dari daerah mata,
mulut dan uretra.11
Perlu diperhatikan juga, bahwa dapat timbul resistensi dari parasit ini ini. Sehingga
bila dicurigai terjadi resistensi terhadap insektisida, maka dapat pengobatan dapat
dilanjutkan dengan mengganti obat yang kelas insektisidanya berbeda dengan obat
pertama.

 Non – Medika mentosa


Ada beberapa penatalaksanaan non medika-mentosa yang dapat kita lakukan, yaitu:
1. Mandi berendam dalam waktu yang cukup lama dalam air hangat. Parasit ini tetap
memerlukan oksigen, sehingga bila terendam dalam air dalam jangka waktu lama
parasit akan mati akibat kurang oksigen.
2. Mencuci serta mengganti pakaian dalam, handuk dan seprai. Parasit mungkin
berdiam sementara di pakaian penderita sehingga mencuci dengan baik dan
mengganti pakaian secara teratur dapat membantu usaha pemberantasan
skabies.10
3. Hindari kontak dengan orang terdekat yang belum terkena skabies. Sebaiknya hal
ini dilakukan agar skabies tidak menyebar.
Harus pula diingat bahwa penyakit ini menular dalam manusia secara kelompok
sehingga sangat penting bagi kita untuk menanyakan apakah ada keluarga maupun
kerabat pasien yang tinggal di dekatnya yang memiliki keluhan yang sam dengan
pasien. Bila ada maka harus dengan segera kita tangani.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi adalah akibat infeksi sekunder. Jenis-jenis infeksi
sekunder yang terjadi adalah folikulitis serta furunkolosis. Folikulitis ialah pioderma yang
terjadi pada folikel rambut. Umumnya bakteri yang menyebabkan folikulitis ialah
Staphylococcus aureus. Bakteri ini masuk melalui lapisan kulit yang tidak utuh akibat infestasi
tungau skabies. Proses peradangan yang terjadi dapat menyebabkan timbulnya pustula,
furunkel dan karbunkel. Yang dimaksud dengan furunkel ialah abses akut pada lebih dari satu
folikel rambut akibat bakteri tersebut. Kumpulan dari beberapa furunkel disebut sebagai
karbunkel.4
Penggunaan obat kortikosteroid sebagai anti-pruritus tanpa kombinasi dengan insektisida
lain dapat menyebabkan pasien tidak menggaruk kulitnya sehingga pada akhirnya jumlah
tungau bertambah banyak. Hal ini dapat menimbulkan skabies berat. Selengkapnya tentang
skabies berat telah dibahas di bagian diagnosis kerja dan gejala klinik.11,12

Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan ialah menjaga kebersihan pribadi. Hal ini dapat dilakukan
dengan mandi secar teratur dan bersih, mengganti seprai dan pakaian secara teratur dan
menghindari penggunaan pakaian dan handuk secara bersama-sama. Selain itu bila ada anggota
keluarga maupun kerabat yang terkena skabies, sebaiknya individu yang belum terkena
menghindari kontak personal yang dekat dengannya sehingga menurunkan penularan skabies
tersebut.13

Prognosis

Secara umum baik bila mendapat pengobatan dan serta edukasi tentang cara pemakaian obat
yang tepat. Faktor predisposisi seperti higienitas juga perlu diperharikan agar prognosis
semakin baik. Kondisi prognosis yang buruk mungkin terjadi pada pasien dengan sistem imun
yang rendah.3

Kesimpulan

Skabies adalah penyakit kulit yang ditimbulkan karena sejenis tungau Sarcoptes scabiei
varietas homonis yang menyebabkan rasa gatal terutama pada malam hari. Kebiasaan
mengaruk ini dapat menyebabkan infeksi sekunder terutama dari Staphylococcus aureus. Oleh
karena itu, pasien harus cepat mendapatkan perawatan medis untuk mendapatkan prognosis
yang baik.
Daftar Pustaka

1. Muttaqin A, Kumala S. Asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. Jakarta: EGC;


2011. H. 57-9.
2. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007. hal. 12-
7
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010.hal 119-26.
4. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, penyunting. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016. H.109,137-41,157-65.
5. Parasitology Laboratory: Animal parasitology. Diunduh dari https://www.k-
state.edu/parasitology/625tutorials/Arthropods15.html 12 April 2018
6. Oentari W, Menaldi SL.Infeksi parasit.Dalam.Kapita selekta kedoktera Edisi ke V.Jilid
I.Jakrta: Media Aesulapius FKUI;2014.h.311
7. Murtiastutik D.Skabies.Dalam.Buku ajar infeksi menular seksual.Edisi 1. Surabaya :
Airlangga University Press;2005.h.202-8

8. Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K. Dermatology in general medicine. 4 th edition. New
York: McGraw – Hill Medical Publisher; 2004.p.2182-3.
9. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Parasitologi
kedokteran edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.265-8.
10. Natadisastra D, Agoes R. parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang
diserang.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta;2009. Hal 291-4.
11. Buxton PK, Jones M. Abc of dermatology. 5th edition. London: Willey – Blackwell
Publisher; 2009.p.124-6.

12. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran. edisi 20. Jakarta : EGC;
2004.h.116-139.
13. Chandra B. Ilmu Kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2009.h.35-6.

Anda mungkin juga menyukai